• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) B. Alasan secara normatif berlakunya hukum Islam, yakni bahwa berlakunya hukum Islam didasarkan pada kuat lemahnya iman seseorang muslim.

Bahwa operasional Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah mendasarkan pada Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) tidak menunjukkan berlakunya hukum Islam secara normatif, melainkan secara formal yuridis karena didasarkan pada penunjukkan peraturan perundang-undangan atau hukum positif, yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2) D. Sajuti Thalib melalui teorinya receptie a contrario menegaskan bahwa berlakunya hukum Islam tidak digantungkan pada penerimaan (receptie) hukum Adat, melainkan sebaliknya hukum Adat yang harus diterima terlebih dahulu oleh hukum Islam manakala akan diberlakukan bagi seorang muslim.

3) A. Agama Islam yang memfokuskan perhatiannya pada Arqanul Iman yang merupakan manifestasi dari aqidah seorang muslim.

4) A. Fikih munakahat mengatur perihal perkawinan, perceraian, rujuk, dan pengasuhan anak.

5) B. Fikih Jinayah mengatur perihal perbuatan pidana dan ancaman sanksinya.

6) A. Asas-asas dalam Hukum Islam dapat ditemukan dalam sumber-sumber hukum islam.

7) C. Kepastian hukum adalah tidak ada satu perbuatan yang dapat dihukum kecuali berdasarkan ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku dan ada untuk perbuatan tersebut.

8) B. Persetujuan kedua belah pihak merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam melangsungkan perkawinan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Apabila syarat ini tidak dipenuhi, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memberikan jalan keluar untuk mencegah atau membatalkan perkawinan.

9) D. Asas-asas hukum kewarisan terdiri dari: bilateral/parental, ahli waris langsung dan ahli waris pengganti, ijbari, individual, keadilan berimbang, waris karena kematian, hubungan nasab atau hubungan perkawinan, egaliter, dan retroaktif terbatas.

10) A. Asas Kekeluargaan atau Asas Kebersamaan yang Sederajat adalah hubungan muamalah khusus atau perdata harus didasarkan pada rasa hormat menghormati, kasih mengasihi, tolong menolong, dan mencapai tujuan bersama.

Tes Formatif 2

1) C. Istilah Islamic Law dan Islamic Jurisprudence menunjukkan adanya dua istilah kunci dalam mempelajari dan memahami Islam, yakni Syariah dan Fikih.

2) A. Jalan menuju mata air merupakan arti letterlijke dari syariah.

3) B. Pemahaman, pintar, cerdas merupakan arti letterlijke dari fikih.

4) A. Nilai kebenaran syariah bersifat absolut.

5) B. Nilai kebenaran fikih bersifat relatif.

6) D. Perbedaan antara syariah dan fikih tidak terlihat pada sisi abstraksinya, karena fungsi fikih lebih kepada penjelas dari syariah dan syariah kadangkala sudah memuat hal-hal yang konkrit. Dengan demikian Syariah selalu bersifat abstrak, sedangkan fikih selalu bersifat konkrit bukan merupakan pembeda.

7) A. Dirikanlah Sholat dan Tunaikanlah Zakat merupakan contoh syariah karena terdapat dalam al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam.

8) B. Terhadap penghasilan yang diperoleh penyandang profesi tertentu akan dikenakan zakat sebesar 2,5% apabila penghasilan tersebut dalam dapat digunakan untuk membeli 85 gram emas dan terkumpul selama satu tahun.

Pernyataan ini merupakan contoh dari fikih, karena secara khusus tidak ditemukan dalam wahyu, melainkan ada dalam kitab-kitab fikih. Bahkan di Indonesia ketentuan tersebut terdapat dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

9) A. Larangan terkait dengan riba bersifat memaksa (imperatif), artinya tidak dapat disimpangi oleh para pihak walaupun keduanya sepakat dengan sukarela.

10) A. Kekuatan mengikat larangan riba fadhl dan riba nasiah dalam Undang-Undang Perbankan Syariah bersifat memaksa (imperatif).

Tes Formatif 3

1) D. Tidak termasuk dalam kategori Al-ahkam al-khamsah adalah halal.

Kehalalan termaktub salah hukum kebolehan (mubah/ibahah).

2) B. Suatu perbuatan yang nilai madharat-nya lebih besar atau sama dengan manfaat dan apabila itu dilakukan tidak berdampak signifikan bagi orang lain berstatus hukum makruh.

3) A. Prinsip dasar dalam muamalah adalah kebolehan, kecuali ada dalil yang jelas-jelas melarangnya. Ditinjau dari al-ahkam al-khamsah, maka hukum melakukan transaksi keuangan di perbankan konvensional adalah haram.

Hal ini disebabkan di dalamnya terdapat unsur bunga yang merupakan bentuk dari riba nasiah yang keberadaannya dilarang dalam al-Qur’an maupun sunnah.

4) D. Orang yang masih berstatus mahasiswa yang segala sesuatunya masih tergantung pada orang tua, apabila hendak melangsungkan perkawinan maka hukumnya makruh karena lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya, antara lain berupa ketidakmampuan memberi nafkah.

5) D. Hukum wadh’i, yaitu berupa ketentuan mengenai sebab, halangan, dan syarat. Pra kondisi tidak termasuk dalam kategori hukum wadh’i ini.

Tes Formatif 4

1) A. Al-maqasid as-syariah secara harfiyah dapat didefinisikan sebagai tujuan hukum Islam.

2) B. Tujuan hukum Islam secara umum adalah dalam rangka mencapai hakikat kehidupan yakni berupa kemaslahatan hidup dunia dan akhirat.

3) A. Kebutuhan yang harus dipenuhi, karena apabila tidak maka kehidupan tidak dapat berjalan dalam istilah fikih dikenal dengan istilah dharuriyat (primer), yakni terkait dengan tercapainya al-maqasid as-syariah.

4) B. Kebutuhan dalam rangka menghilangkan segala bentuk hambatan dan rintangan untuk memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda dikenal dengan istilah hajiyyat (sekunder).

5) B. “Jangan dekati zina...” merupakan manifestasi dari tujuan syariah yakni memelihara keturunan. Hubungan zina menyebabkan tidak adanya hubungan nasab antara anak dengan bapak biologisnya.

6) B. Al-Quran secara tegas melarang perempuan muslimah menikah dengan laki-laki non-muslim. Hal ini sejalan dengan tujuan memelihara agama.

7) D. Zakat sebagai suatu perbuatan ibadah ditujukan dalam rangka memelihara harta benda.

8) C. Larangan minum khamr dalam al-Qur’an ditujukan untuk memelihara akal.

9) C. Kewajiban menuntut ilmu merupakan realisasi dalam mewujudkan tujuan memelihara akal.

10) D. Perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Muatan UU Perkawinan ini sejalan dengan tujuan syariah yakni memelihara keturunan.

Dokumen terkait