• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunci Jawaban

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK B Prof (Halaman 41-181)

TIPOLOGI GAMBAR ANAK-ANAK

A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diklat dapat :

1. Mengidentifikasi beragam tipologi karya seni rupa anak-anak

2. Mengidentifikasi gejala-gejala yang muncul pada karya seni rupa anak-anak

B. Indikator

1. Peserta diklat mampu menjelaskan tipologi karya seni rupa anak-anak 2. Peserta diklat mampu menyebutkan beragam tipologi karya seni rupa

anak-anak

3. Peserta diklat mampu menguraikan ciri-ciri karya seni rupa anak-anak sesuai dengan tipologinya

4. Peserta diklat mampu menyebutkan gejala-gejala yang muncul pada karya seni rupa anak-anak

5. Peserta diklat mampu menguraikan ciri-ciri karya seni rupa anak-anak sesuai dengan gejala yang muncul di dalamnya

C. Uraian Materi

1. Tipologi Gambar Anak-anak

Keberhasilan karya gambar buatan anak ditentukan oleh orisinalitas gambar yang sesuai dengan dunia anak-anak menurut perkembangan usianya.

Berdasarkan bentuk, dikenal beberapa tipe gambar, yakni tipe visual, tipe haptik, dan tipe campuran. Gambar anak tipe visual, hasil menggambar

mirip dengan obyek aslinya. Gambar anak tipe haptik, obyek yang digambar hanya yang menarik minat atau perasaannya, hasilnya berupa gambar yang tidak mirip dengan obyek aslinya. Kebanyakan gambar anak-anak berupa campuran yakni dengan ciri-ciri visual dan haptic .

Gambar 26. Gambar Tipe Haptic

Sumber : raisingsparks.com

Gambar 28. Gambar Tipe Haptic Sumber : paolojacopomedda.com

Gambar 29. Gambar Tipe Visual

Gambar 30. Gambar Tipe Visual Sumber : fineartamerica.com

Gambar 31. Gambar Tipe Visual Sumber : artprojectsforkids.org

a. Bentuk Ungkapan Gambar Anak

Bentuk ungkapan gambar anak merupakan hal yang berbeda dengan tahap-tahap perkembangan pola gambar dunia seni rupa anak. Yang dimaksud dengan bentuk ungkapan gambar anak adalah gaya atau

style gambar buatan anak-anak. Ada beberapa gaya atau style yakni :

1) Gambar Ungkapan Ingatan

Gambar ungkapan ingatan meliputi gambar stereotipe dan gambar ideoplastis. Gambar stereotipe ialah gambar ungkapan ingatan secara berulang-ulang bentuk tertentu. Gambar stereotipe meliputi pengulangan obyek dan unsur dari obyek. Gambar streotipe meliputi: Pengulangan total dan pengulangan tertentu.

Pengulangan total yakni pengulangan menyeluruh dari obyek yang digambar tanpa variasi. Anak miskin daya cipta, tidak kreatif, dan cepat puas. Misalnya gambar pemandangan alam yang sesuai dengan ingatannya, yakni dua buah gunung, matahari terbit, deretan pohon, dan bentangan sawah dikiri-kanan jalan.

Gambar 32. Gambar Ungkapan Ingatan Sumber : picturerumahminimalis.com

Gambar 33. Gambar Ungkapan Ingatan Sumber : mewarnaigambar.web.id

Gambar 34. Gambar Ungkapan Ingatan (Perhatikan adanya pengulangan bentuk) Sumber : Dokumen Penelitian Drs. Suwarno

Gambar 35. Gambar Ungkapan Ingatan (Perhatikan adanya pengulangan bentuk) Sumber : jendelagertak.blogspot.com

Pengulangan obyek tertentu yakni Pengulangan obyek tertentu dari aneka macam obyek, misalnya sebuah bidang digambari bentuk rumah model tertentu yang diulang-ulang dengan tataletak bervariasi diantara aneka gambar pohon, semak, awan, pagar, dan aneka ragam bentuk bunga. Pengulangan unsur atau bagian dari obyek Pengulangan unsur dari obyek yang digambar, misalnya unsur mata hidung dan mulut manusia yang di gambarkan pada beberapa batang pohon dan matahari.

2) Gambar Ideoplastis

Gambar ideoplastis ialah gambar obyek tertentu tembus pandang, berdimensi ruang di dalamnya terdapat benda lain, misalnya gambar rumah tampak luar dengan segala perabotnya tampak. Hal ini dibuat berdasarkan apa yang diingat oleh anak tentang benda-benda dalam ruang tertentu.

Gambar 36. Gambar Ideoplastis (bagian dalam kelihatan dari luar) Sumber : Koleksi Penelitian Drs.Suwarno

3). Gambar Ungkapan Dimensi Ruang/Kedalaman

Dalam menggambar, dimensi ruang dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara, antara lain cara dimensi, penumpukan, perebahan, tutup menutupi, perspektif burung terbang, dan pengecilan. Dimensi ialah cara menggambar ruang dan kedalaman dengan cara obyek dekat dibuat besar ukurannya dibanding dengan obyek jauh.

a) Penumpukan

Penumpukan obyek ialah cara menggambar obyek dekat di bagian bawah bidang gambar, makin jauh letaknya makin keatas, misalnya sebuah pohon posisinya dekat pemirsa, maka diletakkan bagian bawah bidang gambar, pohon yang jauh diletakkan di bagian atas bidang gambar.

Gambar 37. Gambar yang Menunjukkan Penumpukan,

(objek dekat diletakkan di bagian bawah, objek jauh diletakkan di bagian atas) Sumber : Koleksi Penelitian Drs.Suwarno

Gambar 38. Gambar yang Menunjukkan Penumpukan,

(objek dekat diletakkan di bagian bawah, objek jauh diletakkan dibagian atas) Sumber : Koleksi Penelitian Drs.Suwarno

b) Perebahan

Perebahan ialah cara menggambar beberapa obyek dengan posisi seolah-olah si penggambar berada di tengah-tengah obyek tersebut. Contoh gambar deretan pohon yang posisinya dikanan

kiri jalan yang mengarah ke garis cakrawala dengan posisi mendatar, deretan pohon tersebut di gambar demikian rupa sehingga letaknya tegak lurus terhadap garis tepi kiri-kanan jalan.

Gambar 39. Gambar yang Menunjukkan Gejala Perebahan Sumber : Koleksi Penelitian Drs.Suwarno

Gambar 40. Gambar yang Menunjukkan Gejala Perebahan Sumber : Koleksi Penelitian Drs.Suwarno

c) Tutup menutupi

Tutup menutupi ialah cara menggambar sejumlah obyek dengan posisi dekat dan jauh, misalnya menggambar sejumlah rumah tampak depan, rumah yang letaknya dekat digambar lengkap

masuk, hingga ke atapnya. Sederet rumah yang berada dibelakangnya hanya digambar bagian atapnya saja.

Gambar 41. Gambar yang Menunjukkan Gejala Tutup Menutupi Sumber : jauharieffendy.blogspot.com

Gambar 42. Gambar yang Menunjukkan Gejala Tutup Menutupi Sumber : stonepathmontessori.com

d) Perspektif pandangan burung

Perspektif pandangan burung ialah cara menggambar obyek tampak atas layaknya pandangan seekor burung yang sedang melayang diudara. Misalnya menggambar sekelompok bangunan bertingkat diwilayah perkotaan, maka bagian atas atap bangunan terdapat tangki air, tempat jemuran pakaian, dan sebagainya akan digambar dengan lengkap.

Gambar 43. Gambar yang Menunjukkan Gejala Pandangan Mata Burung Sumber : boxc.blogspot.com

Gambar 45. Gambar yang Menunjukkan Gejala Pandangan Mata Burung Sumber : blogkuapadanya.blogspot.com

e) Pengecilan

Anak sudah mampu membedakan bahwa obyek jauh akan nampak makin mengecil seperti mata kita melihat obyek tersebut.

Gambar 46. Gambar yang Menunjukkan Gejala Pengecilan Sumber : blogkuapadanya.blogspot.com

Gambar 47. Gambar yang Menunjukkan Gejala Pengecilan Sumber : treehugger.com

b Kemampuan Anak Mengolah dan Mengkombinasi Warna

Mengkombinasi warna pada gambar buatan anak-anak cenderung menyukai warna-warna primer dan netral dari pensil berwarna, crayon, atau spidol. Adapun warna primer yang dimaksud adalah merah, biru dan hijau. Sedangkan warna netral yang dimaksud ialah hitam, abu-abu, atau putih. Mengkombinasi warna yang sama dengan bahan pewarna buatan pabrik berupa pensil, crayon atau spidol tidak hanya dilakukan di kalangan anak-anak saja, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang yang lebih dewasa, karena cara ini jauh lebih mudah pengerjaannya. Tetapi dengan perkembang industri bahan pewarna yang lebih canggih, maka pihak pabriklah yang mengolah warna primer menjadi warna sekunder, tersier atau warna-warna pastel yang lebih terang.

Gambar 48. Gambar Anak-anak Bermain Warna Sumber : photo.elsoar.com

Mengolah warna, biasanya dilakukan oleh anak-anak tertentu yang sudah terlatih menggambar. Mereka umumnya dengan memakai tehnik sungging, yang mengutamakan gradasi/tingkatan warna dasar yang sama, misalnya dari merah tua secara bertahap-tahap kemerah muda pada suatu bidang tertentu. Ada juga yang mengolah warna dengan cara mencampur dua warna atau lebih dengan jalan tumpang tindih, sehingga hasilnya berupa warna-warna yang cenderung lebih gelap

D Aktivitas Pembelajaran

1. Peserta membaca modul secara perorangan

2. Peserta merumuskan permasalahan yang ditemukan terkait materi tentang Perkembangan tipologi karya seni rupa anak-anak

3. Peserta melakukan diskusi kelompok (5-6 orang untuk setiap kelompoknya) untuk membahas permasalahan yang ditemukan

4. Bersama dengan fasilitator peserta membahas hasil diskusi untuk diambil kesimpulan bersama

5. Peserta melakukan konfirmasi dalam bentuk tanya jawab dengan fasilitator untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang tipologi karya seni rupa anak-anak

6. Peserta mengerjakan tugas modul

7. Peserta mempresentasikan hasil pelaksanaan tugas

E. Tugas/Latihan

Buatlah suatu analisis satu karya seni rupa anak-anak ditinjau dari aspek tema, keteknikan, tipologi, dan gejala yang muncul dalam visualisasinya

F. Rangkuman

Tipologi karya seni rupa anak-anak merupakan jenis atau bentuk ungkapan secara visual yang ditunjukkan oleh karya seni rupa masing-masing anak. Secara garis besar ada dua tipe karya seni rupa anak-anak, yakni tipe haptic dan tipe visual. Anak-anak dengan tipe haptic memiliki kecenderungan menghasilkan karya seni yang ekspresif dan tidak terikat oleh warna dan bentuk objeknya secara riil. Bentuk-bentuk yang muncul lebih kearah abstrak atau berbeda dengan objek yang digambarkan. Anak-anak dengan tipe visual memiliki kemampuan menggambarkan suatu objek sesuai dengan karakter objek aslinya.

Tipologi karya seni rupa anak-anak meliputi tipe haptic dan tipe visual. Sedangkan bentuk ungkapan karya seni rupa anak-anak adalah

1. Bentuk Ungkapan Gambar Anak

2. Gambar Ungkapan Dimensi Ruang/Kedalaman

Gejala yang sering muncul pada karya seni rupa anak-anak adalah : 1. Penumpukan

2. Perebahan 3. Tutup menutupi

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Untuk memperkuat pemahaman tentang tipologi karya seni rupa anak-anak, maka dianjurkan guru melakukan kegiatan pengamatan pada karya seni rupa siswa-siswinya kemudian didokumentasikan untuk dianalisis tipologinya, sehingga guru memiliki strategi yang tepat dalam melakukan pembinaan terhadap siswa-siswinya sesuai dengan kecenderungan tipe yang dimiliki. .

H. Kunci Jawaban Tugas / Rubrik

(Kunci Jawaban terdapat pada lampiran 2)

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

A. Tujuan

Peserta diklat mampu menguraikan sejarah perkembangan seni rupa di

Indonesia

B. Indikator Pencapaian Materi

1. Peserta diklat mampu mengidentifikasi karakteristik karya seni rupa jaman pra sejarah

2. Peserta diklat mampu mengidentifikasi karakteristik karya seni rupa jaman Hindu

3. Peserta diklat mampu mengidentifikasi karakteristik karya seni rupa jaman Islam

4. Peserta diklat mampu mengidentifikasi karaktersitik karya seni rupa jaman modern.

C. Uraian Materi

1. Sejarah Seni Rupa Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Beragam seni budaya tumbuh dan berkembang dengan subur di Indonesia. Salah satu bentuk kekayaan seni budaya tersebut adalah seni rupa. Perkembangan seni rupa di Indonesia mengalami berbagai jaman yang setiap jamannya memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Secara kronologis dapat diuraikan mengenai perkembangan seni rupa di Indonesia sebagai berikut:

a. Jaman prasejarah (Prehistory)

Jaman sebelum ditemukan sumber-sumber atau dokumen-dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)

1) Seni Rupa Jaman Batu

Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar). Peninggalan- peninggalannya yaitu:

a) Seni Bangunan

Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda-tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa-goa. Seperti goa yang ditemukan di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah-rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti-bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit-bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa-sisa sampah dapur para nelayan.

Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah-rumah kayu/bambu.

Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan-bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, dan meja batu.

Gambar 49. Punden Berundak dari Selulung Bangli Bali Sumber : geetackey.blogspot.com

Gambar 50 Waruga

Gambar 51. Sakofagus yang Ditemukan di Bali Sumber : Mbahare.blogspot.com

b) Seni Patung

Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak ditemukan patung-patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural

c) Seni Lukis

Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan-lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegan perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan- bangunan dan benda-benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif per lambang)

Gambar 53. Lukisan di Gua Leang Timpuseng, lokasi karst Maros, Sulawesi. Sumber : forumku.com

2) Seni Rupa Jaman Logam

Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, karena banyak ditemukan benda-benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik cor (cetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:

1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisa di ulang berulang

2) Acire Perdue, ialah teknik mengecor yang hanya satu kali pakai

(tidak bisa diulang)

Gambar 54. Benda Karya Seni Rupa Jaman Logam Sumber : nadarili.blogspot.com

3. Seni Rupa Indonesia Hindu

Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Proses akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:

1) Proses peniruan (imitasi) 2) Proses Penyesuaian (adaptasi) 3) Proses Penguasaan (kreasi)

1) Ciri-ciri Seni rupa Indonesia Hindu

a) Bersifat feodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai media pengabdian kepada penguasa atau raja

b) Bersifat sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama

c) Bersifat konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)

d) Hasil akulturasi kebudayaan India dengan Indonesia 2) Karya Seni Rupa Indonesia Hindu

a) Seni Bangunan: (1) Bangunan Candi

Candi berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai: Candi Stupa, yakni candi yang didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur. Candi Pintu Gerbang, candi ini didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu. Candi Balai Kambang/Tirta, candi ini biasanya didirikan di dekat/di tengah kolam, contoh candi Belahan. Candi Pertapaan, candi pertapaan didirikan di lereng-lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda. Candi Vihara, candi vihara didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari.

Gambar 55. Candi Perambanan Sumber : ikhsanpanorama.blogspot.com

Gambar 57. Candi Jalatunda

Sumber : nasionalisrakyatmerdeka.wordpress.com

(2) Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian

(a) Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20) (b) Tubuh candi, terdapat kamar-kamar tempat arca atau patung (c) Atap candi, berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna

atau amalaka

Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua sistem dalam pengelompokan candi, yaitu:

(a) Sistem konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah anak-anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan

(b) Sistem membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak-anak candi, contohnya candi penataran

(3) Bangunan pura

Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman sebagai berikut :

(a) Halaman depan terdapat balai pertemuan (b) Halaman tengah terdapat balai saja

(c) Halaman belakang terdapat meru, padmasana, dan rumah dewa

Seluruh bangunan dikelilingi dinding dengan gerbang yang berpintu/bertutup (kori agung) ada yang terbuka (candi bentar), pura-pura tersebut dibedakan sesuai dengan tempat dimana pura itu dibangun, pura-pura tersebut adalah:

(a) Pura agung, didirikan di komplek istana

(b) Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi (c) Pura subak, didirikan di daerah pesawahan

(d) Pura laut, didirikan di tepi pantai

Gambar 58. Pura Agung Besakih Sumber : magentatour.wordpress.com

Gambar 59. Pura Gunung Salak Sumber : ronentalmedia.blogspot.com

(4) Bangunan Puri

Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan-bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain, tempat kepala keluarga (Semanggen) dan tempat upacara meratakan gigi

b) Seni patung Hindu Budha

Patung dalam agama Hindu merupakan perwujudan Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut kedewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanya atau wahananya berupa angsa. Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah pada mahkotanya terdapat bulan sabit dan kendaraannya atau wahananya berupa burung garuda, sedangkan untuk dewa Siwa laksananya adalah mata ketiga di dahi, dan wahananya lembu yang bernama Nandi

Dalam agama Budha, sosok yang biasa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa, dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda-tanda kesucian sebagai berikut:

(1) Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha) (2) Diantara keningnya terdapat titik (urna) (3) Telinganya panjang (lamba-karnapasa) (4) Terdapat juga kerutan di leher

(5) Memakai jubah sanghati

Gambar 60. Patung Dyani Budha Sumber : stiven-alun.blogspot.com

c) Seni hias Hindu Budha

Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa. Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk ajaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

(1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat tiga dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:

(a) Hiasan mahkota pada atap candi (b) Hiasan menara sudut pada setiap candi

(c) Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu (d) Hiasan makara dan simbar filaster

Gambar 61. Hiasan Puncak Candi Prambanan Sumber : skyscrapercity.com

Gambar 62. Hiasan Kala di Atas Pintu Candi Sumber : yogyatrip.com

Gambar 63. Hiasan Sudut Candi Sumber : commons.wikimedia.org

(2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding. Contohnya ialah :

(a) Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara

(b) Hiasan flora dan fauna (c) Hiasan pola geometris (d) Hiasan makhluk khayangan

Gambar 64. Hiasan Relief Pada Dinding Candi Sumber : ennyern.blogspot.com

Gambar 65. Hiasan Bermotif Flora Fauna di Candi Prambanan Sumber : flickr.com

Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas: a) Jaman Wangsa Sanjaya

Peninggalan seni rupa pada masa ini berupa candi yang didirikan di daerah pegunungan. Selain candi juga terdapat peninggalan patung yang menggambarkan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)

Gambar 66. Patung Perwujudan Manusia dan Binatang dari Kediri Sumber : www.teruskan.com

Gambar 67. Patung Perwujudan Manusia dan Binatang dari Kediri Sumber : www.teruskan.com

b) Jaman Wangsa Syailendra

Peninggalan seni rupa pada jaman ini adalah Candi Prambanan, Kelompok, Candi Sewu, Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut, dan Kelompok Candi Plaosan. Peninggalan berupa Seni patung bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di Candi Borobudur

Gambar 68. Candi Borobudur Sumber : indonesia.travel

Gambar 69. Stupa Candi Borobudur Sumber : wahw33d.blogspot.com

Gambar 70. Salah satu Hiasan Relief Candi Borobudur Sumber : startravelinternational.com

Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas: a) Jaman Peralihan

Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda-tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proporsi Indonesia seperti pada patung Airlangga

Gambar 72. Dua Patung Unik di Komplek Candi Belahan Sumber : akucintanusantaraku.blogspot.com

b) Jaman Singasari

Pada jaman Singasari seni bangunan yang berkembang sudah benar- benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi Singosari, candi Kidal, dan candi Jago. Seni patung yang berkembang bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, Seni patung Singosari lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa, dan Ganesha.

c) Jaman Majapahit

Candi-candi peninggalan jaman Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali/atau batu andhesit. Peninggalan berupa candi diantaranya adalah kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, dan candi Triwulan.

Peninggalan berupa seni patung sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain patung dari batu juga ditemukan patung realistik dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh dari Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada

Gambar 75. Patung Pratnya Paramita Sumber : jawatimuran.wordpress.com

Gambar 74. Candi Singosari Sumber : beritau.net

Gambar 76. Candi Bajang Ratu Sumber : ekoapt.wordpress.com

Gambar 77. Candi Panataran Sumber : pinterest.com

Seni Rupa Bali Hindu

Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK B Prof (Halaman 41-181)

Dokumen terkait