• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI DASAR TEORI

C. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Selama ini, sejak Indonesia merdeka, kita hanya mengenal nama kurikulum sesuai tahun penerapannya. Di awal kemerdekaan kita mengenal Kurikulum 1947, kemudian mengalami perubahan pada Kurikulum 1964. Kurikulum ini hanya bertahan empat tahun, sebelum akhirnya pemerintah menerapkan Kurikulum 1968 sebagai penggantinya. Tujuh tahun kemudian muncul Kurikulum 1975, lalu diganti Kurikulum 1984, dan berganti lagi menjadi Kurikulum 1994. Akan tetapi, kali ini nama kurikulum pengganti yang digagas sejak awal oleh Depdiknas bukan Kurikulum 2004, melainkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

(http://www.kompas.com/kompascetak/0312/17/Didaktika/746506.htmDes 2003) 1. Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan yang secara terus menerus menjadikan seseorang menjadi kompeten untuk melakukan sesuatu.

Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum yaitu kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa, hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran, dan kehandalan kemampuan siswa setelah melalui proses pembelajaran. Pada dasarnya pemikiran konsep kompetensi dalam kurikulum adalah siswa menjadi kompeten setelah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Kurikulum Berbasis Kompetensi atau disingkat dengan KBK, merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. KBK berorientasi pada dampak dan hasil yang diharapkan muncul dari siswa melalui pengalaman belajar dan keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Dan merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan yang dicapai siswa secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Kurikulum Berbasis Kompetensi lebih unggul dibandingkan dengan kurikulum 1994. Untuk mengetahui perbedaan kedua kurikulum tersebut, berikut ini adalah perbedaannya :

Tabel 2.1. Perbedaan kurikulum 1994 dengan kurikulum berbasis kompetensi

No. Kurikulum 1994 Kurikulum Berbasis Kompetensi

1. Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi dan materi, berupa

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.

Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu disekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat

2. Standar akademis yang ditetapkan secara seragam bagi setiap peserta didik

Standar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya.

3. Berbasis konten, sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)

Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada pada proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan 4. Pengembangan kurikulum dilakukan

secara sentralisasi, sehingga depdiknas memonopoli pengembangan ide dan konsep kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan secara disentralisasi, sehingga masyarakat dan pemerintah bersama-sama

menentukan standar pendidikan yang dtuangkan dalam kurikulum

5. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekalah seringkali tidak sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah

Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat

mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik 6. Guru merupakan kurikulum yang

menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas

Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik

7. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal

Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual

8. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas, atau dibatasi oleh empat dinding kelas

Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi peserta didik 9. Evaluasi nasional yang tidak dapat

menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik

Evaluasi berbasis kelas, yang

menekankan pada proses dan hasil belajar

( Mulyasa, 2002:166-167 )

Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 pada dasarnya mempunyai standar mutu yang sama. Yang membedakan hanyalah orientasi pemahaman, kurikulum

1994 menekankan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan mengacu pada buku-buku serta bergantung pada aktivitas guru di depan kelas. Sementara Kurikulum 2004, dirancang untuk membuka pemahaman siswa secara lebih luwes tanpa mengacu sepenuhnya pada buku pelajaran. Siswa diberi kesempatan lebih aktif untuk mengembangkan pemahamannya terhadap materi serta alternatif pemecahan soal. Guru dan buku hanya salah satu acuan.

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0311/09/nasional/678184.htmNov, 2003) Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum 1994 isi dan tujuan pencapaian pendidikan lebih menekankan kepada aspek kognitif, sedangkan kurikulum 2004 isi dan tujuan pencapaian pendidikan lebih menekankan kepada aspek afektif dan psikomotor.

KBK mempunyai ciri-ciri menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal. KBK berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman dalam penyampaian materi pembelajaran, sehingga siswa menjadi nyaman dan tidak cepat bosan di dalam proses pembelajaran. Sumber belajar bukan guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian atau evaluasi menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

2. Prinsip-prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip a) keyakinan, nilai dan budi pekerti luhur, b) penguatan integritas nasional, c) keseimbangan etik, logika, estetika, dan kinestetika, d) kesamaan memperoleh kesempatan bagi seluruh siswa, e) abad pengetahuan dan teknologi,

f) pengembangan ketrampilan hidup, g) belajar sepanjang hayat, h) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, dan i) pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

Keyakinan, nilai dan budi pekerti luhur perlu digali dan dikembangkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat. KBK mempertimbangkan hal ini karena setelah dewasa nanti, siswa akan terjun dalam masyarakat sehingga keyakinan, nilai, dan budi pekerti perlu untuk diberikan kepada siswa sebagai bekal untuk terjun dalam masyarakat. Penguatan integritas nasional juga perlu diberi perhatian, karena penguatan integrasitas nasional memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuannya dalam peradaban dunia. Kemajuan peradaban dunia perlu sekali diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, agar siswa dapat mengikuti perkembangan teknologi dan tidak ketinggalan jaman serta berpengalaman. Pengalaman belajar ini meliputi etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pemahaman teknologi informasi dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang perlu dipahami oleh siswa terlihat dalam kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian.

Pengembangan kurikulum memperhatikan kesamaan memperoleh kesempatan bagi seluruh siswa yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul, untuk mendapatkan pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. Dengan memperhatikan kesamaan dalam memperoleh kesempatan ini, maka siswa yang memiliki ketrampilan, sikap dan perilaku adaptif, kooperatif

dan kompetitif mampu menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. Kurikulum juga harus memperhatikan penempatan siswa sebagai subjek belajar atau berpusat pada siswa, dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Berpusatkan pada siswa dengan penilaian berkelanjutan dan komprehensif sangat diperlukan dalam upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Hal ini sangat perlu diutamakan, agar siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya.

Pengembangan kurikulum memperhatikan pendekatan yang menyeluruh dan kemitraan. Pengalaman belajar yang dirancang secara berkesinambungan dimulai dari TK sampai dengan SMA. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan siswa yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari siswa, guru, sekolah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, dan masyarakat.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam pelaksanaan pembelajaran, kompetensi dijelaskan dalam hasil belajar dan indikator hasil belajar. Hasil belajar merupakan uraian tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar ini digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Sedangkan indikator hasil belajar merupakan uraian tentang bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa sudah dapat mencapai hasil pembelajarannya. Indikator ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap siswa dalam

mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Dan merupakan uraian mengenai kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus mampu mengaktifkan siswa agar mereka mampu mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu untuk memecahkan masalah sebagai bekal siswa menghadapi tuntutan era globalisasi. Untuk mengaktifkan siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya, guru memerlukan perangkat pembelajaran berupa lembar kerja siswa, (LKS) yang berfungsi untuk membimbing guru dan siswa dalam mengadakan kegiatan. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304)

Uraian lebih rinci mengenai hasil belajar dan indikator hasil belajar teruraikan dalam silabus. Uraian ini dijabarkan dalam bentuk langkah pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar. Silabus pada dasarnya berisikan komponen dasar yang dapat menjawab pertanyaan permasalahan mengenai apa yang akan diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, dan bagaimana cara memenuhi target pencapaian hasil belajar. (Kurikulum Berbasis Kompetensi:2002)

D. Pembelajaran yang Konstruktivistik

Dokumen terkait