BAB II LANDASAN TEORI
2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
Menurut Oemar Hamalik (2001:16) bahwa ”tafsiran tentang kurikulum ada tiga yaitu: kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar”. Dari ketiga tafsiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata pelajaran dianggap sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai di masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.
xxxiii b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan. Peranan sekolah disini adalah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar. c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan maksimal.
Program akselerasi sebagai sarana pelayanan pembelajaran khusus terhadap siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka di dalamnya dituntut tersedianya kurikulum berspesifikasi khas. Kurikulum tersebut diformatkan untu melayani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keungguan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan akseleratif. Dengan demikian ditinjau dari formatnya, kurikulum berdiferensiasi memiliki dimensi yang berbeda demikian juga aspek komponen pembentuknya.
Ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan mengapa harus didesign sebuah kurikulum yang khusus (terdiferensiasi) terhadap anak yang berbakat yang disusun oleh beberapa ahli. Menurut Eko Supriyanto (2003: 108) asumsi tersebut adalah:
a. Bahwa siswa yang memang memiliki karakteristik belajar yang unggul selayaknya diformulasikan kurikulum yang mampu menghantarkan kepada perkembangan yang optimal dan tidak mungkin terhambat hanya karena tidak terlayani dan tidak tersedianya perangkat terdiferensiasi.
b. Perkembangan siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat optimal hasilnya apabila secara hati-hati direncanakan kurikulumnya dengan baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun implementasinya dalam kerangka pengembangan pengalaman siswa.
xxxiv
Siswa yang dikategorikan berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa mempunyai cara belajar dan beraktivitas yang berbeda dengan anak normal lainnya akibat dari kematangan mereka. Oleh karena itu, disediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan yang ada. Anak berbakat memerlukan kurikulum yang berbeda bekerja untuk mengkondisikan karakter pembelajaran yang mengembangkan konsentrasi ketrampilan berpikir tingkat tinggi serta independen. Sesungguhnya kurikulum untuk anak berbakat merupakan proses yang berkelanjutan yang menggunakan evaluasi sebagai alat pokok untuk merencanakan dan merevisi dokumen yang akan datang.
Pengertian kurikulum diferensiasi memberikan pemaknaan bahwa kurikulum yang dirancang tidak berlaku untuk siswa normal pada umumnya. Diferensiasi menunjukkan makna berbeda yakni berbeda dengan formulasi kurikulum reguler karena sifat kepadatannya maupun komponen di dalamnya. Diferensiasi dalam pengertian bahwa kurikulum yang dirancang akan diterapkan untuk melayani kebutuhan pembelajaran bagi bakat tertentu.
Menurut Davies dalam Eko Supriyanto (2003: 109) bahwa ”kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang isi pembelajarannya menuntut pada siswa untuk menggunakan kemampuan baik dalam konsep maupun proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan corak karakteristik belajar siswa unggul dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa”. Kurikulum diferensiasi selalu berhubungan dengan akselerasi dan pengayaan sebab kedua istilah tersebut selalu menyertai format kurikulum diferensisi. Akselerasi menunjukkan bahwa kurikulum diferensiasi mendorong bagi percepatan belajar sehingga dengan akselerasi melalui instrumen kurikulum diferensisasi akan diringkas waktu belajarnya, lebih cepat dibandingkan dengan waktu belajar secara normal (reguler) sedangkan pengayaan merupakan bagian dari penugasaan dari kurkulum diferensiasi. Pengayaan berbentuk penugasan memperdalam materi kurikulum yang dilakukan di luar jam sekolah.
Menurut Utami Munandar (2004:139) ”kurikulum berdiferensiasi yang diperuntukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum
xxxv
diferensiasi serta modifikasi kurkulum untuk anak berbakat”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Konsep dan pokok-pokok kurikulum berdifferensiasi
Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut: 1) Materi yang dipercepat atau yang lebih maju
2) Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur bidang materi.
3) Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.
4) Tingkat dan jenis sumbernyang digunakan untuk memperoleh informasi dan ketrampilan
5) Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama.
6) Menciptakan informasi dan atau produk baru
7) Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang yang lebih menantang
8) Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi
9) Kemandirian dalam berpikir dan belajar.
Asas-asas kurikulum berdifferensiasi menurut Sisk dalam Utami Munadar (2004: 139) adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema atau masalah yang luas,
2) Memadukan banyak disiplin ilmu dalam bidang studi,
3) Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi,
4) Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi
5) Mengembangkan ketramipilan belajar yang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri
6) Mengembangkan ketrampilan yang berpikir yang lebih tinggi, yang produktif, komplek, dan abstrak,
7) Memusatkan pada tugas yang berakhir terbuka, 8) Mengembangkan ketrampilan dan metode penelitian,
9) Memadukan ketrampilan dasar dan ketrampilan berpikir lebih tinggi dalam kurikulum,
10)Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru,
11)Mendorong siswa untuk mengembangkan produk yang menggunakan teknik, bahan, dan bentuk baru,
xxxvi
12)Mendorong siswa untuk mengembangkan pemahanan diri, misalnya untuk mengenal dan menggunakan kemampuan mereka, mengarahkan dan menghargai kesamaan dan perbedaan antara mereka dengan orang lain.
13)Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifk melalui penilaian diri maupun melalui alat baku.
b. Modifikasi Kurikulum Anak Berbakat
Modifikasi Kurikulum Untuk Anak Berbakat Meliputi: 1) Modifikasi materi kurikulum
Karena anak berbakat memiliki kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju, maka diperlukan modifikasi kurikulum. Dalam modifikasi materi kurikulum guru dapat merencanakan dan menyiapkan bahan yang lebih canggih, dan memberi penempatan alternatif bagi siswa. 2) Modifikasi proses atau metode pembelajaran
Program ini menuntut guru untuk menyelenggarakan pengendalian dalam kurikulum dan kegiatan siswa dan guru harus juga dapat membuka pintu perlibatan siswa dengan lingkungan yang berpusat pada siswa sehingga dapat membuat mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 3) Modifikasi Produk Belajar
Dalam hal ini siswa dapat menggunakan kemampuannya untuk mendalami topik dan menunjukkan kreativitas dan komitmen dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman belajarnya. Guru akan menghadapi tantangan menemukan saluran untuk produk-produk siswa sebab selama tahun pelajaran siswa diharapkan menghasilkan karya yang dinilai sesuai dengan kehidupan nyata.
4) Memilih Modifikasi yang Sesuai
Dalam melakukan modifikasi dengan materi, proses dan produk di dalam kelas menuntut persiapan yang matang agar dapat berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru menjadi biasa dengan prosedur baru. Menurut Parke dalam Utami Munandar (2004: 144) pedoman untuk
xxxvii
memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang lama ke yang baru, yaitu:
a. Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuan nya setara.
b. Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak diselenggarakan dan modifikasi kurikuler yang dapat digunakan untuk masing-masing program
c. Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling dikuasai oleh siswa sehingga rasa percaya diri mereka bangkit, barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain. d. Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada
di dalam kelas, orang-orang yang membantu, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
e. Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang
5) Modifikasi Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar amat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar, siswa akan lebih banyak mengajukan pertanyaan dalam lingkungan yang aman. Agar program siswa berbakat berhasil, diperlukan lingkungan yang berpusat pada siswa. Menurut Parke dalam untami munandar (2004: 146) ciri-ciri lingkungan yang berpusat pada siswa, yaitu:
a) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum b) Pola duduk yang memudahkan belajar
c) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas d) Rencana belajar yang diindividualkan
e) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin 6) Rencana Kurikuler
Rencana kurikuler yang ada memungkinkan siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhannya. Materi dapat dipercepat, dipadatkan, diperkaya, dan diperluas. Proses dapat terbuka, berdasarkan penemuan, berpusat pada guru, atau berpusat pada siswa, produk dapat yang konvesional, tidak konvesional, dari kehidupan nyata, sederhana atau majemuk.
xxxviii
3. Penyelenggaraan Program Akselerasi