• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20082009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20082009"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Darwanti

K7404057

PENDIDIKAN TATA NIAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh: DARWANTI

K7404057

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Kristiani M.Si) ( M. Sabandi,S.E, M.Si)

(4)

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Selasa

Tanggal : 20 Oktober 2009

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Aniek Hindrayani, SE, M.Si 1...

Sekretaris : Feri Setyo, SE, M.M 2...

Anggota I : Dra.Kristiani, M.Si 3...

Anggota II : Muhammad Sabandi, SE, M.Si 4...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

v ABSTRAK

Darwanti. IMPLEMENTASI PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penyelenggaraan kelas akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta. (2) Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Upaya-upaya yang telah dilakukan SMA Negeri 3 dalam mengatasi kendala-kendala dalam penyelenggaraan kelas akselerasi.

Penelitian berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan strategi tunggal terpancang, dalam artian penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Sumber data penelitian meliputi: informan, tempat dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dari masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber yang mantap dan di dukung juga dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan analisis dokumen. Keabsahan data diperoleh melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode dengan menggunakan analisis interaktif.

(6)

vi

(7)

vii ABSTRACT

Darwanti. THE IMPLEMENTATION OF ACCELERATION PROGRAM AT SMA NEGERI 3 SURAKARTA, THE ACADEMIC YEAR OF 2008/2009. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta, September 2009.

This research was aimed for knowing: (1) The implementation of acceleration program at SMA Negeri 3 Surakarta. (2) The obstructions which were faced in the implementation of acceleration program. (3) The efforts which were done by SMA Negeri 3 Surakarta to overcome the obstructions in the implementation of acceleration program.

The research was in form of descriptive qualitative by using embedded single strategy, in which the research was directed toward the target within one characteristic. The research data resources were including: informant, place and event, and archive and document. Sampling technique which was used is purposive sampling, which purpose is to choose the informant which was sentenced knew the information of the case deeply and could be trusted to become a stable source and also supported with snow ball sampling. Data collecting techniques were interview, observation, and document analysis. Data justification was gotten toward resource triangulation and method triangulation by using interactive analysis.

(8)

viii

(9)

ix MOTTO

“Dan mintalah tolong kepada Alloh dengan Sabar dan Sholat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

(Qs Al Baqoroh : 45)

“Karena barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh, pasti orang lain akan segan padanya, dan barang siapa yang mencari keridho’an Alloh, niscaya Alloh akan

mencukupkannya dari orang lain dan akan menjadikan orang lain ridho’ kepadanya “

(Al-Hikmah)

“ Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruan mu dengan ikatan yang kuat”

(Al Imam Asy Syafi’i Rohimalloh)

“Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar al qur’an, saat di majelis dzikir, dan saat engkau sendiri, dan jika engkau tidak mendapati nya di tiga tempat itu maka mohonlah kepada Alloh agar engkau dikaruniai hati karena sesungguhnya

engkau sudah tidak punya hati”

(Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziah)

“Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik, niscaya Alloh akan memahamkannya terhadap ilmu Din/Agama”

(Al Hadits)

(10)

x

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah teriring rasa syukur, penulis persembahkan skripsi ini kepada: Alloh Ta’Ala, semoga setiap air mata yang pernah tertetes selama mengerjakan skripsi ini menjadi salah bentuk ibadah hamba kepada MU Ibu, Ibu, Ibu, .. Semoga Alloh selalu menguatkan kita semua, dan kau lah yang selalu membuat aku kuat dan bertahan menghadapi semua cobaan hidup, semoga aku bisa menepati janjiku padamu. Bapak,.. rinduku selalu ada untukmu, walaupun kebersamaan kita sangat singkat, tapi aku bersyukur pernah melihatmu Kakak-kakak ku tersayang (Puryeni, Sarini),.. maafkan aku karena aku belum bisa meringankan beban kalian, semoga aku tidak mengecewakan kalian. Ponakan-ponakan ku ika, cahyo, bagus,kituk, bintang. Calon mas iparku. Ummu aisyah abdillah

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepada Alloh Ta’Ala atas limpahan ni’mat, rizki dan limpahan kasih sayang yang berlebih sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga terlimpahan kepada rasul yang mulia Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Tata Niaga Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mengalami hambatan, akan tetapi hambatan tersebut dapat teratasi atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Sebelas Maret Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan skripsi dan penelitian skripsi

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta, atas ijin yang beliau berikan dalam pengerjaan dan penelitian skripsi

5. Dra. Kristiani M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi

(12)

xii

7. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK PTN FKIP UNS Surakarta

8. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

9. Bapak Koesmanto, S.Pd, M.Pd selaku Manajer Program Akselerasi, yang telah memberikan berbagai informasi yang penulis butuhkan. 10. Bapak/ibu Guru, karyawan, dan seluruh Siswa SMA N 3 Surakarta

yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

11. Murid-murid kelas aksel SMA N 3 Surakarta yang telah memberikan banyak informasi yang penting dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari memuaskan. Semua itu tak luput dari keterbatasan penulis, tidak permintaan kepada Anda sekalian yang budiman kecuali masukan, kritik, dan saran. Akhirnya, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi semua.

Surakarta, Oktober 2009

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan ... 8

2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat... .. 16

3. Penyelenggaraan Program Akselerasi ... 22

4. Tinjauan Tentang Kepuasan Siswa ... 31

B. KERANGKA BERPIKIR ... 33

C. PENELITIAN TERDAHULU... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN... 36

1. Tempat Penelitian... 36

(14)

xiv

B. BENTUK DAN STRATEGI PENELITIAN ... 36

1. Bentuk penelitian... 36

2. Strategi Penelitian ... 37

C. SUMBER DATA ... 37

1. Informan ... 37

2. Tempat dan peristiwa ... 38

3. Dokumen dan Arsip... 38

D. TEKNIK SAMPLING ... 38

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 39

1. Observasi ... 39

2. Wawancara ... 39

3. Mengkaji Dokumen Dan Arsip ... 40

F. VALIDITAS DATA ... 40

G. ANALISIS DATA ... 41

H. PROSEDUR PENELITIAN ... 42

1. Tahap Pra Lapangan ... 42

2. Tahap Kegiatan Lapangan ... 42

3. Tahap Analisis Data ... 42

4. Tahap Penulisan Laporan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi lokasi penelitian ... 44

B. Deskripsi permasalahan penelitian... 46

C. Temuan studi yang dikaitkan dengan kajian teori ... 61

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(15)

xv

DAFTAR TABEL

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara... 73

Lampiran 2 : Daftar Informan... 78

Lampiran 3 : Jadwal Penyusunan Skripsi... 79

Lampiran 4 : Catatan Lapangan 1... ... 80

Lampiran 5 : Catatan Lapangan 2... 89

Lampiran 6 : Catatan Lapangan 3... 95

Lampiran 7 : Catatan Lapangan 4 ... 98

Lampiran 8 : Catatan Lapangan 5 ... 104

Lampiran 9 : Contoh Silabus Kelas Akselerasi... 109

Lampiran 10 : Nilai pelajaran ekonomi kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009 114 Lampiran 11 : Daftar Nama Siswa kelas akselerasi tahun ajaran 2008/2009.... 118

Lampiran 12 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 1... 120

Lampiran 13 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 2... 122

Lampiran 14 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 3... 123

Lampiran 15 : Hasil Lulusan Program Akselerasi Angkatan 4... 125

Lampiran 16 : Daftar Staff Pengajar Program Akselerasi... 127

Lampiran 17 : Pembagian Tugas Dalam Bk Program Akselerasi... 130

Lampiran 18 : Struktur Organisasi Sma Negeri 3 Surakarta... 132

Lampiran 19 : Foto-Foto dokumentasi penelitian... 133

Lampiran 20 : Trianggulasi... 140

(18)

xviii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dalam era globalisasi mengalami persaingan yang luar biasa di berbagai bidang, antara lain bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun spiritual. Untuk menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diprioritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritaskan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat melalui pendidikan. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka itu, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara berencana, terarah, dan bertahap serta terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, IPTEK, sosial maupun budaya.

Sejalan dengan dinamika pembangunan bangsa diberbagai sektor, tuntutan terhadap pembangunan sektor pendidikan menjadi semakin luas, yakni disatu pihak setiap terpenuhinya kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah yang jumlahnya semakin bertambah dan dipihak lain terpercapainya efisensi, relenvansi, dan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam menigkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan IPTEK, kemampuan profesional, dan produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan perubahan pada strategi penyelenggaraan pendidikan.

(19)

xix

mengajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan belajar di atas kecepatan belajar siswa lainya, akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah prestasinya (underachiever).

Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga strata, yaitu: yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Siswa yang berada di bawah rata-rata, memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa-siswa pada umumnya. Sedangkan siswa-siswa yang berada di atas rata-rata, memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, selama ini diberikan pelayanan pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, karena memang kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anak anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata. Sementara itu, bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah siswa-siswa lainnya, diberikan pelayanan pendidikan berupa pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk menyelesaikan materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dari siswa-siswa lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, meskipun memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya, belum mendapat pelayanan pendidikan sebagaimana mestinya. Differences individual yang positif ini memerlukan layanan yang produktif dalam pembelajaran yang spesifik serta disesuaikan dengan karakteristik belajarnya. Kelebihan kemampuan belajar pada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasanluar biasa tidak perlu harus terhambat dan dipaksa menyesuaikan dengan siswa normal apabila pengajar mengetahui sejak dini serta tahu bagaimana memperlakukannya.

(20)

xx

atasnya. Sementara itu sebagai model kurikulum, akselerasi memiliki pengertian percepatanbahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Akselerasi memiliki pengertian percepatan sehingga dengan program ini siswa yang memang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat belajar lebih cepat sesuai dengan potensinya.

Bagi siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, diberi peluang dapat menyelesaikan studinya kurang dari 6 tahun, misalnya 5 tahun atau bahkan 4 tahun. Demikian pula untuk SMP dan SMA, bagi yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studinya kurang dari 3 tahun, misalnya 2 tahun.

Penyelenggaraan program akselerasi ini perlu dilakukan sebagai pemikiran dan alternatif yang berwawasan masa depan untuk menyiapkan anak bangsa sedini mungkin sebagai calon pemimpin berkualitas namun tetap bermoral dengan menjunjung budaya dan adat istiadat ketimuran dalam menghadapi globalisasi teknologi yang penuh kompetisi. Identifikasi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan sangat penting sebab terlambatnya penanganan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa akan merugikan masyarakat sendiri karena akan kehilangan asset human capital yang tiada terkiraharganya.

Program akselerasi memiliki keuntungan yang besar sebab dengan proses yang cepat akan menghasilkan sejumlah lulusan yang memadai dan segera dapat dimanfaatkan produk sekolah tersebut dalam masyarakat tanpa mengorbankan potensi siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang dipercepat beban bahkan justru irama cepat itulah yang sesuai dengan irama yang dimiliki.

(21)

xxi

akselerasi untuk tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di kota Surakarta.

Di SMA N 3 Surakarta penyelenggaraan akselerasi mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2003/2004 dengan model kelas khusus, hingga saat ini telah menghasilkan lulusan yang berkualitas baik, yang bisa dilihat dari nilai semester nya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Nilai Semester 2 Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2008/2009 Nilai

No Nama Siswa

HR MID SMT NR NA 1 Aisha Alfiani Mahardika 89 94 82 88,43 88 2 Ardiana Hanatan 93 98 76 89,03 89 3 Astri Kusumawati 86 91 72 83,15 83 4 Brian Evan Cristiano 83 87 84 84,55 85 5 Dewi Masithoh 92 97 90 93,05 93 6 Dhimas Prasetyo 85 89 82 85,15 85 7 Dresta Pratita 93 98 82 91,03 91 8 Dyah Ayu P 90 95 82 89,09 89

9 Faris Edi 92 97 72 87,05 87

(22)

xxii

21 Valentina Lakhsmi P 88 93 88 89,78 90

Nilai Rata-Rata 85,86 86

Nilai Tertinggi 93,05 93

Nilai Terendah 75,49 75

Sumber : Tata Usaha SMA N 3 Surakarta, 2009

SMA N 3 Surakarta sebagai salah satu sekolah unggulan di surakarta melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Untuk dapat meluluskan siswa lebih cepat dengan kualitas yang baik, maka kualitas pelayanan program akselerasi perlu diperhatikan, karena kualitas pelayanan yang diberikan berpengaruh dengan tingkat kepuasan atau harapan yang diinginkan siswa. Kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan pelanggan yaitu kebutuhan siswa dan berakhir pada persepsi siswa itu sendiri karena siswalah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa pendidikan yang diberikan oleh program akselerasi SMA N 3 Surakarta sehingga siswa bisa menilai kualitas pelayanan yang diberikan, yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi siswa.

Bedasarkan uraian diatas, maka penelitian ini untuk dituangkan dalam bentuk penelitian skipsi dengan judul “IMPLEMENTASI PROGRAM PERCEPATAN KELAS (AKSELERASI) DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkap diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berkut :

1. Bagaimana penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta?

(23)

xxiii

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai:

1. Penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program percepatan kelas/Akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini penulis golongkan menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi.

b. Menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan melalui penyelenggaraan program percepatan kelas/akselerasi. b. Bagi penulis, dapat menambah wacana mengenai konsep penyelenggaraan

(24)

xxiv BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kemampuan Dan Kecerdasan

a. Batasan Kemampuan Dan Kecerdasan

Utami Munandar (1992: 17) berpendapat bahwa “kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”. Menurut Conny Semiawan (1997:11) bahwa “kemampuan biasanya dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan”. Berdasarkan pengertian di atas maka kemampuan merupakan daya yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan maupun latihan yang dilakukan orang tersebut yang berhubungan dengan kecerdasan”.

Menurut Clark dalam Conny Semiawan (1997: 11) bahwa “kecerdasan atau intelegensi adalah kombinasi sifat-sifat yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hubungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru”. Sedangkan menurut David Wechaler dalam Suratinah Tirtonegoro (2001: 20) bahwa “intelegensi adalah suatu kumpulan atau keseluruhan kapasitas seseorang untuk bertindak secara sengaja berpikir rasional dan bertindak secara efektif terhadap lingkukngannya.”

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa intelegensi atau kecerdasan adalah :

1.Merupakan kecakapan untuk berpikir abstrak.

2.merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

3.kemampuan auntuk memecahkan kesulitan dalm situasi tertentu dengan cara yang cepat dan tepat.

4.kemampuan individu untuk berpikir scara rasional dan bertindak secara efektif.

(25)

xxv

(2001) bahwa ”kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual”. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi: (1) intelektual umum dan akademik khusus, (2) berpikir kreatif-produktif, (3) psikososial atau kepemimpinan, (4) seni atau kinestetik, dan (5) psikomotor. Bidang-bidang tersebut biasanya terdapat pada anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142.html)

Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes intelegensi yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keberbakatan seseorang. IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual seseorang tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif-produktif dan bakat kepemimpinan. Dahulu para ahli cenderung mengidentifikasikan bakat intlektual berdasarkan tes intelegensi semata-mata tetapi akhir-akhir ini para ahli menyadari bahwa keberbakatan merupakan sesuatu yang majemuk artinya meliputi berbagai macam aspek-aspek lainnya yaitu kreatifitas,kepemimpinan, seni maupun psikomotor.

(26)

xxvi b. Pengertian Anak Berbakat

Menurut Fledhusen dalam M. Sholeh Y. A Ichrom (1988: 9) bahwa ”istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah gifted, genius, precoclous”. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat yang besar, anak yang genius akan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakatnya, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal laninya. Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atas kemampuan unggul, sedangkan precocious adalah anak atau remaja yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan orang yang berusia di atasnya.

Menurut Depdiknas dalam Reni Akbar Hawadi (2004: 34) bahwa ”anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi 140”. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan unggul luar atau biasa sehingga dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulan nya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus karena keunggulannya sehingga diperlukan program pendidikan yang dirancang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka agar dapat mencapai perkembangan yang optimal.

c. Identifikasi anak berbakat.

Menurut Utami Munandar (1992: 9) bahwa ”identifikasi terhadap anak berbakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan identifikasi melalui studi kasus”. Identifikasi tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut:

1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi belajar) identifikasi ini meliputi dua tahap.

(27)

xxvii

Yaitu identifikasi yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang anak tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalkan: dari guru, orang tua, teman sebaya atau anak itu sendiri. Identifikasi melalui studi kasus dapat dimulai dengan menyusun daftar pertanyaan atau kuisioner atau cheecklist untuk diisi masing-masing sumber.

d. Karakteristik Anak Berbakat

Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak berbeda dengan anak biasa, hanya saja anak berbakat memiliki ciri-ciri yang melebihi dari anak-anak normal lainnya. Menurut Martinson dalam utami munandar (1992: 30) bahwa ”ciri-ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, berpikir inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal yang baru”.

Keberbakatan itu dapat meliputi bermacam-macam bidang namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam satu bidang saja. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh seorang pendidik, mereka menganggap bahwa seseorang yang telah diidentifikasikan sebagai seorang yang berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Tidak semua anak berbakat memiliki semua ciri-ciri tersebut dan tidak benar kalau anak berbakat hanya memiliki ciri-ciri-ciri-ciri yang positif saja. Setiap orang termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri positif apabila mereka berada dalam lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang kurang menguntungkan dapat berkembang ciri-ciri yang negatif.

(28)

xxviii

cepat malas karena pengajaran yang diberikan kurang mengandung tantangan bagi mereka”.

Anak-anak berbakat mudah tersinggung karena mereka mempunyai kepekaan yang tinggi, mereka merasa tersisih jika pendapat mereka tidak diakui. Anak berbakat mudah bosan dalam menghadapi tugas-tugas rutin karena mereka memiliki kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru. Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar, bekerja serta kebutuhannya akan kebebasan akan dapat menimbulkan konflik sehingga mereka tidak mudah nmenyesuaikan diri dengan lingkungan nya. Mereka juga merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. Anak-anak berbakat memiliki semangat yang tinggi sehingga mereka cenderung kurang sabar atau kurang tenggang rasa jika ada kegiatan atau jika kurang nampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

(29)

xxix e. Program Pendidikan Bagi Anak Berbakat

Menurut Clark dalam Herry (2001), ”program pendidikan bagi anak berbakat antara lain: (1) program pengayaan, (2) program percepatan, (3) pengelompokkan khusus” (http://hamline.edu/apakabar.basisdata/2001/08/31/0142.html)

Penjelasan dari tiga bentuk program pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

a. program pengayaan yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar bertambah yang bersifat pendalaman,setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untukanak-anak lainnya.

b. Program percepatan atau akselerasi yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program dalam jangka waktu yang lebih singkat.

c. Pengelompokkan khusus yaitu pembinaan siswa yang berkemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya.

Pemilihan bentuk program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak yang berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program dilaksanakan. Di samping itu, pemilihan bentuk program pendidikan bagi anak berbakat atau anak memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak bisa lepas dari pertimbangan segi ekonomis, yaitu mudah dan murah dalam pelaksanaannya.

(30)

xxx

untuk menyelenggarakan program akselerasi. Penyelenggaraan sekolah unggulan termasuk di dalamnya program percepatan kelas (akselerasi) didasari filosofi yang berkenaan dengan hakekat manusia, hakekat pembangunan nasional, tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan dan usaha mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Dalam penyelenggaraan program akselerasi selain bersifat filosofi-filosofi di atas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi output. Menurut Herry (2001), ”faktor-faktor tersebut meliputi: (1) masukan atau input, (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar”. (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0142)

Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Masukan atau input

Siswa sebagai masukan atau input diseleksi secara ketat sehingga seleksi tidak hanya menyangkut prestasi akademik yang direpresentasikan dengan nilai UAN yang tinggi, tetapi juga menyangkut tes psikologi dengan indikator IQ minimal 130, kreatif dan tanggung jawab terhadap tugas, sehat jasmani dan rohani.

b. Kurikulum

Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberi penambahan nkedalaman dan keleluasaan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat. Khusus untuk kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan kurikulum anak normal lainnya, yaitu dengan pernambahan unsur-unsur substansial.

c. Tenaga Kependidikan

(31)

xxxi d. Sarana Prasarana

Sarana prasarana harus disesuaikan dengan sifat khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi, sehingga tersedianya sumber pembelajaran yang mampu menjangkau seluruh tipe pembelajaran siswa. Tersedianya sunber audio visual seolah menjadi keharusan dalam mendukung program akselerasi.

e. Dana

Mengingat perluasan kegiatan serta dukungan personal, materi sangat vital dalam program akselerasi dengan sendirinya ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar pelaksanaan program reguler harus terpenuhi. Tidak mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insentif lebih, demikian pula untuk pemenuhan alat pendukung lainnya pada sekolah yang telah menerapkan program akslerasi tidak bisa dihindari adanya SPP yang lebih tinggi dari sekolah biasa.

f. Manajemen

Manajemen yang berhubungan dengan pengaturan waktu, mobilisasi tenaga kependidikan, keterkaitan dengan orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga program akselerasi dapat berjalan lancar disekolah yang juga menyelenggarakan kelas reguler. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material personal namun juga sekaligus aspek motivasi psikologik. Bagaimana mengusahakan tumbuhnya komitmen yang tinggi, persepsi yang homogen dalam langkah dan gerk yang mendukung program sekolah memerlukan manajemen yang fleksibel, relistik dan prospektif.

g. Lingkungan

(32)

xxxii

kurikulum terutama dalam implementasi materi dalam suasana realistis menjadikan lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang kompak dengan sekolah perlu diiptakan oleh semua pihak.

h. Proses Belajar Mengajar

Proses ini sangat esensial karena titik tolak dalam penyelenggaraan program akselerasi berkisar pada proses ini, oleh karena itu kualitas serta orientasi proses belajar mengajar yang mengarah pada akselerasi harus diciptakan. Proses belajar mengajar yang akselerasif ditandai dengan adanya proses yang kreatif, diikuti dengan pengayaan serta mengundang tantangan bagi siswa.

Kreatif mempunyai makna bahwa proses belajar mengajar sangat membuka bagi kemungkinan siswa mampu mengaplikasi teori yang diperolah sehingga retensi yang terbentuk menjadi sangat kuat. Pengayaan bermaksud bahwa materi yang diformulasikan dalam kurikulum tidak dibatasi sekedar sampai penyerapan paket kurikulum itu sendiri, namun sampai pada perluasan dan pendalaman dengan membandingkan, mengoleksikannya dengan sumber lain. Mengundang tantangan siswa artinya materi pembelajaran tidak terbatas pada proses transfer pengetahuan yang beku namun membuka siswa untuk menyelidiki lebih mendalam suasana yang independen.

2. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat

Menurut Oemar Hamalik (2001:16) bahwa ”tafsiran tentang kurikulum ada tiga yaitu: kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar”. Dari ketiga tafsiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran

(33)

xxxiii b. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan. Peranan sekolah disini adalah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar. c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan maksimal.

Program akselerasi sebagai sarana pelayanan pembelajaran khusus terhadap siswa yang berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka di dalamnya dituntut tersedianya kurikulum berspesifikasi khas. Kurikulum tersebut diformatkan untu melayani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keungguan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan akseleratif. Dengan demikian ditinjau dari formatnya, kurikulum berdiferensiasi memiliki dimensi yang berbeda demikian juga aspek komponen pembentuknya.

Ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan mengapa harus didesign sebuah kurikulum yang khusus (terdiferensiasi) terhadap anak yang berbakat yang disusun oleh beberapa ahli. Menurut Eko Supriyanto (2003: 108) asumsi tersebut adalah:

a. Bahwa siswa yang memang memiliki karakteristik belajar yang unggul selayaknya diformulasikan kurikulum yang mampu menghantarkan kepada perkembangan yang optimal dan tidak mungkin terhambat hanya karena tidak terlayani dan tidak tersedianya perangkat terdiferensiasi.

(34)

xxxiv

Siswa yang dikategorikan berbakat atau siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa mempunyai cara belajar dan beraktivitas yang berbeda dengan anak normal lainnya akibat dari kematangan mereka. Oleh karena itu, disediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan yang ada. Anak berbakat memerlukan kurikulum yang berbeda bekerja untuk mengkondisikan karakter pembelajaran yang mengembangkan konsentrasi ketrampilan berpikir tingkat tinggi serta independen. Sesungguhnya kurikulum untuk anak berbakat merupakan proses yang berkelanjutan yang menggunakan evaluasi sebagai alat pokok untuk merencanakan dan merevisi dokumen yang akan datang.

Pengertian kurikulum diferensiasi memberikan pemaknaan bahwa kurikulum yang dirancang tidak berlaku untuk siswa normal pada umumnya. Diferensiasi menunjukkan makna berbeda yakni berbeda dengan formulasi kurikulum reguler karena sifat kepadatannya maupun komponen di dalamnya. Diferensiasi dalam pengertian bahwa kurikulum yang dirancang akan diterapkan untuk melayani kebutuhan pembelajaran bagi bakat tertentu.

Menurut Davies dalam Eko Supriyanto (2003: 109) bahwa ”kurikulum diferensiasi adalah kurikulum yang isi pembelajarannya menuntut pada siswa untuk menggunakan kemampuan baik dalam konsep maupun proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan corak karakteristik belajar siswa unggul dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa”. Kurikulum diferensiasi selalu berhubungan dengan akselerasi dan pengayaan sebab kedua istilah tersebut selalu menyertai format kurikulum diferensisi. Akselerasi menunjukkan bahwa kurikulum diferensiasi mendorong bagi percepatan belajar sehingga dengan akselerasi melalui instrumen kurikulum diferensisasi akan diringkas waktu belajarnya, lebih cepat dibandingkan dengan waktu belajar secara normal (reguler) sedangkan pengayaan merupakan bagian dari penugasaan dari kurkulum diferensiasi. Pengayaan berbentuk penugasan memperdalam materi kurikulum yang dilakukan di luar jam sekolah.

(35)

xxxv

diferensiasi serta modifikasi kurkulum untuk anak berbakat”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Konsep dan pokok-pokok kurikulum berdifferensiasi

Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut: 1) Materi yang dipercepat atau yang lebih maju

2) Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur bidang materi.

3) Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.

4) Tingkat dan jenis sumbernyang digunakan untuk memperoleh informasi dan ketrampilan

5) Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat dan waktu untuk mendalami suatu topik atau bidang dapat lebih lama.

6) Menciptakan informasi dan atau produk baru

7) Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang yang lebih menantang

8) Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi

9) Kemandirian dalam berpikir dan belajar.

Asas-asas kurikulum berdifferensiasi menurut Sisk dalam Utami Munadar (2004: 139) adalah sebagai berikut:

1) Menyampaikan materi yang berhubungan dengan isu, tema atau masalah yang luas,

2) Memadukan banyak disiplin ilmu dalam bidang studi,

3) Memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan, dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi,

4) Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi

5) Mengembangkan ketramipilan belajar yang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri

6) Mengembangkan ketrampilan yang berpikir yang lebih tinggi, yang produktif, komplek, dan abstrak,

7) Memusatkan pada tugas yang berakhir terbuka, 8) Mengembangkan ketrampilan dan metode penelitian,

9) Memadukan ketrampilan dasar dan ketrampilan berpikir lebih tinggi dalam kurikulum,

10)Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru,

(36)

xxxvi

12)Mendorong siswa untuk mengembangkan pemahanan diri, misalnya untuk mengenal dan menggunakan kemampuan mereka, mengarahkan dan menghargai kesamaan dan perbedaan antara mereka dengan orang lain.

13)Menilai prestasi siswa dengan menggunakan kriteria yang sesuai dan spesifk melalui penilaian diri maupun melalui alat baku.

b. Modifikasi Kurikulum Anak Berbakat

Modifikasi Kurikulum Untuk Anak Berbakat Meliputi: 1) Modifikasi materi kurikulum

Karena anak berbakat memiliki kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju, maka diperlukan modifikasi kurikulum. Dalam modifikasi materi kurikulum guru dapat merencanakan dan menyiapkan bahan yang lebih canggih, dan memberi penempatan alternatif bagi siswa. 2) Modifikasi proses atau metode pembelajaran

Program ini menuntut guru untuk menyelenggarakan pengendalian dalam kurikulum dan kegiatan siswa dan guru harus juga dapat membuka pintu perlibatan siswa dengan lingkungan yang berpusat pada siswa sehingga dapat membuat mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 3) Modifikasi Produk Belajar

Dalam hal ini siswa dapat menggunakan kemampuannya untuk mendalami topik dan menunjukkan kreativitas dan komitmen dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman belajarnya. Guru akan menghadapi tantangan menemukan saluran untuk produk-produk siswa sebab selama tahun pelajaran siswa diharapkan menghasilkan karya yang dinilai sesuai dengan kehidupan nyata.

4) Memilih Modifikasi yang Sesuai

(37)

xxxvii

memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang lama ke yang baru, yaitu:

a. Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuan nya setara.

b. Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak diselenggarakan dan modifikasi kurikuler yang dapat digunakan untuk masing-masing program

c. Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling dikuasai oleh siswa sehingga rasa percaya diri mereka bangkit, barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain. d. Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada

di dalam kelas, orang-orang yang membantu, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat.

e. Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang

5) Modifikasi Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar amat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar, siswa akan lebih banyak mengajukan pertanyaan dalam lingkungan yang aman. Agar program siswa berbakat berhasil, diperlukan lingkungan yang berpusat pada siswa. Menurut Parke dalam untami munandar (2004: 146) ciri-ciri lingkungan yang berpusat pada siswa, yaitu:

a) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum b) Pola duduk yang memudahkan belajar

c) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas d) Rencana belajar yang diindividualkan

e) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin 6) Rencana Kurikuler

(38)

xxxviii

3. Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Pengertian Akselerasi

Secara konseptual, menurut Pressey yang dikutip oleh Reni Akbar (2004: 31) “acceleration sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional”. Sedangkan menurut Waras Kamdi (Kompas, 9 Agustus 2004), “Percepatan belajar (accelerated learning) sebagai suatu metode atau strategi pembelajaran pada dasarnya mengakui bahwa setiap manusia memiliki cara belajar yang dapat mengantarkan dirinya menjadi yang terbaik”. Definisi di atas menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari hambatan pemenuhan permintaan dalam pengajaran dan juga mengusulkan proses-proses yang memungkinkan siswa melalui pembelajaran materi yang lebih cepat dibanding dengan kemajuan rata-rata siswa.

Oleh karena itu, ada 3 catatan dari definisi di atas. Pertama, perlu adanya kemantapan eksistensi dari satu kumpulan materi, tugas, keterampilan, dan persyaratan pengetahuan dari setiap jenjang pengajaran. Kedua, mempersyaratkan adanya kecepatan dari kemajuan yang diinginkan dan spesifik, melalui kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Ketiga, adanya dugaan bila dibandingkan dengan usia teman sebaya, siswa yang cerdas akan mampu lebih cepat melaju melalui suatu program pengajaran yang standar. Dengan demikian ada dua kriteria kemajuan, yaitu prestasi yang ada dan kemampuan untuk melangkah lebih cepat dari biasanya.

(39)

xxxix

akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi dapat diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-placed studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri.

Istilah akselerasi dalam program ini menunjukkan pada pengertian akselerasi dalam cakupan kurikulum dan program, yang berarti meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajarinya yang dilakukan dalam kelas khusus. Dengan sistem peloncatan akan memungkinkan anak-anak yang demikian unggul potensinya berkembang dalam bidang akademis dan memungkinkan mereka mengekspresikan bakat mereka sepenuhnya. Akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah akselerasi adalah merupakan cara dimana dalam pelaksanaan kurikulum biasa dimungkinkan anak-anak cakap dapat maju sesuai dengan kecepatan mereka sehingga sangat dimungkinkan mereka akan dapat menyelesaikan program itu dalam batas waktu yang lebih pendek dari yang seharusnya (program reguler).

b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia Landasan hukum penyelenggaraan program akselerasi adalah: 1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang “sistem pendidikan

nasional”, yang menyatakan sebagai berikut:

a) Pasal 5 ayat (4) , “ warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. b) Pasal 12, “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan

berhak:

(1) Mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya

(40)

xl

c) Pasal 32 ayat (1), “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, social, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” 2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0489/U/1992:

Pasal 16 ayat (1), ”Siswa yang memiliki bakat yang istimewa dan kecedasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awala dari waktu yang ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SMU sekurang-kurangnya dua tahun”. (Reni Akbar-Hawadi, 2004: 20)

c. Tujuan Program Akselerasi

Secara umum, tujuan penyelenggaraan program percepatan belajar menurut Reni Akbar (2004) adalah:

1) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan efektifnya;

2) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya;

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik; 4) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.

5) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.

6) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.

Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu : 1) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan

luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat;

2) Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;

(41)

xli

4) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuanya secara optimal;

5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat, yaitu dalam waktu dua tahun; 6) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih

komprehensif dan optimal;

7) Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal.

d. Manfaat Akselerasi

Manfaat dari pelaksanaan akselerasi bagi siswa berbakat menurut Southern dan jones dalam Reni Akbar (2004: 7) adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan efisiensi

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien.

2) Meningkatkan efektifitas

Siswa yang terikat belajarnya pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.

3) Penghargaan

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.

4) Meningkatkan waktu untuk karier

Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.

5) Membuka siswa pada kelompok barunya

(42)

xlii 6) Ekonomis

Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.

e. Kelemahan Program Akselerasi

Empat hal yang berpotensi negatif terhadap proses akselerasi bagi anak berbakat menurut Shouthern dan Jones yang dikutip oleh Reni akbar (2004: 39-41) yaitu:

1) Bidang akademis

(a) Bahan ajar yang diberikan mungkin saja terlalu jauh bagi siswa sehingga ia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan akhirnya menjadi seorang siswa dalam kategori sedang-sedang saja bahkan gagal.

(b) Prestasi yang ditampilkan siswa pada waktu proses identifikasi bisa jadi merupakan fenomena sesaat saja.

(c) Siswa akselerasi kurang matang secara sosial, fisik, dan juga emosional untuk berada dalam tingkat kelas yang tinggi meskipun memenuhi kualifikasi secara akademis.

(d) Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini, yang bisa jadi karier tersebut tidak sesuai baginya.

(e) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

(f) Pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akselerasi karena tidak merupakan bagian dari kurikulum sekolah.

(43)

xliii 2) Penyesuaian Sosial

Siswa akselerasi didorong untuk berprestasi baik secara akademis. Hal ini akan mengurangi waktunya untuk melakukan aktivitas lain.

(a) Siswa akselerasi akan kehilangan aktivitas dalam masa-masa hubungan sosial yang penting pada usianya.

(b) Kemungkinan, siswa akselerasi akan ditolak oleh kakak kelasnya, sedangkan untuk teman sebayanya kesempatan untuk bermainpun sedikit sekali.

(c) Siswa sekelas yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usianya. Hal ini akan menyebabkan siswa akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya di masa depan.

3) Aktivitas Ekstra kurikuler

(a) Aktivitas ekstrakurikuler berkaitan dengan usia sehingga siswa akselerasi akan memiliki kesempatan yang kurang untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang penting di luar kurikulum yang normal. Hal ini juga akan menurunkan jumlah waktu untuk memperkenalkan masalah karier pada mereka.

(b) Partisipasi dalam berbagai kegiatan atletik penting untuk setiap siswa. Kegiatan dalam program akselerasi mustahil dapat menyaingi mereka yang mengikuti program sekolah secara normal dalam hal lebih kuat dan lebih terampil.

4) Penyesuaian Emosional

(44)

xliv

(b) Siswa akselerasi akan memiliki kesempatan sedikit sekali dalam masa kanak-kanak dan masa remajanya akan merasa terisolasi atau bersifat agresif terhadap orang lain. Mereka mungkin saja menjadi antisosial karena tidak mampu memiliki hubungan sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya untuk berkencan, menikah, dan membina kehidupan rumah tangga.

(c) Mereka akan kurang mampu menyesuaikan diri dalam kariernya karena menempati karier yang tidak tepat, tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan yang ada sepanjang hidup, atau tidak mampu bekerja secara efektif dengan orang lain.

(d) Tekanan terbentuk sejak kecil, kurangnya kesempatan untuk mengembangkan hal-hal yang cocok dalam bentuk kreativitas atau hobi, dan adanya potensi dikucilkan dari orang lain, akan mengakibatkan kesulitan dalam hidup perkawinannya kelak atau bahkan bunuh diri.

f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi

Menurut Reni Akbar-Hawadi (2004: 122) bahwa “manajemen penyelenggaraan program akselerasi antara lain adalah rekruitmen siswa dan kegiatan pembelajaran”, manajeman penyelenggaraan program akselerasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Rekruitmen Siswa

Siswa yang diterima untuk mengikuti program akselerasi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Proses rekruitmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang berbakat tersebut dilakukan dalam dua tahap:

a) Tahap I

(45)

xlv (1)nilai UAN

(2)skor tes seleksi akademik atau tes potensi anak

(3)skor tes psikologis, yaitu melalui pemeriksaan psikologis yang diperoleh melalui 3 jenis keberbakatan, diantaranya kecerdasan, kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional.

b)Tahap II

Melalui proses penyaringan yang dilakukan dengan dua strategi, yaitu:

(1)Strategi informasi data subjektif, yaitu nominasi dan rekomendasi yang diperoleh dari diri sendiri (calon akseleran), teman sebaya, orang tua dan guru sebagai hasil dari pengamaan.

(2)Strategi informasi data objektif, diperoleh melalui alat-alat tes yang lebih beragam, seperti Tes Intelejensi Kolektif Indonesia (TIKI). 2) kegiatan pembelajaran

a)Guru

Dalam hal ini guru yang mengajar program akselerasi biasanya juga yang mengajar di program reguler, hanya saja mereka telah dipersiapkan sebelumnya melalui lokakarya dan workshop sehingga mereka memiliki pemahaman tentang layanan pendidikan bagi anak berbakat. Guru diupayakan memenuhi kriteria pengajar yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran alternatif.

b)Kurikulum

(46)

xlvi c)Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual berbeda dengan siswa lain (reguler). Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa kelas reguler, serta menekankan perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.

d)Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar

Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas. Antara lain adalah program yang menggunakan teknik pertanyaan tngkat tinggi, stimulasi, membuat kontrak belajar, menggunakan tentor.

g. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Belajar

Ada tiga bentuk yang dapat di kembangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi belajar yaitu:

1) kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model inklusif); Bentuk penyelengaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut :

a) Kelas reguler dengan kelompok (cluster)

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus. b) Kelas reguler dengan pull out

(47)

xlvii

c) Kelas reguler dengan cluster dan pull out

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.

2) Kelas khusus, di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus; dan

3) Sekolah khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

B. Kerangka Pemikiran

Dalam proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan. Tanpa adaya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tindakan berjalan dengan baik. Komponen tersebut sangat cocok diterapkan dalam program pendidikan akselerasi, yang mana program ini diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

(48)

xlviii

Potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul begitu saja tanpa stimulasi yang sesuai. Salah satu stimulasi yang sesuai adalah memberikan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.

Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan program akselerasi. Dengan adanya layanan pendidikan yang sesuai dengan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, maka dirinya merasa diperhatikan dan diakui keberadaannya.

Dalam penyeleggaraan program akselerasi pasti ada kendala-kendala, maka untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut kedua pihak harus melakukan kerjasama untuk mencari solusinya.

(49)

xlix

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan adalah penelitian dari Retno sunarsih, Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Akuntansi, dengan judul Efektivitas Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Karanganyar). Penelitian tersebut menitikberatkan pada keefektivan terhadap pelaksanaan program akselerasi yang diselenggarakan di SMA N 1 Karanganyar. penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penyelenggaraan program akselerasi di SMA N 1 Karanganyar terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap proses, dan tahap evaluasi. Tahap persiapan meliputi seleksi siswa, seleksi guru, penyusunan kurikulum, dan penyediaan sarana dan prasarana. Tahap proses penyelenggaraan akselerasi, model penyelenggaraan akselerasi dibedakan menjadi 3 yaitu model kelas reguler, model kelas khusus, model sekolah khusus. SMA N 1 Karanganyar menggunakan model penyelenggaraan kelas khusus, untuk kelas akselerasi nya berjumlah satu kelas pada tiap tahun ajaran baru. Tahap evaluasi, kompenen-komponen yang dievaluasi yaitu: sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, biaya, evaluasi.

(50)

l

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta. Alasan pemilihan SMAN 3 Surakarta sebagai tempat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan SMA yang menyelenggarakan kelas akselerasi di daerah Surakarta.

b. SMA Negeri 3 Surakarta mempunyai data atau informasi yang memadai untuk kepentingan penelitian.

c. SMA Negeri 3 Surakarta belum pernah dijadikan obyek penelitian mengenai penyelenggaraan kelas akselerasi sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat pada sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan lamanya penelitian ini berlangsung, mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Menurut Bodgen dan Tailor yang dikutip Lexy J. Moleong (2002: 3) menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Hadari Nawawi (1998: 63) menyatakan bahwa :

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

(51)

li

menggambarkan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ditemui sebagaimana adanya baik berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat diamati.

2. Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang. Tunggal dalam artian ”penelitian terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi, atau satu subyek)”. (H.B.Sutopo, 2006: 140). Terpancang dalam artian “sudah terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian”. (H.B. Sutopo, 2006: 139). Jadi penelitian ini terarah pada satu lokasi yaitu SMA Negeri 3 Surakarta dengan batasan penelitian tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.

C. Sumber Data

Pemahaman mengenai sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data informasi yang diperoleh. (H.B. Sutopo, 2006: 56).

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data atau informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian melalui informan, tempat dan waktu penelitian, dokumen dan arsip.

1. Informan

Dalam penelitian pada umumnya, jenis sumber data yang berupa manusia dikenal sebagai responden (respondent). Istilah ini digunakan karena peneliti dianggap memiliki posisi yang lebih penting dibandingkan dengan responden yang hanya sekedar memberikan tanggapan (respon) terhadap apa yang diinginkan oleh penelitii. “Di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan informan daripada responden” (H. B. Sutopo, 2006: 58), karena posisi peneliti dan informan dipandang memiliki kedudukan yang sama pentingnya.

(52)

lii

Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMA Negeri 3 Surakarta. Dari lokasi tersebut akan muncul beragam fenomena yang merupakan peristiwa yang dapat digunakan sebagai data yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu tentang penyelenggaraan kelas akselerasi.

3. Dokumen dan Arsip

Sekolah merupakan lembaga formal. Oleh karena itu kerapian dalam administrasi menjadi bagian yang penting sehingga dokumen atau arsip yang telah tertata dapat dijadikan sebagai sumber data apabila terdapat hubungan dengan masalah yang sedang diteliti. H.B. Sutopo (2006: 61) mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Bila ia merupakan catatan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi sebagai bagian dari mekanisme kegiatannya, ia cenderung disebut arsip”.

D. Teknik Sampling

Teknik cuplikan (sampling) merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (H.B.Sutopo, 2006: 63). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling /sampel bertujuan merupakan sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah tetapi ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang diteliti. Jumlah sampel akan berkembang (snow ball) yaitu dari satu informan ke informan yang lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan mengkaji dokumen atau arsip.

(53)

liii

Menurut H.B. Sutopo (2006: 75), “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar”.

Terdapat empat jenis observasi (H.B. Sutopo, 2006: 75) antara lain :

a. Observasi Tak Berperan. Kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak diketahui oleh subyek yang diamati.

b. Observasi Berperan Pasif. Kehadiran peneliti dalam di lokasi menunjukkan peran yang paling pasif, sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subyek yang diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.

c. Observasi berperan aktif. Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran tersebut hanya bersifat sementara.

d. Observasi berperan penuh. Peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik observasi berperan pasif untuk mengamati perilaku yang muncul di lokasi penelitian. Dalam observasi ini peneliti hanya mendatangi lokasi penelitian, tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.

2. Wawancara

Burhan Bungin (2003: 108) mengemukakan bahwa :

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebaginya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee).

Gambar

Tabel 1 Nilai Semester 2 Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2008/2009
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Model Analisis Interaktif  (Sumber : H. B. Sutopo, 2006: 120)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahan utama) dan katalis enzym (sebagai produk dari mikroorganisme).. Pengaruh dari hambatan pada batch atau

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berorientasi model guided inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem

Menurut Romauli, 2011 data yang dikaji yaitu tanggal, bulan dan tahun persalinan, usia gestasi bayi yang terdahulu lahir harus diketahui karena kelahiran preaterm cenderung

[r]

Praktik pembelajaran yang praktikan lakukan selama kurang lebih dua bulan pada hari dan waktu yang telah ditentukan oleh guru pembimbing, baik di kelas X MIPA 1, X MIPA 2,

Dari Gambar 2 dapat dilihat kualitas media pembelajaran dengan menggunakan spesimen invertebrata dan vertebrata pada materi dunia hewan yang telah dikembangkan menunjukkan bahwa

• Tampilan Gambar 5.5 adalah tampilan bagian form edit tambahan yang berfungsi untuk mengupdate dan menambah history berobat pasien yang pernah berkunjung pada