• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan kurikulum program akselerasi di SMP 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan kurikulum program akselerasi di SMP 3 Tangerang Selatan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

RUDI PURWANTO NIM: 104018200631

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Tangerang Selatan“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari

Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi

Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 24 Juni 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal dan Tanda Tangan

Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP

Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)

NIP. I9560530 198503 1 002

Ketua Prodi Manajemen Pendidikan

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd (………..…...) (………..……….) NIP. 19650717 199403 1 003

Penguji I

Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed (………..…...) (….………..) NIP. 19720704 199703 1 002

Penguji II

Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)

NIP. I9560530 198503 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(3)

pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyelesaikan proses belajarnya lebih cepat dari siswa siswa yang mengikuti program reguler (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).

Program yang diperuntukan bagi siswa berbakat tersebut memerlukan perhatian khusus, supaya peserta didik tidak berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Kurikulum dibuat secara khusus dan disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga kemampuan yang di miliki oleh siswa berbakat dapat berkembang dengan semaksimal mungkin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari penetapan tujuan, pemberian materi/pengalaman belajar, pemilihan strategi/organisasi, hingga evaluasi kurikulum program akselerasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul di peroleh dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program, sekretaris program akselerasi yaitu, guru yang mengajar di kelas akselerasi, Kabag TU, dan dari hasil observasi peneliti di lapangan.

Dari penelitian yang berfokus pada penerapan kurikulum program akselerasi ditemukan bahwa: (1). Tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat; (2). Materi yang di gunakan di ambil dari rumusan materi diknas; (3). Penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswa; (4). Penyeleksian rekruitmen siswa dilakukan secara khusus dan ketat dengan menggunakan berbagai metode (metode tes dan non tes); (5). Pemilihan guru didasarkan pada pertimbangan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian; (6). Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 bulan; (7). Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar; (8). Evaluasi setiap mata pelajaran dibuat oleh guru bidang studi masing-masing dan hasilnya langsung diberitahukan kepada siswa atau diberikan kepada wali kelas.

Akhirnya penulis berharap, semoga dengan adanya penelitian semacam ini pengembangan kurikulum program akselerasi dan pengembangan pendidikan program akselerasi ke depan akan menjadi lebih baik.

(4)

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus

tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak

terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil

selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga

senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga

akhir zaman.

Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan setiap manusia diciptakan

dengan kondisi yang berbeda-beda sebagai bentuk ujian bagi mereka. Seperti firman Allah dalam

surat al-An’am ayat 165 berikut:

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu ...”

Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut

sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya

manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kahidupan. Namun, mereka juga dapat

membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas

pendidikan lewat kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk mengantisipasi segala

kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan

keseimbangan pendidikannya.

Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang

pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis.

Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna,

memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena

(5)

Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada

semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama

penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala

kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs.

H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf

Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan..

3. Bapak Drs. Mujahid, AK dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd dosen Penasehat Akademik, atas motivasinya yang tidak

henti-hentinya telah diberikan selama masa kuliah.

5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan

pelayanan, bimbingan berupa pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan

profesinalisme yang tinggi

6. Bapak Maryono, SE kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, Bpk Sholeh Fathoni selaku

PKS Kurikulum &Pengajaran, Hj. Eni Subekti Koordinator Program Akselerasi, Hj. Siti

Budayah, S.pd Sekretaris Program Akselerasi, Ibu Takhriyah Agustina dan Kabag TU yang

telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan

menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

7. Ayahanda Djohan AZ. dan Ibunda tercinta Siti Zuhroh, bagaimanapun penulis sadar bahwa

tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis

dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta Adek

Teguh Santoso, Puspita Sari, Sumidi, keren Lovenska yang selalu memberikan semangat

kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan di MABES NKRI yang selalu berbagi dalam

suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim (Ozy) sang organisatoris, Shalihin Mujiono sang

(6)

9. Adinda terkhayal Amalia Isnaini (Adhe) yang dalam sosoknya yang mengawang-awang telah

memberikan semangat tersendiri bagi penulis.

10.Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2009/2010.

Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangka untuk mengembangkan nilai

akademis maupun organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen

Pendidikan.

11.Teman-teman Tim Manjeman Sekolah Guru Kreatif (SGK) atas dukungan dan motivasinya

yang terus menerus diberikan kepada penulis untuk penyelesaian karya tulis ini. Semoga

SGK kedepan tetap eksis, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat untuk kemajuan

dunia pendidikan di Indonesia.

12.Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M.

Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani,

Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda

Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz)

semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum

disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak.

Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis

berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu

pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah

jua segala sesuatunya penulis kembalikan.

Ciputat, 03 Juni 2010 M 20 Jumadil Akhir 1431 H

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEPTUAL A. Deskripsi Teori ... 6

1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum ... 6

b. Komponen Kurikulum ... 9

1. Komponen Tujuan ... 9

2. Komponen Materi/Pengalaman Belajar ... 10

3. Komponen Strategi/Organisasi ... 11

4. Komponen Evaluasi ... 11

c. Pengembangan Kurikulum ... 11

2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi ... 12

b. Aspek Psikologis Program Akselerasi ... 15

c. Aspek Yuridis Program Akselerasi ... 17

d. Penerapan Program Akselerasi ... 18

3. Kurikulum Program Akselerasi a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi ... 28

(8)

C. Deskripsi Konseptual ... 31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 33

1. Tujuan Umum Penelitian ... 33

2. Tujuan Khusus Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Wawancara ... 35

2. Observasi ... 35

3. Studi Dokumentasi ... 35

E. Teknik Analisis Data... 35

1. Seleksi Data ... 36

2. Klasifikasi Data ... 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan ... 37

2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan... 38

a. Visi Sekolah ... 38

b. Misi Sekolah ... 39

3. Letak Geografis ... 39

4. Sarana dan Prasarana ... 39

a. Prasarana Belajar ... 40

b. Sarana Belajar ... 40

5. Ekstrakulikuler ... 40

6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ... 41

(9)

8. Struktur Organisasi ... 44

B. Deskripsi Data ... 45

C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian ... 45

1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi ... 46

a. Tujuan Program ... 46

b. Tujuan Pembelajaran ... 47

2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi ... 48

a. Perumusan Materi ... 48

b. Isi Materi ... 49

3. Organisasi/Strategi Belajar Mengajar Kurikulum Program Akselerasi ... 51

a. Karakteristik Siswa ... 51

b. Karakteristik Guru ... 53

c. Waktu Belajar ... 54

d. Pendekatan Belajar ... 56

e. Media Belajar ... 57

f. Lingkungan Belajar ... 58

4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi ... 59

a. Pelaksanaan Evaluasi ... 59

b. Analisis Hasil Evaluasi ... 60

c. Penyampaian Hasil Evaluasi ... 61

D. Kesimpulan ... 62

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness ... 16

Gambar 2 : Faktor penunjang pencapaian out put ... 20

Gambar 3 : Struktur organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan ... 44

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 41

Tabel 2 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel kelas akselerasi tahun pelajaran

2009/2010 ... 41

Tabel 3 : Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya ... 42

Tabel 4 : Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3

Tangerang Selatan ... 42

Tabel 5 : Data guru yang mengajar di kelas akselerasi ... 43

Tabel 6 : Data tenaga kepustakaan (pustakawan) dan laboraturium (Laboran)

... 43

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang

menentukan pertumbuhan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi

dalam pengembangan sumber daya manusia, yang menjadikan peningkatan

kecakapan dan kemampuan sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam

mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.

Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai

kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dalam pengembangan

sumber daya manusia. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang

memiliki wilayah yang sangat luas, usaha pengembangan sumber daya

manusia untuk pembangunan dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal ini

tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no.

20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

1

(12)

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas

untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang

tampak dari penyelenggaran pendidikan seperti ini adalah kurang

terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal.

Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk

memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan

bakatnya secara optimal.

Akibat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal tersebut adalah

kurang terakomodasinya potensi anak yang mempunyai kemampuan dan

kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat), sehingga ketika mereka di kelas

akan merasa jenuh dan bosan sehingga sering berprestasi di bawah potensinya

(under achiever).

Ciri-ciri kelompok anak berbakat antara lain adalah waktu relatif lebih

cepat memahami bahan ajar, baik konsep, prosedur, prinsip maupun fakta

secara komprehensif dengan mengaitkan maupun membandingkan, dan

mampu mengaplikasikan pada berbagai situasi yang berbeda serta mampu

mengungkapkan dengan bahasa sendiri.2

Dengan karakteristik tersebut, anak berbakat dapat menyelesaikan materi

pelajaran lebih cepat dari anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata. Karena

itu perlu dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa berbakat secara

akumulatif dapat menyelesaikan studinya lebih awal dengan standar

kompetensi yang sama dengan siswa yang menyelesaikan studi dalam waktu

regular (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).

Kebijakan pengembangan kurikulum guna memenuhi kebutuhan

pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan istimewa sebenarnya telah

diamanatkan oleh UU sisdikas no. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 bahwa

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak

(13)

memperoleh pendidikan khusus”. Oleh karena itu perlu dikembangkan kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak yang istimewa tersebut.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang

diberlakukan mulai tahun 2006, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum

standar nasional yang digunakan untuk pelaksanaan program percepatan

belajar (akselerasi) pada dasarnya dilakukan untuk membantu peserta didik

yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata untuk

menyelesaikan kegiatan relajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat dan

agar kompetensinya muncul serta berkembang secara maksimal.3 Melalui

proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Lifeskill diharapkan peserta

didik akan menjadi pribadi yang unggul secara akademis maupun

nonakademis.

Perubahan orientasi pelayanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh

perubahan orientasi manajemen pendidikan berbasis pusat menuju menajemen

pendidikan berbasis sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki peluang besar

untuk mengatur dan mengembangkan dirinya dalam memberikan pelayanan

pendidikan kepada anak didiknya.

Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang diterapkan di

tiap-tiap sekolah tetap berada dan tidak terlepas dari koridor kebijakan

pemerintah yang ditetapkan secara nasional. Salah satu ketentuan pemerintah

yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh sekolah yang menerapkan

kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah “penerapan program

percepatan belajar harus mampu mengantarkan anak didik untuk

perkembangan yang seimbang antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan

antara persaingan(kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara

pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir

atomistik, dan keseimbangan antara emosional dan spiritual”.4 Selain itu

3 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 95-97.

(14)

komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi/pengalaman belajar,

organisasi dan evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika

menginginkan mutu lulusan yang baik.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, menarik kiranya untuk diadakan

penelitian berkaitan dengan Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar

(akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Salah satu sekolah yang diberikan

izin dan diakui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, sebagai

sekolah yang melaksanakan program percepatan belajar (akselerasi).

Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat dilakukan pengkajian

lebih lanjut untuk menggambarkan extrapotensi yang dimiliki oleh anak-anak

Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut maka penanganan terhadap anak

yang memiliki kemampuan istimewa dapat mendapatkan tempat yang

semestinya.

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang penerapan kurikulum program akselerasi

(percepatan belajar), identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Kurang efektifnya pelaksanaan program akselerasi di sekolah.

2. Kurang efektifnya penerapan kurikulum program akselerasi di sekolah.

3. Penerapan kurikulum program akselerasi masih terhambat berbagai

kendala di lapangan.

4. Pelaksanaan program akselerasi belum dapat mengantarkan keseimbangan

antara intelektual dan spiritual.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada

masalah-masalah:

1. Penelitian ini difokuskan pada kurikulum program akselerasi yang

(15)

komponen yaitu: tujuan, materi/pengalaman belajar, strategi/organisasi,

dan evaluasi.

2. Kurikulum yang dimaksud adalah pada semester ganjil tahun ajaran

2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini

adalah “Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3

Tangerang Selatan ?”

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam

pengambilan kebijakan yang lebih baik.

2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Penerapan

Kurikulum Program Akselerasi.

3. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajar siswa

akselerasi.

4. Bagi siswa, dapat membantu proses belajar dan diharapkan dapat

meningkatkan pemahamannya terhadap pentingnya mata pelajaran.

5. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan kurikulum program akselerasi

(16)

6

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS DAN DESKRIPSI KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teori

1. Hakekat Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Banyak pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli.

Pengertian satu dengan yang lainnya sangat beragam.

Pada Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bab I pasal I bagian ketentuan umum No. 19 tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani

yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere,

yang artinya jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada

jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish ini disebut

currere.2

1

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h. 4.

2

(17)

Selain di bidang olah raga, istilah kurikulum kemudian juga

digunakan dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah atau

mata pelajaran yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan.

Dalam kamus Webster, kurikulum diberi arti “a. The Aggregate of

course of study given in a school, collage. b. The regular or a

particular course of study in a school, collage”.3 Disini “kurikulum”

khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah

mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk

mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan

pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Kurikulum mengalami perkembangan dan tafsiran yang beragam,

hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan tersendiri,

walaupun di antara berbagai rumusan tersebut terdapat aspek-aspek

persamaan. Diantaranya adalah:

Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and

Practice (1962), seperti yang dikutip oleh Subandijah (1993)

mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.4

Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, dipopulerkan oleh mereka yang

memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah

dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.5

Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut:

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah

sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa

untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter)

dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai

masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata

3Webster’s College Dictionary,

(New York: Random House , 2001), Second Revised, h. 304.

4

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,... h. 2.

5

(18)

ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada

siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna

baginya.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu

program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.

Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain,

sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan

kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun

sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak

terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala

sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti:

bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,

gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya

menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan

dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan

dalam suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian

kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian

sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan

serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari

pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the

school, whether in the classroom or not”6.

Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum

tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga

kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara

intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan

6

(19)

pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah

kurikulum.

Dari berbagai macam pengertian kurikulum di atas, peneliti lebih

cenderung menggunakan pengertian yang di rumuskan oleh depdiknas

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

b. Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri atas

komponen-komponen, yang bekerjasama guna mencapai suatu tujuan.

Masing-masing komponen saling berkaitan erat dan saling menunjang, satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Misalnya tujuan berkaitan

dengan bahan pelajaran karena untuk mencapai tujuan diperlukan

bahan pelajaran. Bahan pelajaran diberikan ketika kegiatan belajar

mengajar berlangsung, setelah itu dievaluasi untuk menilai apakah

tujuan yang ditetapkan telah tercapai.

Komponen-komponen kurikulum tersebut adalah (1). Tujuan, (2).

Materi/Pengalaman belajar, (3). Strategi/Organisasi, (4). Evaluasi.7

1. Komponen Tujuan

Tujuan merupakan batasan cita-cita yang diinginkan dalam

suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dengan adanya tujuan,

manusia dipacu untuk selalu berpijak pada kenyataan dan berfikir

konkret serta lebih khusus. Keberhasilan suatu program dapat

diukur dari seberapa jauh atau seberapa banyak tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan dapat tercapai.

7

(20)

Secara hirarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang

sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan

dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada

tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

b. Tujuan Institusional (TI)

c. Tujuan Kurikuler (TK)

d. Tujuan Instruksional atau tujuan Pembelajaran (TP)8

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik dari tujuan nasional

sampai tujuan pembelajaran, selanjutnya dapat

ditetapkan/direncanakan pelaksanaan pembelajaran. Dewasa ini

lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru diberikan

kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum

sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah.

2. Komponen Materi/Pengalaman belajar

Isi atau materi adalah semua pengalaman belajar yang

diorganisasikan, apa yang harus dipelajari siswa dan kegiatan apa

yang relevan dengan isi.

Isi kurikulum pada hakikatnya adalah materi kurikulum. Dalam

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 BAB I Pasal I Ayat 5

ditetapkan mengenai standar isi kurikulum, bahwa ... “standar isi

adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi

bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran

yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu” 9

.

8

Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., (Jakarta: Kencana 2008) h. 106.

9

(21)

3. Komponen Strategi/Organisasi

Komponen ini tentulah sangat penting dalam suatu proses

pengajaran atau pendidikan. Komponen ini mencakup pembahasan

tentang metode dan teknik yang dipakai, juga mempunyai

keterkaitan erat dengan sarana prasarana, media belajar, cara

mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi.

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan “a plan, method, or

series activities designed to achieve a particulalar education goal”

10

. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan

yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya guru

menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,

baik secara mental, fisik, maupun sosial.

Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek

utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Dalam proses belajar

mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa

mengembangkan pelajarannya.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi ditunjukan untuk melakukan penilaian terhadap

belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan

pembelajaran. Labih lanjut suatu evaluasi/penilaian amat penting

dan tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat

prestasi anak didik tetapi juga sebagai sumber informasi dalam

upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum.

c. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum memiliki peran penting dalam sistem

pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang

tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan

10

(22)

tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang

harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran

kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana

pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.

2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi

a. Pengertian Program Akselerasi

Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar

biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan

mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar

biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya apabila

mendapatkan pendidikan yang yang tidak sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan dan kecerdasanya maka tidak mustahil mereka akan

berpretasi di bawah potensinya (under achiever) atau bahkan menjadi

anak yang bermasalah (mengalami gangguan belajar).

Program pendidikan akselerasi yang dilaksanakan bagi anak yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, melalui tiga jalur

yaitu:

1. Enrichment (pengayaan).

Aktivitas yang memungkinkan perluasan materi kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Kurikulum yang menunjuk pada pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-pengalaman pendidikan, atau suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau tambahan dalam beberapa cara. Program pengayaan ini bertujuan untuk mendukung kurikulum siswa yang lebih dalam atau luas dari pada yang disediakan sekolah pada umumnya.

2. Extention (pendalaman).

Aktivitas yang memungkinkan investasi bidang studi lebih untuk kebanyakan siswa. Pendalaman bisa berbentuk:

a. Jadwal belajar yang fleksibel. b. Mentoring.

c. Kompetisi.

d. Pembelajaran berbasis sumber daya (resource based learning). 3. Acceleration (percepatan).

(23)

kreatif dan penuntasan bahan-bahan sulit. Akselerasi mungkin terjadi pada kelas-kelas khusus.11

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan

kemampuan dan kecerdasan anak di atas rata-rata adalah dengan

program percepatan belajar (akselerasi). Siswa yang mempunyai

kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi kesempatan untuk

menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu penerapan program

akselerasi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum, penerapan program percepatan belajar bertujuan:

a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki

karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif;

b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan

kebutuhan pendidikan dirinya;

c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta

didik;

d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.

2. Tujuan Khusus

a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan

kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan

lebih cepat;

b. Mamacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;

c. Meningkatkan efektivitas dan efensiasi proses pembelajaran

peserta didik. 12

11

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas., Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & BErbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa, 2008., h. 14.

12

(24)

Sebelum membahas lebih jauh tentang akselerasi, akan dijelaskan

terlebih dahulu tentang pengertian akselerasi itu sendiri. Menurut Fox

bahwa akselerasi berarti penyesuaian waktu belajar untuk menemukan

kapasitas siswa, dan penyesuaian diarahkan untuk anstraksi tinggi,

berfikir kreatif dan penuntasan bahan-bahan yang sulit.13

Program Percepatan Belajar (akselerasi) adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.14

Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan

pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang

dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar

sekurang-kurangnya 2 tahun di SMP.15

Uraian di atas menggambarkan secara jelas bahwa pelaksanaan

program akselerasi berbeda dengan program pembelajaran secara

individual atau belajar berkelanjutan. Di dalam program pembelajaran

akselerasi diterapkan keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan

sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasan dalam

mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam mencapai

tujuan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.

Namun dalam program pembelajaran individual, tetap dilakukan dalam

kelas klasikal massal dimana siswa melakukan pembelajaran seperti

biasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program percepatan

belajar adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak

13

Reni Akbar dkk, Kurikulum berdiferensiasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001). h.10.

14

Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006., www.ditlb.or.id/profile.

15

(25)

berbakat dengan jangka waktu pendidikan yang lebih cepat dari

program kelas regular, guna memenuhi kebutuhan anak didik yang

disesuaikan dengan kecerdasan, minat, bakat dan motivasi, yang

didukung oleh kecepatan mengajar guru dan lingkungan belajar yang

mendukung siswa belajar secara cepat.

b. Aspek Psikologis Program Akselerasi

Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak

yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Berkenaan

dengan hal itu maka teori-teori program percepatan belajar yang

digunakan disini adalah mengacu pada teori tentang anak berbakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Terman tentang anak berbakat

dengan menggunakan kriteria IQ yang tinggi untuk menentukan

keberbakatan, telah membuat keberbakatan cenderung diasosiasikan

dengan nilai IQ yang tinggi dan identifikasi anak berbakat pada

umumnya didasarkan pada tes intelegensia (Uni Dimensional)16.

Penilaian ini kemudian dikembangakan oleh Renzulli yang menentang

konsep uni-dimensional tersebut dan mengajukan konsep multiple

talent. Ia menyatakan bahwa sejauh mana seseorang termasuk berbakat

(memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa) tidak hanya

ditentukan oleh tes intelegensia saja, melainkan juga kreatifitas dan

tanggung jawab terhadap tugas. Karena intelegensia yang tinggi belum

cukup menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, demikian

pula kreatifitas tanpa mengikat diri dengan tugas belum menjamin

prestasi unggul. Oleh karena itu, ketiga ciri tersebut merupakan unsur

yang esensial dan penting dalam menentukan keberbakatan

seseorang.17 Sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:

16

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gransindo, 1999), Cet. Ke-3, h. 20-21.

17

(26)

Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18.

Dari gambar di atas terlihat bahwa anak yang berbakat tidak cukup

hanya mempunyai kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus

memiliki kreatifitas, komitmen terhadap tugas, dan kemampuan diatas

rata-rata secara bersamaan.

Kemudian, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang

luar biasa tidak selamanya melakukan hal-hal yang selalu bersifat

positif, tetapi mereka juga seperti layaknya anak pada umumnya yang

membutuhkan pengertian, perhatian, aktualisasi diri dan penghargaan.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ada kemungkinan

timbul masalah-masalah psikologis tertentu , misalnya:

1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;

2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;

3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksa atau mempertahankan pendapat; 4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah

tersinggung atau peka terhadap kritik;

5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada

18

(27)

kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;

6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;

7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;

8. Sikap acuh dan tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.19

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah perlu

mengadakan bimbingan dan konseling. Selain mengadakan bimbingan

dan konseling, perlu diupayakan pula untuk memberikan kepuasan

rohani yang bermanfaat dengan memberikan pelayanan pendidikan

yang disesuaikan dengan bakat, minat kemampuan dan kecerdasan

anak didiknya.

c. Aspek Yuridis Program Akselerasi

Selain landasan teoritis tentang anak berbakat dalam menjalankan

program akselerasi, tiap-tiap sekolah yang telah menerapkan program

akselerasi ini juga mempunyai landasan hukum Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003, antara lain :

Bab II Pasal 3:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.20

19

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. 22-23.

20

(28)

Bab IV Pasal 5 ayat 4 :

“ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “ .21

Bab V Pasal 12 ayat 1 :

“ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai

dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan “.22

Bab VI Pasal 32 ayat I :

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.23

Perundangan yang menyangkut perlindungan anak juga

memberikan penegasan melalui UU No 23/2002 pasal 52 yang mengamanatkan bahwa ”anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebelitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.

Pemberian pendidikan khusus bukan sekedar memberikan

kesempatan memperoleh pendidikan tetapi harus mengkondisikan pada

peluang bagi pengembangan potensi khusus dan kebutuhan yang anak

miliki. Sebagai konsekuensi dari ketentuan ini maka harus disediakan

kurikulum, evaluasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

d. Penerapan Program Akselerasi

Penyelenggaraan program akselerasi merupakan salah satu

program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai

keunggulan dalam pendidikannya (outputnya). Pendidikan adalah

suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta

21

Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 7. 22

Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 9. 23

(29)

didik. Secara konkrit perubahan perilaku tersebut mencakup kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas/atau

bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu

mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.

Pengembangan tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan

terarah. Tanpa pelayanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta

didik yang berpotensi cerdas dan atau bakat istimewa, bangsa

Indonesia yang tidak terukur nilainya.

Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang satu sama lain saling berkait. Faktor tersebut merupakan

sistem dalam sistem pendidikan. Bila ingin mengembangkan

sub-sistem tertentu, menuntut penyesuaian sub-sub-sistem yang lain.

Faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak

berbakat sedikitnya terdiri dari delapan faktor, sebagaimana dikutip

oleh Busro yaitu: (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tujuan

pendidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7)

lingkungan, (8) proses belajar mengajar, yang digambarkan secara

diagramatis seperti dibawah ini24.

24

(30)

Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25

Pertama, masukan (input, intake). Pada dasarnya siswa yang

mengikuti pelayanan pendidikan akselerasi terbuka untuk semuanya

yang dalam pelaksanaan pembelajaran memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini sekolah. Siswa

diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang

dapat dipertanggung jawabkan.

Proses penerimaan peserta didik harus bersifat objektif, transparan,

akuntabel dan dilakukan seleksi secara ketat, dengan menerapkan

tahapan sebagai berikut:

1. Seleksi Administrasi

a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0

b. Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0

25

(31)

2. Psikologis

Setelah peserta didik diidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes inteligensi, tes kreatifitas, dan skala Task Commitment. Untuk

pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas

Istimewa/Berbakat Istimewa (PDCI/BI) pada tahap ini diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa anak berbakat. Skala Task Commitment, yang mengacu pada indikator: a. tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah)

b. mandiri dan bertanggungjawab

c. menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang

d. suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang tinggi

e. konsentrasi baik

f. mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (working improvment)

g. mempunyai hasrat bekerja sebaik-baiknya (working the best he/she can)

h. mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis 3. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan dari

dokter.

4. kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/wali, yaitu pernyataan tertulis dari peserta didik dan orang tua/wali untuk mengikuti program akselerasi.26

Kedua, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum

berdiferensiasi. Kurikulum berdiferensiasi bertitik tolak dari kurikulum

umum, yang merupakan dasar bagi semua anak didik dan memberikan

pengalaman belajar berupa dasar-dasar ketrampilan, pengetahuan,

pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang akan

memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan

masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi27.

Kurikulum ini dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta

26

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 76-78.

27

(32)

melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman

pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang berbermakna dan tepat antar substansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni berkembang secara dinamis. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antara semua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

(33)

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara28.

Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan

yang menanganinya harus terdiri atas tenaga kependidikan yang

unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan

metode, dan media pembelajaran, maupun komitmen dalam

melaksanakan tugas. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki

oleh seorang guru/pendidik terdiri dari: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi

sosial29.

Secara spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh

seorang guru yang mengajar di program akselerasi, antara lain:

1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-I yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri/swasta yang terakreditasi A atau setara dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.

4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa (baik cerdas istimewa secara umum, maupun peserta didik yang cerdas istimewa pada bidang khusus).

5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.

6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi :

a. perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.

b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan.

7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar.

28

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. ... 44-46.

29

(34)

8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. 9. Mampu mengembangan kreativitas peserta didik.

10.Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.

11.Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.

12.Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurangkurangnya tiga tahun dengan prestasi yang baik. 13.Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan

(stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan30.

Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk

dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi,

oleh karena itu sarana dan prasarana yang digunakan pun harus sesuai

dengan standar. Yang dimaksud dengan standar sarana dan prasarana

adalah standat nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal tentang ruang, tempat berolahraga, tempat beribadah,

perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat

berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi31. Secara terperinci Depdikas

menyebutkan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan khusus

PDCI/BI ( program akselerasi), harus memenuhi sarana dan prasarana

penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan

peserta didik yang mencakup sarana dan prasarana belajar sebagai

berikut:

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 81-82.

31

(35)

d. Kantin sekolah, koperasi sekolah, mushola/tempat ibadah dan kaset video, VCD, CD-ROM, dan sebagainya.

b. Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP,

wireless, slide projektor, LD/LCD/VCD/DVD player,

komputer, dan sebagainya.

c. Alat praktik dan alat peraga seperti, torso, peta dinding, globe, dsb.

d. Adanya sarana TIK berupa jaringan berupa jaringan intranet dan internet, yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain32.

Kelima, Dana. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana

yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya operasional

pendidikan. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari

dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi

satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan

yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan

berkelanjutan33.

Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

2. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan

oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

32

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 82-83.

33

(36)

4. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji; (2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.

5. Standar biaya operasional pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP34.

Sumber dana atau pembiayaan berasal dari orang tua siswa,

pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah

pusat. Penyelenggara program akselerasi harus mampu menggalang

dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah yang cukup memadai

untuk membiayai kegiatan operasional dan peningkatan mutu program

akselerasi35.

Keenam, manajemen. Seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah

harus diberdayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Disinilah peran penting manajemen karena dalam implementasi

kurikululum menuntut adanya pelaksanaan pengorganisasian,

koordinasi motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem

komunikasi dan monitoring yang efektif, secara keseluruhan berasal

dari ilmu manajemen. Dengan kata lain, tanpa pemberdayaan konsep

manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak

berlangsung secara efektif36. Untuk itu manajemen pada sekolah

dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat

fleksibilitas yang tinggi, realitis dan berorientasi pada peningkatan

mutu pendidikan jauh kedepan.

Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan untuk

mendukung terciptanya proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini

dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi

34

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42.

35

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 86.

36

(37)

keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam

arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah.

Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakaan, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organiasasi dan bahan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas pesrta didik37.

Oleh karena itu sekolah, masyarakat, keluarga dan semua pihak

harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses belajar

mengajar program akselerasi berjalan dengan baik sehingga

menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua

pihak.

Kedelapan, proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan

lulusan yang bermutu, oleh karena itu seyogyanya bagi guru yang

mengajar di kelas akselerasi tidak hanya menambahkan dengan

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tetapi harus

pula ditingkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan

pembelajaran. Sebab tanpa itu sesungguhnya guru telah

memberlakukan menu pembelajaran dengan materi yang tidak sesuai

dengan karakter mereka yang berkemampuan di atas rata-rata peserta

didik38.

Kesembilan, Output. Yang dimaksud dengan Output pendidikan

adalah siswa lulusan sekolah yang dihasilkan dari proses kegiatan

belajar mengajar39. Dari output ini akan terlihat apakah komponen

yang telah disebutkan di atas berjalan dengan semestinya atau tidak,

jika komponen-kompenen tersebut dapat berjalan dengan semestinya

37

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 76.

38

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 55.

39

(38)

maka akan tercapai tujuan dari penyelenggaran program akselerasi

yaitu membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kecerdasan

spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan

dan kebugaran fisik, dan juga membentuk manusia berkualitas yang

kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan

berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab,

serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut

dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional40.

3. Kurikulum Program Akselerasi

a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi

Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah

kurikulum nasional standar yang dilakukan improvisasi waktu sesuai

dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar

serta motivasi belajar.

Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulum tahun 1994

dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang

esensial dan dikembangakan melalui sistem pembelajaran yang dapat

memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika,

etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikikir

holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen untuk memenuhi

tuntutan masa kini dan masa depan41.

Kurikulum percepatan belajar ini lebih dikenal dengan sebutan “kurikulum berdiferensiasi”. Istilah diferensiasi dalam pengertian “kurikulum berdiferensiasi” menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh

40

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h.10.

41

(39)

kembang bakat tertentu. Jadi, ada perbedaan dengan kurikulum yang

sedang berlaku di Negara kita.42.

Diferensiasi adalah konsep yang cukup sulit ditentukan secara pasti

sebab diferensiasi terkait dengan pemahaman perbedaan individual dan

penemuan strategi instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa

dan harus ditumbuhkan, diterapkan dalam situasi sekolah dan situasi

kelas.43

Clendening & Davies seperti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi

menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran

yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi

instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan

rencana yang memfasilitasi kinerja siswa.44

Pengertian kurikulum program percepatan belajar atau kurikulum

pendidikan khusus bagi PDCI/BI menurut pedoman penyelenggaraan

pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa adalah:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sestematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang45.

Dalam pengembangannya kurikulum berdiferensiasi memiliki

empat dimensi dan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat

secara terpisah. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dimensi umum

Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar,

pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap.

42

Conny R. Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1992) h. 8.

43

Direktorat PSLB, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas., Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa, 2009. h. 17.

44

Reni Akbar-Hawadi, Kurikulum Berdiferensiasi, ... h. 3.

45

(40)

2. Dimensi yang dideferensiasikan

Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan

peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar

biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang

studi tertentu.

3. Dimensi non akademis

Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar

di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain (radio, TV,

internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan musium).

4. Dimensi suasana belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga

dan sekolah, iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman,

hubungan antara peserta didik dengan guru, dan lain-lain.46

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum percepatan belajar atau

kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional yang diimprovisasi

dan disusun khusus disesuaikan dengan keceradasan, minat dan bakat

siswa guna memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan

spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat

mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan

sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini

dan mendatang.

b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi

Penerapan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi)

berarti penerapan komponen kurikulum itu sendiri yang terdiri dari

Tujuan, Materi/Pengalaman belajar, Strategi/Organisasi, Evaluasi,

seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Pelaksanaan komponen ini

tidak sama dengan program reguler karena perencanaan dan

pelaksanaannya dibuat khusus untuk memberikan pendidikan pada

anak berbakat. Selain pelaksanaan komponen kurikulum, pengadaan

46

Gambar

Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness ...................................
Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18.
Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25
tabel berikut:
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan juga dilakukan oleh Christiana Okky Augusta Lovenia (2012), yang berjudul “Analisis

Sekretariat DPRD Kabupaten Bangka Tengah akan merencanakan pegadaan Barang/Jasa sebagai berikut:. Pengguna Anggaran :

kompilasi tetap mempertahankan norma al-Nisa' ayat 11 yang telah menjadi standar dalarn hukun} islarn. c) Asas Individual, yang berarti bahwa harta warisan mesti

Serial animasi sedikit banyak memberikan pengaruh dalam perkembangan krakter anak, dari kebiasaan anak untuk menonton serial animasi dapat menumbuhkan lima nilai karakter

Rencana usaha ini awalnya memiliki tujuan yang baik untuk masa depan kami. Tujuannya selain ingin mendapat keuntungan dan tambahan uang saku, usaha ini

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Dalam mengetahui hubungan antara polifarmasi yang terjadi pada pengobatan pasien dengan kejadian drug- related problems (DRPs) yang terjadi pada sampel penelitian, yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulisan buku teks telah menyajikan peran kedua tokoh di setiap peristiwa sejarah mulai dari masa pergerakan kebangsaan,