Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
RUDI PURWANTO NIM: 104018200631
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Tangerang Selatan“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari
Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 24 Juni 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal dan Tanda Tangan
Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)
NIP. I9560530 198503 1 002
Ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd (………..…...) (………..……….) NIP. 19650717 199403 1 003
Penguji I
Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed (………..…...) (….………..) NIP. 19720704 199703 1 002
Penguji II
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)
NIP. I9560530 198503 1 002
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyelesaikan proses belajarnya lebih cepat dari siswa siswa yang mengikuti program reguler (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).
Program yang diperuntukan bagi siswa berbakat tersebut memerlukan perhatian khusus, supaya peserta didik tidak berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Kurikulum dibuat secara khusus dan disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga kemampuan yang di miliki oleh siswa berbakat dapat berkembang dengan semaksimal mungkin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari penetapan tujuan, pemberian materi/pengalaman belajar, pemilihan strategi/organisasi, hingga evaluasi kurikulum program akselerasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul di peroleh dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program, sekretaris program akselerasi yaitu, guru yang mengajar di kelas akselerasi, Kabag TU, dan dari hasil observasi peneliti di lapangan.
Dari penelitian yang berfokus pada penerapan kurikulum program akselerasi ditemukan bahwa: (1). Tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat; (2). Materi yang di gunakan di ambil dari rumusan materi diknas; (3). Penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswa; (4). Penyeleksian rekruitmen siswa dilakukan secara khusus dan ketat dengan menggunakan berbagai metode (metode tes dan non tes); (5). Pemilihan guru didasarkan pada pertimbangan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian; (6). Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 bulan; (7). Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar; (8). Evaluasi setiap mata pelajaran dibuat oleh guru bidang studi masing-masing dan hasilnya langsung diberitahukan kepada siswa atau diberikan kepada wali kelas.
Akhirnya penulis berharap, semoga dengan adanya penelitian semacam ini pengembangan kurikulum program akselerasi dan pengembangan pendidikan program akselerasi ke depan akan menjadi lebih baik.
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus
tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak
terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil
selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga
akhir zaman.
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan setiap manusia diciptakan
dengan kondisi yang berbeda-beda sebagai bentuk ujian bagi mereka. Seperti firman Allah dalam
surat al-An’am ayat 165 berikut:
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu ...”
Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut
sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya
manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kahidupan. Namun, mereka juga dapat
membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas
pendidikan lewat kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk mengantisipasi segala
kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan
keseimbangan pendidikannya.
Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang
pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna,
memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena
Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama
penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs.
H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf
Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan..
3. Bapak Drs. Mujahid, AK dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd dosen Penasehat Akademik, atas motivasinya yang tidak
henti-hentinya telah diberikan selama masa kuliah.
5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan
pelayanan, bimbingan berupa pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan
profesinalisme yang tinggi
6. Bapak Maryono, SE kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, Bpk Sholeh Fathoni selaku
PKS Kurikulum &Pengajaran, Hj. Eni Subekti Koordinator Program Akselerasi, Hj. Siti
Budayah, S.pd Sekretaris Program Akselerasi, Ibu Takhriyah Agustina dan Kabag TU yang
telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan
menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
7. Ayahanda Djohan AZ. dan Ibunda tercinta Siti Zuhroh, bagaimanapun penulis sadar bahwa
tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis
dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta Adek
Teguh Santoso, Puspita Sari, Sumidi, keren Lovenska yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan di MABES NKRI yang selalu berbagi dalam
suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim (Ozy) sang organisatoris, Shalihin Mujiono sang
9. Adinda terkhayal Amalia Isnaini (Adhe) yang dalam sosoknya yang mengawang-awang telah
memberikan semangat tersendiri bagi penulis.
10.Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2009/2010.
Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangka untuk mengembangkan nilai
akademis maupun organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen
Pendidikan.
11.Teman-teman Tim Manjeman Sekolah Guru Kreatif (SGK) atas dukungan dan motivasinya
yang terus menerus diberikan kepada penulis untuk penyelesaian karya tulis ini. Semoga
SGK kedepan tetap eksis, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat untuk kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia.
12.Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M.
Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani,
Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda
Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz)
semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum
disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak.
Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis
berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu
pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah
jua segala sesuatunya penulis kembalikan.
Ciputat, 03 Juni 2010 M 20 Jumadil Akhir 1431 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II : DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEPTUAL A. Deskripsi Teori ... 6
1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum ... 6
b. Komponen Kurikulum ... 9
1. Komponen Tujuan ... 9
2. Komponen Materi/Pengalaman Belajar ... 10
3. Komponen Strategi/Organisasi ... 11
4. Komponen Evaluasi ... 11
c. Pengembangan Kurikulum ... 11
2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi ... 12
b. Aspek Psikologis Program Akselerasi ... 15
c. Aspek Yuridis Program Akselerasi ... 17
d. Penerapan Program Akselerasi ... 18
3. Kurikulum Program Akselerasi a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi ... 28
C. Deskripsi Konseptual ... 31
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 33
1. Tujuan Umum Penelitian ... 33
2. Tujuan Khusus Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
1. Tempat Penelitian ... 33
2. Waktu Penelitian ... 34
C. Metode Penelitian ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
1. Wawancara ... 35
2. Observasi ... 35
3. Studi Dokumentasi ... 35
E. Teknik Analisis Data... 35
1. Seleksi Data ... 36
2. Klasifikasi Data ... 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan ... 37
2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan... 38
a. Visi Sekolah ... 38
b. Misi Sekolah ... 39
3. Letak Geografis ... 39
4. Sarana dan Prasarana ... 39
a. Prasarana Belajar ... 40
b. Sarana Belajar ... 40
5. Ekstrakulikuler ... 40
6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ... 41
8. Struktur Organisasi ... 44
B. Deskripsi Data ... 45
C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian ... 45
1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi ... 46
a. Tujuan Program ... 46
b. Tujuan Pembelajaran ... 47
2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi ... 48
a. Perumusan Materi ... 48
b. Isi Materi ... 49
3. Organisasi/Strategi Belajar Mengajar Kurikulum Program Akselerasi ... 51
a. Karakteristik Siswa ... 51
b. Karakteristik Guru ... 53
c. Waktu Belajar ... 54
d. Pendekatan Belajar ... 56
e. Media Belajar ... 57
f. Lingkungan Belajar ... 58
4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi ... 59
a. Pelaksanaan Evaluasi ... 59
b. Analisis Hasil Evaluasi ... 60
c. Penyampaian Hasil Evaluasi ... 61
D. Kesimpulan ... 62
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness ... 16
Gambar 2 : Faktor penunjang pencapaian out put ... 20
Gambar 3 : Struktur organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 41
Tabel 2 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel kelas akselerasi tahun pelajaran
2009/2010 ... 41
Tabel 3 : Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya ... 42
Tabel 4 : Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3
Tangerang Selatan ... 42
Tabel 5 : Data guru yang mengajar di kelas akselerasi ... 43
Tabel 6 : Data tenaga kepustakaan (pustakawan) dan laboraturium (Laboran)
... 43
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang
menentukan pertumbuhan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi
dalam pengembangan sumber daya manusia, yang menjadikan peningkatan
kecakapan dan kemampuan sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam
mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.
Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai
kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dalam pengembangan
sumber daya manusia. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang
memiliki wilayah yang sangat luas, usaha pengembangan sumber daya
manusia untuk pembangunan dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal ini
tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no.
20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
1
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas
untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang
tampak dari penyelenggaran pendidikan seperti ini adalah kurang
terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal.
Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk
memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan
bakatnya secara optimal.
Akibat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal tersebut adalah
kurang terakomodasinya potensi anak yang mempunyai kemampuan dan
kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat), sehingga ketika mereka di kelas
akan merasa jenuh dan bosan sehingga sering berprestasi di bawah potensinya
(under achiever).
Ciri-ciri kelompok anak berbakat antara lain adalah waktu relatif lebih
cepat memahami bahan ajar, baik konsep, prosedur, prinsip maupun fakta
secara komprehensif dengan mengaitkan maupun membandingkan, dan
mampu mengaplikasikan pada berbagai situasi yang berbeda serta mampu
mengungkapkan dengan bahasa sendiri.2
Dengan karakteristik tersebut, anak berbakat dapat menyelesaikan materi
pelajaran lebih cepat dari anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata. Karena
itu perlu dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa berbakat secara
akumulatif dapat menyelesaikan studinya lebih awal dengan standar
kompetensi yang sama dengan siswa yang menyelesaikan studi dalam waktu
regular (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).
Kebijakan pengembangan kurikulum guna memenuhi kebutuhan
pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan istimewa sebenarnya telah
diamanatkan oleh UU sisdikas no. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 bahwa
“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus”. Oleh karena itu perlu dikembangkan kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak yang istimewa tersebut.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang
diberlakukan mulai tahun 2006, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum
standar nasional yang digunakan untuk pelaksanaan program percepatan
belajar (akselerasi) pada dasarnya dilakukan untuk membantu peserta didik
yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata untuk
menyelesaikan kegiatan relajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat dan
agar kompetensinya muncul serta berkembang secara maksimal.3 Melalui
proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Lifeskill diharapkan peserta
didik akan menjadi pribadi yang unggul secara akademis maupun
nonakademis.
Perubahan orientasi pelayanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh
perubahan orientasi manajemen pendidikan berbasis pusat menuju menajemen
pendidikan berbasis sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki peluang besar
untuk mengatur dan mengembangkan dirinya dalam memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak didiknya.
Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang diterapkan di
tiap-tiap sekolah tetap berada dan tidak terlepas dari koridor kebijakan
pemerintah yang ditetapkan secara nasional. Salah satu ketentuan pemerintah
yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh sekolah yang menerapkan
kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah “penerapan program
percepatan belajar harus mampu mengantarkan anak didik untuk
perkembangan yang seimbang antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan
antara persaingan(kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara
pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir
atomistik, dan keseimbangan antara emosional dan spiritual”.4 Selain itu
3 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 95-97.
komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi/pengalaman belajar,
organisasi dan evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika
menginginkan mutu lulusan yang baik.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, menarik kiranya untuk diadakan
penelitian berkaitan dengan Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar
(akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Salah satu sekolah yang diberikan
izin dan diakui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, sebagai
sekolah yang melaksanakan program percepatan belajar (akselerasi).
Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat dilakukan pengkajian
lebih lanjut untuk menggambarkan extrapotensi yang dimiliki oleh anak-anak
Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut maka penanganan terhadap anak
yang memiliki kemampuan istimewa dapat mendapatkan tempat yang
semestinya.
B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang penerapan kurikulum program akselerasi
(percepatan belajar), identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1. Kurang efektifnya pelaksanaan program akselerasi di sekolah.
2. Kurang efektifnya penerapan kurikulum program akselerasi di sekolah.
3. Penerapan kurikulum program akselerasi masih terhambat berbagai
kendala di lapangan.
4. Pelaksanaan program akselerasi belum dapat mengantarkan keseimbangan
antara intelektual dan spiritual.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
masalah-masalah:
1. Penelitian ini difokuskan pada kurikulum program akselerasi yang
komponen yaitu: tujuan, materi/pengalaman belajar, strategi/organisasi,
dan evaluasi.
2. Kurikulum yang dimaksud adalah pada semester ganjil tahun ajaran
2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini
adalah “Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3
Tangerang Selatan ?”
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam
pengambilan kebijakan yang lebih baik.
2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Penerapan
Kurikulum Program Akselerasi.
3. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajar siswa
akselerasi.
4. Bagi siswa, dapat membantu proses belajar dan diharapkan dapat
meningkatkan pemahamannya terhadap pentingnya mata pelajaran.
5. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan kurikulum program akselerasi
6
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS DAN DESKRIPSI KONSEPTUAL
A. Deskripsi Teori
1. Hakekat Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Banyak pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli.
Pengertian satu dengan yang lainnya sangat beragam.
Pada Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bab I pasal I bagian ketentuan umum No. 19 tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani
yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere,
yang artinya jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada
jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish ini disebut
currere.2
1
Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h. 4.
2
Selain di bidang olah raga, istilah kurikulum kemudian juga
digunakan dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah atau
mata pelajaran yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan.
Dalam kamus Webster, kurikulum diberi arti “a. The Aggregate of
course of study given in a school, collage. b. The regular or a
particular course of study in a school, collage”.3 Disini “kurikulum”
khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah
mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan
pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Kurikulum mengalami perkembangan dan tafsiran yang beragam,
hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan tersendiri,
walaupun di antara berbagai rumusan tersebut terdapat aspek-aspek
persamaan. Diantaranya adalah:
Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and
Practice (1962), seperti yang dikutip oleh Subandijah (1993)
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.4
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah
dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.5
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut:
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah
sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter)
dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai
masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata
3Webster’s College Dictionary,
(New York: Random House , 2001), Second Revised, h. 304.
4
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,... h. 2.
5
ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada
siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna
baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain,
sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan
kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun
sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti:
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya
menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan
dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan
dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian
kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan
serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari
pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the
school, whether in the classroom or not”6.
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara
intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan
6
pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Dari berbagai macam pengertian kurikulum di atas, peneliti lebih
cenderung menggunakan pengertian yang di rumuskan oleh depdiknas
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen-komponen, yang bekerjasama guna mencapai suatu tujuan.
Masing-masing komponen saling berkaitan erat dan saling menunjang, satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Misalnya tujuan berkaitan
dengan bahan pelajaran karena untuk mencapai tujuan diperlukan
bahan pelajaran. Bahan pelajaran diberikan ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung, setelah itu dievaluasi untuk menilai apakah
tujuan yang ditetapkan telah tercapai.
Komponen-komponen kurikulum tersebut adalah (1). Tujuan, (2).
Materi/Pengalaman belajar, (3). Strategi/Organisasi, (4). Evaluasi.7
1. Komponen Tujuan
Tujuan merupakan batasan cita-cita yang diinginkan dalam
suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dengan adanya tujuan,
manusia dipacu untuk selalu berpijak pada kenyataan dan berfikir
konkret serta lebih khusus. Keberhasilan suatu program dapat
diukur dari seberapa jauh atau seberapa banyak tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
7
Secara hirarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang
sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan
dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada
tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
b. Tujuan Institusional (TI)
c. Tujuan Kurikuler (TK)
d. Tujuan Instruksional atau tujuan Pembelajaran (TP)8
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik dari tujuan nasional
sampai tujuan pembelajaran, selanjutnya dapat
ditetapkan/direncanakan pelaksanaan pembelajaran. Dewasa ini
lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru diberikan
kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah.
2. Komponen Materi/Pengalaman belajar
Isi atau materi adalah semua pengalaman belajar yang
diorganisasikan, apa yang harus dipelajari siswa dan kegiatan apa
yang relevan dengan isi.
Isi kurikulum pada hakikatnya adalah materi kurikulum. Dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 BAB I Pasal I Ayat 5
ditetapkan mengenai standar isi kurikulum, bahwa ... “standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu” 9
.
8
Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., (Jakarta: Kencana 2008) h. 106.
9
3. Komponen Strategi/Organisasi
Komponen ini tentulah sangat penting dalam suatu proses
pengajaran atau pendidikan. Komponen ini mencakup pembahasan
tentang metode dan teknik yang dipakai, juga mempunyai
keterkaitan erat dengan sarana prasarana, media belajar, cara
mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan “a plan, method, or
series activities designed to achieve a particulalar education goal”
10
. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya guru
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek
utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Dalam proses belajar
mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa
mengembangkan pelajarannya.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi ditunjukan untuk melakukan penilaian terhadap
belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran. Labih lanjut suatu evaluasi/penilaian amat penting
dan tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat
prestasi anak didik tetapi juga sebagai sumber informasi dalam
upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum.
c. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum memiliki peran penting dalam sistem
pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang
tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan
10
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran
kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana
pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi
a. Pengertian Program Akselerasi
Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar
biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan
mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya apabila
mendapatkan pendidikan yang yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan kecerdasanya maka tidak mustahil mereka akan
berpretasi di bawah potensinya (under achiever) atau bahkan menjadi
anak yang bermasalah (mengalami gangguan belajar).
Program pendidikan akselerasi yang dilaksanakan bagi anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, melalui tiga jalur
yaitu:
1. Enrichment (pengayaan).
Aktivitas yang memungkinkan perluasan materi kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Kurikulum yang menunjuk pada pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-pengalaman pendidikan, atau suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau tambahan dalam beberapa cara. Program pengayaan ini bertujuan untuk mendukung kurikulum siswa yang lebih dalam atau luas dari pada yang disediakan sekolah pada umumnya.
2. Extention (pendalaman).
Aktivitas yang memungkinkan investasi bidang studi lebih untuk kebanyakan siswa. Pendalaman bisa berbentuk:
a. Jadwal belajar yang fleksibel. b. Mentoring.
c. Kompetisi.
d. Pembelajaran berbasis sumber daya (resource based learning). 3. Acceleration (percepatan).
kreatif dan penuntasan bahan-bahan sulit. Akselerasi mungkin terjadi pada kelas-kelas khusus.11
Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kecerdasan anak di atas rata-rata adalah dengan
program percepatan belajar (akselerasi). Siswa yang mempunyai
kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi kesempatan untuk
menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu penerapan program
akselerasi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum, penerapan program percepatan belajar bertujuan:
a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki
karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif;
b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pendidikan dirinya;
c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta
didik;
d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.
2. Tujuan Khusus
a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan
lebih cepat;
b. Mamacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;
c. Meningkatkan efektivitas dan efensiasi proses pembelajaran
peserta didik. 12
11
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas., Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & BErbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa, 2008., h. 14.
12
Sebelum membahas lebih jauh tentang akselerasi, akan dijelaskan
terlebih dahulu tentang pengertian akselerasi itu sendiri. Menurut Fox
bahwa akselerasi berarti penyesuaian waktu belajar untuk menemukan
kapasitas siswa, dan penyesuaian diarahkan untuk anstraksi tinggi,
berfikir kreatif dan penuntasan bahan-bahan yang sulit.13
Program Percepatan Belajar (akselerasi) adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.14
Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan
pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang
dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar
sekurang-kurangnya 2 tahun di SMP.15
Uraian di atas menggambarkan secara jelas bahwa pelaksanaan
program akselerasi berbeda dengan program pembelajaran secara
individual atau belajar berkelanjutan. Di dalam program pembelajaran
akselerasi diterapkan keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan
sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasan dalam
mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam mencapai
tujuan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.
Namun dalam program pembelajaran individual, tetap dilakukan dalam
kelas klasikal massal dimana siswa melakukan pembelajaran seperti
biasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program percepatan
belajar adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak
13
Reni Akbar dkk, Kurikulum berdiferensiasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001). h.10.
14
Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006., www.ditlb.or.id/profile.
15
berbakat dengan jangka waktu pendidikan yang lebih cepat dari
program kelas regular, guna memenuhi kebutuhan anak didik yang
disesuaikan dengan kecerdasan, minat, bakat dan motivasi, yang
didukung oleh kecepatan mengajar guru dan lingkungan belajar yang
mendukung siswa belajar secara cepat.
b. Aspek Psikologis Program Akselerasi
Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak
yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Berkenaan
dengan hal itu maka teori-teori program percepatan belajar yang
digunakan disini adalah mengacu pada teori tentang anak berbakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Terman tentang anak berbakat
dengan menggunakan kriteria IQ yang tinggi untuk menentukan
keberbakatan, telah membuat keberbakatan cenderung diasosiasikan
dengan nilai IQ yang tinggi dan identifikasi anak berbakat pada
umumnya didasarkan pada tes intelegensia (Uni Dimensional)16.
Penilaian ini kemudian dikembangakan oleh Renzulli yang menentang
konsep uni-dimensional tersebut dan mengajukan konsep multiple
talent. Ia menyatakan bahwa sejauh mana seseorang termasuk berbakat
(memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa) tidak hanya
ditentukan oleh tes intelegensia saja, melainkan juga kreatifitas dan
tanggung jawab terhadap tugas. Karena intelegensia yang tinggi belum
cukup menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, demikian
pula kreatifitas tanpa mengikat diri dengan tugas belum menjamin
prestasi unggul. Oleh karena itu, ketiga ciri tersebut merupakan unsur
yang esensial dan penting dalam menentukan keberbakatan
seseorang.17 Sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:
16
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gransindo, 1999), Cet. Ke-3, h. 20-21.
17
Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18.
Dari gambar di atas terlihat bahwa anak yang berbakat tidak cukup
hanya mempunyai kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus
memiliki kreatifitas, komitmen terhadap tugas, dan kemampuan diatas
rata-rata secara bersamaan.
Kemudian, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
luar biasa tidak selamanya melakukan hal-hal yang selalu bersifat
positif, tetapi mereka juga seperti layaknya anak pada umumnya yang
membutuhkan pengertian, perhatian, aktualisasi diri dan penghargaan.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ada kemungkinan
timbul masalah-masalah psikologis tertentu , misalnya:
1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksa atau mempertahankan pendapat; 4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik;
5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
18
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;
6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;
7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
8. Sikap acuh dan tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.19
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah perlu
mengadakan bimbingan dan konseling. Selain mengadakan bimbingan
dan konseling, perlu diupayakan pula untuk memberikan kepuasan
rohani yang bermanfaat dengan memberikan pelayanan pendidikan
yang disesuaikan dengan bakat, minat kemampuan dan kecerdasan
anak didiknya.
c. Aspek Yuridis Program Akselerasi
Selain landasan teoritis tentang anak berbakat dalam menjalankan
program akselerasi, tiap-tiap sekolah yang telah menerapkan program
akselerasi ini juga mempunyai landasan hukum Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, antara lain :
Bab II Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.20
19
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. 22-23.
20
Bab IV Pasal 5 ayat 4 :
“ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “ .21
Bab V Pasal 12 ayat 1 :
“ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan “.22
Bab VI Pasal 32 ayat I :
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.23
Perundangan yang menyangkut perlindungan anak juga
memberikan penegasan melalui UU No 23/2002 pasal 52 yang mengamanatkan bahwa ”anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebelitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.
Pemberian pendidikan khusus bukan sekedar memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan tetapi harus mengkondisikan pada
peluang bagi pengembangan potensi khusus dan kebutuhan yang anak
miliki. Sebagai konsekuensi dari ketentuan ini maka harus disediakan
kurikulum, evaluasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
d. Penerapan Program Akselerasi
Penyelenggaraan program akselerasi merupakan salah satu
program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai
keunggulan dalam pendidikannya (outputnya). Pendidikan adalah
suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta
21
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 7. 22
Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 9. 23
didik. Secara konkrit perubahan perilaku tersebut mencakup kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas/atau
bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu
mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Pengembangan tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan
terarah. Tanpa pelayanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta
didik yang berpotensi cerdas dan atau bakat istimewa, bangsa
Indonesia yang tidak terukur nilainya.
Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang satu sama lain saling berkait. Faktor tersebut merupakan
sistem dalam sistem pendidikan. Bila ingin mengembangkan
sub-sistem tertentu, menuntut penyesuaian sub-sub-sistem yang lain.
Faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak
berbakat sedikitnya terdiri dari delapan faktor, sebagaimana dikutip
oleh Busro yaitu: (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tujuan
pendidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7)
lingkungan, (8) proses belajar mengajar, yang digambarkan secara
diagramatis seperti dibawah ini24.
24
Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25
Pertama, masukan (input, intake). Pada dasarnya siswa yang
mengikuti pelayanan pendidikan akselerasi terbuka untuk semuanya
yang dalam pelaksanaan pembelajaran memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini sekolah. Siswa
diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Proses penerimaan peserta didik harus bersifat objektif, transparan,
akuntabel dan dilakukan seleksi secara ketat, dengan menerapkan
tahapan sebagai berikut:
1. Seleksi Administrasi
a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0
b. Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0
25
2. Psikologis
Setelah peserta didik diidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes inteligensi, tes kreatifitas, dan skala Task Commitment. Untuk
pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa (PDCI/BI) pada tahap ini diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa anak berbakat. Skala Task Commitment, yang mengacu pada indikator: a. tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah)
b. mandiri dan bertanggungjawab
c. menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang
d. suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang tinggi
e. konsentrasi baik
f. mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (working improvment)
g. mempunyai hasrat bekerja sebaik-baiknya (working the best he/she can)
h. mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis 3. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan dari
dokter.
4. kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/wali, yaitu pernyataan tertulis dari peserta didik dan orang tua/wali untuk mengikuti program akselerasi.26
Kedua, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
berdiferensiasi. Kurikulum berdiferensiasi bertitik tolak dari kurikulum
umum, yang merupakan dasar bagi semua anak didik dan memberikan
pengalaman belajar berupa dasar-dasar ketrampilan, pengetahuan,
pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang akan
memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan
masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi27.
Kurikulum ini dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta
26
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 76-78.
27
melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman
pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang berbermakna dan tepat antar substansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni berkembang secara dinamis. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antara semua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara28.
Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan
yang menanganinya harus terdiri atas tenaga kependidikan yang
unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan
metode, dan media pembelajaran, maupun komitmen dalam
melaksanakan tugas. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru/pendidik terdiri dari: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial29.
Secara spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh
seorang guru yang mengajar di program akselerasi, antara lain:
1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-I yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri/swasta yang terakreditasi A atau setara dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.
4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa (baik cerdas istimewa secara umum, maupun peserta didik yang cerdas istimewa pada bidang khusus).
5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi :
a. perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.
b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan.
7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar.
28
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. ... 44-46.
29
8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. 9. Mampu mengembangan kreativitas peserta didik.
10.Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.
11.Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.
12.Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurangkurangnya tiga tahun dengan prestasi yang baik. 13.Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan30.
Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk
dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi,
oleh karena itu sarana dan prasarana yang digunakan pun harus sesuai
dengan standar. Yang dimaksud dengan standar sarana dan prasarana
adalah standat nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi31. Secara terperinci Depdikas
menyebutkan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan khusus
PDCI/BI ( program akselerasi), harus memenuhi sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan
peserta didik yang mencakup sarana dan prasarana belajar sebagai
berikut:
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 81-82.
31
d. Kantin sekolah, koperasi sekolah, mushola/tempat ibadah dan kaset video, VCD, CD-ROM, dan sebagainya.
b. Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP,
wireless, slide projektor, LD/LCD/VCD/DVD player,
komputer, dan sebagainya.
c. Alat praktik dan alat peraga seperti, torso, peta dinding, globe, dsb.
d. Adanya sarana TIK berupa jaringan berupa jaringan intranet dan internet, yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain32.
Kelima, Dana. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana
yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya operasional
pendidikan. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari
dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi
satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan
yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan
berkelanjutan33.
Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
32
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 82-83.
33
4. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji; (2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.
5. Standar biaya operasional pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP34.
Sumber dana atau pembiayaan berasal dari orang tua siswa,
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah
pusat. Penyelenggara program akselerasi harus mampu menggalang
dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah yang cukup memadai
untuk membiayai kegiatan operasional dan peningkatan mutu program
akselerasi35.
Keenam, manajemen. Seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah
harus diberdayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Disinilah peran penting manajemen karena dalam implementasi
kurikululum menuntut adanya pelaksanaan pengorganisasian,
koordinasi motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem
komunikasi dan monitoring yang efektif, secara keseluruhan berasal
dari ilmu manajemen. Dengan kata lain, tanpa pemberdayaan konsep
manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak
berlangsung secara efektif36. Untuk itu manajemen pada sekolah
dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat
fleksibilitas yang tinggi, realitis dan berorientasi pada peningkatan
mutu pendidikan jauh kedepan.
Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan untuk
mendukung terciptanya proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi
34
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42.
35
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 86.
36
keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam
arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah.
Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakaan, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organiasasi dan bahan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas pesrta didik37.
Oleh karena itu sekolah, masyarakat, keluarga dan semua pihak
harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses belajar
mengajar program akselerasi berjalan dengan baik sehingga
menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua
pihak.
Kedelapan, proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan
lulusan yang bermutu, oleh karena itu seyogyanya bagi guru yang
mengajar di kelas akselerasi tidak hanya menambahkan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tetapi harus
pula ditingkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan
pembelajaran. Sebab tanpa itu sesungguhnya guru telah
memberlakukan menu pembelajaran dengan materi yang tidak sesuai
dengan karakter mereka yang berkemampuan di atas rata-rata peserta
didik38.
Kesembilan, Output. Yang dimaksud dengan Output pendidikan
adalah siswa lulusan sekolah yang dihasilkan dari proses kegiatan
belajar mengajar39. Dari output ini akan terlihat apakah komponen
yang telah disebutkan di atas berjalan dengan semestinya atau tidak,
jika komponen-kompenen tersebut dapat berjalan dengan semestinya
37
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 76.
38
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 55.
39
maka akan tercapai tujuan dari penyelenggaran program akselerasi
yaitu membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan
dan kebugaran fisik, dan juga membentuk manusia berkualitas yang
kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan
berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab,
serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional40.
3. Kurikulum Program Akselerasi
a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi
Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah
kurikulum nasional standar yang dilakukan improvisasi waktu sesuai
dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar
serta motivasi belajar.
Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulum tahun 1994
dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang
esensial dan dikembangakan melalui sistem pembelajaran yang dapat
memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika,
etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikikir
holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen untuk memenuhi
tuntutan masa kini dan masa depan41.
Kurikulum percepatan belajar ini lebih dikenal dengan sebutan “kurikulum berdiferensiasi”. Istilah diferensiasi dalam pengertian “kurikulum berdiferensiasi” menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh
40
Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h.10.
41
kembang bakat tertentu. Jadi, ada perbedaan dengan kurikulum yang
sedang berlaku di Negara kita.42.
Diferensiasi adalah konsep yang cukup sulit ditentukan secara pasti
sebab diferensiasi terkait dengan pemahaman perbedaan individual dan
penemuan strategi instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa
dan harus ditumbuhkan, diterapkan dalam situasi sekolah dan situasi
kelas.43
Clendening & Davies seperti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi
menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran
yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi
instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan
rencana yang memfasilitasi kinerja siswa.44
Pengertian kurikulum program percepatan belajar atau kurikulum
pendidikan khusus bagi PDCI/BI menurut pedoman penyelenggaraan
pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa adalah:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sestematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang45.
Dalam pengembangannya kurikulum berdiferensiasi memiliki
empat dimensi dan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat
secara terpisah. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dimensi umum
Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar,
pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap.
42
Conny R. Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1992) h. 8.
43
Direktorat PSLB, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas., Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa, 2009. h. 17.
44
Reni Akbar-Hawadi, Kurikulum Berdiferensiasi, ... h. 3.
45
2. Dimensi yang dideferensiasikan
Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan
peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang
studi tertentu.
3. Dimensi non akademis
Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar
di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain (radio, TV,
internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan musium).
4. Dimensi suasana belajar
Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga
dan sekolah, iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman,
hubungan antara peserta didik dengan guru, dan lain-lain.46
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum percepatan belajar atau
kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional yang diimprovisasi
dan disusun khusus disesuaikan dengan keceradasan, minat dan bakat
siswa guna memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan
spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat
mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan
sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini
dan mendatang.
b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi
Penerapan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi)
berarti penerapan komponen kurikulum itu sendiri yang terdiri dari
Tujuan, Materi/Pengalaman belajar, Strategi/Organisasi, Evaluasi,
seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Pelaksanaan komponen ini
tidak sama dengan program reguler karena perencanaan dan
pelaksanaannya dibuat khusus untuk memberikan pendidikan pada
anak berbakat. Selain pelaksanaan komponen kurikulum, pengadaan
46