• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Proses Seleksi Siswa Dan Guru Program Akselerasi Di SMP Bakti Mulya 400

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Proses Seleksi Siswa Dan Guru Program Akselerasi Di SMP Bakti Mulya 400"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd

)

Oleh:

Ari Istiara

NIM 1110018200073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Nama

Tempat Tgl Lahir Program Studi

Judul Skripsi

: Ari Istiara

: Jakarta,05 Juli 1992

: Manajerien Pendidikan

: Penerapan Proses Seleksi Siswa dan Guru

Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 : Rusydy Zakaia, M.Ed., M.Phil

1.

2.

Dosen Pembimbing

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini merupakan hasil karya saya dan diajukan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi

ini

telah saya canfumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti karya

ini

bukan karya asli atau merupakan

jiplakan

dari

karya orang

lain,

maka saya bersedia menerima sanksi

berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islma Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

p\ETERAI TEN\PEL

P1lli Uilr/rGrx a{rcstr

3.

D3884AAF

.A.ri

(3)

PENERAPAN PROSES SELEKSI SISWA DAN GURU PROGRAM AKSELERASI

I}I

SMP BAKTI MULYA 4OO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) oleh

Ari Istiara

JTIRUSAN MANAJEMEN PE,NDIDIKAN

TAKULTAS ILMU TARBIYAII I}AN KEGURUAN

UNN,TRSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

(4)

Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus Ujian Munaqosah pada tanggal 11 Desember 2014 dihadapan

Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar S.Pd dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 08 Desember 2014

Panitia Ujian Muaqosah

Ketua Panitia (ketua Prodi)

Dr.Has)rim Asy'ari. M.Pd NIP. 19661009 1993303 1 004

S ekretasis (Sekretaris Prodi)

Dr. Zahrudin. Lc" M.Pd NrP. 19730302 200501 1 002

Penguji I

Dr. Hasyim Asy'ari. M.Pd NrP. 19661009 1993303 1 004

Penguji II

Dr. H. Salman Tumangeor. M.Pd NIP. 19570710197903

r

002

Tanggal a Tangan

l{/

go,ry

"//f

""""',"'

t1/

/tt

)q!Y

4,r*

ztl1

Dekan FITK UIN Sy4flf Hidayatullah Jakarta

)'_

Mengetahui

(5)

yang disusun oleh

Ari

Istiara,

NIM.

1110018200073, Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing slaipsi pada tanggal 02 Desember 2014.

Jakarta, 08

(6)

i

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan seleksi siswa dan guru program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu untuk menggambarkan, memaparkan, dan mengungkapkan hasil penelitian mengenai penerapan proses seleksi siswa dan guru program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400. Penelitian deskriptif ini memusatkan perhatian pada proses seleksi siswa-siswi yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa dan tenaga pendidik yang akan membina, mendidik dan menemani siswa-siswi cerdas luar biasa itu menyelesaikan masa study nya di kelas akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, Proses seleksi siswa program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap seleksi siswa secara umum dan dilanjutkan dengan tahapan seleksi siswa khusus untuk program akselerasi yang rangkaiannya terdiri dari masa percobaan pra-akselerasi selama dua bulan, kemudian dilaksanakannya tes ulang secara mendalam diantaranya adalah Tes IQ, Tes Komitmen, Tes Kemandirian, dan Tes Motivasi Belajar. Keempat tes tersebut diakumulasikan bersama hasil ulangan harian selama masa pra-akselerasi dan disetujui oleh pihak orang tua. Kedua, Proses seleksi calon guru program akselerasi dilakukan secara ketat sejak di awal mereka akan bergabung dengan sekolah ini, sehingga dalam pemilihan guru untuk program akselerasi cukup menggunakan asas Best of The Best, dimana kepala sekolah memainkan peran yang menentukan proses penilaian melalui kegiatan supervisi mengajar dan supervisi kinerja. Ketiga, Belum ada pelatihan atau seminar khusus yang diadakan untuk tim penyeleksi siswa dan guru program akselerasi. Pelatihan atau seminar ini sangat penting agar semua pihak yang tergabung dalam tim penyeleksi siswa dan guru program akselerasi benar-benar memahami segala hal yang terkait dalam program akselerasi. Termasuk persyaratan sumber daya manusia yang harus ada di dalam program ini.

(7)

ii

Education and Teaching Islamic State University Syarif Hidayatullah, Jakarta.

This research aims to know the implementation selection acceleration program students and teachers at Junior High School Bakti Mulya 400 South Jakarta. The approach used in this study is a qualitative descriptive method approach to describing, exposing, and reveal research results regarding the implementation of selection process acceleration program students and teachers at Junior High School Bakti Mulya 400. Descriptive research is concentrated on the selection process for the students who have exceptional talent and intelligence and educators who will nurture, educate and accompany students that complete the remarkable comeback during his study at Junior High School accelerated class Bakti Mulya 400 Jakarta.

Research results showed that: First, the selection process acceleration program students in Junior High School Bakti Mulya 400 consists of two stages: stage of selection of students in general and continued with stages in the selection of students for the accelerated program, the series consists from pre-accelerated probation for two months, then deeply unsettled retest them are Tests of IQ, a Test of Independence, Commitment and Motivation of Learning Tests. All four of these test results, together with accumulated daily during the repeat of the pre-accelerated and approved by the parents. Second, the teacher candidate selection process conducted strictly acceleration program since early in they will be joining the school, resulting in the selection of teachers for the program accelerated enough to use the principle of Best of The Best, where the principal plays a role that determines the assessment process through the activities of teaching supervision and supervision performance. Third, there has been no training or special seminars are held for the team selectors acceleration program students and teachers. Training or seminar is very important that all the parties who are members of the team selectors acceleration program students and teachers really understand everything related in accelerated programs. Including human resource requirements that must exist within this program.

(8)

iii

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Proses Seleksi Siswa dan Guru Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400“, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun inilah usaha maksimal yang dapat penulis lakukan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya tentunya ada pihak-pihak yang berkontribusi baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dra. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya sangat berterima kasih kepada beliau, karena beliau selalu memberi arahan kepada penulis dan teman-teman untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil, dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga selesainnya skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dalam hidupnya. Amin.

4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya dosen-dosen di Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hadi Suwarno, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Bakti Mulya 400 yang dengan ramah menerima dan membantu penulis dalam proses penelitian.

(9)

iv

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kakak dan adik penulis, Wilda Rahman Farabi, S.T., Rusdiana Autar, S.Si., Abdul Roziq Fanshuri, S.Ud., Amin Haidar, S.E.I dan Fina Arta Ningrum.

10. M. Dhia’ul Haq yang selalu memotivasi, mendampingi dan mendidik penulis menjadi pribadi yang dewasa.

11. Teman-teman di Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Lia Dahlia, Ayu Nur Azizah, Rizka Umami, Siti Subaikoh, Anita Greanti, Djehan Firda Syafitri, dan Atin Kurniatin yang selalu menemani hari-hari penulis, memotivasi dan mendoakan penulis, selama penulis menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Skripsi ini adalah murni hasil karya penulis sendiri. Oleh karena itu penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pelaksanaan penelitian mendatang.

Jakarta, 15 November 2014 Penulis

(10)

v

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Seleksi 1. Pengertian Seleksi ... 10

2. Persyaratan Kualifikasi Seleksi ... 12

3. Langkah-langkahdalam Proses Seleksi ... 12

B. Program Akselerasi 1. Pengertian ProgramAkselerasi ... 16

2. Tujuan Program Akselerasi ... 19

3. Prosedur Membuka Program Akselerasi ... 21

(11)

vi

7. Persyaratan dan Penyiapan Guru

Program Akselerasi ... 29

C. Kerangka Konseptual ... 31

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Latar Penelitian (Setting) ... 38

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 39

E. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 44

1. Data Profil SMP Bakti Mulya 400... 44

a. Sejarah SMP Bakti Mulya 400 ... 44

b. Visi, Misi dan Nilai-nilai SMP Bakti Mulya 400 ... 45

c. Tujuan SMP Bakti Mulya 400 ... 46

d. Data Guru danKaryawan SMP Bakti Mulya 400 ... 47

e. Sarana Prasarana SMP Bakti Mulya 400 ... 49

2. Penerapan Proses Seleksi Siswa Program Akselerasi ... 50

a. Persyaratan Siswa Program Akselerasi ... 50

b. Proses Alur Seleksi Siswa Program Akselerasi ... 57

3. Penerapan Proses Seleksi Guru Program Akselerasi .... 64

(12)

vii

2. Penerapan Proses Seleksi Guru Program Akselerasi .... 76 C. Temuan Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 80 B. Saran-Saran ... 81

(13)

viii

2.1 Perbedaan Proses Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran Akseleratif

18 3.1 Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian 38

3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 41

4.1 Data Keseluruhan Guru SMP Bakti Mulya 400 Berdasarkan Jenis Kelamin

48

4.2 Data Keseluruhan Guru SMP Bakti Mulya 400 Berdasarkan Status Guru Tetap dan Tidak Tetap

49

4.3 Data Keseluruhan Guru SMP Bakti Mulya 400 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

49

4.4 Nilai Ujian Akhir SD Siswa Program Akselerasi Tingkat Dua

52

4.5 Nilai Rata-rata Rapor SD Siswa Program Akselerasi Tingkat Dua

53

4.6 Daftar Nilai Siswa Akselerasi Program Akselerasi Tingkat Dua Selama 4 Semester

54

4.7 Data Guru yang Mengajar Tidak Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikannya

(14)

ix

Gambar 4.2 Alur Pendaftaran Peserta Didik Baru SMP Bakti Mulya 400 Khusus pada Program Akselerasi ... 64 Grafik 4.1 Data Pendidikan Terakhir Guru-Guru Program Akselerasi

SMP Bakti Mulya 400 I 66 Gambar 4.3 Alur Proses Seleksi Guru SMP Bakti Mulya 400 ... 68 Gambar 4.4 Alur Proses Seleksi Calon Guru Program Akselerasi

(15)

x

dan Siswa Reguler 3

Lampiran III Hasil Wawancara Kepala Sekolah 4 Lampiran IV Hasil Wawancara Guru Akselerasi 11 Lampiran V Hasil Wawancara Siswa Akselerasi 14 Lampiran VI Hasil Wawancara Siswa Reguler 17

Lampiran VII Profil Sekolah 20

Lampiran VIII Sarana Prasarana SMP Bakti Mulya 400 45 Lampiran IX Struktur Organisasi SMP Bakti Mulya 400 46

Lampiran X Susunan Panitia PPDB 48

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Era globalisasi menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan diri agar kebutuhan yang ada dapat terpenuhi dan tidak ketinggalan zaman. Begitu pula dalam bidang pendidikan, sistem pendidikan di negara ini seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, dimana setiap anak dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhan, kondisi, kemampuan, dan minat serta kecepatannya .

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

secara bertanggung jawab”.1

Jelas sekali Undang-Undang tersebut menjabarkan untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki peserta didik secara khusus dan optimal.

Anak bangsa adalah aset berharga untuk negeri ini, ketika kita mengabaikan potensi yang dimilikinya maka secara tidak langsung kita telah menyia-nyiakan aset masa depan negeri ini. Maka sudah seharusnya setiap anak memperoleh pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

1 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik

(17)

mereka, khususnya untuk anak-anak luar biasa atau yang memiliki kelainan.

Menurut Utami Munandar, “anak luar biasa atau anak berkelainan ini

menyangkut semua golongan anak berkelainan, baik yang menyimpang ke

bawah maupun yang menyimpang ke atas”.2

Kita akan selalu menemukan perbedaan dalam diri peserta didik, baik itu perbedaan bakat, minat maupun perbedaan kemampuan intelektual. Sehingga perlu adanya suatu kebijakan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi agar dapat lebih maju dan berkembang dibandingkan siswa yang lainnya.

Peserta didik cerdas istimewa sebenarnya sama dengan peserta didik yang mengalami gangguan dalam penglihatan, pendengaran maupun gangguan belajar lainnya. Kondisi anak seperti ini tentunya tidak bisa disamaratakan dengan kondisi peserta didik pada umumnya, mereka membutuhkan bantuan pembelajaran melalui pelayanan pendidikan khusus agar dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Dalam suatu kasus, ditemui seorang siswa yang selalu mengganggu teman-teman lainnya dan membuat kegaduhan di dalam kelas ketika pelajaran berlangsung. Anak tersebut mengaku bosan dengan pelajaran yang ada di kelasnya, karena ia merasa telah menguasai materi tersebut dengan sangat baik. Begitulah jadinya ketika si anak cerdas dan berbakat istimewa tidak ditempatkan pada tempat yang tepat. Ia akan menganggap sekolah sebagai tempat yang sangat membosankan bahkan kemungkinan terburuknya ialah mereka merasa malas sehingga potensi cemerlang yang dimilikinya akan terabaikan sia-sia.

Utami Munandar menyatakan bahwa, “kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota-anggota masyarakatnya”.3

2 S. C. Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 1.

3 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.

(18)

Menanggapi fenomena tersebut pemerintah Indonesia memberikan jaminan pelayanan pendidikan untuk anak cerdas istimewa yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 4 yang berbunyi:

Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Lebih lanjut lagi pada Bab V Pasal 12 ayat 1 ditegaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.4

Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan melakukan diskriminasi, melainkan memberikan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, dimana mereka harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional dan spiritualnya. Berdasarkan keputusan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 135 ayat 2

menyebutkan bahwa “Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program

percepatan (akselerasi); dan/atau b. program pengayaan”.

Disebutkan dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan bahwa “Program

akselerasi memiliki muatan positif pada pendidikan secara umum. Karena menawarkan suatu diferensiasi model pendidikan dengan menempatkan anak

didik sesuai kemampuannya”.5 Dengan kata lain, melalui program akselerasi ini peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual tinggi serta kompetensi di atas rata-rata dapat berkembang dan terfasilitasi semaksimal mungkin.

Melalui program akselerasi, peserta didik dapat menempuh masa belajar di sekolah dasar sekitar lima tahun, di sekolah menengah pertama dua tahun, dan di sekolah menengah atas dua tahun. Peserta didik dalam usia 10 tahun sudah dapat menyelesaikan sekolah dasar, 12 tahun lulus SMP, dan 14 atau 15 tahun

4 Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008),h. 8-11.

5 T. Rusman Nulhakim, “Program Akselerasi bagi Siswa Berbakat Akademik”, Jurnal

(19)

lulus SMA, sehingga dalam usia kurang dari 20 tahun sudah merasakan gelar sarjana. Lebih baik lagi mungkin sudah memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak. Program ini diharapkan dapat mendongkrak kualitas SDM secara lebih cepat, tepat waktu dan tepat sasaran.6

Namun, adanya program akselerasi dalam dunia pendidikan masih menimbulkan pro dan kontra dari beberapa kelompok. Pihak yang menolak adanya program akselerasi ini beranggapan bahwa program akselerasi tidak tepat dalam upaya akomodasi anak-anak cerdas istimewa, adanya program ini hanya akan menimbulkan problem sosial dan emosional saja. Pihak yang setuju dengan adanya program ini membantahnya dengan mengatakan bahwa program akselerasi tidak akan menimbulkan masalah pada perkembangan sosial dan emosional siswa apabila dalam pelaksanaan programnya dirancang secara matang.

Pengelolaan program akselerasi berbeda dengan pengelolaan kelas regular. Dimana siswa dalam kelas akselerasi memiliki kemampuan lebih di banding siswa kelas regular yang menekankan perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. Jika objek dari program ini adalah anak-anak yang berkemampuan luar biasa sudah tentu program ini juga membutuhkan tenaga pendidik yang handal dan profesional.

Merancang pelaksanaan program akselerasi dapat dimulai dari tahapan perencanaan sumber daya manusia yang terlibat dalam program ini. Peran sumber daya manusia dalam setiap kegiatan instansi pendidikan menempati posisi utama, karena walaupun sekolah tersebut memiliki gedung yang mewah, letak yang strategis dan didukung dengan sarana prasarana pendidikan berkualitas, tetapi tidak didukung dengan sumber daya manusia yang handal dalam mengelola setiap kegiatan dan sumber daya material yang ada, maka tujuan pendidikan pun tidak akan terselesaikan dengan baik.

Darsono P. dan Tjatjuk Siswandoko mengatakan: “SDM mempunyai peranan sentral dalam suatu organisasi. Tanpa SDM yang profesional, sasaran

6 H. E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,

(20)

kerja tidak dapat dicapai walaupun alat kerjanya canggih. Oleh sebab itu suatu organisasi harus memiliki strategi, kebijakan, dan program kerja yang sesuai dengan kemampuan SDM untuk mengoperasikan alat kerja untuk mencapai sasaran kerja”.7

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilibatkan dalam program akselerasi dibutuhkan lebih dari sekedar guru pendidikan anak berbakat. Berikut ini dijelaskan oleh T. Raka Joni mengenai siapa saja yang dibutuhan dalam program pembinaan anak berbakat yang dilakukan di sistem persekolahan: 1. Guru-guru di lembaga pendidikan biasa, merupakan mata rantai penting di

dalam identifikasi dan pembinaan anak berbakat. Para guru inilah yang justru berada paling depan, setelah orang tua, yang karena tugasnya bergaul dengan anak-anak dari hari ke hari sehingga mereka pulalah yang pertama-tama memperoleh kesempatan untuk menyaksikan percikan-percikan bakat unggul yang dimaksud. Tentu saja hal ini akan demikian apabila, sebagaimana para pendulang intan, para guru itu diperlengkapi dengan peralatan minimal untuk mengidentifikasi dan membina bakat-bakat khusus yang sesekali muncul di kelas masing-masing.

2. Para administrator (di sekolah maupun di kanwil), merupakan lapisan kedua personal pendidikan persekolahan yang dapat membantu (atau menggagalkan) usaha penjaringan serta pembinaan bakat di sekolah. Administrator yang secara kaku mengikuti aksara petunjuk dan pedoman pengelolaan seringkali juga sekaligus menutup kesempatan bagi guru dan siswa untuk menunjukkan yang lebih baik yang mereka mampu kerjakan. 3. Guru-guru khusus pendidikan anak berbakat, yang diserahi membina

program-program layanan khusus bagi pembinaan bakat. Guru-guru khusus inilah yang harus disoroti persyaratan serta cara penyiapannya.8

Memperoleh sumber daya manusia yang tepat dapat direalisasikan dengan menerapkan proses seleksi. Namun sebelumnya harus ditentukan beberapa kriteria khusus. Kriteria-kriteria tersebut harus mengacu pada pedoman yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Misalnya kriteria untuk siswa program akselerasi: “Siswa yang diterima dalam program akselerasi harus benar-benar memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sesuai dengan berbagai kriteria yang ditetapkan

7 Darsono P. dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta:

Nusantara Consulting, 2011), h. 39.

8T. Raka Joni, “Seleksi dan Penyiapan Guru Bagi Pendidikan Anak Berbakat”, dalam S. C.

Utami Munandar (ed.), Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, (Jakarta: CV.

(21)

berdasarkan aspek persyaratan: (1) informasi data objektif, (2) informasi data

subjektif, (3) kesehatan fisik, (4) kesediaan calon siswa dan orang tua”.9

Adanya seleksi penerimaan siswa baru tersebut agar dapat memenuhi standar peserta didik program akselerasi, adapun dalam proses seleksi calon siswa baru program akselerasi diharuskan mengikuti sejumlah tes yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pihak sekolah harus mampu melaksanakan strategi-strategi yang tepat dan benar agar pelaksanaan seleksi dapat berjalan sesuai harapan dan tujuan yang diinginkan.

Setelah didapatkan siswa yang unggul dan tepat untuk menempati kelas akselerasi, sekolah juga perlu melakukan hal-hal yang sifatnya dapat mengembangkan potensi awal yang mereka miliki yaitu dengan menyediakan tenaga pendidik yang qualified. Sehingga seleksi juga perlu diterapkan pada pemilihan guru untuk program akselerasi, rutinnya pertemuan antara guru dan siswa membuat seorang guru program akselerasi juga harus memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mendidik dan mengarahkan anak cerdas dan berbakat istimewa ini. Seperti yang dikatakan oleh Callagher dalam Utami

Munandar, bahwa “pokok-pokok yang paling penting dalam merancang pendidikan untuk anak berbakat ialah sebagai berikut: (1) seleksi dan training guru, (2) penyusunan kurikulum untuk anak berbakat, dan (3) prosedur seleksi

murid untuk mengidentifikasi anak berbakat”.10

Menurut T. Hani Handoko “seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak”.11

Tujuan dari seleksi itu sendiri adalah mencari calon yang dianggap paling tepat untuk mengisi sebuah jabatan. Dengan kata lain, tujuan seleksi tidak hanya mencari orang yang baik tetapi juga orang yang tepat bagi jabatan tersebut.

Pelaksanaan seleksi harus dilakukan secara jujur, cermat, dan obyektif agar siswa dan guru yang diterima benar-benar qualified sehingga pembinaan,

9 Sitiatava Rizema Putra, Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa, (Jogjakarta: Diva Press,

2013), h. 214.

10 S. C. Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat, (Jakarta: Rajawali, 1982), h. 9.

11 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE

(22)

pengembangan, dan pengaturannya akan lebih mudah. Namun, proses seleksi guru jarang sekali mengemuka di lembaga-lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan lebih sering menggunakan sistem kekeluargaan dibandingkan dengan proses seleksi.

Kegiatan seleksi yang tidak dilakukan dengan cermat dan teliti memungkinkan terjadinya penerimaan guru yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, sehingga ia tidak bisa bekerja dengan tepat. Biaya yang dikeluarkan tentunya akan lebih banyak, karena harus mengikutsertakan guru tersebut pada pelatihan-pelatihan dan pendidikan lainnya guna memperbaiki kinerja guru tersebut. Hal terburuk yang akan terjadi adalah kekeliruan dalam pola asuh peserta didik di program akselerasi itu sendiri. Maka dari itu, pelaksanaan seleksi harus benar-benar diaplikasikan secara teliti untuk meminimalisir kekeliruan dan perbaikan saat proses kerja.

Sering ditemui sekolah-sekolah yang berdiri atas nama yayasan yang melakukan sistem nepotisme, mereka memperkerjakan keluarga, kerabat dan saudara sendiri dan menempatkannya menjadi guru di sekolah tersebut. Sehingga menghalangi orang luar yang mungkin memiliki kemampuan lebih baik untuk bergabung dalam lembaga tersebut.

Beberapa sekolah di Indonesia yang telah menerapkan program akselerasi diantaranya adalah Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Lab-School Rawamangun, SMA Negeri 70, Labschool Jakarta Selatan, SMP Bakti Mulya 400 , SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, dan lain sebagainya. Sekolah yang dipilih penulis untuk menjadi objek penelitian adalah SMP Bakti Mulya 400.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa Penyelenggaraan program Akselerasi yang ditujukan untuk anak-anak cerdas dan berbakat istimewa ini bukan hal yang mudah, karena yang akan dihadapi adalah anak yang luar biasa. Jika dalam penanganannya tidak tepat dikhawatirkan hasilnya akan berlawanan dengan tujuan dan harapan yang diinginkan. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan qualified

(23)

Mengacu pada pentingnya pemilihan sumber daya manusia yang tepat dalam mensukseskan penyelenggaraan program akselerasi inilah yang membuat penulis menetapkan sebuah judul skripsi, yaitu: “Penerapan Proses Seleksi Siswa dan Guru Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam upaya mencapai tujuan utama diselenggarakannya program akselerasi tentu harus memperhatikan proses manajemen sumber daya manusia yang baik dan benar. Dimulai dari sebuah perencanaan yang matang, pelaksanaan yang terorganisasi dengan benar, serta proses pemantauan dan perbaikan yang dilakukan terus menerus. Berikut adalah beberapa masalah yang teridentifikasi dalam pelaksanaan seleksi siswa dan guru program akselerasi:

1. Belum optimalnya pelaksanaan seleksi penerimaan siswa baru untuk program akselerasi.

2. Pengklasifikasian siswa belum sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Masih terdapat diskriminasi dalam pelaksanaan seleksi penerimaan siswa baru untuk program akselerasi yang berasal dari kalangan kurang mampu. 4. Masih terdapat nepotisme dalam proses penerimaan dan penempatan guru

di program akselerasi.

5. Tidak semua guru mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 6. Lemahnya menajemen sekolah dalam proses seleksi guru untuk program

akselerasi.

C. Pembatasan Masalah

Luasnya permasalahan yang ada dalam program akselerasi ini menjadikan penelitian ini harus dibatasi menjadi beberapa masalah pokok.

Kegiatan penelitian ini dibatasi pada masalah:

(24)

2. Lemahnya menajemen sekolah dalam proses seleksi guru untuk program akselerasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “bagaimanakah proses seleksi siswa dan guru program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Selatan?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan seleksi siswa dan guru program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan masukan kepada:

a. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat memberikan ide untuk setiap sekolah penyelenggara program akselerasi dalam melakukan perubahan, perbaikan, dan pengembangan dalam manajemen sumber daya manusia program akselerasi.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran mengenai anak cerdas istimewa, program pendidikan untuk anak cerdas istimewa dan juga cara mengaplikasikan program ini dengan baik dan benar sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

(25)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Seleksi 1. Pengertian Seleksi

Pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi membuat proses seleksi karyawan menjadi suatu langkah yang harus diperhitungkan keefektifan pelaksanaannya. Peran sumber daya manusia sangat menentukan berhasil dan tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Sehingga organisasi tersebut harus selalu berusaha untuk memperoleh dan menempatkan karyawan yang

qualified pada setiap jabatan dan pekerjaan agar pelaksanaannya lebih berdaya guna serta berhasil.

Menurut Wilson Bangun, “seleksi (selection) adalah proses memilih calon karyawan yang memiliki kualifikasi sesuai dengan persyaratan pekerjaan.”1. Tidak jauh berbeda dengan itu Sedarmayanti mengartikan “seleksi sebagai kegiatan menentukan dan memilih tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan”2

.

1 Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 159.

(26)

Sementara itu Handoko mengartikan “seleksi sebagai serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima atau

tidak”3

.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa seleksi merupakan serangkaian kegiatan yang harus dijalani oleh setiap calon karyawan yang telah mengajukan lamaran pekerjaan dan dinyatakan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh suatu instansi/perusahaan untuk kemudian diputuskan apakah calon karyawan tersebut diterima bergabung di instansi/perusahaan tersebut atau tidak.

Pentingnya peranan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi tidak dapat disangkal lagi. Tanpa Sumber Daya (SDM) yang benar-benar memenuhi persyaratan, sebuah organisasi berada dalam posisi sulit untuk berhasil, sebagaimana dikatakan Mathis dan Jackson:

“Pelatihan yang baik tidak akan memperbaiki seleksi yang buruk”. Implikasinya di sini adalah ketika orang yang tepat dengan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang sesuai tidak terpilih untuk posisi tersebut, maka sulit bagi perusahaan untuk memperbaikinya kemudian dengan mencoba untuk melatih individu-individu tanpa bakat yang sesuai, minat, atau pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang kurang sempurna lainnya.4 Berdasarkan pernyataan tersebut menguatkan kembali pentingnya proses seleksi. Rangkaian kegiatan yang diadakan dalam kegiatan seleksi dimaksudkan untuk menghindari perbaikan-perbaikan pada individu yang tidak tepat. Melatih dan mengembangkan orang-orang yang sudah memiliki bakat, pengetahuan, pengalaman serta keahlian yang dipersyaratkan akan lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan memperbaiki seseorang yang tidak memiliki keahlian atau berlawanan dengan persyaratan seleksi yang telah ditetapkan.

3 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta, 2000), Cet. XIV, h. 85.

4 Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba

(27)

2. Persyaratan Kualifikasi Seleksi

Dengan memperhatikan tujuan utama seleksi yaitu untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan/instansi, maka calon karyawan atau pelamar pekerjaan harus memenuhi persyaratan kualifikasi yang telah ditentukan. Menurut Manullang dalam Irawan pada umumnya “persyaratan kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses seleksi ada 10 hal, yaitu: (1) Keahlian, (2) Pengalaman, (3) Usia, (4) Jenis kelamin, (5) Pendidikan (formal dan nonformal), (6) Keadaan

fisik/kesehatan, (7) Tampang, (8) Bakat, (9) Temperamen, (10) Karakter”. 5

, Menurut penulis, dari kesepuluh persyaratan kualifikasi umum yang menjadi dasar dalam proses seleksi tersebut berlaku juga dalam pelaksanaan seleksi siswa dan guru di program akselerasi. Pada seleksi siswa, poin pengalaman dan tampang tidak terlalu berpengaruh dalam proses seleksi karena siswa tidak diharuskan memiliki pengalaman pernah mengikuti kelas akselerasi untuk masuk di program tersebut. Kemudian, penilaian baik atau tidaknya tampang seseorang tidaklah menjadi penilaian dalam program akselerasi ini. Sedangkan Pada seleksi tenaga pendidik di program akselerasi, hanya poin nomor tujuh sajalah yang tidak terlalu menentukan seseorang diterima atau tidak untuk mengajar di program akselerasi.

3. Langkah-Langkah dalam Proses Seleksi

Pentingnya peranan sumber daya manusia terhadap keberhasilan pencapaian tujuan suatu organisasi membuat setiap calon karyawan harus menjalani serangkaian tahapan yang telah ditetapkan. Setiap tahapan pada gambar 2.1 dapat diperoleh informasi yang menentukan berhasil tidaknya seorang calon karyawan untuk mengikuti proses seleksi tahap berikutnya.

5 Prasetya Irawan, Suryani S. F. Motik, dan Sri Wahyu Krida Sakti ., Manajemen Sumber Daya

(28)

Ditolak Gambar 2.1 Diterima

Sumber: Tahapan Proses Seleksi Dikutip dari Wilson Bangun pada buku Manajemen Sumber

Daya Manusia, (Erlangga, 2012)

Uraian ini menggambarkan langkah-langkah dalam proses seleksi. Dimulai dari pelamar yang mengisi formulir lamaran kerja, yang di dalamnya memaparkan identitas dan beberapa data- data yang berkaitan dengan pelamar sebagai dasar pada tahap wawancara pendahuluan nantinya. Jika data yang diterima tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan maka pelamar ditolak,

Formulir lamaran kerja

Wawancara pendahuluan

Tes psikologi

Pemeriksaan referensi

Wawancara seleksi

Persetujuan atasan langsung

Test/pemeriksaan kesehatan

Induksi atau orientasi

Data lengkap

Kesan baik

Nilai baik

Referensi mendukung

Hasil baik

Atasan setuju

Kesehatan baik Data tidak lengkap

Kesan kurang baik

Nilai rendah

Referensi kurang

mendukung

Hasil kurang

mendukung

Atasan tidak setuju

(29)

sebaliknya jika data yang diterima lengkap dan memenuhi persyaratan maka pelamar diterima dan dapat melanjutkan ke tahap wawancara pendahuluan. Jika pada tahap wawancara pendahuluan si pelamar memberikan kesan yang baik, maka akan diterima untuk mengikuti tes, setelah hasil tes keluar dan menunjukkan nilai yang baik maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan referensi yang mendukung. Setelah itu berlanjut pada tahap wawancara seleksi, pada wawancara ini dilaksanakan dengan lebih mendalami lagi penyelidikan latar belakang pelamar untuk lebih memantapkan kembali proses wawancara sebelumnya, pada umumnya wawancara pemantapan ini dilakukan langsung oleh pimpinan. Jika hasilnya baik maka pelamar akan diterima untuk bergabung di perusahaan atau instansi tersebut karena memang telah disetujui langsung oleh atasan. Setelah itu pelamar dipersilahkan untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan dan mengikuti rangkaian kegiatan orientasi untuk mengenalkan lebih mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan/instansi tersebut.

Selain itu, Sondang P. Siagian mengatakan bahwa proses seleksi terdiri atas delapan langkah yang dapat ditempuh, diantaranya adalah: (1) penerimaan surat lamaran, (2) penyelenggaraan ujian, (3) wawancara, (4) penelitian surat-surat referensi, (5) evaluasi medis, (6) wawancara oleh penyelia, (7) keputusan, (8) orientasi.6

Jadi, pada intinya proses seleksi ini dimaksudkan untuk menentukan diterima atau tidaknya pelamar di instansi tertentu. Selain urutan langkah-langkah tidak ada perbedaan yang signifikan diatara kedua pendapat di atas. Karena memang setiap instansi memiliki alasan tertentu dalam memilih urutan langkah-langkah proses seleksi.

Ada bermacam-macam tes yang digunakan dalam seleksi. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas dan mempunyai tujuan yang berbeda.

(30)

Berikut adalah tes-tes yang biasa digunakan dalam proses seleksi menurut Michael Armstrong:

a. Tes Intelegensia

Tes ini adalah tes yang dikenal untuk mengukur kecerdasan, khususnya kemampuan menalarkan pendapat.

b. Tes Kemampuan

Tes ini mengukur kemampuan atau keterampilan yang telah didapat melalui pelatihan atau pengalaman.

c. Tes Bakat

Tes bakat dirancang untuk menduga potensial seseorang yang harus dipunyai untuk menangani suatu pekerjaan atau tugas-tugas khusus dalam suatu pekerjaan.

d. Tes Kepribadian

Tes kepribadian ini berusaha menilai jenis kepribadian yang dipunyai oleh calon dalam bentuk kebiasaan (gaya perilaku, seperti keagresifan) atau jenis sifat seseorang (terbuka atau tertutup).7

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keempat tes tersebut dimaksudkan untuk membantu bagian penyeleksi sumber daya manusia menentukan siapakah dari beberapa calon karyawan yang akan diterima ataupun ditolak. Tes intelegensia, tes kemampuan dan tes bakat yang lebih mengarah pada pengukuran tingkat kecerdasan, penguasaan materi akademik, keahlian dan keterampilan pelamar. Maka pada tes yang diujikan harus sesuai dengan bidang pendidikan dan tingkat pendidikan calon pegawai serta yang berhubungan dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan kepadanya.

Sedangkan pada tes kepribadian lebih fokus pada penilaian kemampuan sosial, yakni pengukuran kedewasaan emosi, kesukaan bergaul, tanggung jawab, dan penyesuaian diri. Menilai kepribadian bukanlah hal yang mudah, setiap orang selalu memiliki perbedaan dalam menilai kepribadian orang lain. Oleh karena itu pada tes ini perlu adanya perbandingan hasil tes kepribadian dengan hasil-hasil tes lainnya dan dilakukan dengan berkelanjutan.

7 Michael Amstrong, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1994),

(31)

B. Program Akselerasi

1. Pengertian Program Akselerasi

Pemerintah telah memberikan perhatian terhadap anak-anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa dengan menyediakan layanan pendidikan, salah satu program pelayanan pendidikan tersebut adalah adanya program akselerasi.

Pengertian akselerasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti: (1) Percepatan, (2) Peningkatan kecepatan, (3) Laju perubahan kecepatan.8

Berdasarkan KBBI tersebut dapat disimpulkan bahwa program akselerasi ini mengarah pada suatu perubahan dan peningkatan yang bergerak dengan cepat.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menyatakan “Program akselerasi adalah pemberian pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya yang tidak

mengambil program tersebut”.9

Hal senada juga disampaikan oleh Sutratinah Tirtonegoro, “percepatan

(acceleration) adalah cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program

regular di dalam jangka waktu yang lebih singkat”.10

Artinya, peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa, jika ia berada pada jenjang SD/MI bisa menyelesaikan pendidikannya dalam waktu 5 tahun, SMP/ MTs dalam waktu 2 tahun dan SMA/ MA juga dalam waktu 2 tahun saja.

Sementara itu menurut Colangelo (dalam Hawadi) menyebutkan bahwa:

8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 29.

9 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Dasar dan Menengah Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas

Istimewa. (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009). h. 42.

10 Sutratinah Tirtonegoro. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. (Yogyakarta: Bumi

(32)

Akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, akselerasi dapat diartikan sebagai model layanan pembelajaran dengan cara lompat kelas. Misalnya, siswa yang memiliki kemampuan tinggi diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran pada kelas yang lebih tinggi. Sementara itu, model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu sehingga siswa dapat menyelesaikan program studinya lebih awal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis materi pelajaran dengan materi yang esensial dan kurang esensial.11

Pernyataan tersebut sedikit berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Dr. E. Mulyasa (dalam Iif),

Menurutnya akselerasi belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan. Akselerasi belajar tidak sama dengan loncat kelas sebab dalam akselerasi belajar setiap siswa tetap harus mempelajari seluruh bahan yang seharusnya dipelajari. Akselerasi dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja yang disediakan sekolah. Melalui akselerasi belajar peserta didik yang berkemampuan tinggi dapat mempelajari seluruh bahan pelajaran dengan lebih cepat dibandingkan peserta didik yang lain.12

Dari beberapa pengertian tentang akselerasi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa program akselerasi adalah sebuah program yang ditujukan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik yang memiliki tingkat intelektual tinggi dan bakat istimewa agar dapat menyelesaikan masa belajarnya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga melalui program akselerasi ini peserta didik cerdas istimewa tersebut dapat mempelajarai seluruh materi pelajaran dengan lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya.

Tujuan dan materi pembelajaran kelas akselerasi dengan kelas regular memang sama, namun terdapat perbedaan yang harus diperhatikan oleh penyelenggara program akselerasi. Karena jika pembelajaran akselerasi

11 Sitiatava Rizema Putra. Panduan Pendidikan Berbasis Bakat Siswa. (Yogyakarta: DIVA Press,

2013). Cet. I, h. 194.

12 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta:

(33)
[image:33.612.119.525.161.589.2]

disamakan dengan pembelajaran biasa dan hanya waktunya saja yang dipersingkat maka mustahil tujuan pembelajaran program ini dapat tercapai. Maier telah mengidentifikasi beberapa perbedaan tersebut sebagai berikut13:

Tabel 2.1

Perbedaan Proses Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran Akseleratif

No. Belajar secara Tradisional Belajar secara Akseleratif

1. Bersifat kaku Bersifat fleksibel 2. Suasananya muram dan serius Suasananya gembira 3. Menggunakan satu jalan Menggunakan banyak jalan 4. Mementingkan sarana Mementingkan tujuan 5. Situasi persaingan ketat Melatih kerja sama 6. Bersifat behavioristic Bersifat humanistic

7. Aspek verbal diutamakan Mengfungsikan multi inderawi 8. Bersifat mengendalikan Bersifat mengasuh

9. Lebih mementingkan materi Lebih mementingkan aktivitas 10. Aspek kognitif ditonjolkan Berbagai aspek diperhatikan 11. Berdasarkan waktu Berdasarkan hasil

Sumber: Dikutip dari Maier dalam Iif, Hendro, dan Sofan pada buku Pembelajaran Akselerasi,

(Prestasi Pustaka, 2011).

Berbagai perbedaan dalam tabel di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan tenaga pendidik (guru) untuk menanamkan dan menumbuhkan suasana belajar sekondusif mungkin. Dimulai dari keahlian guru dalam menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan jauh dari kata suram serta membosankan, kemudian bukan guru yang berperan sebagai pengendali melainkan seorang guru yang mampu mendampingi, mengasuh serta memotivasi

(34)

disetiap kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dan keahlian-keahlian khusus lainnya yang harus dimiliki guna mencapai tujuan program akselerasi.

Beberapa panduan menurut Reni Akbar-Hawadi yang perlu diperhatikan agar tujuan program akselerasi dapat tercapai secara memadai adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan evaluasi psikologis yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di samping tingkat penguasaan akademiknya.

b. Dibutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi akademiknya.

c. Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi.

d. Memiliki fisik sehat.

e. Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri. f. Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran.

g. Guru concern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari masukan orang tua dan psikolog.

h. Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada pertengahan tahun ajaran.

i. Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan konseling.14

Oleh karena itu penyelenggaraan program akselerasi ini menuntut pihak sekolah untuk memperhatikan beberapa hal yang telah disebutkan di atas terkait waktu penyelenggaraan, kondisi fisik, psikis dan tingkat kemampuan intelektual siswa serta tersedianya tenaga pendidik dan pelayanan konseling yang kompeten.

2. Tujuan Program Akselerasi

Departemen Pendidikan Nasional menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa ialah sebagai berikut:

14 Reni Akbar-Hawadi, “Perspektif Psikologis Program Akselerasi bagi Anak Berbakat Akademik”,

(35)

a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik cerdas dan/atau istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

b. Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa.

d. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

e. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketarampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.15

Fadhilah Suralaga menjelaskan tujuan khusus yang dikutip dari Pedoman Penyelenggaraan Percepatan Belajar bahwa diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yaitu:

(1) untuk memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya, (2) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik, (3) mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, (4) memacu mutu siswa untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.16

Somantri dalam Iif menambahkan bahwa dengan adanya program akselerasi ini dapat memberikan beberapa keuntungan bagi siswa berbakat dengan kapasitas intelektual di atas rata-rata, antara lain Terpenuhinya kebutuhan kognisi siswa

15 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk

Peserta Didik Cerdas Istimewa, (Jakarta: Direktorat PSLB, 2009), h. 10

16 Fadhilah Suralaga, “Program Akselerasi bagi Anak Berbakat”, Journal Tazkiya of Psychology,

(36)

akan pelajaran yang lebih menantang. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas siswa dalam belajar.

a. Memberikan kesempatan untuk memiliki “intellectual peers” (teman tukar pikiran).

b. Menambahkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi siswa.

c. Memberi kesempatan untuk menghemat waktu dalam menempuh pendidikan, sehingga lebih banyak waktu untuk mengembangkan minat, spesialisasi, dan karir.17

Beberapa tujuan diselenggarakannya kelas akselerasi, diharapkan dapat menjadi sebuah program yang benar-benar mampu mewadahi, mengarahkan serta mengoptimalkan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh setiap peserta didik secara efektif dan efisien, baik itu kemampuan akademik maupun kemampuan non-akademik. Sehingga hasil telaah yang dilakukan oleh Daurio

dan Clark yang menyatakan bahwa: “model akselerasi secara konsisten

memberikan manfaat positif terhadap peserta didik berkecerdasan dan

berkemampuan luar biasa”18

dapat terus dirasakan dari waktu ke waktu.

3. Prosedur Membuka Program Akselerasi

Terdapat berbagai macam manfaat dari program akselerasi sehingga saat ini telah banyak sekolah yang memasukkan akselerasi sebagai salah satu program unggulan di tempat mereka masing-masing. Dalam penyelenggaraannya, setiap sekolah yang ingin membuka program akselerasi harus mendapatkan pembinaan dan melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan Nasional.

Secara umum, kebijakan pembinaan dan prosedur sekolah yang menyelenggarakan program percepatan belajar (akselerasi) yang bersifat pengaturan dan pengendalian ialah sebagai berikut:

17 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta:

Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 21.

(37)

Pertama:pihak sekolah yang ingin membuka program akselerasi harus mengurus surat izin yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Depdiknas.

Kedua : proposal dan data yang telah masuk, diteliti dan dianalisis untuk diputuskan layak atau tidaknya sekolah tersebut menyelenggarakan program akselerasi.

Ketiga : terdapat pengembangan secara diferensiasi pada kurikulum program akselerasi.

Keempat: tersedia evaluasi belajar untuk mengukur kemampuan peserta didik program akselerasi.

Kelima : kegiatan supervisi/monitoring secara berkala oleh tim pengendali sekolah penyelenggara program akselerasi bersama Direktorat PLB.

Keenam : terbentuk Tim Penyelenggara Program Akselerasi.19

Dapat penulis simpulkan bahwa poin prosedur pengaturanan perizinan, pendataan dan informasi merupakan upaya Dirjen Dikdasmen dengan tembusan Direktur PLB dan Direktur Satuan Pendidikan untuk menyeleksi sekolah-sekolah yang benar-benar telah siap untuk membuka program akselerasi. Agar program akselerasi ini tidak hanya dijadikan sebagai alat untuk menopang gengsi dari masing-masing sekolah. Penetapan kurikulum berdiferensiasi untuk program akselerasi yang ditujukan untuk memfasilitasi kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang dimiliki peserta didik kemudian dievaluasi dengan rangkaian evaluasi yang tidak jauh berbeda dengan program reguler . Dilanjutkan dengan supervisi/monitoring, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan ini guna mengetahui keefektifan dan keefisiensian dari program akselerasi serta tercapai atau tidaknya tujuan utama dari program ini.

19 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat

(38)

4. Persyaratan Peserta Didik Program Akselerasi

Program akselerasi merupakan program yang dibuat khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang lebih dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidaklah semua siswa dapat mengikuti program ini, karena jika diikuti oleh anak yang tidak benar-benar memiliki kemampuan tersebut dikhawatirkan tujuan dari program ini hanya akan menjadi wacana saja. Sehingga perlu diadakan seleksi calon peserta didik program akselerasi.

Siswa yang diterima sebagai peserta didik program akselerasi adalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Persyaratan akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai rapor, nilai Ujian Nasional (UN), serta tes kemampuan akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,00.

b. Persyaratan psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes psikologi adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ

≥140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ ≥ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan

terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.

c. Informasi data subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orang tua (parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.

d. Kesehatan fisik yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.

e. Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.20

Dapat disimpulkan bahwa nilai akademis yang tinggi tidak mutlak membuat calon peserta didik diterima di program akselerasi. Terdapat aspek psikologis, penilaian orang-orang terdekat mengenai calon siswa tersebut, dan kesehatan fisik dari calon peserta didik program akselerasi. Hingga pada akhirnya sampai

20 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta:

(39)

pada tahap yang paling menentukan yakni kesediaan dari calon peserta didik dan orang tua. Jika calon peserta didik tidak bersedia mengikuti program akselerasi, maka pihak sekolah ataupun orang tua tidak dapat memaksakan untuk tetap memasuki program akselerasi karena akan sulit dalam pengarahan dan proses belajar mengajarnya. Begitu pula jika orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk bergabung dalam program akselerasi, maka siswa tersebut juga tidak bisa mengikuti program akselerasi. Karena akan sulit dalam upaya koordinasi dan kerjasama untuk menunjang proses belajar siswa ketika mereka berada di rumah. Adanya persyaratan peserta didik untuk program akselerasi yakitu untuk benar-benar memperoleh peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dan juga memiliki bakat yang istimewa. Sudah sejak dulu para ahli membahas dan meneliti ciri-ciri anak berbakat. Namun terkadang keistimewaan yang dimiliki oleh peserta didik berintelektual dan berbakat istimewa itu juga memiliki nilai negatif dan tidak jarang menimbulkan masalah. Berikut adalah beberapa ciri-ciri anak berbakat menurut Seagoe dalam Utami Munandar yang dapat menimbulkan masalah tertentu:

a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke sikap meragukan (skeptis) dan sikap kritis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. b. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru bisa

menyebabkan anak berbakat tidak menyukai atau cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.

c. Perilaku ulet dan terarah pada tujuan dapat menjurus kepada keinginan memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.

d. Kepekaan yang tinggi dari anak berbakat bisa membuatnya mudah tersinggung atau peka terhadap kritik dari orang lain.

e. Semangat yang tinggi, kesiagaan mental, dan inisiatifnya dapat membuatnya kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

f. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, anak berbakat membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajagi dan mengembangkan minat-minatnya.

(40)

sekolah atau teman sebaya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.

h. Sikap acuh tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang diberikan kurang mengandung tantangan baginya.21

Tidak semua anak berbakat harus memiliki ciri tersebut dan tidak semua anak berbakat mutlak hanya memiliki ciri-ciri positif saja, karena setiap manusia, termasuk anak berbakat tentunya memiliki ciri positif dan juga ciri negatif.

Beberapa hal tersebutlah yang patut diwaspadai dari anak berbakat, dalam hal ini dibutuhkan sikap penuh pengertian dari pihak pendidik. Selain itu kondisi lingkungan anak berbakat yang tidak kondusif juga dapat memicu timbulnya sikap negatif pada anak berbakat, oleh karena itulah anak berbakat perlu ditempatkan pada lingkungan yang benar-benar dapat mengasah dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

5. Proses Identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi

Program akselerasi merupakan program yang dibuat khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang lebih dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidaklah semua siswa dapat mengikuti program ini, karena jika diikuti oleh anak yang tidak benar-benar memiliki kemampuan tersebut dikhawatirkan tujuan dari program ini hanya akan menjadi wacana saja.

Berdasarkan hal tersebut, maka pihak sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi harus mampu mengidentifikasi dengan tepat potensi, bakat serta kemampuan intelektual yang mereka miliki. Brandwein menyebutkan:

“identifikasi merupakan suatu proses ketika kita berupaya untuk menyadari bahwa siswa dengan kemampuan, motivasi, dan kapabilitas kreatif yang melampaui rata-rata anak sebayanya membutuhkan pelayanan pendidikan

21 S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:

(41)

berdiferensiasi untuk memenuhi kemajuan pendidikannya secara optimal”.22 Sehingga dengan memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya tersebut berarti membantu mereka untuk mencapai tingkatan yang dapat mereka capai setinggi mungkin. Proses mengidentifikasi calon peserta didik akselerasi dilakukan dengan:

a. Validitas dan kesesuaian, yaitu memperhatikan tujuan program dan pelayanan serta harus menyeleksi siswa dengan kebutuhan-kebutuhan, kemampuan, karakteristik dari pelayanan program yang ditawarkan. b. Input dari orang tua, yaitu mengidentifikasi calon peserta didik melalui

informasi dari orang tuanya.

c. Kombinasi data asesmen,menggabungkan seluruh data mengenai calon peserta didik dari daftar check list dan data informal lainnya dari orang tua (parent nomination), guru (teacher nomination), dan teman sebaya (peer nomination), serta diri sendiri (self nomination).

d. Asesmen berkesinambungan, dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

e. Reliabilitas, menggunakan rangkaian tes yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi seperti penggunaan tes intelegensi dan tes prestasi dibandingkan dengan tes prosedur nominasi, skala rating, tes kreativitas dan inventori konsep diri.

f. Ceiling effect dan off-grade level testing, anak diberi tes yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari usia anak.

g. Kinerja, penilaian kinerja siswa dalam tugas-tugas yang relevan di dalam keberbakatan.

h. Uji coba, memberikan waktu untuk masa uji coba agar mengetahui perkembangan anak dalam jangka waktu tertentu.23

Menurut penulis, proses identifikasi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam input program akselerasi yakni peserta didik itu sendiri. Jika dari input sudah terdapat kesalahan, maka akan sulit pada tahapan proses pencapaian tujuan. Sehingga proses identifikasi siswa perlu dilakukan secara baik dan benar.

22 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat

Intelektual), (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 43.

23 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat

(42)

6. Metode identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi

Setelah diketahui bahwa proses identifikasi untuk calon peserta didik program akselerasi harus dilakukan dengan teliti, Sutratinah Tirtonegoro menggunakan tiga jenis metode yang digunakan dalam proses penelusuran dan identifikasi calon peserta didik program akselerasi, yaitu: “(1)metode penentuan subyek, (2) metode pengumpulan data, (3) metode analisa data”.24

Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan subyek/peserta didik yang berhak bergabung di program akselerasi. Dalam mencari dan mengidentifikasi pihak sekolah bisa menggunakan angket dan tes untuk mengetahui kemampuan akademik, komitmen dalam menyelesaikan tugas, tingkat kreativitas, daya berpikir, dan sikap calon peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Hasil tes dan angket dikumpulkan, dan berlanjut ke dokumentasi dengan menyediakan legger (daftar nilai) untuk mengetahui korelasi antara tingkat kecerdasan peserta didik dengan nilai-nilai mata pelajaran. selanjutnya observasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung untuk mengetahui tingkah laku siswa selama di sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Setelah hasil angket, tes, dokumentasi, dan observasi didapatkan maka keempat data tersebut dipadukan dan dianalisa. Sesuai atau tidak antara satu data dengan data yang lainnya.

Dengan penerapan metode-metode tersebut merupakan upaya pihak sekolah agar tidak ada siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan intelektual dan bakat yang istimewa terlewat begitu saja. Sehingga kemampuan yang mereka miliki dapat dikembangkan dengan baik dan pada tempat yang tepat.

Dapat penulis simpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan penerimaan siswa-siswi program akselerasi benar-benar harus mereka yang memiliki tingkat kecerdasan dan bakat istimewa, yang semua itu dapat dilihat dari serangkaian persyaratan yang harus dilewati oleh calon peserta didik. Mulai dari seleksi

24 Sutratinah Tirtonegoro. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. (Yogyakarta: Bumi

(43)

administrasi, tes psikologi, kesehatan fisik, hingga pernyataan kesediaan siswa dan orang tua/ wali. Semua proses panjang tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam input program akselerasi. Bahkan ketika seorang siswa telah memenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan namun dari pihak siswa tidak menginginkan mengikuti program akselerasi, maka siswa tersebut tidak dianjurkan untuk tidak memaksakan diri masuk program akselerasi karena dihawatirkan keterpaksaan dalam mengikuti program ini akan menjadi hambatan dalam proses pembelajarannya nantinya.

Proses-proses perekrutan peserta didik program akselerasi yang harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel maka dalam pelaksanaannya ada beberapa tokoh yang dapat melakukan proses identifikasi meliputi:

1) Para ahli pendidikan, psikologi dan lainnya menurut kebutuhan.

2) Tenaga kependidikan: guru kelas, kepala sekolah, orang tua murid, murid itu sendiri, dan anggota keluarga lainnya.

3) Teman sekelas dan sebaya dari lingkungannya. 4) Kelompok-kelompok atau tokoh-tokoh masyarakat.25

Dengan kerjasama empat komponen tersebut dapat menunjang upaya perekerutan dan seleksi calon peserta didik program akselerasi secara objektif, transparan, dan akuntabel.

25Laporan Hasil Seminar Nasional, “Alternatif Program Pendidikan Anak Berbakat”, dalam Utami

(44)

7. Persyaratan dan Penyiapan Guru Program Akselerasi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, program akselerasi membutuhkan tenaga pendidik (guru) yang sudah tidak diragukan lagi keahlian dan kompetennya dalam dunia pendidikan. Baik dari segi akademik, kreativitas, ataupun jenjang pendidikannya. Karena setiap anak-anak program akselerasi merupakan anak-anak yang memiliki ciri-ciri khusus sehingga muncullah program layanan khusus untuk mereka, maka sudah sewajarnya jika guru yang berada di dalam program tersebut juga harus memiliki kualitas yang lebih dan khusus.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menetapkan kriteria pemilihan dan penyeleksian guru yang mengajar di program akselerasi, yaitu sebagai berikut:

a. Lulusan S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri/ swasta yang terakreditasi A b. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

c. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik peserta didik. d. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.

e. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik.

f. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar untuk peserta didik cerdas istimewa.

g. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. h. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik

i. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.

j. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.

k. Memiliki pengalaman mengajar di kelas regular sekurang-kurangnya 3 tahun dengan prestasi yang baik.

l. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stake holder)

terkait penyelenggaraan pendidikan.26

Gambar

Tabel Keterangan
Gambar 2.1 Tahapan Proses Seleksi menurut Wilson Bangun  ...................  13
Gambar 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan Proses Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program percepatan (akselerasi) adalah program yang diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar sehingga tidak diperkenankan untuk mengikuti

Skripsi dengan Judul : Hubungan antara Body Image dan Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi di SMP Negeri

Hukum pertama Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PROGRAM GURU TIDAK TETAP DI DAERAH TERPENCIL DAN KEPULAUAN 25 dengan ketentuan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan

Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2