SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Nuni Nuraeni
NIM: 1111011000065
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap akhlak karimah siswa-siswi program akselerasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, Tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa program akselerasi. Pengumpulan data dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) Angket, (2) Wawancara, (3) Dokumentasi. Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive samples Dan hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Kemudian angket tentang pengembangan diri rutin dan angket al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi, dianalisiskan dengan menggunakan prosentase atau tabulasi dan untuk mencari hubungan dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.
Dari perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi rxy adalah 0,871 lebih besar dari rtabel(0,871 > 0,367) pada taraf signifikan 5 % yang berarti terdapat korelasi antara 0,70-0,90 itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi dengan koefisiensi destriminasi sebesar 76 %. Jadi, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
ii
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research intend to determine is there a relationship between routine self-development of the student behavior in acceleration class program. This research was conducted in Bakti Mulya 400 Junior High School Jakarta 2014/2015. The subject of this research are students from acceleration class. Collecting data in this research using (1) Inquiry, (2) Interview, (3) Document. Sampling techniques with a purposive samples and the results were analyzed descriptively. Then, the Inquiry about self-development program and acceleration class analyzed by using percentage or tabulation and to find relationships were analyzed using correlation coefficient of product moment.
From these calculations figures obtained correlation r xy is greater than rtabel 0.871 (0.871> 0.367) at the significant level of 5%, it means that there is a correlation between 0.70 to 0.90 it is included strong or high positive correlation with coefficient destriminasi 76%. Then, the result of this research can be concluded that there is strong correlation between routine self-development with student behavior.
iii Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya tercurahkan kepada Allah SWT
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa
mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk
orang-orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata
Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu penulis
membuat skripsi dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin
terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari sebuah kekurangan baik
ditinjau dari aspek isi maupun tekhnik penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari siapapun yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan lapang dada
demi perbaikan dikemudian hari.
Dalam menyusun skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik secara moril maupun
material. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Teristimewa kedua Orang Tuaku Abdul Halim dan Siti Mar’fuah yang selalu mendo’akan, membesarkan, mendidik, menasihati dan memberikan banyak sekali motivasi sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan studi S1
iv
Haura Nazhifa, Salwa Ristima , Rizky Jauhara, Adzkia, Al-Mahira dan
Abdul Hamid) yang selalu memberikan banyak masukan, menyemangati
dan motivasi sampai saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang
berguna dalam menyusun skripsi ini.
6. Ibu Hj. Marhamah Saleh, MA, Lc. Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam serta Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini.
7. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal
ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
9. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta staffnya, yang telah
memberikan pelayanan dalam menyediakan buku-buku yang diperlukan
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10.Kakaku yang Special Deni Azhari Ramadani yang selalu memotivasiku
agar selalu bisa jadi yang terbaik dari yang lebih baik sampai detik ini dan
selalu ada setiap waktu.
11.Sahabat-sahabatku Yolla diatri marlian, Marsita Eka Yuliani, Nailah
v membantu terlaksananya skripsi ini.
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis satu persatu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan dan mendo’akan penulis selama mengikuti pendidikan program Strata Satu (S1) Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga segala kebaikan, yang kalian berikan kepada penulis mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita. Aamiin.
Jakarta, 17 Juni 2015
Penulis
vi
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
LAMPIRAN - LAMPIRAN ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Penelitian ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Pengembangan Diri ... 9
1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter ... 9
2. Hakekat Perkembangan ... 11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa ... 12
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa ... 14
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa ... 15
6. Pengembangan Diri di Sekolah ... 18
B. al-Akhlak al-Karimah ... 32
1. Pengertian Akhlak ... 32
2. Arti Pembentukan Akhlak ... 33
vii
3. Tujuan ... 38
4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik ... 39
D. Penelitian yang Relevan ... 40
E. Kerangka Berfikir ... 42
F. Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
B. Metode Penelitian ... 45
C. Unit Analisis ... 46
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 46
E. Tehnik Analisis Data ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54
B. Deskripsi Data ... 61
C. Analisis Data ... 83
D. Interpretasi Data ... 86
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87
BAB V PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Implikasi ... 90
C. Saran ... 91
viii
Table 3.1 Kisi-kisi angket pada variable X 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pada variable Y 49
Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y 50
Tabel 3.4 Interpretasi nilai “r” Product Moment 51
Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru 57
Tabel 4.2 Denah Data Siswa 60
Tabel 4.3 Kategori Jawaban 61
Tabel 4.4 – 4.43 Hasil Angket Variabel X dan Y 62
ix
LAMPIRAN 1 Lembar Uji Referensi
LAMPIRAN 2 Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 3 Surat Izin Penlitian Skripsi
LAMPIRAN 4 Angket Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 5 Berita Wawancara Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 6 Daftar Pendidik SMP Bakti Mulya 400
LAMPIRAN 7 Daftar Nama-nama Responden
LAMPIRAN 8 Nilai – nilai r Product Moment
x
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
1 ا Tidak
dilambangka
n
16 ط ţ
2 b 17 ظ ť
3 t 18 ع „
4 ś 19 غ ġ
5 ج j 20 ف f
6 ح h 21 q
7 kh 22 k
8 د d 23 l
9 ż 24 m
10 ر r 25 n
11 z 26 و w
12 س s 27 h
13 ش sy 28 ء `
14 ص ş 29 ي y
xi
ـ i
ـ u
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
يـ ai
وــ au
4. Mâdd
Harakat dan Huruf Huruf Latin
اــ â
يــ Î
وــ ȗ
5. Tâ’ Marbuţah
Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.
Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh
kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu
ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
ناوي لا ي ح = hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât
يئا بإا سر لا = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul ibtidâ`iyyâh
6. Syaddah (Tasydîd)
xii
7. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.
Contoh:
ة اَ لا= aş-şalâtu
b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh:
لا= al-falaqu
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh:
كأ= akaltu ي و أ= ȗtiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:
و كأ = ta‟kulȗna ئي ش= syai`un
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
آ لا= al-Qur`ân
1
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai aspek kehidupan, Baik duniawi maupun ukhrawi.
Salah satu ajaran agama adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk
berpendidikan dan memilik akhlak yang baik. Karena menurut ajaran agama
Islam, pendidikan dan akhlak merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak
yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di
dunia dan di akhirat. Pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan
diusahakan oleh proses atau usaha mendidik, baik tinggah laku (akhlak)
individual maupun sosial.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad Saw itu dijadikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari. mereka yang mematuhinya dijamin keselamatan
hidup didunia dan akhirat.1Dalam persoalan akhlak ini Akhmad Sodiq mengatakan dalam Tahdżîb sebagai berikut:
Akhlak bukanlah sekedar fenomena luaran yang bersifat aksidental, sehingga tidak semua yang tampak seperti kebaikan adalah baik dalam makna hakiki. Ketika kebaikan itu tidak didasarkan kepada ketulusan hati, maka kebaikan itu adalah keburukan yang berselimut kebaikan. Akhlak adalah kebaikan hakiki, luar dalam, lahiriyah batiniyah. Persoalan akhlak bukanlah sekedar persoalan perilaku sederhana tetapi merupakan persoalan prilaku kompleks yang berkaitan langsung dengan keadaan ruhani. Membahas perbaikan akhlak haruslah diawali dengan perbaikan batin. Karena itu tepatlah jika Ibnu Maskawih (w. 1030) dalam Tahdżîb al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai “kondisi jiwa yang mendorong terwujudnya perilaku tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan” (Ibnu Maskawih, t.t: 37) Senada dengan Ibnu Maskawih, al-Ghazali (1058-1111) juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran dari keadaan didalam jiwa yang tertanam kokoh (terinternalisasi), di mana perilaku menyandar
padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.2
Ini berarti, perubahan akhlak adalah perubahan kondisi batiniyah dan
perubahan perilaku lahiriyah secara kausalitas, yang terjadi sedemikian rupa
hingga ia tidak lagi dipikirkan dan dipertimbangkan oleh pelakunya.
Perubahan akhlak adalah perubahan ruhani sekaligus membicarakan
perubahan akhlak meniscayakan untuk terlebih dahulu mengerti tentang
eksistensi dan hakekat ruhani, daya-daya ruhani, dan dinamika ruhani
sebelum ia berbicara tentang kaitan keadaan ruhaniyah dengan perilaku
lahiriyah. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu
disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak
yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan
bangsa yang bersangkutan.
Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi dikalangan
pelajar atau mahasiswa maupun kalangan lainnya, jelas menunjukan
kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh
tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter dilembaga pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan pada guru agama
saja, karena pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak,
termasuk semua guru disekolah, staff tata usaha, bahkan orang tua dirumah.
Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk
membangun dan mengembangkan karakter manusia agar memiliki karakter
yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui
pendidikan, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan
sentral dalam menanamkan, mentransformasikan, dan menumbuh
kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik
menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan
merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti,
pikiran, dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama
untuk menumbuh kembangkan karakter siswa yang baik.
Menurut beberapa sumber buku, pendidikan karakter perlu
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral).
Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam
sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan,
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan.3
Karakter seseorang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan
latihan demi latihan, maka karakter akan menjadi kuat dan akan terwujud
menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter tidak melaksanakan sesuatu
karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan, karena cinta
itulah maka muncul keinginan untuk berbuat baik. Ketika membahas tentang
masalah bergesernya nilai-nilai akhlak dikalangan siswa, maka secara cepat
akan terlintas dibenak, berbagai potret kelam yang telah dilakukan oleh
beberapa orang lain dari kalangan siswa atau pelajar. Harus kita akui bahwa
kemerosotan akhlak terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya
pendidikan dalam keluarga akan tetapi kurangnya pendidikan akhlak di
sekolah.
Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal
negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja
termasuk peserta didik. kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan
akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan.
Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, dengan adanya program
percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program akselerasi itu
sendiri adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta
didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan
dan oleh psikologi telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum
taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas
rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar mereka.4 Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum
lebih.5
Dengan adanya program akselerasi yang mana sistem pembelajaran siswa
yang teramat singkat. Pasti terdapat banyak hal yang positif dan begitu juga
tidak menutup kemungkinan terdapat sisi negatifnya. Dalam hal positif
mereka yang mengikuti program ini diantaranya bisa menyelesaikan proses
pendidikan lebih cepat dari biasanya, memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam berfikir logis serta kritis, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pembelajaran siswa, serta memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan
spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.
Melihat hal-hal positif yang didapatkan dari program akselerasi,
seakan-akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat hanya memiliki
sifat-sifat positif, sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya,
anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai
kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan dan perwujudan diri.apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan menderita keragu-raguan dan
kecemasan. Jika minat, tujuan dan cara laku mereka tidak memperoleh
pengakuan, maka walaupun mereka memiliki potensi istimewa pasti
mengalami kesulitan. Jadi secara tidak langsung siswa yang memiliki potensi
kecerdasan istimewa tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku yang bisa
mereka lakukan termasuk dalam segi akhlak yang kurang baik. Hal lain bisa
disebabkan karena proses pembelajaran siswa yang sangat cepat, bisa
menjadikan kurangnya kontrol akhlak siswa pada program akselerasi tersebut.
4http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
SMP Bakti Mulya 400 yang letaknya di Jakarta Selatan, merupakan salah
satu sekolah yang bernafaskan Islam. Sekolah Bakti Mulya 400 ini didirikan
sejak tahun 1985 memilik sejarah perkembangan yang bagus dari sejak
pertama pendiriannya. Baik dari kualitas dan kuantitasnya. Diantara salah
satu tujuan pendidikannya adalah supaya siswa-siswinya berbudi pekerti
luhur dalam arti tekun dalam beribadah dan berakhlak karimah, seperti shalat
dengan tujuan agar akhlak siswa-siswinya menjadi lebih baik, sebagai
inflikasi dari nilai-nilai akhlak positif yang terkadung dalam ibadah shalat berjama’ah.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sekolah SMP Bakti Mulya 400
adalah mengadakan sebuah program pengembangan diri rutin seperti shalat,
tadarus serta upacara, program pengembangn diri spontan yang dilakukan
sesuai waktu yang ditentukan dan pengembangan diri keteladanan. adanya
program ini untuk membantu dalam pembentukan akhlak siswa yang nantinya
bisa dilihat sejuah mana karakter atau akhlak yang dimiliki seluruh siswa
setelah berjalannya program tersebut.
Menurut pengamatan saya selama melaksanakan PPKT disana masih ada
siswa-siswi tidak disiplin dalam menjalankan shalat berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah, Menurunnya semangat siswa dalam
pelaksanaan solat, tadarus dan upacara serta khususnya kasus yang saya temui
di kalangan siswa akselerasi ada yang berprilaku diluar batas akhlak seorang
siswa. Maka dari itu melalui program ini, saya sebagai penulis ingin
mengetahui apakah program tersebut mampu mengembangkan akhlak
karimah siswa di SMP Bakti Mulya 400. Namun penulis hanya meneliti dari
salah satu dari program yang diterapkan di sekolah, dan untuk mengetahui
perubahan akhlak siswa terutama pada program akselerasi di SMP Bakti
Mulya 400.
Namun pada kenyataannya menurut penulis masih banyak siswa yang
belum begitu memahami betapa besar manfaat dalam kedisiplinan terkait
shalat, tadarus dan upacara, yang siswa lakukan hanya dengan untuk
memiliki nilai-nilai akhalak yang sangat mempengaruhi perkembangan
akhlak mereka sendiri. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya
pembinaan akhlak yang diberikan guru di sekolah, maka dari itu penulis
tertarik untuk meneliti permasalahan di sekolah ini. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Terjadinya kemerosotan akhlak terhadap remaja pada masa kini karena
pergaulan yang bebas serta lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
2. Masih ada siswa yang tidak disiplin dalam menjalankan shalat
berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah.
3. Budaya disiplin shalat berjama’ah, tadarus dan upacara masih kurang
dilaksanakan oleh semua pihak sekolah.
4. Apakah ada hubungan penerapan program pengembangan diri rutin di
sekolah terhadap akhlak siswa?
5. Masih banyak siswa yang menganggap sepele program pengembangan
diri yang diterapkan siswa di sekolah.
6. Masih banyak siswa yang bercanda saat pelaksanaan tadarus, sholat dan
upacara.
7. Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan
upacara.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Untuk penelitian ini
dibatasi pada tinjaun hubungan secara empiris sebagai berikut:
1. Pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 terdapat tiga program, salah
pengembangan diri yang saya teliti dalam skripsi ini mengenai
pengembangan diri rutin terkait pelaksanaan shalat berjama’ah, tadarus al-Qur`ân dan upacara bendera.
2. Al-Akhlâk al-Karîmah yang saya teliti di sini terkait dalam sikap tolong-menolong, kejujuran, menumbuhkan rasa persaudaraan atau mengikat tali
silaturahmi, sikap menghargai atau menghormati orang lain, kedisiplinan,
percaya diri dan sopan santun.
D. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapun
masalah pokok dalam skripsi ini adalah berkenaan dengan:
1. Bagaimana hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400?
2. Bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah siswa SMP Bakti Mulya 400?
3. Apakah ada hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan
upacara) terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui hasil pengembangan diri rutin siswa terkait solat,
tadarus dan upacara pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap
penerapan program pengembangan diri rutin terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah atau pun pengelola lembaga
pendidikan, dalam mengupayakan dan menanggulangi keterpurukan
akhlak siswa pada masa sekarang.
2. Untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai obyek yang akan
diteliti, yakni berkenaan dengan program pengembangan diri rutin dengan
akhlak siswa.
3. Bagi para Guru, untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dalam menumbuhkan akhlak siswa
disekolah.
4. Bagi peneliti khususnya dan semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada umumnya, dapat menambah khazanah pengetahuan dan
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Diri
1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter
Pada dasarnya pengembangan diri merupakan salah satu komponen
KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus. Meskipun
demikian, pengembangan diri bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus
diasuh oleh seorang guru, tetapi bisa difasilitasi oleh seorang konselor,
atau tenaga kependidikan lain yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler.1 Dalam struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengembangan diri, sebagai berikut:
a. Kegiatan pengembangan diri dapat difasilitasi dan dibimbing oleh
guru, konselor, atau tenaga kependidikan lain yang memiliki
kemampuan dalam membantu pengembangan diri peserta didik.
b. Bagi sekolah yang sudah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK),
kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan oleh guru BK, tetapi jika
belum ada guru BK, kegiatan dapat dilakukan oleh guru agama atau
guru lain yang sesuai.
c. Kegiatan pengembangan diri juga dilakukan oleh kepala sekolah atau
tenaga kependidikan lain yang kompeten.
d. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan dan konseling atau bentuk
kegiatan ekstrakulikuler.
e. Kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik dapat dilakukan di
kelas atau di luar kelas.2
Pengertian Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lainnya.3 Dengan demikian karakter dimaknai sebagai cara berpikir yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Karena karakter itu sendiri tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun
secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.
Salah satu penunjang terbentuknya karakter peserta didik adalah
sekolah. Peran sekolah sangatlah penting dalam usaha pembentukan
karakter. Salah satu model pembentukan karakter di sekolah, menurut
Akhmad Fikri salah satunya adalah untuk mengupayakan keberhasilan
dalam pendidikan karakter, ada beberapa proses pendidikan karakter yang
diajarkan yaitu:
a. Knowing the good (ta’lîm), yaitu tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama/akhlak melalui dimensi akal, rasio, dan logika
dalam setaip bidang studi.
b. Loving the good (tarbiyah), yaitu tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi emosional,
hati, atau jiwa.
c. Doing the good (taqwîm), yaitu tahap mempraktikan nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi prilaku dan amaliah.4
Dari semua pernyataan diatas penulis akan mengarahkan
pengembangan diri dalam skripsi mengarah pada pengembangan karakter
atau akhlak peserta didik. Dengan melalui sebuah kegiatan berupa shalat,
2Ibid., h. 284 3
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), Cet. I, h.42
4
tadarus serta upacara yang ada disekolah dapat membantu
mengembangkan karakter peserta didik agar memiliki akhlak karimah
yang dapat diimplemntasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hakekat Perkembangan
Istilah „perkembangan‟ (Development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. secera sederhana Seifert dan
Hoffung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term relationship and motor skills”. Sementara itu Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan
progresif dalam organisme, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk
dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian
fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah
laku yang dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas
menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki
individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang
baru. Didalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.5
Adapun
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah
perihal berkembang, selanjutnya kata “berkembang” menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti mekar atau terbuka, menjadi besar, luas serta
menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan
pengetahuan. Dengan demikian kata ”berkembang” tidak saja meliputi
aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga
meliputi aspek yang bersifat konkret.6
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan
perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia
5Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 8-9
menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan itu sendiri
menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari
tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi . perkembangan
itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu
bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari
masa pembuahan sampai masa kematian.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan
mereka terdapat eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelas berikut
pemaparan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor
perkembangan siswa, sebagai berikut7: a. Aliran Nativisme
Adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran ini disebut
juga aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan
kecamata hitam, aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia
itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan,
pandangan seperti itu disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai contoh jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak yang mereka lahirkan
akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya melahirkan harimau,
jadi pembawan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak
terhadap perkembangan kehidupan anaknya.
b. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran Nativisme adalah aliran empirisisme dengan
tokoh utama Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The
7
School Of British Empiricism”, namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap pemikir Amerika sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat
bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber, 1988). Doktrin aliran ini yang amat masyhur
adalah “tabula rasa” sebuah isltilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong”. Doktrin ini menekankan arti penting
pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan
manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisisme
menganggap setiap anak yang lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan
kosong , tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi
apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan yang
memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa
depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat bawaan)
dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi
rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa.
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini merupakan aliran gabungan dari aliran empirisisme dan
nativisme. aliran ini menggabungkan arti penting hederitas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh perkembangan manusia. Tokoh utama bernama Louis
William Stren (1871-1938) seorang filosof dan psikologi Jerman.
Aliran filsafat yang dipelopopri disebut “personalisme” sebuah
pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-displin
ilmu yang berkaitan dengan manusia. diantara disiplin ilmu yang
menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang
kepribadian manusia. Para penganut aliran ini, berkeyakinan bahwa
baik faktor pembawaaan dan lingkungan andilnya sama besar dalam
menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari
keluarga santri atau kyai, umpamanya kelak ia akan menjadi ahli
agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan.
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang
berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa faktor yang mempengruhi tinggi-rendahnya mutu hasil
perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
1) Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri
yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang
turut mengembangkan siswa itu sendiri
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau adanya dari luar diri
siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa
a. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan anatar masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa . masa remaja
sering dikenal masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan
sejumlah karakteristik penting, yaitu:
1) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
2) Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria atau wanita
dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
3) Menerima keadaan fisik dam mampu menggunakannya secara
efektif
4) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainya
5) Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat
6) Mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak
7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
doperlukan warga Negara
8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab
9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistema etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku
10)Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.8
Berbagai karakterisktis masa remaja tersebut, menuntut adanya
pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini
dapat dilakukan guru, diantaranya:
1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan
narkotika
2) Memebriaka pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan
3) Melatih siswa mengambangkan resiliensi, kemampuan bertahan
dalam kondisi sulit
4) Membantu siswa mengambangkan etos kerja yang tinggi dan sikap
wiraswasta
5) Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran
agama terbuka dan lebih toleran
6) Menjalin hubungan harmonis dengan siswa dan bersedia
mendengarkan segalan keluh kesah yang dihadapinya.9
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan di sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter di sekolah . tujuan pendidikan karakter pada dasarnya
adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh
dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik
tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal
yang baik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan
hidup. Masyarakat juga berperan dam membentuk karakter anak melaui
orangtua dan lingkungannya. Pendidikan karakter perlu dikembangkan
melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang
yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan pengetahuannya , jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi
dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter
yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut
sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai kebijakan dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning) keberanian mengambil sikap ( decision making) dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. penguatan
ini berkaitan dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik
yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri ( self esteem), kepekaan terhadap derita oranglain (empathy), cinta kebenaran (lovingthe good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).10
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah
keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung
nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan
saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap
atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah Swt
Swt, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
Internasional. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa
manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya
nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya
penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu
dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang
tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek
perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus
melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi
juga “desiring the good” atau “loving the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi
oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan
oleh tiga aspek yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling dan moral action. Dengan kata lain makin lengkap komponen moral dimiliki
manusia, maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul.
Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran
agama, dll. Yang program utamanya cenderung pada nilai-nilai secara
kognitif dan mendalam sampai kepenghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya
membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke
praksis ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi
dalam diri anak yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk
mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing abak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis,
dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan
menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara
konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan dengan kata-kata cipta, rasa
dan karsa.11
6. Pengembangan Diri di Sekolah
a. Latar Belakang Program Pengembangan Diri
Latar belakang terbentuknya program pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 karena melihat semakin majunya suatu zaman,
makan semakin maraknya moral yang kurang baik berkembang karena
tidak menutup kemungkinan teknologi juga semakin canggih dan pasti
sangat mempengaruhi pergaulan anak bangsa. Maka dari itu untuk
upaya mengoptimalkan moral anak bangsa SMP Bakti Mulya 400
menciptakan sebuah program yang disebut pengembangan diri.
Program pengembangan diri di sini adalah suatu program yang
diciptakan sekolah, untuk membantu dalam pembentukan atau
pembinaan akhlak siswa agar mampu memiliki akhlak yang baik,
karena sekolah bukan hanya membentuk dari sisi kognitif saja,
melainkan juga dari sisi psikomotorik.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran behavioristik, belajar
pada hakikatnya terjadi apabila perubahan tingkah laku dapat diamati,
bila kebiasaan berprilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau
pengaruh peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Dari berbagai
macam teori dalam kelompok behavioristik, program pengembangan
diri ini mengacu kepada teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik.12 operant conditionging adalah bagian dari teori behavior yang dikembangkan oleh Skinner,
merupakan pengembangan dari stimulus respons. Menurut Skinner
perubahan tingkah laku yang kemudian akan menjadi kebiasaan akan
menimbulkan efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Dalam
teori ini juga menjelaskan bahwa, program pembiasaa akan lebih
berhasil apabila diberi penguatan atau stimulus respon.13
b. Macam-macam Pengembangan Diri
Macam-macam pengembanagn diri yang diterapkan SMP Bakti
Mulya 400 yaitu: pengembangan diri rutin, pengembangan diri
keteladanan dan pengembangan diri spontan. Yang penulis teliti hanya
salah satu dari program tersebut yaitu pengembangan diri rutin. Dalam
program ini terkait di dalamnya, pertama shalat berjama‟ah yang
dilakukan setiap saat shalat zuhur dan dhuha, kedua tadarus al-Qur`ân
yang dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya pembelajaran dan
ketiga upacara bendera yang dilakukan dua minggu sekali.
Pengembangan diri rutin ini salah satu yang membantu dalam
pembentukan akhlak siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Maka dari itu, akan penulis paparkan pengertian serta nilai-nilai
akhlak yang didapatkan dalam pembinaan terkait shalat, tadarus dan
upacara, sebagai berikut:
12Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, April 2010), Cet ke-III, h. 237
a) Shalat
1) Pengertian Shalat
Shalat merupakan ritual keagamaan umat Islam yang
menduduib posisi paling puncak di banding ibadah-ibadah lainnya.
Ia menempati peringkat kedua setelah umat Islam berikrar syahadat,
menyatakan diri bahwa Allah Swt Swt merupakan pencipta paling
patut disembah serta, Nabi Muhammad Saw terakhir yang diutus
Allah Swt ke dunia ini. Setelah itu, barulah ibadah-ibadah lainnya
bias dilakukan.14
Adapun pengertian shalat yang lain adalah ibadah badaniah
yang telah diwajibkan Allah Swt atas setiap muslim, agar
menunaikannya lima kali dalam sehari semalam, diwaktu-waktu
yang telah ditentukan dengan berdiri menghadap kiblat, dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15 Namun secara lebih luas, shalat pun bisa menyimpan makna yang beragam. Misalnya
saja saat Allah Swt menyebut kata shalat kepada Nabi Muhammad
Saw. Jika merujuk pada makna kata dasar, berarti Allah Swt sedang
berdoa kepada Nabi Muhammad Saw, namun yang dimaksud bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S al-Ahzab : 56).16
14Sari Narulita, Tuntunan Praktis Shalat, (Cibubur: PT Variapop Group, 2012), Cet. I, h. 14 15Ahmad Sudirman, Keajaiban Shalat Rawatib, (Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009), Cet. I, h. 2
Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan.
Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat 157:
setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan
Karena antara keduanya (shalat dan doa) terdapat kesesuaian.
antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena
itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang
dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan.18
2) Hukum Shalat
Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapanal-Qur`ân, sunnah
dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah
baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Bayyinah ayat 5:
Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka
hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut:
(a) Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu:
(1) Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh
ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti
shalat lima waktu dan shalat jumat (fardhu a’in untuk pria)
(2) Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya.
Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang
yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang
yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak
dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan
shalat jenazah.
(b) Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
(1) Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti
shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah
thawaf.
(2) Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan shalat sunnah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan) seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap
terjadi gerhana).20
3) Syarat-syarat Shalat
Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan
tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya
semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi
dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil.
Syarat-syarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat
ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat.
Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya
batal.
Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu21: Islam, Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci
badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir
Menutup aurat.
4) Rukun-rukun Shalat
Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena
meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya22: Niat, Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah , Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi salam.
5) Kedudukan dan Keistimewaan Shalat
Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya.
shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian
maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri
kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh
21Ibid., h. 41
manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam
Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara
hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang
agung sebagai berikut:
(a) Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat
berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad Saw, “ pokok
segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula
bangunan yang ada si atasnya.
(b) Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari
kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung
pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin
Malik dari Nabi Muhammad Saw dimana ia bersabda, “Amalan
yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak
adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh
amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh
amal perbuatannya.”
(c) Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang .
oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada
lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani
dalam Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir
adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat
(namun) tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali.23
6) Manfaat Shalat Berjama‟ah
Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi
orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan
shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45:
(Al-Qu`rân) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah Swt (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah Swt mengetahui apa yang kamu kerjakan.24
Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan
diantaranya:
a) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah
Dengan berjam‟ah maka kita akan merasakan bahwa
persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu
siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa
persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu
sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling
mengenal satu sama lain, saling menasihati atau
bermusyawarah.
b) Mengikat tali silaturahmi
Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan
silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan
memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya:
siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman
sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas
meraka.
c) Adanya rasa persatuan
Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak
adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa
persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling
menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
d) Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan
Dengan berjama‟ah diharapkan timbulnya rasa tolong
menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa
belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik
dari sisi moril ataupun moral.
Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin,
maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan
berinteraksi dengan orang lain.
b) Tadarus
1) Pengertian Al-Qur`ân
Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama
Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk
tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr, shâlih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan,
seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim,
keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti
mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan
larangan menolong kejelekan.
Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk
bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia.
Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia
makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu
akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan.
Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah
Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar.
Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti
tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar
dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada
lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41.25Dari
penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber
akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari
tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi
buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang
sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik
didunia maupun diakhirat.
2) Adab Membaca al-Qur`ân
Dianjurkan bagi orang yang membaca al-Qur`ân
memperhatikan hal-hal sebagai berikut26:
(a) Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk
dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi
orang yang berhadast
(b) Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga
keagungan membac al-Qur`ân
(c) Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat
(d) Membaca ta’awwudz (membersihkan mulut) sebelum mulai
membaca
25M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara), h. 31-32
(e) Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah,
kecuali surah al-barâ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama
(f) Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan terang
(g) Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara
konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung
dalam ayat
(h) Meresapi makna dan maksud ayat al-Qur`ân yang
berhubungan dengan janji maupun ancaman
(i) Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan
suara zahir lebih utama.
Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu
berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena
masing-masing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat
kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkar
-nya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu
masing-masing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu
mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang
terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya.
Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan
perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca
dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau
kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan
tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya
sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam
pembacaannya.”27
3) Kebenaran Al-Qur`ân
Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang
disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan
yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam
untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak
mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan
wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama
surah al-‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang
menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus
dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna
bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang
dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah al-mâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai
dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu
ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.
Kebenaran al-Qur`ân bisa pula dibuktikan dengan
kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil
al-Qathan dalama Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, mukjizat al-Qur`ân
paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi
bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun,
padahal kala itu bahasa arab sedang mencapai puncak
ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan
situasi dan kondisinya.
Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun
pesan-pesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan,
bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan
berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri
manusia sendiri.28
c) Upacara
Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih,
dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan,
yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara
tertib dan khidmat di sekolah.
Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan
yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap
disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak,
keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin
adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan
upacara bendera. Melalui upacara bendera diharapkan dapat
mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan
idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera
bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu
diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta
dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna.
Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk
mengusahakan pencapaian tujuan pendidikan nasional dan
memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang
diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu:
1) Membiasakan bersikap tertib dan disiplin
Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa
datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat
pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan
khidmat sampai selesai.
2) Membiasakan berpenampilan rapi
Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan
pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara
yang formal atau non formal.
3) Meningkatkan kemampuan memimpin
Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak
umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara
berbicara yang baik dan percaya diri.
4) Membiasakan kesediaan dipimpin
Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak,
karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin
melalui upacara tersebut.
5) Membina kekompakan dan kerjasama
Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan
untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan
tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya
karena mampu menghargai sesama.
6) Mempertebal rasa semangat kebangsaan
Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya
sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan
lebih melekat pada diri masing-masing.
Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan
melalui kegiatan upacara bendera adalah
1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar
lainnya