• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA SISWA KELAS III PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMPN 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA SISWA KELAS III PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMPN 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA

SISWA KELAS III PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER

DI SMPN 2 SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RIFKI EFFENDI SUYONO

G0008158

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

ii

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2011

Rifki Effendi Suyono

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Rifki Effendi Suyono. G0008158, 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan dan Depresi antara Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2 Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMPN 2 Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi adalah (1) siswa akselerasi yang mengikuti program akselerasi semenjak kelas satu, (2) siswa reguler yang mengikuti program reguler semenjak kelas satu. Sampel tidak dapat dipilih jika responden merupakan (1) siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama SMP, (2) siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama SMP, (3) siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program akselerasi pada jenjang pendidikan sebelumnya. Sampel mengisi (1) lembar biodata dan informed concent sebagai persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3) kuesioner TMAS untuk mengetahui tingkat kecemasan, (4) kuesioner BDI untuk mengetahui tingkat depresi. Diperoleh 60 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecemasan pada siswa akselerasi sebesar 26,16 ± 3,913 dan untuk siswa reguler sebesar 22,13 ± 5,130 (2) rerata skor depresi pada siswa akselerasi sebesar 8,06 ± 6,570 dan untuk siswa reguler sebesar 5,26 ± 4,968 (3) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,288.

Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta. Tingkat kecemasan dan depresi pada siswa akselerasi lebih tinggi dibandingkan siswa reguler.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id depression level between 3rd grade students of acceleration and regular in SMPN 2 Surakarta.

Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in May 2011 in SMPN 2 Surakarta. The sample data collecting is done by using purposive random sampling method within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were (1) students of acceleration who joined the acceleration program since first grade, (2) the students of regular who joined the regular program since first grade. Sample could not be selected if(1) the students of acceleration program moved from regular program, (2) the students of regular moved from acceleration program, (3) the students from acceleration or regular program who had ever joined acceleration program the education study before. The sample which has been collected should fill (1) using SPSS 17.0 for Windows program.

Results: This research shows (1) the mean of anxiety’s score in acceleration students is 26,16 ± 3,913 and for regular students is 22,13 ± 5,130, (2) the mean of depression’s score in acceleration students is 8,06 ± 6,570 and for regular students is 5,26 ± 4,968, (3) result from Mann-Whitney test shows p = 0,288.

Conclusion: This study shows no meaningful difference of anxiety level and depression level between 3rd grade students of acceleration and regular in SMPN 2 Surakarta. The anxiety and depression level of acceleration students are higher than the regular ones.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi teladan seluruh ummat manusia.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., K-R., FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A., M.Kes., selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ., selaku pembimbing utama yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.

5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.

6. Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ., selaku penguji utama yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

7. Wachid Putranto, dr., Sp.PD, selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

8. Dosen dan Staf SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Dr. Moewardi dan Tim Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Siswa-siswi di SMPN 2 Surakarta dan semua pihak sekolah yang telah berpartisipasi dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

10.Ayah dan Ibu tercinta, serta Mbak Febri dan Mbak Fitri yang senantiasa berkorban dan berjuang tanpa pamrih serta memberikan dukungan dan semangat.

11.Mega Astriningrum untuk kesetiaan, kesabaran, dan dukungan dalam menyelesaikan ini semua.

12.Teman-teman Pendidikan Dokter Angkatan 2008 dan semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca.

Surakarta, Desember 2011

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Kecemasan ... 5

2. Depresi ... 11

3. Sistem Pendidikan ... 15

4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) ... 17

5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) ... 18

6. Beck Depression Inventory (BDI) ... 19

B. Kerangka Berpikir ... 20

(8)

commit to user

viii BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Subjek Penelitian ... 21

D. Teknik Sampling ... 22

E. Indentifikasi Variabel ... 22

F. Definisi Operasional Variabel ... 23

G. Rancangan Penelitian ... 25

H. Instrumen Penelitian ... 25

I. Cara Kerja ... 26

J. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Sampel ... 27

B. Analisis Statistika ... 29

BAB V. PEMBAHASAN ... 34

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur.

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale).

Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory).

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov Smirnov.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov Smirnov.

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’sTest.

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test.

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS.

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.

Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pihak SMPN 2

Surakarta.

Lampiran 3. Identitas Sampel dan Informed Concent.

Lampiran 4. Kuesioner L-MMPI.

Lampiran 5. Kuesioner TMAS.

Lampiran 6. Kuesioner BDI.

Lampiran 7. Data Distribusi Skor TMAS.

Lampiran 8. Data Distribusi Skor BDI.

Lampiran 9. Data Siswa Kelas III Program Akselerasi.

(12)

commit to user

Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kecemasan dan Depresi antara

Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2 Surakarta

Rifki Effendi Suyono, NIM : G.0008158, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Kamis, Tanggal 29 Desember 2011

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ

NIP : 19500131 197603 1 001 (...)

Pembimbing Pendamping

Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes

NIP : 19600418 199203 1 001 (...)

Penguji Utama

Nama : Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ

NIP : 19490422 197609 1 001 (...)

Anggota Penguji

Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD

NIP : 19720226 200501 1 001 (...)

Surakarta, ...

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah

satu masalah yang penting dalam usaha pembentukan bangsa untuk

memajukan dan meningkatkan harga diri bangsa. Salah satu upaya dalam

peningkatan kualitas SDM melalui bidang pendidikan. Pendidikan pada

umumnya bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan

peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal

karena setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda,

termasuk juga bakat yang ada pada individu yang berbakat istimewa atau

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kemampuan dan kecerdasan

dalam diri individu dapat dikembangkan melalui pendidikan (Mulyasa, 2004).

Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia,

berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Melalui pendidikan yang berkualitas

diharapkan tujuan nasional “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam

hakikatnya untuk mencapai suatu tatanan peradaban negara dan bangsa yang

modern dapat terwujud (Soedjiarto, 2003). Oleh karena itu, pembangunan

(14)

commit to user

oleh dinamika tuntutan peradaban umat manusia yang senantiasa berubah

sepanjang zaman.

Pendidikan di Indonesia bersifat klasikal, artinya semua siswa

diperlakukan sama. Padahal setiap siswa memiliki intelegensi, bakat, dan minat

yang berbeda-beda. Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan

luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan

pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang

disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa dengan menggunakan

kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi

alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.

Pelayanan pendidikan yang dimaksud dapat diimplementasikan melalui

penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi).

Program akselerasi adalah suatu program pengajaran yang dilakukan

dengan cara memampatkan materi pelajaran sehingga dapat terselesaikan

dengan waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya (Artanti, 2009).

Program akselerasi merupakan sebuah upaya dalam memenuhi kebutuhan

siswa berbakat intelektual. Alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini

mengharuskan siswa harus belajar keras. Jika dilihat dari segi intelektualitas,

potensi mereka memang memungkinkan tetapi mereka bukanlah mesin yang

bisa diset untuk hanya melakukan satu aktivitas. Sebagai dampaknya siswa

akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan

aspek afektif, seperti kurangnya kemampuan berinteraksi sosial dan kerjasama

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kecenderungan lebih cemas dan depresi dibandingkan siswa reguler, selain dari

segi waktu mereka yang dipadatkan.

Kecemasan adalah hal yang umum ada pada kita semua yang hampir

terjadi setiap harinya (Huberty, 2004). Kecemasan merupakan kondisi

emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan

subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kehawatiran dan juga ditandai

dengan aktifnya saraf pusat (Trismiati, 2004). Gangguan kecemasan yang

sering terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan merosotnya prestasi di

sekolah, ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga, dan dalam hubungan

sosial. Beberapa gangguan kecemasan yang terjadi pada masa anak-anak juga

diprediksi menjadi gangguan kecemasan saat remaja dan bisa menjadi

gangguan depresi juga (Walkup et al., 2008). Menurut Hawari (2006) depresi

merupakan gangguan suasana perasaan hati (mood) yang ditandai oleh

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai

hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas

(reality testing ability/RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada

splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas normal.

Depresi dan gangguan kecemasan yang terjadi selama masa remaja merupakan

beberapa faktor yang menyebabkan gangguan mental dan fisik yang meluas

(Andrade et al., 2000).

Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan sebelumnya, penulis

(16)

commit to user

perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program

akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.

B.Perumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III

program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta?

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan dan depresi

antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana ilmu

pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Jiwa dan untuk memberikan

data ilmiah tentang perbedaan kecemasan dan depresi antara 2 kelompok

siswa dengan program pendidikan yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah,

pemerintah, siswa, dan berbagai pihak yang terkait guna membantu

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,

yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,

ketakutan, dan kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya saraf

pusat (Trismiati, 2004). Kaplan dan Saddock (2005) menjelaskan

kecemasan sebagai suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari

perubahan, dari pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum pernah

dicoba.

Duits et al. (1999) menyebutkan dalam studi penelitian terdapat

hubungan struktural antara kecemasan, depresi, kepribadian, dan

faktor-faktor lain, seperti: manusia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat

medis, dan lain sebagainya.

Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang

bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau

resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan bersifat kompleks

dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang

(18)

commit to user

memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan

Durand, 2006).

b. Epidemiologi

Survei di Amerika pada tahun 1996 melaporkan bahwa 15-33%

pasien yang datang berobat ke dokter non-psikiater merupakan pasien

dengan gangguan mental, dari jumlah tersebut minimal sepertiganya

menderita gangguan kecemasan (Mubarak, 2008). Asosiasi gangguan

kecemasan di Amerika (ADAA, 2010) menyatakan bahwa gangguan

kecemasan merupakan prevalensi terbesar pada gangguan mental,

menyerang kira-kira 40 juta orang dewasa Amerika atau 18% dari

populasi.

Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan,

kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidakmampuannya

dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Laki-laki lebih aktif

eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan

bahwa laki-laki lebih rileks dibanding wanita. Wanita lebih mudah

dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Wanita

juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih

jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan

bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki (Trismiati, 2004).

c. Etiologi

Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

diri sendiri akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang mengatur

pelepasan hormon tertentu. Akibat muncul perangsangan pada

organ-organ, seperti lambung, jantung, pembuluh darah, maupun alat-alat gerak

(Mulyadi, 2003). Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:

1) Teori Psikologis

Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:

a) Teori Psikoanalitik

Sigmund Freud mendefinisikan ansietas sebagai sinyal

adanya bahaya pada ketidaksadaran. Ansietas dipandang sebagai

akibat konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat

seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari

superego atau realitas eksternal. Sebagai respons terhadap sinyal ini

ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran

dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke

kesadaran.

b) Teori Perilaku-Kognitif

Menurut teori ini, ansietas adalah respons yang dipelajari

terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seseorang

belajar memiliki respons internal ansietas dengan meniru respons

ansietas orang tua mereka (teori pembelajaran sosial). Menurut

teori konseptualisasi keadaan ansietas nonfobik, pola pikir yang

salah, terdistorsi, atau kontraproduktif menyertai atau mendahului

(20)

commit to user

c) Teori Eksistensial

Teori eksistensial ansietas memberikan modal untuk

gangguan ansietas menyeluruh, tanpa adanya stimulus spesifik

yang dapat diidentifikasi untuk perasaan cemas kronisnya. Konsep

pusat teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari rasa kosong

yang mendalam di dalam hidup mereka, perasaan yang mungkin

bahkan lebih membuat tidak nyaman daripada penerimaan terhadap

kematian yang tidak dapat dielakkan. Ansietas adalah respons

mereka terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan dan

arti.

2) Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun

dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.

a) Sistem saraf otonom

Stressor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal

melalui mekanisme berikut ini:

Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks

serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular Activating

System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar

adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf

otonom (Mudjaddid, 2006).

Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu,

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(contohnya: sakit kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan

pernafasan (contohnya: nafas cepat).

b) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan

kecemasan adalah norepinefrin, serotonin, dan

gamma-aminobutyric acid (GABA).

(1)Norepinefrin

Teori umum mengenai peran norepinefrin dalam gangguan

ansietas adalah bahwa seseorang yang mengalami ansietas dapat

memiliki sistem adrenergik yang diatur buruk dengan ledakan

aktivitas yang kadang-kadang terjadi. Badan sel sistem

noradrenergik terutama terletak pada locus ceruleus di pons pars

rostralis dan badan sel ini menjulurkan aksonnya ke korteks

serebri, sistem limbik, batang otak, serta medula spinalis.

Eksperimen pada primata menunjukkan bahwa stimulasi locus

ceruleus menghasilkan respons rasa takut pada hewan dan ablasi

pada area yang sama menghambat atau benar-benar

menghalangi kemampuan hewan membentuk respons rasa takut.

Temuan yang kurang konsisten adalah bahwa pasien dengan

gangguan ansietas, terutama gangguan panik, memiliki

peningkatan kadar metabolit noradrenergik

(22)

commit to user

(2)Serotonin

Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di

raphe nuclei di batang otak pars rostralis dan menyalurkan

impuls ke korteks serebri, sistem limbik (khususnya amigdala

dan hipokampus), serta hipotalamus. Sejumlah laporan

menunjukkan bahwa obat dengan berbagai efek serotonergik

dan non-serotonergik menimbulkan peningkatan ansietas pada

pasien dengan gangguan ansietas dan banyak laporan tidak

resmi yang menunjukkan bahwa halusinogen serotonergik dan

stimulan dikaitkan dengan timbulnya gangguan ansietas akut

dan kronis pada orang yang menggunakan obat ini.

(3)Gamma-aminobutyric acid (GABA)

Peran GABA dalam gangguan ansietas paling kuat

didukung oleh efektivitas benzodiazepin yang tidak meragukan,

yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABAA,

didalam terapi beberapa jenis gangguan ansietas. Hal ini

mengarahkan peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien

dengan gangguan ansietas memiliki fungsi abnormal reseptor

GABAA, walaupun hubungan ini belum terlihat langsung

(Kaplan dan Saddock, 2005).

d. Patofisiologi

Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari luar

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Rangsangan tersebut diterima oleh panca indera, diteruskan dan direspon

oleh sistem saraf pusat. Bila rangsangannya berupa ancaman, maka

responnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat, proses

tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem RAS (Reticular

Activating System) – Hypothalamus yang memberikan impuls kepada

kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal terhadap target

organ yaitu kelenjar adrenal, kemudian memacu sistem saraf otonom

melalui mediator hormonal yang lain (catecholamine). Hiperaktifitas

sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan (Mudjaddid,

2006).

Yates (2008) menyebutkan bahwa di dalam sistem saraf pusat yang

merupakan mediator-mediator utama dari gejala-gejala kecemasan ialah

norepinefrin dan serotonin. Neurotransmiter dan peptida lain,

corticotropin-releasing factor, juga ikut terlibat. Sistem saraf otonom

yang berada di perifer, terutama sistem saraf simpatis, juga

memperantarai banyak gejala kecemasan (Yates, 2008).

2. Depresi

a. Definisi

Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai

komponen psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa

disertai komponen biologik atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi

dan berkeringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam

(24)

commit to user

depresi tersebut terjadi di luar kewajaran dan dalam berlanjut maka

depresi tersebut dianggap abnormal (Atkinson et al., 2008).

Menurut Hawari (2006) depresi merupakan gangguan suasana

perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang

mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak

mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/RTA masih

baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku

dapat terganggu tetapi dalam batas normal.

b. Epidemiologi

Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2006)

depresi adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO

memperkirakan bahwa pada tahun 2020, depresi akan naik dari nomor

empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai

penyebab disabilitas.

Rata-rata usia awitan adalah akhir dekade kedua walau dapat

ditemui pada semua kelompok usia. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding pria

dengan rasio 2:1. Gangguan depresi berat terjadi pada orang tanpa

hubungan interpersonal dekat atau pada mereka yang tidak menikah atau

yang cerai (Kaplan dan Saddock, 2005). Walaupun depresi lebih sering

pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki-laki terutama usia muda

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

di Amerika menyatakan bahwa gangguan depresi ini menyerang kira-kira

20,9 juta orang dewasa Amerika atau sekitar 9,5% dari populasi.

c. Etiologi

Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis,

faktor keturunan dan faktor psikososial (Ardjana, 2007; Syamsir, 2007;

Fitri, 2009).

1) Faktor Biologis

a) Faktor Neurotransmiter

Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan

dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi

gangguan mood.

(1)Norepinefrin

Hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar

antara turunnya regulasi reseptor β-adrenergik dan respon

antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem

noradrenergik dalam depresi.

(2)Serotonin

Dengan diketahuinya efek Spesific Serotonin Reuptake

Inhibitor (SSRI), contoh: fluoxetin dalam pengobatan depresi,

menjadikan serotonin neurotransmiter biogenik amin yang

(26)

commit to user

(3)Dopamin

Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik

amin, Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi

depresi.

(4)Faktor neurokimia lainnya

GABA dan neuroaktif peptida (terutama vasopresin dan

opiat endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan

mood.

b) Faktor Neuroendokrin

Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan

menerima rangsangan neuronal yang menggunakan

neurotransmiter biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi

endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood.

2) Faktor Keturunan

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam

perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak

kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar

monozigot adalah 53%-69%, sedangkan dizigot 19% (Ardjana, 2007).

3) Faktor Psikososial

a) Teori kognitif

Teori kognitif menyebutkan suatu tritunggal kognitif tentang

distorsi persepsi (Amir, 2005), yaitu:

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(2)Pandangan negatif terhadap diri sendiri

(3)Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup

b) Faktor kepribadian premorbid

c) Ketidakberdayaan yang dipelajari

d) Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan

3. Sistem Pendidikan

Realita pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya proses

pembaharuan sistem secara berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan sekarang tidak hanya

bersifat klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama. Beberapa sistem

pendidikan yang baru telah mulai masuk ke Indonesia, seperti Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI), imersi, akselerasi, dan lain-lain. Pada

penelitian ini khusus membicarakan tentang program akselerasi dan

program reguler.

Secara konseptual, pengertian acceleration diberikan oleh Perssey

(Hawadi, 2004) sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program

pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada

konvensional. Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah

akselerasi menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (service delivery),

dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model

pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau

perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran

(28)

commit to user

akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai

oleh siswa saat itu.

Kebijakan pemerintah dalam pembinaan sekolah penyelenggara

program percepatan belajar tertera dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang

Pendidikan dasar dan Kep. Mendikbud nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah

Dasar, SMP, dan SMA. Dalam Kepmendikbud tersebut pasal 15 ayat (2)

menyatakan bahwa: Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat

istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah

dengan menyelenggarakan program percepatan, dengan ketentuan telah

mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya lima tahun.

Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat

menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,

dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya dua

tahun.

Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat

menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,

dan telah mengikuti pendidikan SMA sekurang-kurangnya dua tahun

(Hawadi, 2004).

Dalam GBHN tahun 1998 menyatakan bahwa “peserta didik yang

memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran

lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sedangkan pengertian program reguler dalam kamus Bahasa

Indonesia adalah teratur, tetap atau biasanya (Daryanto, 1997). Menurut

Widyastono (dalam Putri et al., 2005) kelas reguler diselenggarakan

berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Di dalam kelas reguler semua

peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat

perbedaan kemampuan mereka.

Pembelajaran program akselerasi ini pun tidak terlepas dari kurikulum

akselerasi yang telah mengalami modifikasi dari program reguler.

Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang

dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial serta berdiferensiasi

dengan memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi

diferensiasi, dimensi non-akademis, dan dimensi suasana belajar. Selain itu

struktur program akselerasi sama dengan kelas reguler, yang membedakan

adalah waktu penyelesaian yang lebih cepat daripada reguler yaitu tiga

tahun menjadi dua tahun.

4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS

berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan “ya” atau

“tidak” sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (√) pada

kolom jawaban “ya” atau “tidak”, setiap jawaban “ya” diberi nilai 1.

Sebagai cut off point adalah sebagai berikut:

a. Nilai < 21 berarti tidak cemas.

(30)

commit to user

TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi

dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya

(Azwar, 2007). Untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang

mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden, perlu

menggunakan tes khusus yaitu tes L-MMPI.

5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia sejak

tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley

(psikiater) dari Universitas Minnesota Minneapolis, USA sejak tahun

1930-an (Butcher, 2005).

Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan

tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek

termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya

terlihat baik (Graham, 2005).

Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil

yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek

penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Bila

responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Nilai batas skala adalah

10, artinya apabila responden mempunyai nilai > 10, maka data hasil

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

6. Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk mengukur

derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck yang secara luas digunakan untuk

tujuan penelitian maupun tujuan klinis, yang diterjemahkan ke dalam

beberapa bahasa dan telah dibakukan di beberapa negara (Nunes, 2009).

Instrumen ini mengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item yang

menggambarkan 21 kategori.

Instrumen ini telah dibakukan dan mempunyai cut off point yang

secara kuat bisa memprediksi gangguan klinis depresi. Setiap pernyataan

BDI mempunyai skor 0-3, dimana 0 diartikan gejala ringan dan 3 sebagai

gejala berat. Menurut Gulec et al. (2003) dan Bostanci et al. (2005),

(32)

commit to user

B.Kerangka Berpikir

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

C.Hipotesis

Derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III program akselerasi lebih

tinggi dibandingkan siwa kelas III program reguler di SMPN 2 Surakarta. Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta

Kelas Akselerasi Kelas Reguler

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian observasional

analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Rancangan cross

sectional adalah suatu rancangan penelitian di bidang kedokteran dan

kesehatan yang paling sering digunakan karena secara metodelogik paling

mudah dilakukan dan hanya diobservasi hanya sekali pada saat yang sama

(Taufiqurrahman, 2004).

B.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Surakarta pada bulan Mei

tahun 2011.

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMPN 2 Surakarta

program reguler dan akselerasi masing-masing 30 orang yang diambil secara

acak dengan kriteria:

1. Kriteria inklusi

a. Siswa akselerasi yang mengikuti program akselerasi semenjak kelas

satu.

(34)

commit to user

2. Kriteria eksklusi

a. Siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama

SMP.

b. Siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama

SMP.

c. Siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program

akselerasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.

D.Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara puposive random sampling yang

diambil secara acak sederhana dengan undian. Purposive karena sampel dipilih

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini

yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III.

Setelah dilakukan pencuplikan secara purposive sampling dilanjutkan

pencuplikan dengan metode random sampling. Besarnya sampel yang diambil

ditetapkan menggunakan rumus ( ) dan didapatkan jumlah sampel

sebesar 60.

E.Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Tingkat kecemasan dan tingkat depresi.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

F. Definisi Operasional Variabel

1. Kelompok Akselerasi

Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang

mengikuti program akselerasi sejak kelas I. Jumlah siswa program

akselerasi adalah 41 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program

akselerasi ini sebesar 30 siswa.

2. Kelompok Reguler

Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang

mengikuti program reguler sejak kelas I. Jumlah siswa program reguler

adalah 279 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program reguler

sebesar 30 siswa.

3. Kecemasan

Status kecemasan dapat diukur dengan berbagai cara. Pada penelitian

ini digunakan instrumen Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS).

Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda

(√) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” diberi skor 1 dan

jawaban “tidak” diberi skor 0. Sebagai cut off point pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Cemas: bila skor TMAS ≥ skor rata-rata dari jawaban responden.

(36)

commit to user

4. Depresi

Penilaian status depresi pada penelitian ini menggunakan instrumen

Beck Depression Inventory (BDI) dimana terdiri dari 21 item yang

menggunakan 21 kategori. Sebagai cut off point pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Depresif: bila skor BDI ≥ skor rata-rata dari jawaban responden.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

G.Rancangan Penelitian

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian

H.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa beberapa jenis

kuesioner, diantaranya kuesioner L-MMPI, kuesioner TMAS, dan

kuesioner BDI. Kuesioner L-MMPI digunakan untuk mengetahui data Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta

Kelas Akselerasi Kelas Reguler

Siswa SMPN 2 Surakarta

invalid

Kuesioner L-MMPI Kuesioner L-MMPI

valid valid invalid

Kuesioner TMAS Kuesioner BDI

Kuesioner TMAS Kuesioner BDI

Skor TMAS Skor BDI Skor TMAS

Skor BDI

(38)

commit to user

yang diisi oleh responden valid atau invalid. Kuesioner TMAS digunakan

untuk mengukur tingkat kecemasan. Sedangkan kuesioner BDI digunakan

untuk mengukur tingkat depresi.

I. Cara Kerja

1. Penulis membuat surat izin dan mengirimnya ke SMPN 2 Surakarta.

2. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya penulis melakukan informed concent

(Principle of Autonomy and Respect) pada siswa.

3. Penulis juga menjelaskan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan

intervensi yang menyakiti sampel (Principle of Non Maleficence).

4. Penulis juga menjelaskan bahwa identitas dan hasil setiap sampel akan

dijaga kerahasiannya (Principle of Confidentiality).

5. Penulis membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

6. Siswa diberikan waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner yang telah

diberikan.

7. Setelah para siswa selesai mengisi kuesioner, penulis mengumpulkan

kuesioner tersebut.

8. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis

data yang telah dipilih.

J. Teknik Analisis Data

Untuk membuktikan perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada

siswa kelas III program akselerasi dan reguler tersebut, data yang diperoleh

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Surakarta baik yang mengikuti program akselerasi maupun reguler. Pada

penelitian ini didapat total sampel 320 siswa, terdiri dari 41 siswa

program akselerasi dan 279 siswa program reguler. Data diambil dari

pengukuran langsung terhadap responden dengan menggunakan bantuan

kuesioner. Dari 320 siswa, yang termasuk kriteria inklusi sebanyak 71

siswa atau 22,18% dari seluruh sampel dan yang gugur sebanyak 249

siswa (77,82%). Dari sampel yang berjumlah 71 siswa tadi diambil secara

random 60 siswa, yang terdiri dari 30 siswa akselerasi dan 30 siswa

reguler.

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

No Kelompok Rerata Usia STD Minimal Maksimal

mengikuti program akselerasi adalah 14,17 tahun, dengan kisaran antara

13 hingga 15 tahun. Sedangkan rerata usia sampel yang mengikuti

(40)

commit to user

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kelompok Jenis Kelamin Total Presentase (%) Total (%)

kedua kelompok memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan

dengan laki-laki. Kelompok akselerasi memiliki jumlah sampel

perempuan sebanyak 19 siswa (63,33%) dari 30 siswa. Pada kelompok

reguler, sampel perempuan berjumlah 23 siswa (76,67%).

Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale)

No Kelompok Rerata Skor

kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor TMAS

pada kelompok reguler. Dimana rerata skor TMAS pada kelompok

akselerasi sebesar 26,16 dan berkisar antara 18 sampai 34. Sedangkan

rerata untuk kelompok reguler sebesar 22,13 dan berkisar antara 12

hingga 34.

Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory)

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rerata skor BDI pada

kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor BDI pada

kelompok reguler. Dimana rerata skor BDI pada kelompok akselerasi

sebesar 8,06 dan berkisar antara 1 sampai 30. Sedangkan rerata untuk

kelompok reguler sebesar 5,26 dan berkisar antara 0 hingga 22.

B.Analisis Statistika

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji

t-independent. Uji t-independent merupakan uji parametrik yang berguna

untuk membandingkan nilai rerata antara satu kelompok dengan

kelompok yang lain untuk menentukan perbedaan probabilitas kedua

kelompok tersebut. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak

berhubungan satu sama lain. Adapun syarat agar suatu data layak untuk

dianalisis dengan uji t-independent adalah skor yang diperoleh berbentuk

kontinum, tersebar secara normal, dan variansi kedua kelompok sama

(Myrnawati, 2004). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal

atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan

mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05. Pada

masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun

analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini

(42)

commit to user

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov-Smirnov

Data Nilai p Keterangan

Akselerasi

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing

kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor TMAS

masing-masing kelompok adalah p < 0,05.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov-Smirnov

Data Nilai p Keterangan

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing

kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor BDI

masing-masing kelompok adalah p < 0,05. Oleh karena itu, data harus

dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah

ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan

bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik

t-independent melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji

non-parametrik Mann-Whitney.

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’sTest

Data Uji Homogenitas Levene’s Test Keterangan

F P

Skor TMAS 0,256 0,615 Data homogen

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test

Data Uji Homogenitas Levene’s Test Keterangan

F P

Skor BDI 3,863 0,054 Data homogen

Sumber: Data primer, 2011

Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test mempunyai ketentuan

bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

diasumsikan homogen, demikian sebaliknya bila signifikan hitung < 0,05

data diasumsikan tidak homogen atau mempunyai perbedaan varians.

Berdasarkan uji homogenitas dengan Levene’s Test di atas, dapat

diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan varians baik skor TMAS

maupun skor BDI antara kelompok akselerasi dan reguler (p > 0,05).

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS

(44)

commit to user

Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)

Tabel 9 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna

antara rerata skor TMAS pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler.

Dimana hasil uji Mann-Whitney p = 0,2 (p > 0,05).

Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney skor BDI

Kelompok Mean skor

BDI STD

Analisis Uji Mann-Whitney

Akselerasi Reguler

8,06 5,26

6,570

4,968 p = 0,288

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Gambar 4. Boxplots Skor Depresi (BDI)

Tabel 10 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna

antara rerata skor BDI pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler.

Dimana hasil Uji Mann-Whitney p = 0,288 (p > 0,05). Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna baik tingkat

(46)

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dan

depresi pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler tidak signifikan.

Beberapa alasan yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak signifikan antara

lain sebagai berikut. Pertama, dari segi waktu pengambilan sampel dimana sampel

ini diambil setelah ujian akhir nasional berakhir karena kebijakan pihak sekolah

yang kurang berkenan jika sampel diambil sebelum ujian akhir nasional. Jika

sampel bisa diambil sebelum ujian nasional kemungkinan didapatkan perbedaan

yang bermakna baik itu kecemasan maupun depresi antara siswa akselerasi dan

reguler.

Kedua, sampel yang diambil tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin

yaitu laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan teori sebelumnya yang berkaitan

dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih

cemas dengan ketidakmampuannya dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim,

2002). Begitu pula frekuensi depresi yang dijelaskan dalam beberapa penelitian

menunjukkan bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding

pria dengan rasio 2:1 (Kaplan dan Saddock, 2005). Kemudian yang ketiga, pada

penelitian ini, penulis tidak meneliti lingkungan sosial dari tiap-tiap siswa yang

menjadi subjek penelitian. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan keluarga,

lingkungan tempat tinggal, pergaulan, status sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

menimbulkan kelainan kecemasan dan depresi pada suatu individu (Kaplan dan

Saddock, 2005). Keempat, jumlah sampel yang didapatkan pada penelitian ini

dirasa masih belum cukup untuk menggambarkan kondisi kecemasan dan depresi

pada populasi sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulan Wahyuningsih (2010)

dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat stres akademik antara

siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di SMPN 5 Bandung menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna. Menurut Dadang Hawari (2006) istilah stres

dipisahkan dari stres akademik dan depresi, karena satu sama lainnya saling

terkait. Selain itu, hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Neihart (1999), dimana ia melakukan pengukuran objektif pada

tingkat depresi masing-masing kelompok dengan membandingkan siswa berbakat

SMP dengan siswa rata-rata. Kelompok pertama adalah siswa dengan kemampuan

tinggi yang ditempatkan di kelas khusus anak berbakat, lalu kelompok siswa

dengan kemampuan tinggi yang belum ditempatkan di kelas khusus, dan

kelompok anak dengan kemampuan rata-rata. Hasilnya adalah tidak ditemukan

perbedaan yang signifikan antar kelompok.

Namun, hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan

Muhammad Dipa (2009) yaitu membandingkan tingkat kecemasan antara siswa

kelas X program akselerasi dengan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.

Hasil ini bisa berbeda dapat dikarenakan beberapa faktor. Pertama, perbedaan

(48)

commit to user

siswa SMA sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa SMP. Kedua adalah

waktu pengambilan data sampel yang juga berbeda dimana penelitian Muhammad

Dipa dilakukan sebelum menghadapi ujian akhir sedangkan penelitian ini

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa derajat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program akselerasi

lebih tinggi dibandingkan siswa kelas III progam reguler di SMPN 2 Surakarta,

tetapi hasil yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Sehingga, terbukti bahwa perbedaan program kelas bukan hanya satu-satunya

faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat gejala stres antara siswa program

akselerasi dengan siswa kelas reguler. Akan tetapi, adanya stres pada setiap

siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti personal siswa, kesiapan

mental, kepercayaan diri, tingkat intelegensi, komitmen, dan nilai-nilai yang

mereka pegang (Cohen et al., 1986; Cohen dan Herbert, 1996).

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis

adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel

yang dilaksanakan sebelum ujian, sehingga dapat mengetahui tingkat

kecemasan dan depresi masing-masing kelompok yang lebih bermakna.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat

kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler

(50)

commit to user

mempengaruhi, seperti genetik, kepribadian, hormon, dan sosial ekonomi

yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

DAFTAR PUSTAKA

Amir N. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi Pascastroke. Cermin Dunia Kedokteran, no. 149, pp: 8-13

Andrade L, Caraveo-Anduaga J, Berglund P. 2000. Cross-national comparisson of the prevalences and correlates of mental disorder. WHO International Consortium in Psychiatric Epidemiology. Bull World Health Organization. 78: 413-426

Anwar, R. 2005. Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Hipotesis. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/prosedur_pemilihan_ uji_hipotesis.pdf (20 Oktober 2011)

Anxiety Disorders Association of America (ADAA). 2010. Statistics and facts about anxiety disorders. http://www.adaa.org/about-adaa/press-room/facts-statistics (30 Maret 2011).

Ardjana I. G. A. 2007. Depresi pada remaja In: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto, pp: 219-232

Artanti. 2009. Upaya Mengefektifkan Program Akselerasi dalam Rangka Pengembangan Potensi Siswa Berbakat Intelektual. Malang: Universitas Islam Negeri Press.

Atkinson R. L. 2008. Pengantar Psikologi. Jakarta: Arilangga, pp: 45-52

Azwar. 2007. Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunadharma Press, p: 60.

Barlow D. H., Durand V. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan I. Jakarta : Pustaka Pelajar, p : 124.

(52)

commit to user

Butcher J. N. 2005. A Beginner’s Guide To The MMPI-2. 2nd ed. Washington D. C.: American Psychological Association, pp: 3-5.

Cohen, S. 1986. Contrasting the hassle scale and the perceived stress scale. American Psychologist. 41: 716-719

Dahlan M. S. 2005. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkast.

Daryanto, S. S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.

Duits A. A., Duivenvoorden H.J., Boeke S. 1999. A Structural Modelling Analysis of Anxiety and Depressions Patients Undergoing Coronary Artery by Pass Graft Surgery : A Model Generating Approach. Journal of Psychosomatic Research. 46(2) : 187-200.

Fitri. 2009. Apa Saja Penyebab Depresi. www.duniapsikologi.dagdigdug.com (10 Februari 2011).

Graham J. R. 1990. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopatology. New York: Oxford University Press, pp: 23-25.

Gulec M., Bakr B.,Ozer M., Ucar M., Klc S., Hasde M. 2005. Association between Cigarette Smoking and Depressive Symptoms among Military Medical Students in Turkey. Psych Res. 134: 281-286.

Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hawari D. 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Himawati A. 2006. Keefektifan Terapi Realitas Terhadap Penurunan Depresi dan Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialise di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS Press.

Huberty T. J. 2004. Anxiety and Anxiety Disoders in Children: Information for Parents. National Association of School Phsycology, pp: S5-1 – S5-4.

Ibrahim A. S. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas. http://pdpersi.co.id. (3 Februari 2011).

Kaplan H. I. dan Saddock B. J. 2005. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Mubarak. 2008. Gangguan Cemas. www.cetrione.blogspot.com (3 Februari 2011).

Mudjaddid E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Ed 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 913.

Mulyadi. 2003. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Mulyasa E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Murjian P. 2004. Persoalan Kelas Akselerasi.

http://pengembangankurikulum.blogspot.com/2009/08/inovasi-pendidikan.html (15 Februari 2011).

National Institute of Mental Health (NIMH). 2010. Mental Health Medications.

(54)

commit to user

Neihart, M. 1999. The Impact of Giftenesson Psychological Well-Being. Roeper Review. 22(01).

Nunes M. A. F. dan Santos M. A. D. 2010. Depression and Quality of Life in Mothers of Children with Pervasive Developmental Disorders. Revista Latino-Americana de Enfermagem. 18(1): 33-40.

Putri, D. S., et al. 2005. Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah. Humanitas Indonesia Psychological Journal. Vol. 2 No. 1 Januari 2005: 28-40.

Soedjiarto. 2003. Pendidikan Nasional sebagai Proses Transformasi Budaya. Jakarta: Bali Pustaka.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, pp: 56-69.

Syamsir B. S. 2007. Pengenalan Gangguan Depresif pada Orang Usia Lanjut. Medan: Universitas Sumatra Utara, pp: 2-4.

Taufiqurrahman, M. A. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten: CSGF.

Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantap di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. http://www.psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_trismiati.pdf (31 Januari 2011).

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Walkup J. T., et al. 2008. Cognitive Behavioral therapy, Sertraline, or a Combination in Childhood Anxiety. N Engl J Med. 359(26): 2753-2766.

Yates, William R. 2008. Anxiety Disorders

Gambar

Gambar 4. Boxplots Skor Depresi (BDI)
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN SOAL UJIAN SEKOLAH KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN PADA SISWA KELAS XII SMKN 1 KUNINGAN TAHUN PELAJARAN

Sistem akustik yang dipakai pada bangunan Pusat Pelatihan dan Pertandingan Basket adalah sistem akustik yang mampu mengendalikan suara dari luar dan dalam ruangan

Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 83 ayat 2 ULP menyatakan Seleksi gagal apabila : huruf a peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 5

Berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 83 ayat 2 “ULP menyatakan Seleksi gagal apabila :” huruf a “ peserta yang lulus kualifikasi pada proses

Pada butir soal nomor 5 aspek menguraikan ide matematika mahasiswa dalam mengukur kesalahan konsep menjawab dengan benar, menjawab tidak lengkap dan ada mahasiswa

Kompleksitas yang terlibat dalam beroperasi di Negara-negara berbeda dan mempekerjakan kategori karyawan yang berbeda kebangsaan adalah suatu variable kunci yang

(Terjemahan bebas: Pengembangan SDM dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang dirancang oleh organisasi dalam memfasilitasi

Loand to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debitur dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun