PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BHAKTI MULIA 400
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh IIS ISTIANAH NIM : 1110018200078
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LBMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi
ini
berjudul "Proses perencanaan progra m Bilingualdi
SMpBakti Mulya 400" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqosah pada tanggal 06 Februari2}|5 dihadapan Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar S.Pd dalam program studi Manajemen pendidikan.
Jakarta, Februari 2015
Ketua Panitia (ketua Prodi) Dr.Has)rim Asy'ari. M.Pd
NrP. 19661009 1993303
i 004
Sekretaris (Sekretaris Prodi) Dr. Zahrudin" Lc. M.Pd
NrP. 19730302 200501
I
002Penguji I
Dra. Nurdelima Waruwu. M.pd NIP. 19671020 200t122 001 Penguji II
Dr.Zahrudin. Lc. M.Pd NrP. 19730302 200s01 1 002
Panitia Ujian Muaqosah
Tanggal
?o/
*o16
fol'
'Lo
foL-
?Dt5"'r"""""""
*,1,
-
d_qr
'lo,
-Zot,
"""t"""",...,
Mengetahui
Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah_ Jakarta
Proses Perencanaan
Program
Bilingual di
sMp
Bakti Mulya
400
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruanuntuk
MemenuhiPersyaratan Mencapai Gerar Sarjana pendidikan
(s.pd)
Oleh
Iis
Istianah
1110018200078Di
bawah bimbinganPJ;
Dr. Marzuki
Mahmud,
M.A
19580405 198103 1 003
JURUSAN
MANAJEMEN
PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
LINIVERSITASISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Proses Perencanaan Program Bilingual
di
SMp Bakti Mulya 400 disusun oleh Iis Istianah.NiM 1 I 10018200078,
Program Studi Manajemen pendidika,.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk disajikan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 09 Januari 201 5 Yang Mengesahkan,
Pembimbing
i
Pembimbing IIDr. Marzuki Mahmud. M.A NIP. 19580405
l98l
1 003UJI REFERENSI
Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan sklipsi berjudul proses Perencanaan Program Bilittgual
di
SMPBakti
Mulya 400 disus'.rn oleh Iis Istianah,NIM 1110018200078,
Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakulras Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, UniversitasIslan
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.Jakafta,09 Januari 2015 Yang Mengesahkan,
Pembimbing II
Dr. Hasvim Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303
I
004 Pembimbing ILEMBAR PERNYATAAN KARYA
ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di Nama
Tempat/Tanggal Lahir NIM
Jurusan Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
bawah ini :
Iis Istianah
Grobogan, 30 Mei 1992 1 1 10018200078
Manajemen Pendidikan
Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP Bakti Mulya 400
1. Drs. Marzuki Mahmud, M.A 2.Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd
Dengan
ini menyatakan bahwa
skripsi yang saya buat asli hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah._.__._=___Jakar$, Q9 Januari 2015
Iis Istianah
r110018200078
&/r{x}-ffeNcox !.rMrs;
ABSTRAK
Iis Istianah"
NIM:
1110018200078, Proses Perencanaan Program Bilingual di sMP Bakti Mulya 400. Skripsi Program Strata Satu (S-1), program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan saya terhadap penggunaan bilingual
di sekolah. Sejak pemerintah menerapkan
Rintisan Sekolah Birtaraf Internasional hingga dihapus, bilingual telah diterapkandi
beberapa sekolah Internasionaldi
Indonesia. Pengadaan program bilingualini
belum lama direalisasikanoleh
beberapa sekolah internasionaldi
Indonesia yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.Di
sini penulis akan mengangkat tentang Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP Bakti Mulya 400.Tujuan dari penelitian
ini
adalah untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan kemampuan bahasa Inggris secara akademikdi
SMp BhaktiMulia 400.
Penelitianini
menggunakan metode analisis deskriptifkualitatif, untuk mengumpulkan data dilakukan studi dokumen,wawancara, dan observasi pada lembaga yang bersangkutan (SMp Bakti Mulya 400). penulis melakukan wawancara dengan beberapa
orang
yang terkait
dalam penyelenggaraan program bilingual terdiri dari pimpinan sekolah yakni kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ketua bidang program bilingual, dan wali kilas bilingual. Observasi kelas bilingual mencakup aktivitas guru dan siswa dalam proses belaj ar mengaj ar.Dari penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya400 tergolong cukup baik. Hal
ini
dapat dilihat dari perencanaan awal antara pengeloladin
pemimpin sekolah, pengembangan program, pelaksanaan perencanaan, serta evaluasi yang berjalan secara sistematis dan berkesinambungan.ABSTRACT
Iis Istianah.
NIM:
1110018200078, Bilingual Program Planning Process in SMPBakti Mulya 400. Skripsi Program (S-1), Education Management Department, Faculty of Science and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.
This study was motivated by my interest towards the use of bilingual schools. Since the govemment implement international school to be removed, bilingual has been applied
in
several international schoolsin
Indonesia. This bilingual program procurement realized recently by several international schools in Indonesia who want equal quality with other countries. Here the author will be raised about the Bilingual Program Planning Process in SMP Bakti Mulya 400.The purpose of this study was to determine the bilingual program planning process and academic English skills in junior Bhakti Majesty 400. This study uses
qualitative descriptive analysis, conducted
a
studyto
collect dataof
documents, interviews, and observations on the institutions concemed (SMP Bakti Mulya 400). The author conducted interviews with several people involved in the implementationof
the bilingual program consistsof
school leadership that principals and vice-principals, chief field of bilingual programs, and homeroom bilingual. Observation bilingual class includes the activities of teachers and students in the learning process.i
KATA PENGANTAR
م مسب
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. Penulis persembahkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul ”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi besar Muhammad Saw yang telah membimbing umat manusia dari jalan
yang sesat menuju jalan yang dirahmati oleh Allah Swt dengan risalah yang
dibawanya yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan
pemeluknya menuju kebahagiaan yang ada di dunia danakhirat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan
bias selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr.Nurlena Rifa'i.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang
Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.
2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, semangat dan do‟anya kepada penulis. Semoga bapak senantiasa diberi nikmat sehat jasmani dan rohani dan selalu dalam lindungan Allah Swt.
3. Marzuki Mahmud, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
ii
4. Salman Tumanggor, M.Pd. dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan nasihat dan arahan.
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis
sehingga penulis mampu menyusun skripsi dengan baik.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Universitas Terbuka, Universitas yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian skripsi.
7. Hadi Suwarno, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Bakti Mulya 400, wakasek
kurikulum, ketua bidang program bilingual,serta seluruh jajarannya, tenaga
pengajar, staff tata usaha, yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian di sekolah tersebut sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Ayah dan ibu terhebat, Drs. Humaidi Yusuf, M.H dan Machsuroh, MS, yang
telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis dengan penuh kasih
dan sayang terbaik untuk belajar memaknai kehidupan, memberikan bantuan
moril dan materiil yang luar biasa yang tidak akan pernah bisa terbalas dan
terbayar dengan apapun.
9. Kakak dan adik-adik penulis Ery Badridduja, S.T, Lailiya Saidah, Shofiya
Indana, Ivvana Nur Aliya, dan Muhammad Bahrus Shofa yang telah
memberikan keceriaan, canda, tangis, dan tawa yang selalu menyunggingkan
harapan dan cita-cita penulis sehingga dukungan moril itu mampu
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Keluarga besar dari ayah maupun ibu, kakek dan nenekku, Alm. KH.Mahfudz Syafi‟i Alm.Nyai Muchsonah dan Mbah Ram,serta Pondok Pesantren Al -Istighotsah Sukatani-Bekasi, Pondok Pesantren Al--Istighotsah Bulak
Kapal-Bekasi, dan Pondok Pesantren Al –Istighotsah Setu- Bekasi, atas dukungan
moril dan saran yang di berikan kepada penulis, terutama dalam penyelesaian
iii
11.Kandaku Zuhairul Bustan yang telah tulus menemaniku selama tujuh tahun ini
dalam suka dan duka, memberikan waktu yang begitu luang untukku,
memberikan dukungan moril dan materiil yang besar, dan semangat yang
begitu hebat selama penulis menyusun hingga menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat-sahabatku seperjuangan terutama Amelia Yulinsa, Andi Dewi Puspita
Sari, Ismania Choirunnisa, Mariatul Kiftiah, Ayu Istikomah, Muhammad
Fadoli, dan Asqolani. Terimakasih telah memberikan kritik dan saran yang
membangun penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat
dipertemukan lagi.
13.Teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Pendidikan kelas B dan
Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terutama
Komisariat Fakultas Tarbiyah yang telah mengajariku menjadi wanita yang
organisatoris, kritis, tegas, bertanggung jawab, dan berjiwa besar terhadap
segala masalah, situasi dan kondisi sehingga penulis mampu menuangkan
pikiran ke dalam skripsi ini.
14. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terima
kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan
yang setimpal. Dengan menengadahkan tangan dan mengucapkan syukur
Alhamdulillah, karena hanya kepada Allah SWT jualah penulis mohonkan
semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan diterima
disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta,16 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK
..."i
KATA
PENGANTAR...
...iiiDAFTAR ISI
...
... viDAFTAR
TABEL
... xDAFTAR
GAMBAR
... xiBAB
I
PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah
... I B. IdentifikasiMasalah
...5C. Pembatasan
Masalah
... 5D. Perumusan
Masalah
... 6E. Tujuan
Penelitian.
...6F. Manfaat
Penelitian.
... 6LANDASAN TEORI A. Perencanaan Program 1. Pengertian Perencanaan
Program
... 82. Pendekatan Perencanaan
Program
... 133. Jenis-jenis Perencanaan
Program
... 13,
4. Proses PerencanaanProgram
... 155. Pentingnya Perencanaan
Program
... 166.
TahapantahapanPerencanaanProgram...
.... 187. Upaya-upaya
PerencanaanProgram
...208. Komponen Struktur
Program....
...21B. Bilingual 1. Pengertian Bilingual
...
...22 BABII
BAB
III
BAB
IV
2. Sejarah
Bilingual...
....253. Pembagian Bilingual
(Kedwibahasaan)...
...264. Strategi Pembelaj aran Bahasa dalam B ilingual ... 27
5. Kelebihan dan Kelemahan
Bilingual..
...29C. Kerangka
Berpikir
... 30METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu
Penelitian
...32B. Obyek dan Subyek
Penelitian..
...33C. Pendekatan dan Metode Penelitian ...34
D. Teknik Pengumpulan
Data
... 351.
Pengamatan(Observation...
... 352. Wawancaru
(Interview)...
....363. Studi Dokumen(Document
Study)
...37E. Uji Keabsahan
Data...
...37F. Instrumen
Penelitian
... 3g HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Gambaran
Umum SMP Bakti Mulya 400...411.
Sejarah berdirinya SMP Bakti Mulya 400... ...412.
Visi, Misi, Nilai, danTujuan
....423.
Struktur Organisasi SMP Bakti Mulya 400 ... ...454. Program Strategis
di SMP Bakti Mulya 400... ...475.
Rencana Program Kerja dan Kegiatan program.
Bilingual...
....496.
Upaya-upaya Strategis dalam mengembangkan ProgramBilingual..
... 5lB. Deskripsi
Data...
... 511. Struktur Program Bilingual ... 5l 2. Prosedur Perencanaan Program kerja Bilingual di SMp Bakti Mulya
400...
...52Sosialisasi Program
Bilingual..
...53 Kegiatan PPDB Program Bilingual SMPBakti Mulya
400...
... 53 Persiapan Kegiatan Belajar Mengajar di KelasBilingual SMP Bakti Mulya 400 ... ... 5 4 Persiapan Program Bilingual (Internasional) SMP Bakti
Mulya
400...
... 55 Diagnosis Strategi pembelajaran bahasa dalam programBilingual...
... 56Kelebihan dan Kekurangan Program Bilingual
di SMP Bakti Mulya
400...
... 56 Kebijakan Perencanaan Program bilingual di SMP Bakti Mulya400...
...57 Latar belakang dan Tujuan terbentuknya programBilingual..
... 59Kualifikasi Tenaga Pendidik/Kependidikan Program
bilingual...
...62Kualifikasi Peserta Didik program bilingual... 65
Kurikulum Program Bilingual di SMP Bakti
Mulya
400...
... 66 Program Remedial, Pengayaan, dan Klinik... 73 Program Remedial (Pengulangan) ... ... 7 3 Program Pengayaan (Enrichmen| ... ... 7 4c. Program
Klinik Mata Pelaj aran... ... 7 4C.
AnalisisData
...75' l.
Asumsi-asumsi Proses Perencanaan ProgramBilingual...
...75a.
Asumsi-asumsi proses perencanaan program ...75b.
Prioritas program selama satutahun
....762.
Proses pelaksanaan perencanaan programbilingual di SMP Bakti
Mulya...
....783.
Pengembangan ProgramBilingual...
... 80a. b.
c.
d.
J.
b. 4.
a.
c. 5.
6.
4.
Hasil Evaluasi perencanaan program Bilingualdi SMP Bakti Mulya 400
...
... 82D.
TemuanPenelitian..
... g31.
Kurikulumplus...
... g32.
BridgingProgram....
... g33.
HomeStay...
.... g44. Check
PointTest
....94BAB
V
PENUTUPA.
Kesimpulan...
...95B.
Saran...
... g6DAFTAR PUSTAKA
Tabel3.l
Tabel3.2
Tabel4.l
Tabel4.2
Tabel4.3
Tabel4.4
Tabel4.5
DAFTAR TABEL
Jadwal
Kegiatan...
...33Kisi-Kisi
Instrumen
...3g Walikelas
...46Kualifikasi
Guru...
...62Kurikulum
2013...
...66Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
...67DAFTAR GAMBAR
[image:17.595.107.479.221.727.2]Gambar 2.1 Proses Perencanaan
Program.
...15 Gambar4.i Struktur
Organisasi...
...,...45 Gambar 4.2 Alur PerekrutanGuru...
...61DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
I
Pedornan dan Berita Wawancara dengan Kepala SekolahLampiran
2
Pedoman dan Berita Wawancara Cengan Wakil Kepala Sekolah Lampiran3
Pedornan dan Berita Warvancara dengan Ketua BidangProgramBilingual
Larnprran
4
Pedoman dan Berita Warvancara dengan Wali Kelas Sains VIII.1Larnpiran
5
Peciornan dan Berita Wawancara dengan Wali Kelas bahasa Inggris TX.1Lampiran
6
Indikator VisiLampiran
7
Data GuruLarnpiran
8
Data Peserta DidikLampiran
9
Prestasi sisrva SMP Bakti Mulya 400 Lampiran10 Rencana
Program dan Kegiatan Sekolah Lampiran i1
Indikator Pengembangan SekolahLanrpiran
12 Jadrval
Kegiatan Persiapan Program Bilingual Lampiran13 Jadwal Pelajaran Program
BilingualLampiran
14 Jejaring Internasional
Lampiran15 Kegiatan
NetworkingLarnpiran 16 .Evaluasi Perencanaan
Lampiran
17
Anggaran Program BilingualLampiran
18
Sarana Prasarana dan Denah Ruang Larnpiranl9
Cambridge Teaching Knowledge TestLampiran
20
Lembar Observ'asi Kegiatan Belajar Mengajar Lampiran21
Surat Permohonan Bimbingan SkripsiLampiran
22 Surat
Bimbingan Skripsi1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Semua pihak sepakat bahwa kualitas pendidikan kita harus terus
ditingkatkan guna mengejar ketertinggalan dalam menyongsong era globalisasi.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dengan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Kualitas pendidikan yang
dimaksud dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana manajemen merupakan
kunci dasar dari sebuah program yang berkualitas dan tentunya dibutuhkan
pengetahuan sebagai esensi dari sebuah pendidikan.
Pada era globalisasi ini, tampaknya dunia kerja mengedepankan kemampuan
berbahasa Inggris sebagai salah satu aspek yang penting. Hal inimembuat orang
tua sangat antusias memaksimalkan kemampuan bahasa Inggris anaknya sedini
mungkin terutama di sekolah, ditambah lagi munculnya berbagai sekolah
bilingual (kelas internasional) yang menawarkan program berbahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar dalam beberapa mata pelajaran. Fenomena berbahasa
Inggris di sekolah ini kemudian membuat Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
dan bahasa pertama terabaikan, tidak hanya oleh pihak sekolah, tetapi juga oleh
orang tua.
Para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem
2
“yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”.1 Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem
lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Jadi, bahasa itu bukan
merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (sub
sistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). 2
Seorang anak akan memperoleh bahasa kedua setelah memperoleh bahasa
pertamanya melalui pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa kedua merupakan
sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan maupun
informal dalam lingkungan pendidikan. Keterampilan seseorang terhadap sebuah
bahasa begantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut.
Oleh karena itu, wajar jika bahasa pertama lebih dikuasai dari pada bahasa kedua,
tetapi jika kesempatan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih sama
peluangnya, maka ada kemungkinan penguasaan atas bahasa kedua sama baiknya.
Dapat juga terjadi keterampilan akan bahasa pertama menjadi berkurang,
tertutama dalam penggunaan kosakata, jika seseorang dalam waktu yang relatif
lama tidak menggunakan bahasa pertamanya. Belajar bahasa kedua terjadi pada
masyarakat multilingual , yakni pada saat peserta didik harus mulai belajar bahasa
kedua untuk dapat berkomunikasi antar daerah, antar provinsi, atau di lingkungan
masyarakat perbatasan. 3
Selama dua abad terakhir, penggunaan terminology linguistics,
sociolinguistics, anthropological linguistics, dan psycholinguistics telah
mengubah definisi dan korpus kerja mengenai bahasa. Sebelumnya perhatian
terutama diberikan kepada bahasa - bahasa yang dipergunakan untuk pengajaran
bahasa kedua. Sekarang perhatian terbesar ditujukan kepada kebutuhan
bangsa-bangsa yang baru merdeka dan masalah karena keanekaragaman bahasa dan
pendidikan. Ilmu-ilmu bahasa membantu pembentukan kebijakan tentang bahasa
dan perencanaannya dan pengembangan bahasa ibu (native languange) serta
1
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2009, hal. 30
2
Ibid, hal. 30 3
Iskandarwassid, dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT.
3
pendidikan bilingual. 4Oleh karena itu, dalam proses perencanaan program
bilingual, manajemen bertindak sebagai kunci utama dari keberhasilan program
bilingual (dwibahasa) sehingga memiliki esensi dan nilai jual yang tinggi untuk
sekolah itu sendiri. Dengan adanya perencanaan program yang baik, sebuah
program akan berjalan dengan baik pula sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
suatu sekolah.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu rakyat Indonesia merupakan bahasa
yang dapat dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kajian
tentang bilingual adalah sebuah hal baru di Negara kita. Istilah ini mulai dikenal
dan dipelajari sejak diadakannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
Pemerintah Indonesia menerapkan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional
(RSBI) dengan menerapkan sekolah kelas Internasional atau biasa disebut dengan
program bilingual. Dalam program bilingual (dwibahasa) menggunakan dua
bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengadaan program bilingual
ini belum lama direalisasikan oleh beberapa sekolah internasional di Indonesia
yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.
Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari
sudut pandang kita. Berdasarkan hipotesis ambang (threshold hypothesis) yang
dikemukakan oleh Cummins dapat dibedakan menjadi duatipe bilingual yaitu
subtractive dan additive bilingual. 5Substractive bilingual programs adalah
program pendidikan dimana semua instruksi disampaikan dalam bahasa Inggris.
Penggunaan bahasa pertama digantikan sepenuhnya oleh Bahasa Inggris.
Kebanyakan sekolah-sekolah bilingual di Indonesia menerapkan program ini.
Sementara pada additive bilingual programs, proses pembelajaran dilakukan
dalam bahasa pertama anak maupun bahasa asing. Fokusnya adalah
mengembangkan keterampilan berbahasa akademik anak, baik itu dalam Bahasa
Inggris dan juga Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, anak bukan hanya didorong untuk menguasai Bahasa
Inggris dengan baik, tetapi juga menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia.
4
Ibid, hlm. 80 5
Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa. 2009. Cet. I.
4
Risiko dari program substractive adalah keterampilan berbahasa pertama anak
menjadi berkurang. Tidak hanya itu, perkembangan akademik anak pun tetap di
bawah standar, meskipun penguasaan Bahasa Inggrisnya bagus. Anak tidak
menguasai keterampilan berbahasa secara akademik dalam bahasa pertamanya.
Oleh karena itu, penulis menemukan bahwa keberhasilan program bilingual itu
sendiri tidak bisa terlepas dari perencanaan program bilingual itu sendiri.
Penulis tertarik dengan penguasaan bahasa Inggris yang didapatkan dalam
program bilingual. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian kepada salah
satu sekolah internasional yaitu SMP Bakti Mulya 400. Sekolah Menengah
Pertama Bakti Mulya 400 ditunjuk sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional pada tahun 2009/2010, kemudian sekolah ini mulai melaksanakan
dengan membuat perencanaan yang matang bersama dengan yayasan dan
membuat standar yang sesuai dengan RSBI, yaitu standar proses, standar lulusan,
standar penilaian, dan standar pengelolaan.
Dalam rangka mensukseskan program pemerintah ini, SMP Bakti Mulya
400 membuat program bilingual (kelas internasional) di seluruh tingkatan kelas,
yaitu kelas 7, 8, dan 9 dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam
proses pembelajaran di beberapa mata pelajaran tertentu. Program bilingual di
SMP Bakti Mulya bekerjasama dengan University of Cambridge International
Examinations dengan memberlakukakn kurikulum plus dimana kurikulum
nasional dikombinasikan dengan kurikulum Cambridge sehingga mempunyai
kemampuan dan pengakuan dari sekolah di luar negeri. mengadopsi dan adaptasi
dari kurikulum Cambridge itu sendiri.
Pada awal proses penerimaan program bilingual, seluruh calon siswa
dimasukkan berdasarkan peminatan dan penyeleksian. Apabila kemampuan
akademik, dan bahasa Inggria memadai serta dengan persetujuan orang tua, maka
peserta didik akan dimasukkan ke kelas bilingual. Program bilingual di SMP
Bakti Mulya 400 ini mempunyai kriteria tenaga pendidik tertentu, yaitu native
speaker dari Inggris, Amerika, dan India, tenaga pengajar lulusan luar negeri, dan
5
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa bilingual atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan
dua bahasa sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional program bilingual tidak diterapkan pada
semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada
kelas tertentu saja. Berdasarkan deskripsi tersebut, penulis tertarik mengkaji dan
meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul
”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400 ”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul
dan dapat diteliti yaitu:
1. Terlambatnya penggunaan dua bahasa (bilingual) yang baru mulai
digunakan pada tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pemahaman dua bahasa (bilingual) terutama Indonesia-Inggris kurang dapat
direalisasikan dengan baik.
3. Penerapan dua bahasa (bilingual) yang kurang efektif.
4. Kurang meratanya penerapan dua bahasa (bilingual) dalam sekolah.
5. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang
maksimal.
6. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik .
C.
Pembatasan Masalah
Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
6
waktu peneliti, maka untuk memudahkan dan memaksimalkan pemanfaatan
instrumen-instrumen penelitian, maka penulis membatasi masalah pada :
1. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang
maksimal.
2. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik.
D.
Perumusan Masalah
Perencanaan program bilingual merupakan hal yang dangat urgen
diperbincangkan dalam pengelolaan pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, penulis dapat merumuskan bahwa masalah yang
sangat penting dan pokok yang akan diteliti adalah “bagaimana proses
perencanaan program bilingual dan bagaimana penguasaan berbahasa secara
akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua (Inggris)”.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan apa yang telah dirumuskan pada perumusan masalah, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan
penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua
(Inggris) di SMP Bakti Mulya 400.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, diantaranya :
1. Bagi Peneliti :
a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan pengalaman
langsung kepada peneliti sebagai calon guru dalam mengembangkan
unsur-unsur dalam manajemen sebagai strategi dalam meningkatkan
kualitas melalui implementasi yang benar tentang program bilingual.
b. Dapat memberikan gambaran seberapa besar efektivitas manajemen
7
2. Bagi Siswa :
a. Siswa menjadi lebih tertarik dalam kelas program bilingual karena
siswa merasa program ini mempunyai manfaat ilmu dan praktis yang
mampu mengembangkan pola pikir mereka.
b. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi
akan lebih mudah paham.
c. Dengan menggunakan manajemen yang baik, diharapkan program
bilingual di SMP Bakti Mulya akan berjalan lebih efektif lagi.
3. Bagi Guru :
a. Guru dapat menemukan kreasi dan inovasi baru dalam proses
penerapan program bilingual di semua mata pelajaran.
b. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas program
bilingual di sekolah itu dan memperbaiki sistem manajemen program
bilingual sehingga outcome yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan.
4. Bagi sekolah :
Dapat memberikan masukan dan evaluasi terhadap proses perencanaan
kembali dalam program bilingual.
5. Bagi peneliti lain :
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan esensi
ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Perencanaan Program
1. Pengertian Perencanaan Program
Perencanaan dalam arti yang sederhana dapat dijelaskan sebagai suatu proses
mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Suatu definisi mengenai
perencanaan memang diperlukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Perencanaan
merupakan fungsi pertama dari fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan pada berbagai
bidang terutama dalam bidang pendidikan. Tujuan fungsi ini adalah untuk mengurangi
ketidakpastian dalam pengelolaan program suatu lembaga pendidikan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Fungsi ini berkaitan dengan bidang-bidang
manajemen lainnya, seperti manajemen produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber
daya manusia yang tentunya menjadi bagian dari sekolah. Semua bidang manajemen
terlebih dahulu melaksanakan kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan
kegiatan-kegiatan lainnya.
Perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam
9
apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Diantara beberapa
definisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, rencana ialah rekaan tentang sesuatu
yang akan dikerjakan.1 Perencanaan ialah proses, cara, atau perbuatan merencanakan.
Perencanaan sebagai proses manajemen yang pertama hendaknya benar-benar mapan.
Perencanaan merupakan masalah memilih, yaitu memilih tujuan dan cara terbaik untuk
mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada, tanpa alternatif, perencanaan
pun tak ada.2
Perencanaaan dapat dartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukam. Perencanaan itu dapat pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. Perencanaan dapat pula diartikam sebagai upaya untuk memadukan antara cita nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.3
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan.4 Rencana harus diimplementasikan. Selama proses implementasi dan
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
Perencanaan kembali dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir . Oleh karena
itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri denan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.
Ada yang mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai suatu alat untuk
mengatur sistem pendidikan, penyesuaiannya dengan kebutuhan dan aspirasi seseorang
dan masyarakat. Perencanaan harus mampu melihat bagaimana gambaran masyarakat
pada masa yang akan datang dan adalah tugas perencanaan untuk menyesuaikan sistem
1
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002),
edisi ke-2, hal.1260 2
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT.Bina Aksara, 1988), cet.I, hal.
21
3Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun,
Perencanaan Pendidikan (Suatu Pendekatan Komprehensif), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 200, hal. 4-5
4
10
pendidikan ke arah itu. C.E. Beeby dalam tulisannya memberikan definisi yang
perencanaan pendidikan yang dianut oleh banyak negara berkembang. Ia
mengemukakan suatu definisi sebagai berikut:5 Educational planning is the exercising
of foresight indetermining the policy, priorities and costs of an educational system,
having due regard for economic and political realities, for the system’s potential for
growth, and for the needs of the country and of the pupils served by the system.”
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan
seefektif mungkin.6
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “Rancangan
rencana kegiatan mengenai asas-asas, serta usaha-usaha yang akan dijalankan.7
Pengertian tersebut sudah ada terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen
dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program
yang dilaksanakan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan
rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan di lapangan.
Program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh.8 Suatu program mungkin saja sesuatu yang
berbentuk nayat (tangible) seperti materi kurikulum, atau yang abstrak (intangible)
seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup, jadwal 4 hari lokakarya, atau
sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap terhadap P4, dan lain-lain.
Merujuk dari beberapa pendapat ilmuwan di atas, bahwa perencanaan program
memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan untuk mendekati
masalah.. Dalam menghampiri masalah, kita perlu merumuskan apa dan bagaimana
mengerjakannya. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu program akan mengalami
5
Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992, hal.2
6
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),
Cet. 8, hal. 49. 7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002, Cet. II, Edisi ke -3, hal. 897 8
11
kesulitan, bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
perencanaan program, terdapat faktor tujuan dan faktor sarana yang perlu
diperhatikan, baik sarana personal maupun materiil. Perencanaan program
dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat
dicapai. Perencanaan program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis
sumber daya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan suatu rencana,
penjabaran rinci tentang langkah-langkah yang diambil untuk menjabarkan
kebijakan sesuai kebutuhan, an sasaran sebagaimana yang dimaksudkan oleh
kebijakan organisasi. Perencanaan program tidak terlepas dari stategi utama sekolah
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perencanaan program merupakan proses memilih, menyeleksi, menyesuaikan
program sekolah dengan sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan kebutuhan
sekolah dan lingkungan untuk mencapai tujuan program yang baik. Di setiap
perencanaan selalu terdapat kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya dalam proses perencanaan. Kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang
ingin dicapai, pemilihan program untuk mencapai tujuan, identifikasi dan
pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Perumusan tujuan tentunya
ditetapkan oleh stake holder bersama dengan komite sekolah membahas tentang
formulasi yang dibutuhkan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Kemudian,
dengan memilih program yang sesuai dengan kebutuhan masa depan, dengan
mengidentifikasi sumber daya yang terkait dengan program bilingual sekolah
mampu merancang sebuah program yang searah dengan perubahan zaman. Bagian
terakhir dari perencanaan tentang bagaimana sekolah mengidentifikasi dan
mengarahkan sumber daya manusia yang terbatas untuk melaksanakan program
tersebut sejalan dengan keinginan dan tujuan program sehingga hasil yang
maksimal dapat tercapai
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan program yang baik adalah suatu
usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan atau program yang akan
dilaksanakan dengan tidak jauh menyimpang dari konsep dan tujuan awal, sesuai
12
tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah melakukan proses perencanaan program yang
matang untuk menyeimbangkan perubahan kebijakan pemerintah yang sering terjadi
di Indonesia. Perencaaan program itu sendiri mampu mengubah sebuah lembaga
pendidikan agar sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan
eksternal.
Perencanaan merupakan penentu segala sesuatu sebelum dilakukan
kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai akternatif tujuan,
strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan. Jelas usaha tersebut
merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya suatu lembaga
pendidikan di waktu yang akan datang. Kita hendaknya mengetahui kaidah
perencanaan. Setelah rencana tercipta, strategi,kebijakan, dan taktik perlu
digariskan, sedang pelaksanaan rencana itu harus konsekuen.
Dikemukakan secara singkat berbagai aspek perencanaan, yaitu bahwa
perencanaan itu meliputi penciptaan rencana yang komprehensif dan menyeluruh,
langkah-langkah perencanaan itu teratur rapi, dan rencana itu harus selalu
diperbaiki.
Perencanaan yang dibuat haruslah bersifat sebagai berikut :
a. Menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi,
b. Merupakan dasar tolok fungsi manajemen yang lain yaitu organisasi pengarahan, koordinasi, dan pengawasan,
c. Merupakan fungsi dari setiap orang yang berada dalam organisasi, baik horizontal maupun vertikal,
d. Efisien, artinya bila dilaksanakan rencana tersebut dapat mencapai tujuan secara berhasil dengan biaya yang sekecil-kecilnya.9
Dengan demikian, perencanaan diharuskan mampu mencapai tujuan suatu
organisasi dan merupakan landasan bagi fungsi manajemen yang lainnya sehingga jelas
sulit membuat suatu rencana yang harus memenuhi syarat tersebut. Oleh karena itu
memang tidak boleh terlalu meremehkan perencanaan karena hal itu merupakan tugas
berat. Pembuatan rencana melalui suatu proses pengambilan keputusan tertentu.
9
Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yokyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,
13
Pada hakekatnya perencanaan adalah pemilihan berbagai alternatif tujuan,
strategi, kebijaksanaan, tak-tik, prosedur dan program-program. Inti perencanaan adalah
pemilihan jalan yang akan ditempuh. Ini merupakan prinsip utama perencanaan.
B.
Pendekatan Perencanaan Program
Adapun pendekatan perencanaan suatu program adalah sebagai berikut:
1. Memilih tujuan
2. Menganalisa lingkungan
3. Membandingkan rencana sub unit dengan rencana strategis 4. Menentukan perbedaan yang ada
5. Memilih alternatif terbaik 6. Melaksanakan rencana strategis
7. Menilai dan mengawasi kemajuan rencana.10
Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, dapat dianalisis bahwa dalam
membuat suatu program tentunya langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
memilih tujuan program itu sendiri agar program yang telah dicanangkan sesuai dengan
visi dan misi sekolah, menganalisa lingkungan baik secara internal sekolah maupun
eksternal sekolah, melakukan triangulasi terhadap rencana yang sudah dibuat dengan
rencana strategis suatu program, menentukan jawaban atas perbedaan rencana yang ada,
melaksanakan rencana strategis dengan sebaik mungkin, dan melakukan pengawasan
dan pengevaluasian terhadap proses jalannya rencana yang telah dilaksanakan.
C.
Jenis-jenis Perencanaan Program
Perencanaan dapat dibedakan menurut waktu, menurut besarannya, tingkatannya,
dan menurut jangka waktunya. Adapun disini, perencanaan menurut waktu yang
dianggap sebagai efektivitas dari sebuah perencanaan program. Berdasarkan kriteria
waktu, ada tiga macam perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan
jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu rencana
perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan
10
14
jangka pendek atau yang lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan
tujuan kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning), mempunyai jangka waktu 10, 20, atau 25 tahun.
2. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning), mempunyai jangka waktu 4-7 tahun seperti repelita
3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning), mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun seperti perencanaan tahunan.11
Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek memuat rencana-rencana yang berbeda.
Perencanaan jangka panjang bersifat umum, global, dan belum terinci, dan perspektif,
yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang berjangka waktu lebih pendek.
Susunan dari tiap perencanaan bermula dari perencanaan jangka panjang yang masih
perlu dijabarkan menjadi perencanaan jangka menengah, dan selanjutnya perlu
dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka pendek. .
Fungsi pembuatan dari, rencana jangka panjang, sedang dan pendek di atas
ditandai dengan:
a. Suatu usaha untuk menghasilkan pembangunan secara seimbang pada setiap aspek dalam sistem pendidikan dan juga keseimbangan antara sistem pendidikan dengan sistem lainnya di dalam masyarakat.
b. Korelasi usaha pendidikan dengan kebijaksanaan nasional bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
c. Suatu usaha untuk mengkoordinasikan perkembangan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif dalam struktur isi dan metode.
d. Ketentuan yang menjamin bahwa investasi dalam pendidikan akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat maupun bagi individu.12
Dalam melaksanakan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, suatu
program pendidikan harus menyeimbangkan antara program yang tersedia di sekolah
dengan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat bagi perubahan sosial dan ekonomi
nasional, serta mengkoordinasikan struktur isi dan metode dalam perencanaan suatu
11
Husaini Usman, Manajemen (Teori Praktik & Riset Pendidikan) Edisi kedua, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008, hal. 6 12
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),
15
program sehingga berdampak pada keuntungan pendidikan baik bagi individu maupun
masyarakat.
D.
Proses Perencanaan Program
Perencanaan sebagai proses yang berlangsung sepanjang waktu dan berulang
kembali membentuk siklus. Langkah-langkah yang diikuti alam proses ini pada
umumnya sama dalam berbagai unit perencanaan dari berbagai tingkatan. Perbedaan
hanya terdapat pada instrumen yang digunakan dan banyak tergantung kepada tingkat
proses pengambilan keputusan. Tabel berikut imi dapat memberikan gambaran tentang
[image:34.595.57.547.214.623.2]langkah-langkah dalam proses perencanaan yang membentuk siklus.13
Gambar 2.1
Dari tabel di atas dapat ipaparkan bahwa siklus ini merupakan langkah-langkah utama
dalam proses perencanaan. Hal ini tentunya memliki sejumlah langkah kecil alam
pelaksanaannya. Paa awal proses perencanaan, sekolah harus memiliki data dan
13
Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992,
hal.43-44
Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi
Analisis dan diagnosis
Penetapan sasaran
Perumusan Kebijaksanaan
Perkiraan kebutuhan yang akan datang
Alternatif strategi Perumusan Rencana
Penganggaran Rincian Rencana
16
informasi yang lengkap, akurat, dan sesuai kebutuhan. Adapun data yang ikumpulkan
meliputi kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data agar mudah didiagnosa,
menyusun indikator yang perlu, dan menghimpun hasil penelitian serta hasil evaluasi
dan monitorning rencana dan program yang lalu. Hal ini tentunya yang terkait dengan
data input mentah (calon siswa), input instrumen (guru,kurikulum, gedung, alat belajar,
biaya, ll), dan output (lulusan). Kemudian dilakukan analisis dan diagnosis terkait
dengan data yang diperoleh sehingga sekolah mampu merumuskan kebijaksanaan atau
kebijakan apa yang akan dilakukan. Selanjutnya sekolah bersama yayasan
memperkiraan kebutuhan di masa yang akan datang dan menetapkan siapa saja sasaran
yang akan ditetapkan. Setelah sasaran suah ditetapkan, dibentuk strategi yang baik
untuk menapatkan hasil yang diinginkan. Strategi yang telah tersusun rapi dirumuskan
menjadi sebuah rencana yang matang dengan penganggaran yang disesuaikan. Engan
merincikan rencana yang telah matang, rencana ilaksanakan sesuai engan apa yang telah
ibuat. Kemudian evaluasi rencana dilakukan untuk menghadapi kekurangan yang belum
terealisasikan dan dilakukan pelaksanaan kembali.
E.
Pentingnya Perencanaan Program
Perencanaan pendidikan seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat
membantu para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Perencanaan dapat membantu, akan tetapi perencanaan itu sendiri harus dip-akai
dalam suatu kombinasi yang harmonis dengan alat-alat lainnya seperti misalnya
pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan. Perencanaan,
untuk menjadi alat yang berguna, perlu juga didampingi dengan pengetahuan dan
kemampuan bekerja seseorang secara efektif dalam situasi kepemimpinan yang baik.
Hal ini dianggap penting mengingat perencanaan bukan sebagai pengganti (substitusi)
kewenangan seorang pengelola. Kelemahan yang terjadi dalam perencanaan dapat
disebabkan dua hal penting berikut ini:
17
2. Karena perencanaan yang berlebihan.
Dari apa yang diuraikan di atas sudah dapat disimpulkan, mengapa perencanaan
terutama dalam suatu program menjadi penting. Pentingnya perencanaan program
pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya desakan masalah dalam berbagai aspek
yang harus ditangani melalui perencanaan. Sering sekali dibicarakan tentang
pelaksanaan program secara terpadu namun dalam kenyataannya banyak hambatan
sejak dalam perencanaannya instansi atau orang yang diharapkan terlibat ternyata tidak
diikutsertakan sejak awal perencanaan.Suatu program yang direncanakan terlalu padat
dan ketat menyebakan ketidakpastian akan pentingnya suatu program dilaksanakan.
Setelah diketahui perbedaan berbagai jenis perencanaan, perlulah dihayati penting
dan perlunya rencana bagi suatu organisasi atau lembaga pendidikan :
a. Rencana dapat meniadakan ketidakpastian masa datang dan dapat menanggulangi perubahan-perubahan.
b. Rencana telah digariskan tujuan organisasi sehingga kegiatan dapat dipimpin (difokuskan).
c. Rencana walaupun mahal tetapi ekonomis. d. Rencana merupakan dasar bagi pengawasan. e. Rencana harus fleksibel.14
Dengan adanya rencana program segala sesuatu yang tidak pasti pada waktu yang
akan datang telah diusahakan ke dalam situasi sekarang sehingga orang telah siap
terhadap kemungkinan perubahan yang timbul. Rencana mampu menghindari
kepentingan pribadi yang terjadi dalam suatu program sehingga terhindar dari
suboptimalisasi. Karena dalam perencanaan segala kegiatan terpusatkan untuk mencapai
tujuan bersama secara konsekuaen dengan biaya yang minimum. Tanpa rencana tidak
mungkin dilakukan pengawasan hasil kegiatan karena tidak ada dasar pembandingnya.
Dengan rencana orang dapat mengetahui hasil telah melebihi atau kurang dari yang
direncanakan. artinya rencana dapat berubah arah tanpa biaya lebih dalam mencapai
tujuan. Dengan demikian, rencana mengandung arti untuk ditinjau kembali dan direvisi
14
Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,
18
untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh situasi yang dihadapi di masa yang akan
datang.
F.
Tahapan-tahapan perencanaan Program
Dalam perencanaan pendidikan yang menjadi acuan perencanaan suatu program,
ada 6 tahap dalam proses perencanaan pendidikan yang disadur ke dalam perencanaan
program, yaitu:15
a. Tahap Pra Perencanaan-Perumusan Tujuan
Tahap pra perencanaan dalam suatu program harus dimulai dengan:
1) Pembentukan organisasi perencanaan yang sesuai, 2) penentuan prosedur perencanaan,
3) Reorganisasi struktural mengenai mesin administratif pendidikan untuk berpartisipasi dalam perumusan dan implementasi rencana,
4) Menentukan mekanisme dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data statistik dan lain-lainnya ynag diperlukan bagi perencanaan.
b. Tahap Perencanaan 1) Diagnosis
2) Perumusan kebijaksanaan
3) Perkiraan kebutuhan masa depan 4) Pembiayaan kebutuhan masa depan
5) Penentuan prioritas dan seperangkat sasaran (target) 6) Uji kelayakan.
c. Tahap Perumusan Rencana
d. Tahap Elaborasi Rencana 1) Programming
2) Identifikasi dan Perumusan Proyek
e. Tahap Implementasi Rencana
f. Tahap Implememtasi Rencana
g. Tahap evaluasi perencanaan
15
Ananda W.P Guruge, Proses Perencanaan Pendidikan, Surabaya:Surabaya Intelectual Club,
19
Sebelum dibentuknya sebuah perencanaan, dibutuhkan pra perencanaan
dalam merencanakan suatu program. Dengan membentuk program yang sesuai
dengan kebutuhan internal dan eksternal sekolah, menentukan prosedur
perencanaan program yang akan dibuat, mereorganisasi struktural yang ada
untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana program, dan
menentukan mekanisme serta mengumpulkan dan menganalisis data yang
diperlukan bagi perencanaan suatu program.
Pada tahap perencanaan, perumusan tujuan program harus dipastikan
memadai, relevan, dan mentangkan hasil yang baik bagi sekolah. Hal ini
dilakukan untuk mencocokkan output dengan tujuan program. Diagnosis
mengarahkan kita untuk mengidentifikasi kelemahan program, kualitas, serta
tingkat kemajuan suatu program. Kriteria diagnosis seperti relevansi, efektifitas,
dan efisiensi harus ada dalam sebuah program. Setelah dilakukan diagnosis,
perlu adanya perumusan kebijaksanaan dalam mengoreksi kerangka kerja
sehingga keputusan yang lebih rinci atas perubahan suatu program dapat
dilakukan. Setelah tujuan program dimodifikasi berdasarkan kebijakan,
perencanaan program harus memperkirakan kebutuhan sekolah di masa datang
untuk mengantisipasi kebutuhan. Langkah berikutnya dalam tahap perencanaan
adalah menetapkan biaya bagi kebutuhan masa depan. Perencanaan harus
mengetahui jumlah anggaran program agar semua kebutuhan program terpenuhi.
Kemudian menentukan prioritas dan sasaran dalam suatu program dalam
mencapai tujuan agar dapat menentukan alokasi biaya yang relevan dan efektif.
Sasaran-sasaran ditetapkan sesuai kebutuhan yang diidentifikasi dan
diprioritaskan sehingga mendapat perhatian yang serius.
Pada tahap perumusan rencana, telah kita ketahui tujuan perencanaan
terutama ada dua, yakni menyajikan seperangkat keputusan kepada mereka yang
secara nasional berwenang untuk persetujuan, dan menyiapkan suatu rencana
20
dalam melaksanakan keputusan-keputusan ini. Maksudnya para stake holder
sebagai penguasa yang berkepentingan memerlukan suatu pernyataan yang jelas
tentang program yang diusulkan, alasannya, serta penyesuaiannya dengan
memerlukan keterampilan tertentu, misalnya pernyataan harus singkat ringkas
dan memadai untuk dipahami.
Sebelum suatu rencana diimplementasikan perlu adanya penjabaran atau
elaborasi sehingga kegiatan dapat dirinci secara jelas. Implementasi rencana
program dimulai apabila perumusan program siap untuk dilaksanakan.
Menggunakan anggaran tahunan, sumber-sumber program (manusia, uang,
bahan) yang diperlukan dalam program, waktu yang telah ditentukan. Kemudian
mendelegasikan wewenang kepada setiapkepala program, membentuk
komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik serta mekanisme kontrol
yang baik.
Pada tahap terakhir perencanaan terdapat evaluasi perencanaan. evaluasi
merupakan usaha berkelanjutan dan bersamaan dengan implementasi rencana.
Mempersiapkan laporan tahunan , tengah tahunan, atau separuh periode rencana.
Tahapan-tahapan di atas merupakan seperangkat kegiatan yang kompleks
dan berkaitan dalam membentuk proses perencanaan program untuk
mengembangkan suatu program selama periode yang telah ditentukan.
G.
Upaya-upaya Perencanaan Program
Agar perencanaan program dapat dilaksanakan secara realistis, maka
diperlukan upaya-upaya:
a. Penentuan pimpinan mengenai sejauhmana tingkat keterkaitan (atau hubungan) antara visi, misi, tujuan, sasaran, dana strategi utama sekolah dengan rencana program.
b. Koordinasi atas rencana program tidak perlu secara menyeluruh, akan tetapi cukup dilakukan terhadap program kerja yang memang penting saja, hal ini dilakukan untuk mengurangi kebebasan dan motivasi pegawai.
21
d. Setiap pimpinan unit memberikan kontribusinya dengan mengajukan rencana programnya masing-masing.
e. Harus diperhatikan agar jangan sampai suatu program kerja hanya merupakan suatu ekstrapolasi keadaan yang lampau akan tetapi yang lebih penting adalah yang berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang.
f. Rencana program dibuat dengan memperhatikan prioritas tinggi dan berdampak dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah.16
Adapun langkah-langkah yang telah disebutkan dapat diterapkan pada
perencanaan program bilingual di suatu sekolah. Bahwa kepala sekolah sebagai
stakeholder harus mampu menganalisa keterkaitan antara visi dan misi sekolah
dengan rencana program yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi
ketidakseimbangan, koordinasi kepada bawahan lebih bersifat kondisional sesuai
dengan program kerja yang dianggap penting, rencana program hendaknya
sederhana tidak bertele-tele, kaku, dan ruwet karena justru membuat
kompleksitas dalam sebuah program, setiap pimpinan seperti ketua program
bilingual memerikan kontribusi dengan merencanakan kegiatan dalam program,
sesuai dengan kebutuhan di masa yang akan datang, dan mempunyai prioritas
tinggi terhadap kemajuan sekolah dan keberhasilan pencapaian pemerintah.
H.
Komponen Struktur Program
Komponen struktur program ialah menetapkan struktur dan materi program
pendidikan. Struktur program pendidikan dalam hubungannya dengan
pencapaian tujuan lembaga pendidikan mencakup alokasi waktu yang diberikan
untuk setiap bidang studi dalam setiap minggunya.
Ada beberapa jenis struktur peogram pendidikan dalam kurikulum, yaitu:
a. Pendidikan umum (general education), program pendidikan yang bertujuan membinas siswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan tingkatannya.
16
Muhaimin,dkk, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
22
b. Pendidikan akademik (academic education), program pendidikan yang ditujukan untuk mencapai pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin ilmu masing-masing.
c. Pendidikan Keterampilan, program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan anak sebagai bekal hidupnya di masyarakat. Sifat pendidikan ini temporer,
artinya sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan keperluan juga sifatnya efektif, artinya setiap siswa dapat memilih jalur keterampilan yang diinginkannya.
d. Pendidikan kejuruan (Vocational Education), bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang ditempuhnya. 17
Program bilingual di Indonesia terutama pada SMP Bhakti Mulya 400
termasuk ke dalam struktur program akademik dimana bahasa Inggris yang
merupakan bidang study yang dijadikan sebagai bahasa pengantar untuk
beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan dengan bahasa pengantar
tersebut. Ada beberapa manfaat yang didapat dalam mengadakan kelas bilingual
ini, selain mampu untuk menguasai akademik dan non akademik dengan baik
tetapi juga mampu berbahasa asing.
B.
Bilingual
1. Pengertian Bilingual
Pendidikan bilingual di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan baru
dalam menghadapi globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
semakin berkembang di dunia. Pendidikan bilingual atau biasa disebut dengan
bilingual class telah diterapkan di beberapa sekolah internasional di Indonesia.
Bilingual dijadikan sebagai metode alternatif pembelajaran bahasa asing secara
aktif yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik.
Menurut Mackey kewibahasaan bukanlah gejala bahasa, tetapi merupakan
karakteristik penggunaannya. Mackey menjelaskan bahwa jika bahasa milik
17
23
kelompok, maka bilingualisme adalah kekayaan perorangan. Pemakaian
perorangan akan dua bahasa berarti adanya dua masyarakat yang berbeda.18
Pengertian bilingual (dwibahasa) itu sendiri relatif. Adapun kajian tentang
bilingualisme adalah sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bilingual dapat diartikan mampu
menggunakan bahasa lain sebaik atau hampir sebaik bahasa sendiri, dan mampu
menguasai dua bahasa. Bilingualisme diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan dua bahasa dengan sama atau hampir sama baik.19
Menurut Bloomfield, dwibahasa adalah menguasai dua bahasa seperti bahasa ibunya. Menurut Lado, dwibahasa secara populer diartikan sebagai kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya, secara teknis diacukan pada pengetahuan seseorang akan dua bahasa bagaimana pun tingkatnya.20
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut
juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa
yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan
dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum,
bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur
dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.21
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai
kedua bahasa itu. Pertama, bahasa asli (bahasa ibu) atau bahasa pertama
memegang peranan penting dalam perkembangan bilingualisme, dan yang kedua
adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Orang yang
dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam
bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk
menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut
juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya
ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga
18
Alwasilah, A. Chaedar., Pengantar Sosiologi Bahasa. (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 106
19
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,
2002), edisi ke-2, hal.204 20
Op.cit, hal. 107 21
24
keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh
seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.22
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Seseorang
yang mampu menggunakan bahasa kedua secara baik dan lancar seperti ketika
berbicara bahasa pertama. Penggunaan bilingual di Indonesia telah digunakan di
beberapa sekolah Internasional, salah satunya di SMP Bhakti Mulya 400.
Biasanya bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam kelas
pada beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan sehingga siswa
menggunakan dua bahasa dalam satu kelas. Penguasaan dua bahasa di dalam
kelas atau di suatu negara dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti
aslinya sangatlah sulit untuk diukur. Hal ini yang menjadi perhatian bahwa
bilingual merupakan alternatif pembelajaran bahasa asing di Indonesia.
Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan
menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Dibawah ini adalah
pendapat-pendapat atau definisi tantang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya.
Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :
a. Robert Lado, kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
b. MacKey, kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual).
c. Hartman dan Stork, kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
22
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
25
d. Bloomfield, kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. e. Haugen, kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Pemakaian dua bahasa
secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
f. Oksaar, kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. 23
Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa
kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh
seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bilingual
atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan dua bahasa
sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional di Indonesia, program bilingual tidak diterapkan pada
semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada
kelas tertentu saja. Pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara
kontinuitas oleh seseorang atau lebih sering oleh seorang individu dalam suatu
kelas atau oleh masyarakat akan semakin membentuk kognitif serta kelancaran