• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya 400

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya 400"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BHAKTI MULIA 400

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh IIS ISTIANAH NIM : 1110018200078

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LBMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi

ini

berjudul "Proses perencanaan progra m Bilingual

di

SMp

Bakti Mulya 400" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqosah pada tanggal 06 Februari2}|5 dihadapan Dewan Penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh gelar S.Pd dalam program studi Manajemen pendidikan.

Jakarta, Februari 2015

Ketua Panitia (ketua Prodi) Dr.Has)rim Asy'ari. M.Pd

NrP. 19661009 1993303

i 004

Sekretaris (Sekretaris Prodi) Dr. Zahrudin" Lc. M.Pd

NrP. 19730302 200501

I

002

Penguji I

Dra. Nurdelima Waruwu. M.pd NIP. 19671020 200t122 001 Penguji II

Dr.Zahrudin. Lc. M.Pd NrP. 19730302 200s01 1 002

Panitia Ujian Muaqosah

Tanggal

?o/

*o16

fol'

'

Lo

foL-

?Dt5

"'r"""""""

*,1,

-

d_qr

'lo,

-

Zot,

"""t"""",...,

Mengetahui

Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah_ Jakarta

(3)

Proses Perencanaan

Program

Bilingual di

sMp

Bakti Mulya

400

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

untuk

Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gerar Sarjana pendidikan

(s.pd)

Oleh

Iis

Istianah

1110018200078

Di

bawah bimbingan

PJ;

Dr. Marzuki

Mahmud,

M.A

19580405 198103 1 003

JURUSAN

MANAJEMEN

PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUAN

LINIVERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

H

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Proses Perencanaan Program Bilingual

di

SMp Bakti Mulya 400 disusun oleh Iis Istianah.

NiM 1 I 10018200078,

Program Studi Manajemen pendidika,.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk disajikan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 09 Januari 201 5 Yang Mengesahkan,

Pembimbing

i

Pembimbing II

Dr. Marzuki Mahmud. M.A NIP. 19580405

l98l

1 003
(5)

UJI REFERENSI

Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan sklipsi berjudul proses Perencanaan Program Bilittgual

di

SMP

Bakti

Mulya 400 disus'.rn oleh Iis Istianah,

NIM 1110018200078,

Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakulras Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islan

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.

Jakafta,09 Januari 2015 Yang Mengesahkan,

Pembimbing II

Dr. Hasvim Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303

I

004 Pembimbing I
(6)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA

ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di Nama

Tempat/Tanggal Lahir NIM

Jurusan Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

bawah ini :

Iis Istianah

Grobogan, 30 Mei 1992 1 1 10018200078

Manajemen Pendidikan

Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP Bakti Mulya 400

1. Drs. Marzuki Mahmud, M.A 2.Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd

Dengan

ini menyatakan bahwa

skripsi yang saya buat asli hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

_.__._=___Jakar$, Q9 Januari 2015

Iis Istianah

r110018200078

&/r{x}-ffeNcox !.rMrs;

(7)

ABSTRAK

Iis Istianah"

NIM:

1110018200078, Proses Perencanaan Program Bilingual di sMP Bakti Mulya 400. Skripsi Program Strata Satu (S-1), program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan saya terhadap penggunaan bilingual

di sekolah. Sejak pemerintah menerapkan

Rintisan Sekolah Birtaraf Internasional hingga dihapus, bilingual telah diterapkan

di

beberapa sekolah Internasional

di

Indonesia. Pengadaan program bilingual

ini

belum lama direalisasikan

oleh

beberapa sekolah internasional

di

Indonesia yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.

Di

sini penulis akan mengangkat tentang Proses Perencanaan Program Bilingual di SMP Bakti Mulya 400.

Tujuan dari penelitian

ini

adalah untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan kemampuan bahasa Inggris secara akademik

di

SMp Bhakti

Mulia 400.

Penelitian

ini

menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif, untuk mengumpulkan data dilakukan studi dokumen,wawancara, dan observasi pada lembaga yang bersangkutan (SMp Bakti Mulya 400). penulis melakukan wawancara dengan beberapa

orang

yang terkait

dalam penyelenggaraan program bilingual terdiri dari pimpinan sekolah yakni kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ketua bidang program bilingual, dan wali kilas bilingual. Observasi kelas bilingual mencakup aktivitas guru dan siswa dalam proses belaj ar mengaj ar.

Dari penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa Proses Perencanaan Program Bilingual di SMp Bakti Mulya400 tergolong cukup baik. Hal

ini

dapat dilihat dari perencanaan awal antara pengelola

din

pemimpin sekolah, pengembangan program, pelaksanaan perencanaan, serta evaluasi yang berjalan secara sistematis dan berkesinambungan.
(8)

ABSTRACT

Iis Istianah.

NIM:

1110018200078, Bilingual Program Planning Process in SMP

Bakti Mulya 400. Skripsi Program (S-1), Education Management Department, Faculty of Science and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.

This study was motivated by my interest towards the use of bilingual schools. Since the govemment implement international school to be removed, bilingual has been applied

in

several international schools

in

Indonesia. This bilingual program procurement realized recently by several international schools in Indonesia who want equal quality with other countries. Here the author will be raised about the Bilingual Program Planning Process in SMP Bakti Mulya 400.

The purpose of this study was to determine the bilingual program planning process and academic English skills in junior Bhakti Majesty 400. This study uses

qualitative descriptive analysis, conducted

a

study

to

collect data

of

documents, interviews, and observations on the institutions concemed (SMP Bakti Mulya 400). The author conducted interviews with several people involved in the implementation

of

the bilingual program consists

of

school leadership that principals and vice-principals, chief field of bilingual programs, and homeroom bilingual. Observation bilingual class includes the activities of teachers and students in the learning process.
(9)

i

KATA PENGANTAR

م مسب

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. Penulis persembahkan sebagai

ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk

mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul ”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi besar Muhammad Saw yang telah membimbing umat manusia dari jalan

yang sesat menuju jalan yang dirahmati oleh Allah Swt dengan risalah yang

dibawanya yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan

pemeluknya menuju kebahagiaan yang ada di dunia danakhirat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai

pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan

bias selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih

kepada:

1. Dr.Nurlena Rifa'i.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang

Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.

2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan

sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, semangat dan do‟anya kepada penulis. Semoga bapak senantiasa diberi nikmat sehat jasmani dan rohani dan selalu dalam lindungan Allah Swt.

3. Marzuki Mahmud, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia

(10)

ii

4. Salman Tumanggor, M.Pd. dosen penasehat akademik yang selalu

memberikan nasihat dan arahan.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis

sehingga penulis mampu menyusun skripsi dengan baik.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Universitas Terbuka, Universitas yang telah membantu penulis dalam

mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian skripsi.

7. Hadi Suwarno, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Bakti Mulya 400, wakasek

kurikulum, ketua bidang program bilingual,serta seluruh jajarannya, tenaga

pengajar, staff tata usaha, yang telah mengizinkan penulis melakukan

penelitian di sekolah tersebut sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Ayah dan ibu terhebat, Drs. Humaidi Yusuf, M.H dan Machsuroh, MS, yang

telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis dengan penuh kasih

dan sayang terbaik untuk belajar memaknai kehidupan, memberikan bantuan

moril dan materiil yang luar biasa yang tidak akan pernah bisa terbalas dan

terbayar dengan apapun.

9. Kakak dan adik-adik penulis Ery Badridduja, S.T, Lailiya Saidah, Shofiya

Indana, Ivvana Nur Aliya, dan Muhammad Bahrus Shofa yang telah

memberikan keceriaan, canda, tangis, dan tawa yang selalu menyunggingkan

harapan dan cita-cita penulis sehingga dukungan moril itu mampu

menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga besar dari ayah maupun ibu, kakek dan nenekku, Alm. KH.Mahfudz Syafi‟i Alm.Nyai Muchsonah dan Mbah Ram,serta Pondok Pesantren Al -Istighotsah Sukatani-Bekasi, Pondok Pesantren Al--Istighotsah Bulak

Kapal-Bekasi, dan Pondok Pesantren Al –Istighotsah Setu- Bekasi, atas dukungan

moril dan saran yang di berikan kepada penulis, terutama dalam penyelesaian

(11)

iii

11.Kandaku Zuhairul Bustan yang telah tulus menemaniku selama tujuh tahun ini

dalam suka dan duka, memberikan waktu yang begitu luang untukku,

memberikan dukungan moril dan materiil yang besar, dan semangat yang

begitu hebat selama penulis menyusun hingga menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabatku seperjuangan terutama Amelia Yulinsa, Andi Dewi Puspita

Sari, Ismania Choirunnisa, Mariatul Kiftiah, Ayu Istikomah, Muhammad

Fadoli, dan Asqolani. Terimakasih telah memberikan kritik dan saran yang

membangun penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat

dipertemukan lagi.

13.Teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Pendidikan kelas B dan

Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terutama

Komisariat Fakultas Tarbiyah yang telah mengajariku menjadi wanita yang

organisatoris, kritis, tegas, bertanggung jawab, dan berjiwa besar terhadap

segala masalah, situasi dan kondisi sehingga penulis mampu menuangkan

pikiran ke dalam skripsi ini.

14. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terima

kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan

yang setimpal. Dengan menengadahkan tangan dan mengucapkan syukur

Alhamdulillah, karena hanya kepada Allah SWT jualah penulis mohonkan

semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan diterima

disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta,16 Januari 2014

Penulis

(12)

DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK

..."

i

KATA

PENGANTAR...

...iii

DAFTAR ISI

...

... vi

DAFTAR

TABEL

... x

DAFTAR

GAMBAR

... xi

BAB

I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masalah

... I B. Identifikasi

Masalah

...5

C. Pembatasan

Masalah

... 5

D. Perumusan

Masalah

... 6

E. Tujuan

Penelitian.

...6

F. Manfaat

Penelitian.

... 6

LANDASAN TEORI A. Perencanaan Program 1. Pengertian Perencanaan

Program

... 8

2. Pendekatan Perencanaan

Program

... 13

3. Jenis-jenis Perencanaan

Program

... 13

,

4. Proses Perencanaan

Program

... 15

5. Pentingnya Perencanaan

Program

... 16

6.

TahapantahapanPerencanaanProgram...

.... 18

7. Upaya-upaya

PerencanaanProgram

...20

8. Komponen Struktur

Program....

...21

B. Bilingual 1. Pengertian Bilingual

...

...22 BAB

II

(13)

BAB

III

BAB

IV

2. Sejarah

Bilingual...

....25

3. Pembagian Bilingual

(Kedwibahasaan)...

...26

4. Strategi Pembelaj aran Bahasa dalam B ilingual ... 27

5. Kelebihan dan Kelemahan

Bilingual..

...29

C. Kerangka

Berpikir

... 30

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu

Penelitian

...32

B. Obyek dan Subyek

Penelitian..

...33

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ...34

D. Teknik Pengumpulan

Data

... 35

1.

Pengamatan(Observation...

... 35

2. Wawancaru

(Interview)...

....36

3. Studi Dokumen(Document

Study)

...37

E. Uji Keabsahan

Data...

...37

F. Instrumen

Penelitian

... 3g HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran

Umum SMP Bakti Mulya 400...41

1.

Sejarah berdirinya SMP Bakti Mulya 400... ...41

2.

Visi, Misi, Nilai, dan

Tujuan

....42

3.

Struktur Organisasi SMP Bakti Mulya 400 ... ...45

4. Program Strategis

di SMP Bakti Mulya 400... ...47

5.

Rencana Program Kerja dan Kegiatan program

.

Bilingual...

....49

6.

Upaya-upaya Strategis dalam mengembangkan Program

Bilingual..

... 5l

B. Deskripsi

Data...

... 51

1. Struktur Program Bilingual ... 5l 2. Prosedur Perencanaan Program kerja Bilingual di SMp Bakti Mulya

400...

...52
(14)

Sosialisasi Program

Bilingual..

...53 Kegiatan PPDB Program Bilingual SMP

Bakti Mulya

400...

... 53 Persiapan Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

Bilingual SMP Bakti Mulya 400 ... ... 5 4 Persiapan Program Bilingual (Internasional) SMP Bakti

Mulya

400...

... 55 Diagnosis Strategi pembelajaran bahasa dalam program

Bilingual...

... 56

Kelebihan dan Kekurangan Program Bilingual

di SMP Bakti Mulya

400...

... 56 Kebijakan Perencanaan Program bilingual di SMP Bakti Mulya

400...

...57 Latar belakang dan Tujuan terbentuknya program

Bilingual..

... 59

Kualifikasi Tenaga Pendidik/Kependidikan Program

bilingual...

...62

Kualifikasi Peserta Didik program bilingual... 65

Kurikulum Program Bilingual di SMP Bakti

Mulya

400...

... 66 Program Remedial, Pengayaan, dan Klinik... 73 Program Remedial (Pengulangan) ... ... 7 3 Program Pengayaan (Enrichmen| ... ... 7 4

c. Program

Klinik Mata Pelaj aran... ... 7 4

C.

Analisis

Data

...75

' l.

Asumsi-asumsi Proses Perencanaan Program

Bilingual...

...75

a.

Asumsi-asumsi proses perencanaan program ...75

b.

Prioritas program selama satu

tahun

....76

2.

Proses pelaksanaan perencanaan program

bilingual di SMP Bakti

Mulya...

....78

3.

Pengembangan Program

Bilingual...

... 80

a. b.

c.

d.

J.

b. 4.

a.

c. 5.

6.

(15)

4.

Hasil Evaluasi perencanaan program Bilingual

di SMP Bakti Mulya 400

...

... 82

D.

Temuan

Penelitian..

... g3

1.

Kurikulum

plus...

... g3

2.

Bridging

Program....

... g3

3.

Home

Stay...

.... g4

4. Check

Point

Test

....94

BAB

V

PENUTUP

A.

Kesimpulan...

...95

B.

Saran...

... g6

DAFTAR PUSTAKA

(16)
[image:16.595.100.525.117.645.2]

Tabel3.l

Tabel3.2

Tabel4.l

Tabel4.2

Tabel4.3

Tabel4.4

Tabel4.5

DAFTAR TABEL

Jadwal

Kegiatan...

...33

Kisi-Kisi

Instrumen

...3g Wali

kelas

...46

Kualifikasi

Guru...

...62

Kurikulum

2013...

...66

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

...67
(17)

DAFTAR GAMBAR

[image:17.595.107.479.221.727.2]

Gambar 2.1 Proses Perencanaan

Program.

...15 Gambar

4.i Struktur

Organisasi...

...,...45 Gambar 4.2 Alur Perekrutan

Guru...

...61
(18)

DAFTAR

LAMPIRAN

Lampiran

I

Pedornan dan Berita Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran

2

Pedoman dan Berita Wawancara Cengan Wakil Kepala Sekolah Lampiran

3

Pedornan dan Berita Warvancara dengan Ketua BidangProgram

Bilingual

Larnprran

4

Pedoman dan Berita Warvancara dengan Wali Kelas Sains VIII.1

Larnpiran

5

Peciornan dan Berita Wawancara dengan Wali Kelas bahasa Inggris TX.1

Lampiran

6

Indikator Visi

Lampiran

7

Data Guru

Larnpiran

8

Data Peserta Didik

Lampiran

9

Prestasi sisrva SMP Bakti Mulya 400 Lampiran

10 Rencana

Program dan Kegiatan Sekolah Lampiran i

1

Indikator Pengembangan Sekolah

Lanrpiran

12 Jadrval

Kegiatan Persiapan Program Bilingual Lampiran

13 Jadwal Pelajaran Program

Bilingual

Lampiran

14 Jejaring Internasional

Lampiran

15 Kegiatan

Networking

Larnpiran 16 .Evaluasi Perencanaan

Lampiran

17

Anggaran Program Bilingual

Lampiran

18

Sarana Prasarana dan Denah Ruang Larnpiran

l9

Cambridge Teaching Knowledge Test

Lampiran

20

Lembar Observ'asi Kegiatan Belajar Mengajar Lampiran

21

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran

22 Surat

Bimbingan Skripsi
(19)
(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Semua pihak sepakat bahwa kualitas pendidikan kita harus terus

ditingkatkan guna mengejar ketertinggalan dalam menyongsong era globalisasi.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dengan meningkatkan

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah. Kualitas pendidikan yang

dimaksud dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana manajemen merupakan

kunci dasar dari sebuah program yang berkualitas dan tentunya dibutuhkan

pengetahuan sebagai esensi dari sebuah pendidikan.

Pada era globalisasi ini, tampaknya dunia kerja mengedepankan kemampuan

berbahasa Inggris sebagai salah satu aspek yang penting. Hal inimembuat orang

tua sangat antusias memaksimalkan kemampuan bahasa Inggris anaknya sedini

mungkin terutama di sekolah, ditambah lagi munculnya berbagai sekolah

bilingual (kelas internasional) yang menawarkan program berbahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar dalam beberapa mata pelajaran. Fenomena berbahasa

Inggris di sekolah ini kemudian membuat Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu

dan bahasa pertama terabaikan, tidak hanya oleh pihak sekolah, tetapi juga oleh

orang tua.

Para pakar linguistik deskriptif mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem

(21)

2

“yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri”.1 Bahasa adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem

lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Jadi, bahasa itu bukan

merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (sub

sistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). 2

Seorang anak akan memperoleh bahasa kedua setelah memperoleh bahasa

pertamanya melalui pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa kedua merupakan

sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan maupun

informal dalam lingkungan pendidikan. Keterampilan seseorang terhadap sebuah

bahasa begantung pada adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut.

Oleh karena itu, wajar jika bahasa pertama lebih dikuasai dari pada bahasa kedua,

tetapi jika kesempatan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih sama

peluangnya, maka ada kemungkinan penguasaan atas bahasa kedua sama baiknya.

Dapat juga terjadi keterampilan akan bahasa pertama menjadi berkurang,

tertutama dalam penggunaan kosakata, jika seseorang dalam waktu yang relatif

lama tidak menggunakan bahasa pertamanya. Belajar bahasa kedua terjadi pada

masyarakat multilingual , yakni pada saat peserta didik harus mulai belajar bahasa

kedua untuk dapat berkomunikasi antar daerah, antar provinsi, atau di lingkungan

masyarakat perbatasan. 3

Selama dua abad terakhir, penggunaan terminology linguistics,

sociolinguistics, anthropological linguistics, dan psycholinguistics telah

mengubah definisi dan korpus kerja mengenai bahasa. Sebelumnya perhatian

terutama diberikan kepada bahasa - bahasa yang dipergunakan untuk pengajaran

bahasa kedua. Sekarang perhatian terbesar ditujukan kepada kebutuhan

bangsa-bangsa yang baru merdeka dan masalah karena keanekaragaman bahasa dan

pendidikan. Ilmu-ilmu bahasa membantu pembentukan kebijakan tentang bahasa

dan perencanaannya dan pengembangan bahasa ibu (native languange) serta

1

Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: PT. RinekaCipta, 2009, hal. 30

2

Ibid, hal. 30 3

Iskandarwassid, dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT.

(22)

3

pendidikan bilingual. 4Oleh karena itu, dalam proses perencanaan program

bilingual, manajemen bertindak sebagai kunci utama dari keberhasilan program

bilingual (dwibahasa) sehingga memiliki esensi dan nilai jual yang tinggi untuk

sekolah itu sendiri. Dengan adanya perencanaan program yang baik, sebuah

program akan berjalan dengan baik pula sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

suatu sekolah.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu rakyat Indonesia merupakan bahasa

yang dapat dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kajian

tentang bilingual adalah sebuah hal baru di Negara kita. Istilah ini mulai dikenal

dan dipelajari sejak diadakannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Pemerintah Indonesia menerapkan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional

(RSBI) dengan menerapkan sekolah kelas Internasional atau biasa disebut dengan

program bilingual. Dalam program bilingual (dwibahasa) menggunakan dua

bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengadaan program bilingual

ini belum lama direalisasikan oleh beberapa sekolah internasional di Indonesia

yang menginginkan kesetaraan kualitas dengan negara lain.

Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari

sudut pandang kita. Berdasarkan hipotesis ambang (threshold hypothesis) yang

dikemukakan oleh Cummins dapat dibedakan menjadi duatipe bilingual yaitu

subtractive dan additive bilingual. 5Substractive bilingual programs adalah

program pendidikan dimana semua instruksi disampaikan dalam bahasa Inggris.

Penggunaan bahasa pertama digantikan sepenuhnya oleh Bahasa Inggris.

Kebanyakan sekolah-sekolah bilingual di Indonesia menerapkan program ini.

Sementara pada additive bilingual programs, proses pembelajaran dilakukan

dalam bahasa pertama anak maupun bahasa asing. Fokusnya adalah

mengembangkan keterampilan berbahasa akademik anak, baik itu dalam Bahasa

Inggris dan juga Bahasa Indonesia.

Dengan demikian, anak bukan hanya didorong untuk menguasai Bahasa

Inggris dengan baik, tetapi juga menguatkan kemampuan berbahasa Indonesia.

4

Ibid, hlm. 80 5

Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa. 2009. Cet. I.

(23)

4

Risiko dari program substractive adalah keterampilan berbahasa pertama anak

menjadi berkurang. Tidak hanya itu, perkembangan akademik anak pun tetap di

bawah standar, meskipun penguasaan Bahasa Inggrisnya bagus. Anak tidak

menguasai keterampilan berbahasa secara akademik dalam bahasa pertamanya.

Oleh karena itu, penulis menemukan bahwa keberhasilan program bilingual itu

sendiri tidak bisa terlepas dari perencanaan program bilingual itu sendiri.

Penulis tertarik dengan penguasaan bahasa Inggris yang didapatkan dalam

program bilingual. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian kepada salah

satu sekolah internasional yaitu SMP Bakti Mulya 400. Sekolah Menengah

Pertama Bakti Mulya 400 ditunjuk sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional pada tahun 2009/2010, kemudian sekolah ini mulai melaksanakan

dengan membuat perencanaan yang matang bersama dengan yayasan dan

membuat standar yang sesuai dengan RSBI, yaitu standar proses, standar lulusan,

standar penilaian, dan standar pengelolaan.

Dalam rangka mensukseskan program pemerintah ini, SMP Bakti Mulya

400 membuat program bilingual (kelas internasional) di seluruh tingkatan kelas,

yaitu kelas 7, 8, dan 9 dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam

proses pembelajaran di beberapa mata pelajaran tertentu. Program bilingual di

SMP Bakti Mulya bekerjasama dengan University of Cambridge International

Examinations dengan memberlakukakn kurikulum plus dimana kurikulum

nasional dikombinasikan dengan kurikulum Cambridge sehingga mempunyai

kemampuan dan pengakuan dari sekolah di luar negeri. mengadopsi dan adaptasi

dari kurikulum Cambridge itu sendiri.

Pada awal proses penerimaan program bilingual, seluruh calon siswa

dimasukkan berdasarkan peminatan dan penyeleksian. Apabila kemampuan

akademik, dan bahasa Inggria memadai serta dengan persetujuan orang tua, maka

peserta didik akan dimasukkan ke kelas bilingual. Program bilingual di SMP

Bakti Mulya 400 ini mempunyai kriteria tenaga pendidik tertentu, yaitu native

speaker dari Inggris, Amerika, dan India, tenaga pengajar lulusan luar negeri, dan

(24)

5

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa bilingual atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan

dua bahasa sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional program bilingual tidak diterapkan pada

semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada

kelas tertentu saja. Berdasarkan deskripsi tersebut, penulis tertarik mengkaji dan

meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul

”PROSES PERENCANAAN PROGRAM BILINGUAL DI SMP BAKTI MULYA 400 ”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul

dan dapat diteliti yaitu:

1. Terlambatnya penggunaan dua bahasa (bilingual) yang baru mulai

digunakan pada tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pemahaman dua bahasa (bilingual) terutama Indonesia-Inggris kurang dapat

direalisasikan dengan baik.

3. Penerapan dua bahasa (bilingual) yang kurang efektif.

4. Kurang meratanya penerapan dua bahasa (bilingual) dalam sekolah.

5. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang

maksimal.

6. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik .

C.

Pembatasan Masalah

Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi

(25)

6

waktu peneliti, maka untuk memudahkan dan memaksimalkan pemanfaatan

instrumen-instrumen penelitian, maka penulis membatasi masalah pada :

1. Penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa Inggris kurang

maksimal.

2. Proses perencanaan program bilingual yang kurang baik.

D.

Perumusan Masalah

Perencanaan program bilingual merupakan hal yang dangat urgen

diperbincangkan dalam pengelolaan pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan

identifikasi masalah di atas, penulis dapat merumuskan bahwa masalah yang

sangat penting dan pokok yang akan diteliti adalah “bagaimana proses

perencanaan program bilingual dan bagaimana penguasaan berbahasa secara

akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua (Inggris)”.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan apa yang telah dirumuskan pada perumusan masalah, penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan program bilingual dan

penguasaan berbahasa secara akademik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua

(Inggris) di SMP Bakti Mulya 400.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, diantaranya :

1. Bagi Peneliti :

a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan pengalaman

langsung kepada peneliti sebagai calon guru dalam mengembangkan

unsur-unsur dalam manajemen sebagai strategi dalam meningkatkan

kualitas melalui implementasi yang benar tentang program bilingual.

b. Dapat memberikan gambaran seberapa besar efektivitas manajemen

(26)

7

2. Bagi Siswa :

a. Siswa menjadi lebih tertarik dalam kelas program bilingual karena

siswa merasa program ini mempunyai manfaat ilmu dan praktis yang

mampu mengembangkan pola pikir mereka.

b. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi

akan lebih mudah paham.

c. Dengan menggunakan manajemen yang baik, diharapkan program

bilingual di SMP Bakti Mulya akan berjalan lebih efektif lagi.

3. Bagi Guru :

a. Guru dapat menemukan kreasi dan inovasi baru dalam proses

penerapan program bilingual di semua mata pelajaran.

b. Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas program

bilingual di sekolah itu dan memperbaiki sistem manajemen program

bilingual sehingga outcome yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan.

4. Bagi sekolah :

Dapat memberikan masukan dan evaluasi terhadap proses perencanaan

kembali dalam program bilingual.

5. Bagi peneliti lain :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan esensi

ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Perencanaan Program

1. Pengertian Perencanaan Program

Perencanaan dalam arti yang sederhana dapat dijelaskan sebagai suatu proses

mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Suatu definisi mengenai

perencanaan memang diperlukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Perencanaan

merupakan fungsi pertama dari fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan pada berbagai

bidang terutama dalam bidang pendidikan. Tujuan fungsi ini adalah untuk mengurangi

ketidakpastian dalam pengelolaan program suatu lembaga pendidikan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Fungsi ini berkaitan dengan bidang-bidang

manajemen lainnya, seperti manajemen produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber

daya manusia yang tentunya menjadi bagian dari sekolah. Semua bidang manajemen

terlebih dahulu melaksanakan kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan

kegiatan-kegiatan lainnya.

Perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam

(28)

9

apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Diantara beberapa

definisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, rencana ialah rekaan tentang sesuatu

yang akan dikerjakan.1 Perencanaan ialah proses, cara, atau perbuatan merencanakan.

Perencanaan sebagai proses manajemen yang pertama hendaknya benar-benar mapan.

Perencanaan merupakan masalah memilih, yaitu memilih tujuan dan cara terbaik untuk

mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada, tanpa alternatif, perencanaan

pun tak ada.2

Perencanaaan dapat dartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukam. Perencanaan itu dapat pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. Perencanaan dapat pula diartikam sebagai upaya untuk memadukan antara cita nasional dan resources yang tersedia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.3

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah

ditetapkan.4 Rencana harus diimplementasikan. Selama proses implementasi dan

pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.

Perencanaan kembali dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir . Oleh karena

itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu

menyesuaikan diri denan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.

Ada yang mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai suatu alat untuk

mengatur sistem pendidikan, penyesuaiannya dengan kebutuhan dan aspirasi seseorang

dan masyarakat. Perencanaan harus mampu melihat bagaimana gambaran masyarakat

pada masa yang akan datang dan adalah tugas perencanaan untuk menyesuaikan sistem

1

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002),

edisi ke-2, hal.1260 2

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT.Bina Aksara, 1988), cet.I, hal.

21

3Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun,

Perencanaan Pendidikan (Suatu Pendekatan Komprehensif), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 200, hal. 4-5

4

(29)

10

pendidikan ke arah itu. C.E. Beeby dalam tulisannya memberikan definisi yang

perencanaan pendidikan yang dianut oleh banyak negara berkembang. Ia

mengemukakan suatu definisi sebagai berikut:5 Educational planning is the exercising

of foresight indetermining the policy, priorities and costs of an educational system,

having due regard for economic and political realities, for the system’s potential for

growth, and for the needs of the country and of the pupils served by the system.”

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dan

menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan

seefektif mungkin.6

Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “Rancangan

rencana kegiatan mengenai asas-asas, serta usaha-usaha yang akan dijalankan.7

Pengertian tersebut sudah ada terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen

dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program

yang dilaksanakan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan

rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan di lapangan.

Program ialah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan

mendatangkan hasil atau pengaruh.8 Suatu program mungkin saja sesuatu yang

berbentuk nayat (tangible) seperti materi kurikulum, atau yang abstrak (intangible)

seperti prosedur, misalnya distribusi biaya hidup, jadwal 4 hari lokakarya, atau

sederetan kegiatan untuk meningkatkan sikap terhadap P4, dan lain-lain.

Merujuk dari beberapa pendapat ilmuwan di atas, bahwa perencanaan program

memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan untuk mendekati

masalah.. Dalam menghampiri masalah, kita perlu merumuskan apa dan bagaimana

mengerjakannya. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu program akan mengalami

5

Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992, hal.2

6

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),

Cet. 8, hal. 49. 7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002, Cet. II, Edisi ke -3, hal. 897 8

(30)

11

kesulitan, bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

perencanaan program, terdapat faktor tujuan dan faktor sarana yang perlu

diperhatikan, baik sarana personal maupun materiil. Perencanaan program

dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat

dicapai. Perencanaan program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis

sumber daya yang diperlukan dalam rangka melaksanakan suatu rencana,

penjabaran rinci tentang langkah-langkah yang diambil untuk menjabarkan

kebijakan sesuai kebutuhan, an sasaran sebagaimana yang dimaksudkan oleh

kebijakan organisasi. Perencanaan program tidak terlepas dari stategi utama sekolah

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Perencanaan program merupakan proses memilih, menyeleksi, menyesuaikan

program sekolah dengan sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan kebutuhan

sekolah dan lingkungan untuk mencapai tujuan program yang baik. Di setiap

perencanaan selalu terdapat kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan

yang lainnya dalam proses perencanaan. Kegiatan itu adalah perumusan tujuan yang

ingin dicapai, pemilihan program untuk mencapai tujuan, identifikasi dan

pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Perumusan tujuan tentunya

ditetapkan oleh stake holder bersama dengan komite sekolah membahas tentang

formulasi yang dibutuhkan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Kemudian,

dengan memilih program yang sesuai dengan kebutuhan masa depan, dengan

mengidentifikasi sumber daya yang terkait dengan program bilingual sekolah

mampu merancang sebuah program yang searah dengan perubahan zaman. Bagian

terakhir dari perencanaan tentang bagaimana sekolah mengidentifikasi dan

mengarahkan sumber daya manusia yang terbatas untuk melaksanakan program

tersebut sejalan dengan keinginan dan tujuan program sehingga hasil yang

maksimal dapat tercapai

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan program yang baik adalah suatu

usaha atau upaya untuk merencanakan kegiatan atau program yang akan

dilaksanakan dengan tidak jauh menyimpang dari konsep dan tujuan awal, sesuai

(31)

12

tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah melakukan proses perencanaan program yang

matang untuk menyeimbangkan perubahan kebijakan pemerintah yang sering terjadi

di Indonesia. Perencaaan program itu sendiri mampu mengubah sebuah lembaga

pendidikan agar sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan

eksternal.

Perencanaan merupakan penentu segala sesuatu sebelum dilakukan

kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai akternatif tujuan,

strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan. Jelas usaha tersebut

merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya suatu lembaga

pendidikan di waktu yang akan datang. Kita hendaknya mengetahui kaidah

perencanaan. Setelah rencana tercipta, strategi,kebijakan, dan taktik perlu

digariskan, sedang pelaksanaan rencana itu harus konsekuen.

Dikemukakan secara singkat berbagai aspek perencanaan, yaitu bahwa

perencanaan itu meliputi penciptaan rencana yang komprehensif dan menyeluruh,

langkah-langkah perencanaan itu teratur rapi, dan rencana itu harus selalu

diperbaiki.

Perencanaan yang dibuat haruslah bersifat sebagai berikut :

a. Menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi,

b. Merupakan dasar tolok fungsi manajemen yang lain yaitu organisasi pengarahan, koordinasi, dan pengawasan,

c. Merupakan fungsi dari setiap orang yang berada dalam organisasi, baik horizontal maupun vertikal,

d. Efisien, artinya bila dilaksanakan rencana tersebut dapat mencapai tujuan secara berhasil dengan biaya yang sekecil-kecilnya.9

Dengan demikian, perencanaan diharuskan mampu mencapai tujuan suatu

organisasi dan merupakan landasan bagi fungsi manajemen yang lainnya sehingga jelas

sulit membuat suatu rencana yang harus memenuhi syarat tersebut. Oleh karena itu

memang tidak boleh terlalu meremehkan perencanaan karena hal itu merupakan tugas

berat. Pembuatan rencana melalui suatu proses pengambilan keputusan tertentu.

9

Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yokyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,

(32)

13

Pada hakekatnya perencanaan adalah pemilihan berbagai alternatif tujuan,

strategi, kebijaksanaan, tak-tik, prosedur dan program-program. Inti perencanaan adalah

pemilihan jalan yang akan ditempuh. Ini merupakan prinsip utama perencanaan.

B.

Pendekatan Perencanaan Program

Adapun pendekatan perencanaan suatu program adalah sebagai berikut:

1. Memilih tujuan

2. Menganalisa lingkungan

3. Membandingkan rencana sub unit dengan rencana strategis 4. Menentukan perbedaan yang ada

5. Memilih alternatif terbaik 6. Melaksanakan rencana strategis

7. Menilai dan mengawasi kemajuan rencana.10

Dari beberapa hal yang telah disebutkan di atas, dapat dianalisis bahwa dalam

membuat suatu program tentunya langkah-langkah yang harus dilakukan adalah

memilih tujuan program itu sendiri agar program yang telah dicanangkan sesuai dengan

visi dan misi sekolah, menganalisa lingkungan baik secara internal sekolah maupun

eksternal sekolah, melakukan triangulasi terhadap rencana yang sudah dibuat dengan

rencana strategis suatu program, menentukan jawaban atas perbedaan rencana yang ada,

melaksanakan rencana strategis dengan sebaik mungkin, dan melakukan pengawasan

dan pengevaluasian terhadap proses jalannya rencana yang telah dilaksanakan.

C.

Jenis-jenis Perencanaan Program

Perencanaan dapat dibedakan menurut waktu, menurut besarannya, tingkatannya,

dan menurut jangka waktunya. Adapun disini, perencanaan menurut waktu yang

dianggap sebagai efektivitas dari sebuah perencanaan program. Berdasarkan kriteria

waktu, ada tiga macam perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan

jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu rencana

perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan

10

(33)

14

jangka pendek atau yang lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan

tujuan kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning), mempunyai jangka waktu 10, 20, atau 25 tahun.

2. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning), mempunyai jangka waktu 4-7 tahun seperti repelita

3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning), mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun seperti perencanaan tahunan.11

Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka

panjang, jangka menengah, dan jangka pendek memuat rencana-rencana yang berbeda.

Perencanaan jangka panjang bersifat umum, global, dan belum terinci, dan perspektif,

yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang berjangka waktu lebih pendek.

Susunan dari tiap perencanaan bermula dari perencanaan jangka panjang yang masih

perlu dijabarkan menjadi perencanaan jangka menengah, dan selanjutnya perlu

dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka pendek. .

Fungsi pembuatan dari, rencana jangka panjang, sedang dan pendek di atas

ditandai dengan:

a. Suatu usaha untuk menghasilkan pembangunan secara seimbang pada setiap aspek dalam sistem pendidikan dan juga keseimbangan antara sistem pendidikan dengan sistem lainnya di dalam masyarakat.

b. Korelasi usaha pendidikan dengan kebijaksanaan nasional bagi pembangunan sosial dan ekonomi.

c. Suatu usaha untuk mengkoordinasikan perkembangan kuantitatif dengan peningkatan kualitatif dalam struktur isi dan metode.

d. Ketentuan yang menjamin bahwa investasi dalam pendidikan akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat maupun bagi individu.12

Dalam melaksanakan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, suatu

program pendidikan harus menyeimbangkan antara program yang tersedia di sekolah

dengan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat bagi perubahan sosial dan ekonomi

nasional, serta mengkoordinasikan struktur isi dan metode dalam perencanaan suatu

11

Husaini Usman, Manajemen (Teori Praktik & Riset Pendidikan) Edisi kedua, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2008, hal. 6 12

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2006),

(34)

15

program sehingga berdampak pada keuntungan pendidikan baik bagi individu maupun

masyarakat.

D.

Proses Perencanaan Program

Perencanaan sebagai proses yang berlangsung sepanjang waktu dan berulang

kembali membentuk siklus. Langkah-langkah yang diikuti alam proses ini pada

umumnya sama dalam berbagai unit perencanaan dari berbagai tingkatan. Perbedaan

hanya terdapat pada instrumen yang digunakan dan banyak tergantung kepada tingkat

proses pengambilan keputusan. Tabel berikut imi dapat memberikan gambaran tentang

[image:34.595.57.547.214.623.2]

langkah-langkah dalam proses perencanaan yang membentuk siklus.13

Gambar 2.1

Dari tabel di atas dapat ipaparkan bahwa siklus ini merupakan langkah-langkah utama

dalam proses perencanaan. Hal ini tentunya memliki sejumlah langkah kecil alam

pelaksanaannya. Paa awal proses perencanaan, sekolah harus memiliki data dan

13

Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992,

hal.43-44

Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi

Analisis dan diagnosis

Penetapan sasaran

Perumusan Kebijaksanaan

Perkiraan kebutuhan yang akan datang

Alternatif strategi Perumusan Rencana

Penganggaran Rincian Rencana

(35)

16

informasi yang lengkap, akurat, dan sesuai kebutuhan. Adapun data yang ikumpulkan

meliputi kompilasi data pendidikan, pengorganisasian data agar mudah didiagnosa,

menyusun indikator yang perlu, dan menghimpun hasil penelitian serta hasil evaluasi

dan monitorning rencana dan program yang lalu. Hal ini tentunya yang terkait dengan

data input mentah (calon siswa), input instrumen (guru,kurikulum, gedung, alat belajar,

biaya, ll), dan output (lulusan). Kemudian dilakukan analisis dan diagnosis terkait

dengan data yang diperoleh sehingga sekolah mampu merumuskan kebijaksanaan atau

kebijakan apa yang akan dilakukan. Selanjutnya sekolah bersama yayasan

memperkiraan kebutuhan di masa yang akan datang dan menetapkan siapa saja sasaran

yang akan ditetapkan. Setelah sasaran suah ditetapkan, dibentuk strategi yang baik

untuk menapatkan hasil yang diinginkan. Strategi yang telah tersusun rapi dirumuskan

menjadi sebuah rencana yang matang dengan penganggaran yang disesuaikan. Engan

merincikan rencana yang telah matang, rencana ilaksanakan sesuai engan apa yang telah

ibuat. Kemudian evaluasi rencana dilakukan untuk menghadapi kekurangan yang belum

terealisasikan dan dilakukan pelaksanaan kembali.

E.

Pentingnya Perencanaan Program

Perencanaan pendidikan seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat

membantu para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdaya guna dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.

Perencanaan dapat membantu, akan tetapi perencanaan itu sendiri harus dip-akai

dalam suatu kombinasi yang harmonis dengan alat-alat lainnya seperti misalnya

pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan. Perencanaan,

untuk menjadi alat yang berguna, perlu juga didampingi dengan pengetahuan dan

kemampuan bekerja seseorang secara efektif dalam situasi kepemimpinan yang baik.

Hal ini dianggap penting mengingat perencanaan bukan sebagai pengganti (substitusi)

kewenangan seorang pengelola. Kelemahan yang terjadi dalam perencanaan dapat

disebabkan dua hal penting berikut ini:

(36)

17

2. Karena perencanaan yang berlebihan.

Dari apa yang diuraikan di atas sudah dapat disimpulkan, mengapa perencanaan

terutama dalam suatu program menjadi penting. Pentingnya perencanaan program

pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya desakan masalah dalam berbagai aspek

yang harus ditangani melalui perencanaan. Sering sekali dibicarakan tentang

pelaksanaan program secara terpadu namun dalam kenyataannya banyak hambatan

sejak dalam perencanaannya instansi atau orang yang diharapkan terlibat ternyata tidak

diikutsertakan sejak awal perencanaan.Suatu program yang direncanakan terlalu padat

dan ketat menyebakan ketidakpastian akan pentingnya suatu program dilaksanakan.

Setelah diketahui perbedaan berbagai jenis perencanaan, perlulah dihayati penting

dan perlunya rencana bagi suatu organisasi atau lembaga pendidikan :

a. Rencana dapat meniadakan ketidakpastian masa datang dan dapat menanggulangi perubahan-perubahan.

b. Rencana telah digariskan tujuan organisasi sehingga kegiatan dapat dipimpin (difokuskan).

c. Rencana walaupun mahal tetapi ekonomis. d. Rencana merupakan dasar bagi pengawasan. e. Rencana harus fleksibel.14

Dengan adanya rencana program segala sesuatu yang tidak pasti pada waktu yang

akan datang telah diusahakan ke dalam situasi sekarang sehingga orang telah siap

terhadap kemungkinan perubahan yang timbul. Rencana mampu menghindari

kepentingan pribadi yang terjadi dalam suatu program sehingga terhindar dari

suboptimalisasi. Karena dalam perencanaan segala kegiatan terpusatkan untuk mencapai

tujuan bersama secara konsekuaen dengan biaya yang minimum. Tanpa rencana tidak

mungkin dilakukan pengawasan hasil kegiatan karena tidak ada dasar pembandingnya.

Dengan rencana orang dapat mengetahui hasil telah melebihi atau kurang dari yang

direncanakan. artinya rencana dapat berubah arah tanpa biaya lebih dalam mencapai

tujuan. Dengan demikian, rencana mengandung arti untuk ditinjau kembali dan direvisi

14

Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Management, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, Cet.I,

(37)

18

untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh situasi yang dihadapi di masa yang akan

datang.

F.

Tahapan-tahapan perencanaan Program

Dalam perencanaan pendidikan yang menjadi acuan perencanaan suatu program,

ada 6 tahap dalam proses perencanaan pendidikan yang disadur ke dalam perencanaan

program, yaitu:15

a. Tahap Pra Perencanaan-Perumusan Tujuan

Tahap pra perencanaan dalam suatu program harus dimulai dengan:

1) Pembentukan organisasi perencanaan yang sesuai, 2) penentuan prosedur perencanaan,

3) Reorganisasi struktural mengenai mesin administratif pendidikan untuk berpartisipasi dalam perumusan dan implementasi rencana,

4) Menentukan mekanisme dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data statistik dan lain-lainnya ynag diperlukan bagi perencanaan.

b. Tahap Perencanaan 1) Diagnosis

2) Perumusan kebijaksanaan

3) Perkiraan kebutuhan masa depan 4) Pembiayaan kebutuhan masa depan

5) Penentuan prioritas dan seperangkat sasaran (target) 6) Uji kelayakan.

c. Tahap Perumusan Rencana

d. Tahap Elaborasi Rencana 1) Programming

2) Identifikasi dan Perumusan Proyek

e. Tahap Implementasi Rencana

f. Tahap Implememtasi Rencana

g. Tahap evaluasi perencanaan

15

Ananda W.P Guruge, Proses Perencanaan Pendidikan, Surabaya:Surabaya Intelectual Club,

(38)

19

Sebelum dibentuknya sebuah perencanaan, dibutuhkan pra perencanaan

dalam merencanakan suatu program. Dengan membentuk program yang sesuai

dengan kebutuhan internal dan eksternal sekolah, menentukan prosedur

perencanaan program yang akan dibuat, mereorganisasi struktural yang ada

untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana program, dan

menentukan mekanisme serta mengumpulkan dan menganalisis data yang

diperlukan bagi perencanaan suatu program.

Pada tahap perencanaan, perumusan tujuan program harus dipastikan

memadai, relevan, dan mentangkan hasil yang baik bagi sekolah. Hal ini

dilakukan untuk mencocokkan output dengan tujuan program. Diagnosis

mengarahkan kita untuk mengidentifikasi kelemahan program, kualitas, serta

tingkat kemajuan suatu program. Kriteria diagnosis seperti relevansi, efektifitas,

dan efisiensi harus ada dalam sebuah program. Setelah dilakukan diagnosis,

perlu adanya perumusan kebijaksanaan dalam mengoreksi kerangka kerja

sehingga keputusan yang lebih rinci atas perubahan suatu program dapat

dilakukan. Setelah tujuan program dimodifikasi berdasarkan kebijakan,

perencanaan program harus memperkirakan kebutuhan sekolah di masa datang

untuk mengantisipasi kebutuhan. Langkah berikutnya dalam tahap perencanaan

adalah menetapkan biaya bagi kebutuhan masa depan. Perencanaan harus

mengetahui jumlah anggaran program agar semua kebutuhan program terpenuhi.

Kemudian menentukan prioritas dan sasaran dalam suatu program dalam

mencapai tujuan agar dapat menentukan alokasi biaya yang relevan dan efektif.

Sasaran-sasaran ditetapkan sesuai kebutuhan yang diidentifikasi dan

diprioritaskan sehingga mendapat perhatian yang serius.

Pada tahap perumusan rencana, telah kita ketahui tujuan perencanaan

terutama ada dua, yakni menyajikan seperangkat keputusan kepada mereka yang

secara nasional berwenang untuk persetujuan, dan menyiapkan suatu rencana

(39)

20

dalam melaksanakan keputusan-keputusan ini. Maksudnya para stake holder

sebagai penguasa yang berkepentingan memerlukan suatu pernyataan yang jelas

tentang program yang diusulkan, alasannya, serta penyesuaiannya dengan

memerlukan keterampilan tertentu, misalnya pernyataan harus singkat ringkas

dan memadai untuk dipahami.

Sebelum suatu rencana diimplementasikan perlu adanya penjabaran atau

elaborasi sehingga kegiatan dapat dirinci secara jelas. Implementasi rencana

program dimulai apabila perumusan program siap untuk dilaksanakan.

Menggunakan anggaran tahunan, sumber-sumber program (manusia, uang,

bahan) yang diperlukan dalam program, waktu yang telah ditentukan. Kemudian

mendelegasikan wewenang kepada setiapkepala program, membentuk

komunikasi dua arah dan memberikan umpan balik serta mekanisme kontrol

yang baik.

Pada tahap terakhir perencanaan terdapat evaluasi perencanaan. evaluasi

merupakan usaha berkelanjutan dan bersamaan dengan implementasi rencana.

Mempersiapkan laporan tahunan , tengah tahunan, atau separuh periode rencana.

Tahapan-tahapan di atas merupakan seperangkat kegiatan yang kompleks

dan berkaitan dalam membentuk proses perencanaan program untuk

mengembangkan suatu program selama periode yang telah ditentukan.

G.

Upaya-upaya Perencanaan Program

Agar perencanaan program dapat dilaksanakan secara realistis, maka

diperlukan upaya-upaya:

a. Penentuan pimpinan mengenai sejauhmana tingkat keterkaitan (atau hubungan) antara visi, misi, tujuan, sasaran, dana strategi utama sekolah dengan rencana program.

b. Koordinasi atas rencana program tidak perlu secara menyeluruh, akan tetapi cukup dilakukan terhadap program kerja yang memang penting saja, hal ini dilakukan untuk mengurangi kebebasan dan motivasi pegawai.

(40)

21

d. Setiap pimpinan unit memberikan kontribusinya dengan mengajukan rencana programnya masing-masing.

e. Harus diperhatikan agar jangan sampai suatu program kerja hanya merupakan suatu ekstrapolasi keadaan yang lampau akan tetapi yang lebih penting adalah yang berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang.

f. Rencana program dibuat dengan memperhatikan prioritas tinggi dan berdampak dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah.16

Adapun langkah-langkah yang telah disebutkan dapat diterapkan pada

perencanaan program bilingual di suatu sekolah. Bahwa kepala sekolah sebagai

stakeholder harus mampu menganalisa keterkaitan antara visi dan misi sekolah

dengan rencana program yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi

ketidakseimbangan, koordinasi kepada bawahan lebih bersifat kondisional sesuai

dengan program kerja yang dianggap penting, rencana program hendaknya

sederhana tidak bertele-tele, kaku, dan ruwet karena justru membuat

kompleksitas dalam sebuah program, setiap pimpinan seperti ketua program

bilingual memerikan kontribusi dengan merencanakan kegiatan dalam program,

sesuai dengan kebutuhan di masa yang akan datang, dan mempunyai prioritas

tinggi terhadap kemajuan sekolah dan keberhasilan pencapaian pemerintah.

H.

Komponen Struktur Program

Komponen struktur program ialah menetapkan struktur dan materi program

pendidikan. Struktur program pendidikan dalam hubungannya dengan

pencapaian tujuan lembaga pendidikan mencakup alokasi waktu yang diberikan

untuk setiap bidang studi dalam setiap minggunya.

Ada beberapa jenis struktur peogram pendidikan dalam kurikulum, yaitu:

a. Pendidikan umum (general education), program pendidikan yang bertujuan membinas siswa agar menjadi warga negara yang baik. Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh setiap siswa pada semua lembaga pendidikan dan tingkatannya.

16

Muhaimin,dkk, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

(41)

22

b. Pendidikan akademik (academic education), program pendidikan yang ditujukan untuk mencapai pembinaan intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin ilmu masing-masing.

c. Pendidikan Keterampilan, program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan anak sebagai bekal hidupnya di masyarakat. Sifat pendidikan ini temporer,

artinya sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan keperluan juga sifatnya efektif, artinya setiap siswa dapat memilih jalur keterampilan yang diinginkannya.

d. Pendidikan kejuruan (Vocational Education), bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang ditempuhnya. 17

Program bilingual di Indonesia terutama pada SMP Bhakti Mulya 400

termasuk ke dalam struktur program akademik dimana bahasa Inggris yang

merupakan bidang study yang dijadikan sebagai bahasa pengantar untuk

beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan dengan bahasa pengantar

tersebut. Ada beberapa manfaat yang didapat dalam mengadakan kelas bilingual

ini, selain mampu untuk menguasai akademik dan non akademik dengan baik

tetapi juga mampu berbahasa asing.

B.

Bilingual

1. Pengertian Bilingual

Pendidikan bilingual di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan baru

dalam menghadapi globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang

semakin berkembang di dunia. Pendidikan bilingual atau biasa disebut dengan

bilingual class telah diterapkan di beberapa sekolah internasional di Indonesia.

Bilingual dijadikan sebagai metode alternatif pembelajaran bahasa asing secara

aktif yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik.

Menurut Mackey kewibahasaan bukanlah gejala bahasa, tetapi merupakan

karakteristik penggunaannya. Mackey menjelaskan bahwa jika bahasa milik

17

(42)

23

kelompok, maka bilingualisme adalah kekayaan perorangan. Pemakaian

perorangan akan dua bahasa berarti adanya dua masyarakat yang berbeda.18

Pengertian bilingual (dwibahasa) itu sendiri relatif. Adapun kajian tentang

bilingualisme adalah sebagai berikut:

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bilingual dapat diartikan mampu

menggunakan bahasa lain sebaik atau hampir sebaik bahasa sendiri, dan mampu

menguasai dua bahasa. Bilingualisme diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan dua bahasa dengan sama atau hampir sama baik.19

Menurut Bloomfield, dwibahasa adalah menguasai dua bahasa seperti bahasa ibunya. Menurut Lado, dwibahasa secara populer diartikan sebagai kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya, secara teknis diacukan pada pengetahuan seseorang akan dua bahasa bagaimana pun tingkatnya.20

Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut

juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa

yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan

dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum,

bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur

dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.21

Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai

kedua bahasa itu. Pertama, bahasa asli (bahasa ibu) atau bahasa pertama

memegang peranan penting dalam perkembangan bilingualisme, dan yang kedua

adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Orang yang

dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam

bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk

menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut

juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya

ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga

18

Alwasilah, A. Chaedar., Pengantar Sosiologi Bahasa. (Bandung: Angkasa, 1993), hal. 106

19

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,

2002), edisi ke-2, hal.204 20

Op.cit, hal. 107 21

(43)

24

keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh

seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.22

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang

penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Seseorang

yang mampu menggunakan bahasa kedua secara baik dan lancar seperti ketika

berbicara bahasa pertama. Penggunaan bilingual di Indonesia telah digunakan di

beberapa sekolah Internasional, salah satunya di SMP Bhakti Mulya 400.

Biasanya bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam kelas

pada beberapa mata pelajaran yang dianggap relevan sehingga siswa

menggunakan dua bahasa dalam satu kelas. Penguasaan dua bahasa di dalam

kelas atau di suatu negara dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti

aslinya sangatlah sulit untuk diukur. Hal ini yang menjadi perhatian bahwa

bilingual merupakan alternatif pembelajaran bahasa asing di Indonesia.

Telah diketahui bahwa secara harfiah kedwibahasaan adalah kebiasaan

menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Dibawah ini adalah

pendapat-pendapat atau definisi tantang kedwibahasaan oleh para pakar ahlinya.

Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut :

a. Robert Lado, kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.

b. MacKey, kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual).

c. Hartman dan Stork, kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.

22

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka

(44)

25

d. Bloomfield, kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. e. Haugen, kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Pemakaian dua bahasa

secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.

f. Oksaar, kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. 23

Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa

kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh

seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bilingual

atau pendidikan bilingual adalah pendidikan yang menggunakan dua bahasa

sebagai media dalam proses pembelajaran. Di sekolah-sekolah Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional di Indonesia, program bilingual tidak diterapkan pada

semua mata pelajaran, tetapi hanya pada mata pelajaran tertentu dan hanya pada

kelas tertentu saja. Pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara

kontinuitas oleh seseorang atau lebih sering oleh seorang individu dalam suatu

kelas atau oleh masyarakat akan semakin membentuk kognitif serta kelancaran

Gambar

Tabel3.lJadwal Kegiatan... ......33
Gambar 4.2 Alur Perekrutan Guru..........
Gambar 2.1
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jangan sampai beranggapan bahwa masalah akademik sangat tidak penting, maka dari itu perlu adanya suatu sistem informasi dalam akademik yang dapat memudahkan dalam

awal.. siswa tidak hanya menerima suatu konsep yang diberikan oleh seorang guru, tetapi siswa ikut aktif dalam proses belajar sehingga siswa akan lebih banyak

Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (courisity) dan merupakan kebutuhan anak didik dalam suatu

Jadi, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa- siswi program akselerasi terdapat korelasi yang

Media pembelajaran yang tersedia di sekolah harus dapat dioptimalkan pemanfaatannya oleh guru, jangan sampai media pembelajaran tersebut sebatas hanya pajangan hiasan di

Kontinuitas jalannya proses produksi dalam perusahaan sangat penting, maka masalah pengendalian persediaan bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu

Dengan adanya kegiatan ini maka merupakan suatu kesempatan bagi pustakawan untuk meningkatkan diri bukan hanya sebagai petugas yang hanya melayani Pengguna saja tetapi

Harus diperhatikan juga bahwa kemampuan pemecahan masalah itu sendiri bukan hanya suatu tujuan dalam pembelajaran matematika, tetapi juga sesuatu hal yang sangat berarti dalam hidup