• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DI PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DI PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk menyelesaikan Program S1

Oleh:

Iswati

NIM: 11.1321.403

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PELITA BANGSA BEKASI

2017

(2)

1. Keluarga tercinta Bapak,ibu dan kedua adik 2. Kesayangan aku Mas Nano

3. Bapak Ibu Dosen yang selalu memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

(3)

NIM : 11.1321.403

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil karya sendiri yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program sarjana ini ataupun pada program lain. Karya ini adalah milik saya, karena itu pertanggungjawabannya berada dipundak saya. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia untuk ditinjau dan menerima sanksi sebagaimana mestinya.

Bekasi, 21 Agustus 2017

Iswati

NIM: 11.1321.403

(4)

Nama : Iswati

NIM : 11.1321.403

Angkatan/Kelas : 2013

Konsentrasi : Manajemen Produksi

Judul Skripsi : ANALISA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DI PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

Bekasi, 27 Agustus 2017 Dosen Pembimbing,

Ir.Kurbandi S.B.R.,MM NIDN: 04106046703

(5)

ISWATI NIM: 111.321.403

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada hari Tanggal bulan September 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai Skripsi Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) Pelita Bangsa

Ketua Tim Penguji Tanda Tangan

Nama:

NIDN:

………..

Anggota Penguji Tanda Tangan

Nama:

NIDN:

………..

Anggota Penguji Tanda Tangan

Nama:

NIDN:

………..

Menyetujui,

Kaprodi Manajemen, Ketua STIE Pelita Bangsa,

Hj.Surya Bintarti.,SE.,MM Ir.H.Moch .Mardiana.,MM

NIDN: 0423107203 NIDN: 0402086602

(6)

vi Oleh ISWATI NIM: 111.321.403

PT Supernova flexible packaging adalah salah satu perusahaan packaging terbesar di Indonesia. Hal ini mengharuskan PT Supernova flexible packaging untuk melakukan kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi agar mencapai keuntungan yang menjadi dasar tujuan perusahaan. Salah satu dari perencanaan dan pengendalian produksi yaitu perencanaan dan pengendalian bahan baku.

Banyaknya aktivitas produksi dan operasi yang dilakukan oleh Supernova flexible packaging mengharuskan perusahaan ini untuk melakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku agar PT Supernova flexible packaging tetap dapat eksis ditengah-tengah persaingan industry.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Produk yang dianalisis adalah produk Flexible packaging indomie goreng yang merupakan salah satu Produk yang memiliki jumlah permintaan paling banyak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis Material Requirement Planning (MRP) yang diawali dengan menganalisis jadwal produksi induk, struktur produk dan daftar kebutuhan bahan, serta diakhiri dengan menganalisis besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap bahan baku. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah peramalan permintaan dengan metode Trend Linear,Trend Curve model,Moving Average,single exponential smoothing,Double exponential smoothing dan Winter Exponential Smoothing dengan bantuan aplikasi minitab 16 , Material Requirement Planning (MRP), dan penentuan ukuran lot optimal dengan teknik Economic Order Quantity (EOQ),Lot for Lot (LFL)dan Part Period Balancing (PPB).

Setelah membandingkan keenam metode peramalan dihasilkan data bahwa dengan metode peramalanWinter Exponential Smoothing menghasilkan nilai error (MAPE) paling kecil yaitu 28%.Sedangkan untuk perencanaan materal menggunakan 3 metode MRP Lot for Lot, Economic Order Quantity dan Part periode balancing. yang menghasilkan biaya terendah untuk bahan baku Opp plain 855mm*20π dan Papercore 76mm*8mm*0280mm adalah metode MRP teknik Lot For Lot (LFL) dengan biaya persediaan Rp. 40.380.000 dan Rp. 600.000, sedangkan bahan baku Resin FC 9413 G menggunakan metode MRP teknik Part periode balancing (PPB) dengan biaya Persediaan Rp. 35.944.684.

Kata Kunci: Peramalan,MRP, EOQ,LFL,PPB

(7)

vii By ISWATI NIM: 11.1321.403

PT Supernova flexible packaging is one of the largest packaging companies in Indonesia. This requires PT Supernova flexible packaging to conduct production planning and control activities in order to achieve the benefits that become the basis of company goals. One of production planning and control is planning and controlling raw materials. The number of production and operation activities carried out by Supernova flexible packaging requires that this company to perform planning and control of raw materials so that PT Supernova flexible packaging can still exist in the midst of industry competition.

This research is a descriptive research. The product analyzed is Flexible packaging product of indomie goreng which is one of the products that have the most demand. The purpose of this research is to analyze Material Requirement Planning (MRP) which begins by analyzing master production schedule, product structure and material requirement list, and end by analyzing the amount of optimal order for each raw material. Source of data used in this research is secondary data. The data analysis method used is demand forecasting with Linear Trend method, Trend Curve model, Moving Average, single exponential smoothing, Double exponential smoothing and Winter Exponential Smoothing with minitab 16 application, Material Requirement Planning (MRP), and optimal lot size determination with Economic Order Quantity (EOQ), Lot for Lot (LFL) and Part Period Balancing (PPB) techniques.

After comparing the six forecasting methods, it is found that by forecasting method Winter Exponential Smoothing gives the smallest error value (MAPE) which is 28%. As for the materal planning use 3 MRP Lot for Lot method, Economic Order Quantity and Part balancing period. which produces the lowest cost for raw materials Opp plain 855mm * 20π and Papercore 76mm * 8mm * 0280mm is the method of MRP technique Lot For Lot (LFL) with inventory cost Rp. 40,380,000 and Rp. 600.000, while the raw material Resin FC 9413 G using MRP technique method Part period balancing (PPB) with cost Inventory Rp.

35.944.684.

Keywords:Forecasting, MRP, EOQ, LFL, PPB

(8)

viii

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DI PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Sarjana – Program Studi Manajemen STIE Pelita Bangsa.

Saya menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Kurbandi ST,MM, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir.H.Moch.Mardiana.,MM selaku ketua STIE Pelita Bangsa.

3. Ibu Surya Bintarti selaku Kaprodi Manajemen STIE Pelita Bangsa.

4. Karyawan PT Supernova bagian PPIC,Purchasing dan Accounting.

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Sarjana STIE Pelita Bangsa.

6. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa,dukungan dan dorongan semangat.

7. Mas Nano atas support dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari masih banyak keterbatasan pada susunan skriprsi sehingga kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan penulisan laporan penelitian dikemudian hari. Namun demikian, penulis tetap berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat berbagai pihak yang berkepentingan.

Bekasi, 21 Agustus 2017

Penulis

(9)

ix

SURAT PERNYATAAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku ... 8

2.1.1.1 Perencanaan Bahan Baku ... 8

2.1.1.2 Pengendalian Bahan Baku ... 8

2.1.1.3 Tujuan Pengendalian Bahan Baku... 9

2.1.1.4 Manfaat Pengendalian Bahan Baku... 11

2.1.1.5 Arti Penting Perencanaan dan pengendalian Bahan Baku 12 2.1.2 Persediaan ... 14

(10)

x

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan

Baku ... 20

2.1.3 Peramalan (Forecasting) ... 23

2.1.3.1 Teori Peramalan (Forecasting) ... 23

2.1.3.2 Beberapa Metode Peramalan ... 26

2.1.3.3 Diagnosa Model peramalan ... 34

2.1.3.4 Ketepatan Memilih Metode Peramalan ... 35

2.1.3.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan ... 36

2.1.4 Material Requirement Planning (MRP) ... 37

2.1.4.1 Definsi Material Requirements Planning (MRP) ... 37

2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP) ... 38

2.1.4.3 Input Sistem Material Requirements Planning (MRP) .... 41

2.1.4.4 Output Sistem Material Requirements Planning (MRP .. 43

2.1.4.5 Langkah Dasar Pengolahan MRP ... 44

2.1.4.6 Teknik Penentuan Ukuran Lot... 45

2.1.4.7 Format MRP ... 50

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 56

3.2 Tempat Dan Jadwal Penelitian ... 56

3.3 Kerangka Penelitian ... 57

3.4 Deskripsi Operasional Variabel Penelitian ... 58

3.5 Jenis dan Sumber Data... 58

3.6 Metode Pengumpulan Data... 59

(11)

xi

3.7.3 Material Requireement Planning ( MRP ) ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Sejarah Objek Penelitian... 61

4.2 Visi Perusahaan ... 62

4.3 Struktur Organisasi PT.Supernova Flexible Packaging ... 63

4.4 Kegiatan Operasional Obyek Penelitian ... 64

4.4.1 Bidang Usaha ... 64

4.4.2 Proses Produksi ... 64

4.4.3 Deskripsi Flexible Packaging Indomie Goreng Spessial ... 66

4.4.4 Deskripsi Proses dan Bahan baku yang digunakan ... 67

BAB V ANALISA DATA 5.1 Penentuan Struktur Produk Flexible Packaging Indomie goreng ... 69

5.2 Daftar Kebutuhan Produk (Bill Of Material)... 70

5.3 Data Permintaan Customer ... 71

5.4 Peramalan ... 72

5.5 Data Persediaan ... 76

5.6 Analisa Biaya Persediaan ... 77

5.7 Material Requirement Planning ... 78

5.8 Analisa Perbandingan Metode MRP Teknik EOQ,LFL dan PPB ... 96

BAB VI PRNUTUP 6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 104

(12)

xii

Tabel 2.2 Format MRP ... 50

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 52

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 56

Tabel 5.1 Bill of Materials flexible packaging indomie goreng per 3 roll ... 70

Tabel 5.2 Data Permintaan Flexible Packaging Indomie Goreng Juni 2015 -Juni 2017 ... 71

Tabel 5.3 Perbandingan hasil MAPE,MAD MSD ... 74

Tabel 5.4 Peramalan Permintaan Flexible packaging indomie goreng Spessial bulan Juli 2017 s/d Juni 2018 ... 75

Tabel 5.5 Master Production Schedules Flexible pacakaging Indomie Goreng Bulan Juli 2017 s/d Juni 2018 ... 76

Tabel 5.6 Data Persediaan Bahan Baku Flexible Packaging Indomie goreng .... 77

Tabel 5.7 Daftar harga bahan baku Flexible packaging indomie goreng ... 78

Tabel 5.8 Biaya persediaan ... 78

Tabel 5.9 Kebutuhan bersih flexible packaging indomie goreng spessial (Roll) 79 Tabel 5.10 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible Packaging Indomie Goreng Spessial bulan Juli 2017 (4919Roll) ... 80

Tabel 5.11 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible packaging indomie goreng spessial bulan Agustus 2017 (5.171 Roll) 80 Tabel 5.12 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible packaging indomie goreng spessial bulan sept 2017 (4049 Roll) ... 80

Tabel 5.13 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible packaging indomie goreng spessial bulan Okt 2017 (3447 Roll) ... 81

Tabel 5.14 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible packaging indomie goreng spessial bulan Nov 2017 (5498 Roll) ... 81

(13)

xiii

packaging indomie goreng spessial bulan Jan 2018 (4525 Roll) ... 82 Tabel 5.17 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible

packaging indomie goreng spessial bulan Feb 2018 (5103Roll) ... 82 Tabel 5.18 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible

packaging indomie goreng spessial bulan Mar 2018 (4688 Roll) ... 82 Tabel 5.19 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible

packaging indomie goreng spessial bulan April 2018 (5090 Roll) ... 83 Tabel 5.20 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible

packaging indomie goreng spessial bulan Mei 2018 (5746 Roll) ... 83 Tabel 5.21 Daftar Kebutuhan material (Bill of Material ) produk Flexible

packaging indomie goreng spessial bulan Juni 2018 (8833 Roll) ... 83 Tabel 5.22 Kebutuhan kotor OPP Plain 855mm*20mic bulan Juli 2017 s/d

Juni 2018 ... 84 Tabel 5.23 Kebutuhan kotor Resin Cosmoplene FC 9413 G bulan Juli 2017

s/d Juni 2018 ... 84 Tabel 5.24 Kebutuhan kotor Papercore 76mm*8mm*0280mm bulan Juli 2017

s/d Juni 2018 ... 85 Tabel 5.25Banyaknya pesanan,Quantitas pesanan, dan persediaan metode MRP

teknik EOQ ... 87 Tabel 5.26 Biaya persediaan bahan baku teknik EOQ ... 89 Tabel 5.27 Banyaknya pesanan,Quantitas pesanan, dan persediaan metode

MRP teknik LFL ... 90 Tabel 5.28 Biaya persediaan bahan baku teknik Lot For Lot ... 922 Tabel 5.29 Banyaknya Pesanan, Kuantitas pesanan dan persediaan metode

MRP teknik PPB ... 93

(14)

xiv

Tabel 5.32 Perbandingan biaya pemesanan metode MRP teknik EOQ, LFL

dan PPB ... 97 Tabel 5.33 Perbandingan biaya penyimpanan metode MRP teknik EOQ, LFL

dan PPB ... 97 Tabel 5.34 Perbandingan biaya persediaan metode MRP teknik EOQ, LFL

dan PPB ... 98 Tabel 5.35 Perbandingan biaya pembelian metode MRP teknik EOQ, LFL

dan PPB ... 99

(15)

xv

Gambar 3.1 Kerangka penelitian... 57

Gambar 4.1 Struktur organisasi PT.Supernova Flexible Packaging ... 63

Gambar. 4.2 Prosedur penerimaan barang dari supplier ... 65

Gambar 4.3 Alur Proses Produksi PT.Supernova Flexible Packaging ... 66

Gambar 4.4 Proses dan Bahan baku Flexible packaging indomie goreng Spessial ... 67

Gambar 5.1 Struktur produk Flexible Packaging Indomie goreng ... 69

Gambar 5.2 Plot Data Permintaan Flexible Packaging indomie goreng Juni 2015 – Juni 2017 ... 73

Gambar 5.3 Uji autokorelasi data permintaan... 75

(16)

xvi

Lampiran 2 : Hasil Peramalan metode Winter exponential Smoothing ... 108 Lampiran 3 : Perhitungan Biaya Penyimpanan ... 109 Lampiran 4 : Biaya persediaan bahan baku OPP PLAIN 855mm*20π dengan

metode MRP teknik EOQ ... 110 Lampiran 5 : Biaya persediaan bahan baku Resin Cosmoplene FC 9413 G

dengan metode MRP teknik EOQ ... 111 Lampiran 6 : Biaya Persediaan bahan baku Papercore 76mm*8mm*0280mm

dengan metode MRP teknik EOQ ... 112 Lampiran 7 : Biaya Persediaan bahan baku OPP PLAIN 855mm*20π

dengan metode MRP teknik Lot For Lot (LFL) ... 113 Lampiran 8 : Biaya Persediaan bahan baku Resin Cosmoplene FC 9413 G

dengan metode MRP teknik Lot For Lot (LFL) ... 114 Lampiran 9 :Biaya Persediaan bahan baku Papercore 76mm*8mm*0280mm

dengan metode MRP teknik Lot For Lot (LFL) ... 115 Lampiran 10 : Perhitungan EPP bahan baku OPP Plain 855mm*20mic ...

...1166 Lampiran 11 : Biaya Persediaan bahan baku OPP Plain 855*20π dengan metode

MRP teknik Part Periode Balancing ( PPB) ... 117 Lampiran 12 : Perhitungan EPP bahan baku Resin Cosmoplene FC 9413 G ...

...11818 Lampiran 13 : Biaya Persediaan bahan baku Resin Cosmoplene FC 9413 G

dengan metode MRP teknik Part Periode Balancing (PPB) ... 119 Lampiran 14 : Perhitungan EPP bahan baku Papercore 76mm*8mm*0280mm ...1200 Lampiran 15 : Biaya Persediaan bahan baku Papercore 76mm*8mm*0280mm

dengan metode MRP teknik Part Periode Balancing (PPB) ... 121

(17)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Setiap perusahaan berlomba untuk terus menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Ada tiga hal yang menjadi persaingan, yaitu harga, mutu, dan layanan (Price, Quality and Service)

Harga seringkali ditentukan oleh biaya, dan biaya adalah hasil penentuan serta pemilihan proses produksi perusahaan. Salah satu komponen biaya produksi yang tinggi ialah barang, baik barang langsung maupun barang tidak langsung. Ini termasuk pada manajemen barang atau material, yang lebih khusus lagi manajemen persediaaan. Dalam banyak hal, barang ini diperoleh dari tempat yang jauh, bahkan di impor dari negara lain. Di samping itu, penggunaan seringkali tidak teratur, baik frekuensi maupun jumlah dan jenisnya, sehinnga sebelum digunakan perlu di simpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan barang.

Barang persediaan (inventory) adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat- tempat penyimpanan lain. Tidak peduli perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biasanya biaya yang paling besar adalah nilai persediaan dan biaya penyimpanannya.

(18)

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk menperoleh laba (profit oriented), meskipun dalam dunia usaha ada juga perusahaan yang nirlaba (non profit oriented). Laba yang maksimal dapat dipakai dengan pengolaaan usaha yang dilakukan secara efisien dan efektif.

Suatu perusahaan pada umumnya melakukan aktivitas mengubah input menjadi output melalui proses dan disertai perubahan-perubahan yang tidak menentu dari lingkungan eksternal perusahaan. Kontinuitas jalannya proses produksi dalam perusahaan sangat penting, maka masalah pengendalian persediaan bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan, karena pengendalian bahan baku merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan operasi produksi perusahaan, di samping didukung oleh beberapa faktor lainnya kebijakan pengendalian yang sebaiknya dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang efektif dan efisien sangat tergantung pada kondisi dan jenis permintaan yang dihadapi.

Suatu sistem yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan bahan baku untuk produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau sistem perencanaan kebutuhan material. Sistem ini digunakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang bersifat dependent terhadap penyelesaian produk akhir. Dengan sistem MRP, dapat diketahui jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatumproduk di masa yang kan datang sehingga perusahaan dapat mengoptimumkan persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah jumlah persediaan tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit.

(19)

Berkaitan dengan investasi, investasi bahan bahan baku yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya biaya-biaya yang seharusnya tidak terjadi, misalnya biaya penyimpanan bahan baku, biaya kerusakan bahan baku selama penyimpanan dan keusangan bahan baku. Namun sebaliknya, investasi bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan terganggunya kelancaran proses akibat kekurangan bahan baku untuk diproses. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi rencana produksi tepat waktu.

PT Supernova flexible packaging adalah salah satu perusahaan packaging terbesar di Indonesia. Hal ini mengharuskan PT Supernova flexible packaging untuk melakukan kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi agar mencapai keuntungan yang menjadi dasar tujuan perusahaan. Salah satu dari perencanaan dan pengendalian produksi yaitu perencanaan dan pengendalian bahan baku. Banyaknya aktivitas produksi dan operasi yang dilakukan oleh Supernova flexible packaging mengharuskan perusahaan ini untuk melakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku agar PT Supernova flexible packaging tetap dapat eksis ditengah-tengah persaingan industri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian menyangkut masalah persediaan bahan baku, terutama akan mengulas tentang Material Requirement Planning (MRP) Adapun hasil penelitian dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisa Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku menggunakan Sistem Material Requirement Planning (MRP) di PT. Supernova Flexible Packaging”

(20)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana memperkirakan kebutuhan bahan baku flexible packaging indomie goreng periode yang akan datang pada PT. Supernova flexible packaging ?

2. Bagaimana melakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku pada PT. Supernova flexible packaging ?

3. Bagaimana menentukan biaya yang optimum dalam perencanaan kebutuhan bahan baku pada PT.Supernova flexible packaging ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Peramalan terbaik untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku flexible packaging indomie goreng periode yang akan datang pada PT. Supernova flexible packaging.

2. Melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku flexible packaging indomie goreng menggunakan metode Material Requirement Plannig (MRP) pada PT. Supernova flexible packaging.

3. Menentukan biaya yang optimum dengan menggunakan metode material requirement planning (MRP) teknik Lot sizing.

1.4. Batasan Masalah

Dalam batasan masalah ini perlu ditetapkan batasan-batasan dan asumsi agar langkah-langkah pemecahan permasalahan tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai yaitu:

(21)

1. Analisa dilakukan di PT.Supernova Flexible Packaging.

2. Jadwal induk produksi didasarkan pada hasil peramalan permintaan customer.

3. Produk yang dianalisa dalam penelitian ini adalah perencanaan bahan baku flexible packaging Indomie goreng.

4. Bahan baku yang di teliti adalah material Film,Resin dan papercore 5. Tehnik Lot Sizing yang dianalisa adalah Economic Order Quantity

(EOQ), Lot for Lot (LFL) dan Part Periode Balancing (PPB)

6. Harga dari bahan baku, ongkos pesan, dan biaya penyimpanan diasumsikan tetap selama kurun waktu perencanaan.

7. Tidak menganalisa persediaan pengaman (Safety stock)

8. Pengambilan data dilakukan 25 bulan mulai dari bulan Juni 2015 sampai Juni 2017.

1.5. Manfaat Penelitian Bagi Penulis

1. Penulis mampu merumuskan suatu penerapan sistem manajemen Material Requirement Planning (MRP).

2. Penulis mampu menganalisa sekaligus melihat tentang system pemesanan bahan baku dengan system Material Requirement Planning (MRP).

(22)

3. Sebagai bahan untuk perbandingan teori dan praktek tentang perencanaan kebutuhan persediaan sehingga dapat menambah wawasan yang sangat penting bagi penulis di masa yang akan datang.

Bagi Perusahaan

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah maupun kebijakan, terutama yang berhubungan dengan perencanaan kebutuhan bahan baku (proses persediaan) yang optimal dan penekanan biaya persediaan bahan seefisien mungkin.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi pembahasan secara garis besar mengenai penyusunan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan secara operasional. Oleh karena itu pada bagian ini akan menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

(23)

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran dan profil dari objek penelitian dari mulai sejarah struktur,kegiatan usaha dan sumber daya yang dimiliki.

BAB V HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang analisis data dan interpretasi data.

BABVI PENUTUP

Bab ini merupakan kristalisasi dari semua yang telah dicapai di pada magsing-masing bab sebelumnya tersusun atas kesimpulan dan saran.

(24)

8 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku 2.1.1.1 Perencanaan Bahan Baku

Perencanaan berfungsi agar kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan produksi dan operasi, serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien (Assauri, 2004).

Perencanaan bahan baku merupakan perencanaan tentang bahan baku apa dan berapa jumlahnya untuk memproduksi masing-masing produk yang akan segera diproduksikan pada periode mendatang (Ahyari, 2002).

Kegiatan perencanaan bahan baku dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecasts) bahan baku yang diperlukan berupa jenis dan jumlah untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan untuk menghasilkan produk pada waktu mendatang.

2.1.1.2 Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang

(25)

direncanakan, serta apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai (Assauri, 2004).

2.1.1.3 Tujuan Pengendalian Bahan Baku

Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka diperlukan suatu perencanaan yang efektif pula dengan tujuan sebagai berikut:

1. Agar jumlah persediaan bahan yang disediakan tidak terlalu sedikit juga terlalu banyak, artinya dalam jumlah yang cukup efisien dan efektif.

2. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara efisien dan efektif.

3. Implikasi penyediaan bahan baku yang efisien adalah kelancaran proses produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang memadai.

Secara khusus pengendalian persediaan bahan baku memiliki tujuan sebagai berikut menurut Sofjan Assaurii (2004) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

1. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.

(26)

2. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan terlalu besar.

3. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.

4. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.

5. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung.

6. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan.

7. Perlakuan khusus (jual kembali, retur, daur ulang, dan pemusnahan) terhadap barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang–barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.

8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

Tujuan pengendalian menurut Kumar dan Suresh (2008), ada beberapa tujuan dalam pelaksanaan pengendalian persediaan,yaitu:

(27)

1. Untuk memastikan pasokan produk yang cukup untuk pelanggan dan sebisa mungkin menghindari kekurangan produk.

2. Untuk memastikan bahwa investasi keuangan dalam persediaan minimum, yaitu untuk melihat bahwa modal kerja ditanam dapat seminimum mungkin.

3. Pembelian, penyimpanan, konsumsi dan akuntansi untuk bahan yang efisien merupakan tujuan penting.

4. Untuk mempertahankan pencatatan persediaan yang tepat waktu pada semua item dan untuk menjaga persediaan dalam batas-batas yang diinginkan.

5. Untuk memastikan tindakan tepat waktu untuk penambahan.

6. Untuk menyediakan persediaan cadangan untuk variasi lead time pengiriman bahan.

7. Untuk memberikan dasar ilmiah untuk perencanaan bahan jangka pendek dan jangka panjang.

2.1.1.4 Manfaat Pengendalian Bahan Baku

Kumar dan Suresh (2008) menjelaskan bahwa melalui praktek pengendalian persediaan secara ilmiah, berikut ini adalah manfaat dari pengendalian persediaan:

(28)

1. peningkatan hubungan pelanggan karena pengiriman barang dan jasa yang tepat waktu.

2. Produksi yang lancar dan tanpa gangguan dan, karena itu, tidak ada kekurangan persediaan.

3. Penggunaan modal kerja yang efisien. Membantu dalam meminimalkan kerugian akibat kerusakan, keusangan, dan pencurian.

4. Penghematan dalam pembelian.

5. Menghilangkan kemungkinan pemesanan duplikat.

2.1.1.5 Arti Penting Perencanaan dan pengendalian Bahan Baku

Sebelum perusahaan mulai melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku, sangat penting bagi perusahaan untuk memahami arti penting dari persediaan bahan baku itu sendiri, persediaan bahan baku berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Dengan adanya persediaan memungkinkan terlaksanakannya operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat diminimalkan atau dihilangkan sama sekali. Rangkuti (2007) juga menambahkan pentingnya persediaan, Krajewski dan

(29)

Ritzman (2007) menyebutkannya dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Layanan pelanggan, mengadakan persediaan dapat mempercepat pengiriman dan meningkatkan ketepatan waktu pengiriman.

Persediaan mengurangi potensi stockout dan backorder, yang merupakan perhatian utama dari pedagang besar. Stockout terjadi ketika item yang biasanya tersimpan tidak tersedia untuk memenuhi permintaan saat itu,mengakibatkan hilangnya penjualan.

Backorder adalah pesanan pelanggan yang tidak bisa dipenuhi ketika sudah dijanjikan atau diminta tetapi dipenuhi kemudian.

2. Pemanfaatan tenaga kerja dan peralatan.

Dengan membuat lebih banyak persediaan, manajemen dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan pemanfaatan fasilitas dalam tiga cara. Pertama, penempatan lebih besar,sedikit tingkat pesanan produksi mengurangi jumlah penyetelan yang tidak produktif, yang tidak menambah nilai suatu produk atau jasa.

Kedua, memiliki persediaan mengurangi kemungkinan penJadwalan ulang yang mahal dari pesanan produksi karena komponen yang dibutuhkan untuk membuat

(30)

produk yang tidak ada dalam persediaan. Ketiga, persediaan bangunan meningkatkan pemanfaatan sumber daya dengan menstabilkan tingkat output untuk industry ketika permintaan atau siklus musiman.

3. Pembayaran kepada pemasok.

Sebuah perusahaan sering dapat mengurangi jumlah pembayaran kepada pemasok jika dapat mentolerir tingkat persediaan yang lebih tinggi. Misalkan perusahaan belajar bahwa pemasok utama adalah untuk menaikkan harga. Mungkin lebih murah bagi perusahaan untuk memesan dalam jumlah besar dari pada yang biasanya dalam pengaruh keterlambatan kenaikan harga meskipun persediaan akan meningkat sementara."

2.1.2 Persediaan

2.1.2.1 Pengertian Persediaan

Menurut Eddy Herjanto (2016:237) Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku cadang suatu peralatan atau mesin.

Menurut Sofjan Assauri (2004) Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-

(31)

bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Menurut Mulyadi (2001) Persediaan adalah barang- barang yang dimiliki atau disimpan di perusahaan yang terdiri dari produk jadi,produk dalam proses,bahan baku,bahan penolong,bahan habis pakai,suku cadang,dsb yang dimaksudkan untuk dijual kembali.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2000:61) Persediaan adalah kekayaan lancar yang dimiliki perusahaan baik itu berbentuk persediaan bahan mentah atau bahan baku (raw material),barang setengah jadi (work in proses) dan barang jadi atau produk akhir ( finished goods ).

Menurut Hendra (2009) Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan untuk dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual.

Menurut Freddy Rangkuti (2002) Persediaan adalah Suatu asset lancer yang dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu

(32)

atau persediaan barang tersebut masih dalam pengerjaan atau proses (Work in proses) ataupun persediaan bahan baku (raw material) yang masih menungggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Berdasarkan definisi di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku yang disimpan dan dirawat dalam tempat persediaan agar selalu siap pakai memenuhi kebutuhan.

2.1.2.2 Jenis Persediaan

Menurut Eddy Herjanto (2010:238), persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

2. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.

3. Lot size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada

(33)

saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang rendah.

4. Pipeline Inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari/minggu.

Di samping persediaan menurut fungsi, persediaan itu dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu :

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yanng digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchase parts/komponent stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari

(34)

perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) yaitu persediaan barang- barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain.

(35)

2.1.2.3 Biaya Persediaan

Perencanaan dan pengendalian persediaan bertujuan untuk mendapatkan tingkat pelayanan dengan biaya yang minimum. Menurut Eddy Herjanto (2016; 240) biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Biaya Pemesanan adalah biaya yang ng dikeluarkan sehubungan dengan adanya kegiatan pemesanan bahan/barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang digudang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan barang

2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)

Inventory Carrying Cost adalah biaya-biaya yang berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. yang termasuk kedalam biaya ini antara lain biaya sewa gudang, biaya sewa pergudangan, gaji pelaksana pergudaaangan, biaya listrik, biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya asuransi, ataupun biaya kerusakan,

(36)

kehilanagan atau penyusutan barang selama dalam penyimpanan.

3. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost)

yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil) melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini merupakan biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan karyawaan.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku

Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun perusahaaan tetap berhati- hati dalam menentukan kebijakan persediaan. Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana perusahaan

(37)

menemukan dana yang dimiliki dalam persediaaan dengan cara yang seefektif mungkin.

Untuk melangsungkan kegiatan usaha dengan lancar maka kebanyakan perusahaan merasakan perlunya persediaan. Menurut Riyanto (2001) Besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi.

2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yangdirencanakan.

3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.

4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktuwaktu yang akan datang.

5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.

6. Harga pembelian bahan mentah.

(38)

7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.

8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.

Sedangkan fakor yang mempengaruhi jumlah persediaan bahan baku adalah Prawirosentono (2000) 1. Perkiraaan pemakaian bahan baku

2. Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode produksi tertentu.

3. Harga bahan baku

4. Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan.

5. Biaya persediaan

6. Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (order) dan biaya penyimpanan bahan gudang.

7. Waktu menunggu pesanan (lead time)

8. Tenggang waktu sejak peasanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang.

9.

(39)

2.1.3 Peramalan (Forecasting)

2.1.3.1 Teori Peramalan (Forecasting)

Menurut Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Peramalan digunakan untuk memperkirakan keadaan yang bisa berubah sehingga perencanaan dapat dilakukan untuk memenuhi kondisi yang akan datang. Perencanaan bisnis, target perolehan keuntungan, dan ekspansi pasar membutuhkan proses peramalan.

Ricky Martono (2015;161) menyatakan bahwa Peramalan adalah sebuah proses sebelum perencanaan yang bertujuan memperkirakan kondisi pasar dan permintaan konsumen (bisa konsumen akhir atau perusahaan yang dipasok bahan mentahnya) dimasa mendatang.

Eddy Herjanto (2016:78) menyebutkan bahwa peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:

1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian material, penjadwalan kerja,

(40)

jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup antara 3 sampai 18 bulan, misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan tenaga kerja tidak tetap.

3. Peramalan jangka panjang yaitu mencakup waktu lebih besar dari 18 bulan . Peramalan jangka panjang digunakan lebih besar untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).

Menurut Gaspersz (dikutip oleh Lindawati, 2003), pada dasarnya terdapat 9 langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen permintaan, yaitu :

1. Menentukan tujuan dari peramalan

2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan

3. Menentukan horison waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah, atau panjang

4. Memilih model-model peramalan

(41)

5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan

6. Validasi model peramalan 7. Membuat peramalan

8. Implementasi hasil-hasil peramalan

9. Memantau keandalan hasil-hasil peramalan.

Tujuan utama dari peramalan dalam manajemen persediaan adalah untuk meramalkan permintaan dari item- item independent demand di masa yang akan datang.

Penentuan horison waktu peramalan akan tergantung pada situasi dan kondisi aktual dari masing-masing industri manufaktur serta tujuan dari peramalan itu sendiri.

Bagaimapun juga, peramal harus memilih interval ramalan atau bagaimana mengembangkan suatu ramalan. Alternatif yang umum dipilih adalah menggunakan interval waktu : harian, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan. Dalam industri manufaktur, pemilihan waktu mingguan dimaksudkan untuk peramalan jangka pendek, sedangkan interval waktu bulanan untuk peramalan jangka menengah, dan interval waktu triwulan untuk peramalan jangka panjamg

Prinsip peramalan menurut Ricky Martono (2015;162) ada 4 yaitu :

(42)

1. Kesalahan Peramalan, Peramalan tidak pernah tepat (selalu salah, mengakibatkan error). Untuk itu diperlukan adanya pendekatan yang tepat memnimumkan eror tersebut dan bukan menyalahkan tidak berfungsinya peramalan bagi perusahaan.

2. Peramalan akan lebih akurat untuk product groups/product family,dan/atau kawasan yang luas.

3. Peramalan akan lebih akurat jika meramalkan untuk periode yang pendek ke masa depan dibandingkan meramalkan untuk jangka waktu yang lama.

4. Peramalan akan lebih akurat pada bagian perusahaan yang lebih dekat dengan konsumen.

2.1.3.2 Beberapa Metode Peramalan

Secara umum, model peramalan dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok utama, yaitu :

1. Peramalan yang bersifat subyektif (kualitatif)

Pada peramalan subyektif lebih menekankan kepada keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang dan institusi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Beberapa contoh dari pada peramalan obyektif

a. Metode Delphi

(43)

Metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Grup ini tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum untuk berdiskusi tetapi pendapat mereka diminta secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda secara significant dari ahli yang lain dalam grup akan ditanyakan kembali kepada yang bersangkutan.

Metode delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang.

b. Metode Penelitian pasar

Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu tehnik utama dalam penelitian pasar adalah survei konsumen. Informasi ini didapat dengan cara membuat kuisioner, telepon atau wawancara langsung. Dari hasil penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru.

2. Peramalan yang bersifat Obyektif (kuantitatif)

(44)

Peramalan metode kuantitatif merupakan peramalan yang mengikuti aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu peramalan kuantitatif juga mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang juga pada masa yang akan datang.

Metode ini sangat cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi dimana rangka pengendalian produksi dan pengendalian bahan baku seringkali perusahaan melibatkan item yang berbeda

Metode obyektif terbagi atas 2 metode yaitu : Metode Intrinsik dan Metode Ekstrinsik.

a) Metode Intrinsik (deret berkala/time series).

Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, dimana dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan bahan baku seringkali perusahaan melibatkan banyak item yang berbeda.

(45)

Metode intrinsik akan diwaliki oleh analis deret waktu.

Pada metode ini terdapat 4 komponen yang sangat mempengaruhi :

1. Trend atau kecenderungan (T)

Trend atau kecenderungan merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun atau konstan.

2. Siklus atau cycle (C).

Permintaan atau demand suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik biasanya lebih dari satu tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Pola ini dapat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang.

3. Pola musiman atau season (S).

Permintaan suatu produk umumnya fluktuatif tapi biasanya naik turun disekitar garis trend dan berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang dan hari raya besar keagamaan yang berulang secara periodik setiap tahunnya.

4. Variasi acak atau random ( R )

(46)

Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing atau competitor, promosi khusus, dan kejadian- kejadian lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan rangka menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila terjadi lonjakan permintaan.

b) Metode Ekstrinsik (metode kuantitatif regrese atau causal)

Dalam metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang dalam model peramalannya.

Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang atau long term forecasting karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode causal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu mahalnya biaya applikasi, sulitnya menyediakan informasi perubahan faktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik banyak

(47)

dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh metode regresi.

Ada beberapa tehnik metode peramalan kuantitatif. Yaitu

1. Metode rata-rata bergerak sederhana (simple moving avarage).

Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan tehnik moving average ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak dalam permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai data secara bersama-sama dengan menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang.

Disebut rata-rata bergerak karena begitu setiap data actual permintaan baru deret waktu tersedia, maka data waktu actual permintaan yang paling terdalulu akan dikeluarkan dari perhitungan.

2. Metode rata-rata bergerak dengan pembobotan (Weighted Moving Avarage – WMA).

(48)

Karena pada MA sederhana setiap data dianggap memiliki bobot yang sama, padahal lebih masuk akal bila data yang lebih baru akan memiliki bobot yang lebih tinggi karena data tersebut mempresentasikan kondisi terkahir yang terjadi.

Kelemahan tersebut akan diatasi dengan menggunakan tehnik WMA.

3. Pemulusan Exponential Smoothing.

Tehnik Exponential Smoothing ini diharapkan dapat mengatasi kelemahan tehnik moving average dalam hal kebutuhan data-data masa lalu yang cukup banyak. Metode ini memuluskan pengaruh random dalam suatu deret waktu, dan memberikan pembobotan yang lebih tinggi daripada data yang lebih baru dan pembobotan yang lebih rendah untuk data yang lebih lama.

4. Pemulusan Exponential dengan unsure Trend Linier.

Tehnik moving average dan exponential smoothing sederhana seperti yang telah dijelaskan didepan, hanya dapat diterakan bila data yang digunakan stationer. Bila data permintaan bersifat musiman dan memiliki trend atau kecenderungan maka dapat

(49)

diselesaikan dengan salah satu metode Exponential Smoothing yang biasa disebut dengan metode Winter. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemulusan exponential tunggal ini akan selalu mengikuti setiap trend data yang sebenarnya karena yang dapat dilakukan hanyalah mengatur ramalan yang akan datang dengan suatu prosentase kesalahan yang terakhir.

5. Pemulusan exponential dengan unsur musiman.

Pola-pola pada permintaan musiman merupakan karakteristik dari beberapa rangkaian permintaan seperti peningkatan permintaan bahan-bahan sembako pada musim lebaran atau peningkatan permintaan payung pada saat musim penghujan.

6. Metode Regresi Linier.

Dalam suatu metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum melakukan pengumpulan data dan hasil analisanya. Contoh yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah regresi linier sederhana dengan variabel pengaruh tunggal.

Analisa regresi bertujuan untuk meminimalisasi persamaan kesalahan diatas dengan memilih nilai a dan b yang sesuai.

(50)

7. Metode Regresi Kuadratik.

Peramalan ini juga digunakan untuk pola data dengan kecenderungan berbentuk kuadratik dari tiap periodenya.

Tabel 2.1 Metode Peramalan

Sumber Lindawati (Dalam Dwika 2010)

2.1.3.3 Diagnosa Model peramalan

Proses Diagnostik adalah mengevaluasi model apakah telah memenuhi syarat untuk digunakan. Evaluasi dilakukan dengan melihat apakah pada model terlihat adany Komponen data Metode yang dipakai

1. Acak  Simple Average

 Moving Average

 Single Exponential Smoothing

2. Trend dan Acak

 Double Exponential Smoothing

 Holt winter 3. Seasonal dan

AcakM.M

 Moving Average with Index Seasonal

4. Trend, Seasonal

 Multiplikatif Winter Exponential smoothing

5. Trend,

Seasonal, dan Acak

 Dekomposisi

(51)

autokorelasi dan residu sudah white noise, yaitu residu bersifat random dan berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah residu bersifat normal atau tidak, dapat dilakukan uji korelasi residu dengan uji Ljung-Box atau dapat dilihat pada grafik ACF residu. Jika pada grafik ACF tidak ada lag (bar) yang melebihi garis batas signifikansi (garis putus- putus), maka residu bersifat random.

Sedangkan untuk mengetahui apakah residu berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat pada grafik normal probability residu. Jika residu mengikuti garis diagonal , maka residu berdistribusi normal.

2.1.3.4 Ketepatan Memilih Metode Peramalan

Menurut Lindawati (2003) dalam melakukan peramalan terdapat sejumlah indikator untuk pengukuran akurasi peramalan, tapi yang paling sering dilakukan MAD (Mean Absolute Demand = rata-rata penyimpangan absolut), MAPE (Mean Absolute Percentage Error = rata- rata persentase kesalahan absolut), MSE (Mean Absolute Error = rata-rata kuadrat kesalahan). Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai MAD, MAPE, dan MSD semakin kecil. Dari ke tiga alat ukur tersebut MSD yang sering digunakan.

(52)

Menurut (Hartini;2002) pengertian dari MAD, MAPE, dan MSD, yaitu :

1. MAD yaitu rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya.

2. MAPE yaitu persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3. MSD yaitu penjumlahan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan.

2.1.3.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan

Verifikasi peramalan merupakan langkah yang sangat penting dibuat setelah melakukan peramalan sehingga hasil dari peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data dimasa lalu dan system sebab akibat yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang aktualisasi peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, maka

(53)

harus menggunakan metode lain yang lebih sesuai dimana validitas ditentukan dengan uji statistika yang sesuai.

2.1.4 Material Requirement Planning (MRP)

2.1.4.1 Definsi Material Requirements Planning (MRP)

Menurut Eddy Herjanto (2016;275) Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi

Menurut Ricky Martono (2015;136) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode menghitung material untuk produksi berdasarkan jenis,jumlah, dan waktu material yang dibutuhkan. Perhitungan MRP diturunkan dari perencanaan produksi (atau, master production schedule/MPS), kemudian dijabarkan menjadi kebutuhan material pembentuknya.

Heizer dan Render (2005) menyebutkan bahwa Material Requirement Planning (MRP) adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk, yang dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan.

(54)

Tampubolon (2004) menyebutkan Material Requirement Planning (MRP) merupakan komputerisasi sistem persediaan seluruh bahan yang dibutuhkan dalam proses konversi suatu perusahaan, baik usaha manufaktur maupun usaha jasa.

Kumar dan Suresh (2002) menyatakan bahwa Materials Requirement Planning (MRP) adalah teknik untuk menentukan kuantitas dan waktu untuk pembelian item permintaan dependent yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar yang dimaksud di atas, maka MRP dapat diartikan sabagai sebuah metode perencanaan dan pengendalian material (bahan baku, parts, komponen, dan subkomponen) yang terikat pada unit produksi yang akan dihasilkan, dengan menggunakan suatu sistem yang sudah terintegrasi.

2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Material Requirements Planning (MRP)

a. Tujuan Material Requirements Planning, Menurut Eddy Herjanto(2016;276) adalah :

(55)

1. Meminimumkan persediaan (inventory).

MRP menentukan sebarapa banyak dan kapan suatu item diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Produksi Induk.

2. Meningkatkan efisiensi.

MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Produksi Induk.

3. Mengurangi risiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman.

MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan item yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan komponen.

4. Komitemen yang realistis, dengan MRP jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.

Tujuan Material Requirement Planning (MRP) menurut Ricky Martono (2015;136) adalah:

(56)

1. Menentukan jenis Barang/material yang dibutuhkan, jumlah yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan, dan kapan barang harus dipesan.

Keseluruhan proses dituangkan kedalam table perencanaan material.

2. Memprioritaskan kebutuhan material terhadap perubahan jumlah demand dan kendala supply melalui eksekusi,expedite (mempercepat), de expedite (menunda) mengubah jumlah kebutuhan material atau waktu pemakaian material.

b. Manfaat Material Requirements Planning

Menurut Render dan Heizer (dikutip oleh Rovianty, 2007), manfaat dari MRP adalah :

1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen.

2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja.

3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik.

4. Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar.

5. Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada konsumen.

(57)

2.1.4.3 Input Sistem Material Requirements Planning (MRP) Menurut Chase, et al (dikutip oleh Rovianty, 2007), MRP memiliki tiga input informasi yang diperlukan, yaitu : 1. Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedules) /

MPS

Master Production Schedules adalah perencanaan dalam suatu fase yang menentukan berapa banyak dan kapan perusahaan merencanakan, membuat tiap akhir produk akhir. MPS dibuat dengan cara membagi rencana produksi total dalam bermacam-macam produk akhir yang akan dibuat, dimana hasil ramalan tersebut dipakai untuk membuat rencana produksi yang pada akhirnya dibuat rencana yang lebih terperinci atau rencana jangka pendek. Master Production Schedules merupakan proses alokasi untuk membuat sebuah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki.

2. Struktur Produk (Bill of Material) / BOM

Bill of Material merupakan daftar item yang diperlukan untuk membuat atau merakit satu unit produk jadi. BOM file berisi penjelasan yang lengkap atas produk, tidak hanya mencantumkan data mengenai bahan baku dan item tetapi juga mencantumkan mengenai urutan-urutan produksi. BOM juga sering disebut sebagai struktur

(58)

pohon produk (product structure tree) karena BOM ini menunjukkan bagaimana sebuah produk itu dibentuk oleh komponen-komponen. StruKtur produk ini menunjukkan berapa banyak setiap item dan bagian produk yang akan diperlukan, urutan perakitan bila strutur produk dimasukkan ke dalam master BOM, yang memperinci semua nama komponen, nomor identitas, nomor gambar, dan sumber bahan baik yang dibuat dalam perusahaan ataupun yang dibeli dari pihak luar.

Daftar komponen ini akan dirakit, sehingga master BOM juga merupakan suatu bentuk pemrosesan.

3. Catatan Daftar Persediaan (inventory records file) Catatan daftar persediaan merupakan catatan tentang persediaan item yang ada ada di gudang dan yang sudah dipesan tapi belum diterima. Catatan ini digunakan bila diperlukan dalam produksi. Isi catatan ini adalah nomor identifikasi, kuantitas yang tersedia, tingkat stok pengaman (safety stock), kuantitas yang telah direncanakan untuk produksi dan waktu tunggu pengadaan (procurement leadtime) untuk tiap item.

Catatan ini harus selalu up to date dengan cara melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi seperti penerimaan, pengeluaran, produk gagal

(59)

dan pemesanan, untuk menghindari adanya kekeliruan dalam perencanaan.

2.1.4.4 Output Sistem Material Requirements Planning (MRP) Menurut Wiranata (2002), rencana pemesanan merupakan output dari MRP yang dibuat atas dasar lead time dari setiap item. Lead time dari suatu item yang dibeli merupakan periode antara pesanan dilakukan sampai barang diterima, sedangkan untuk produk yang dibuat di pabrik sendiri, merupakan periode antara perintah harus dibuat sampai dengan selasai diproses. Secara umum output dari MRP adalah :

1. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan baik dari pabrik sendiri maupun dari supplier.

2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.

3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan.

4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

Output dari MRP dapat pula disebut suatu aksi yang merupakan tindakan atas pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.

(60)

2.1.4.5 Langkah Dasar Pengolahan MRP

Menurut Hartini (2002) empat langkah dasar dalam pengolahan MRP adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan kebutuhan bersih (Netting)

Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan kotor (GR) minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan di tangan (OH). Kebutuhan bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.

2. Penentuan ukuran lot (Lotting)

Langkah ini bertujuan untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Langkah ini ditentukan berdasarkan teknik lotting/lot sizing yang tepat.

Parameter yang digunakan biasanya adalah biaya simpan dan biaya pesan.

3. Penentuan ukuran pemesanan (Offsetting)

Langkah ini bertujuan agar kebutuhan item dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan dengan menghitung lead time pengadaan komponen tersebut.

4. Perhitungan level dibawahnya Explosion

(61)

Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item (komponen) pada tingkat yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia.

2.1.4.6 Teknik Penentuan Ukuran Lot

Menurut Heizer dan Render (2005), sebuah sistem MRP adalah cara yang sangat baik untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Bagaimana pun, ketika terdapat kebutuhan bersih, maka keputusan berapa banyak yang perlu dipesan harus dibuat. Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot (lot-sizing decision).

Ada beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran pesanan yang tetap,periode pemesanan yang tetap atau keseimbangan anatara biaya pengadaan dengan biaya penyimpanan.dalam penelitian ini beberapa metode penentuan ukuran lot yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Ecnomic Order Quantity (EOQ)

Menurut Heizer dan Render (2005), EOQ adalah sebuah teknik statistik yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rataan satutahun), sedangkan prosedur MRP mengasumsikan permintaan(dependen)

Gambar

Tabel 2.1  Metode Peramalan
Tabel 2.3  Penelitian Terdahulu  No  Nama, Tahun,
Gambar 3.1  Kerangka penelitian
Tabel 5.8  Biaya persediaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian terhadap persediaan bahan baku donat dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp

MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material atau bahan baku untuk membantu

Dengan adanya pengendalian yang baik dalam persediaan bahan baku, hal ini dapat membantu memperlancar proses produksi dan kontinuitas dari proses produksi

EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING PADA HOME.. INDUSTRY SARANA

Tujuan dari penelitian perencanaan bahan baku perlu operasi produksi juga berjalan lancar dan efisien, masalah yang disebabkan oleh kurangnya terencananya pengadaan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perencanaan persediaan bahan baku produksi yang tepat untuk menimalkan biaya persediaan yang dikeluarkan

Persediaan Bahan Baku (Raw Materials stock) yaitu persediaan dari barang- barang berwujud yanng digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari

Suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau metode