PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUKS
S
K
K
R
R
I
I
P
P
S
S
I
I
O
Olleehh::
SUDARMAJI
SUDARMAJI
0
0553322001100003344
J
JUURRUUSSAANNTTEEKKNNIIKKIINNDDUUSSTTRRII F
FAAKKUULLTTAASSTTEEKKNNOOLLOOGGIIIINNDDUUSSTTRRII U
UNNIIVVEERRSSIITTAASSPPEEMMBBAANNGGUUNNAANNNNAASSIIOONNAALL““VVEETTEERRAANN””
J
JAAWWAATTIIMMUURR
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUKOLEH :
SUDARMAJI
NPM : 0532010034
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang V Tahun Ajaran 2009 – 2010
Surabaya, 20 Mei 2010
Mengetahui,
Mengetahui Dosen Pembimbing I
Ir. Handoyo, MT NIP. 19570209 198903 1 001
Mengetahui Dosen Pembimbing II
Farida Pulansari, ST, MT NIP.27902 0440 201
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
skripsi dengan judul “PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)
DI PR. CENGKIR GADING NGANJUK)”.
Dalam penyusunan dan penulisan Laporan ini tentunya tidak terlepas
dari bimbingan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini, penyusun sampaikan terima kasih sebesar – besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin. MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
5. Bapak Ir. Handoyo, MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi
petunjuk sehingga dapat terselesainya penyusunan laporan ini.
ii
6. Ibu Farida Pulansari, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberi petunjuk sehingga dapat terselesainya penyusunan laporan ini
7. Bapak Ibu Dosen Teknik Industri yang terhormat, yang selalu memberikan
banyak ilmunya kepada saya.
8. Dan semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini, yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.
Amien…..
Surabaya, Juni 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
ABSTRAKSI... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Asumsi ... 4
1.5 Tujuan Penelitian... 4
1.6 Manfaat Penelitian... 4
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan... 7
2.1.1 Macam-macam Persediaan ... 8
2.1.2 Kegunaan Persediaan ... 9
2.1.3 Biaya-biaya yang berkaitan dengan persediaan ... 10
2.1.4 Peramalan (Forecasting) produksi... 11
2.1.4.1 Teknik Peramalan ... 12
2.1.4.2 Metode Peramalan ... 13
2.2 Perencanaan Kebutuhan bahan MRPMaterial Requirement Planning) ... 15
2.2.1 Input untuk sistem Material Requirement Planning... 16
2.2.2 Output untuk sistem Material Requirement Planning... 19
2.2.3 Syarat- syarat Pendahuluan ... 21
2.2.4 Unsur-unsur Perhitungan Material Requirement Planning (MRP) ... 22
2.2.5.1 Netting... 23
2.2.5.2 Lotting... 23
2.2.5.3 Ofsetting... 25
2.2.5.4 Explossion... 25
2.3 Penelitian Terdahulu... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 31
3.2 Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel ... 31
3.2.1 Identifikasi Variabel... 31
3.2.2 Definisi Operasional Variabel... 32
3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah... 33
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.5 Metode Pengolahan Data... 39
3.5.1 Jadwal Induk Produksi ... 39
3.5.2 Catatan Persediaan ... 39
3.5.3 Struktur Produk ... 40
3.5.4 Perhitungan Material Requirement Planning... 40
3.6 Analisa Data ... 41
3.7 Penarikan Kesimpulan... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data... 42
4.1.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009 ... 42
4.1.2 Data Inventory Ond Hand... 43
4.1.3 Struktur Produk (Bill Of Material)... 44
4.1.4 Lead Time... 45
4.1.5 Data Biaya Pengadaan Material ... 45
4.2 Pengolahan Data ... 46
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Metode Perusahaan... 46
4.2.2 Jadwal Induk Produksi ... 49
4.2.4 Perbandingan Total Biaya Antara Kebijakan Perusahaan Dengan
Metode MRP ... 56
4.3 Peramalan Produksi Tahun 2010... 57
4.3.1 Jadwal Induk Produksi 2010 ... 59
4.3.2 Perencanaan Persediaan Bahan Baku MRP Tahun 2010... 60
4.3 Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Produk ... 18
Gambar 2.2 Input untuk MRP ... 19
Gambar 2.3 Output dari MRP ... 20
Gambar 2.4 Sistem lengkap MRP... 21
Gambar 3.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) ... 34
Gambar 4.1 Struktur Produk ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Netting... 23
Tabel 2.2 Contoh Lotting dengan Lot for lot... 24
Tabel 2.3 Contoh lotting dengan FPR... 24
Tabel 2.4 Contoh lotting dengan FOQ... 24
Tabel 2.5 Contoh proses offseting ... 25
Tabel 2.6 Contoh eksplosion... 25
Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan MRP ... 40
Tabel 4.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009... 43
Tabel 4.2 Inventory On Hand... 43
Tabel 4.3 Bil Of Material... 44
Tabel 4.4 Lead Time... 45
Tabel 4.5 Biaya Pengadaan Material ... 45
Tabel 4.6 Data Permintaan Tahun 2009 ... 46
Tabel 4.7 Total Biaya Bahan Baku Perusahaan... 48
Tabel 4.8 Jadwal Induk Produksi Tahun 2009... 50
Tabel 4.9 MRP Bahan Baku Tembakau ... 52
Tabel 4.10 MRP Bahan Baku Saus... 53
Tabel 4.11 MRP Bahan Baku Cengkeh ... 54
Tabel 4.12 MRP Bahan Baku Kertas ... 55
Tabel 4.13 Total Biaya Metode MRP ... 56
Tabel 4.14 Perbandingan Total Biaya... 56
Tabel 4.15 Ramalan Produksi 2010 ... 59
Tabel 4.16 Jadwal Induk Produksi 2010... 59
Tabel 4.17 MRP Bahan Baku Tembakau ... 60
Tabel 4.18 MRP Bahan Baku Saus... 61
Tabel 4.19 MRP Bahan Baku Cengkeh ... 62
Tabel 4.20 MRP Bahan Baku Kertas ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran B Data Perusahaan
Lampiran C Perhitungan Metode Perusahaan 2009
Lampiran D Jadwal Induk Produksi – MRP 2009
Lampiran E Peramalan Produksi 2010
PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MENGGUNAKAN METODE MRP (Material Requirement Planning)
PR. Cengkir Gading Nganjuk
Sudarmaji
Abstrak
Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau penyediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi, yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu ( seberapa banyak dan kapan digunakan dalam produksi barang ).
Permasalahan yang terjadi di PR. Cengkir Gading ini adalah belum adanya perencanaan yang secara khusus dalam penyediaan bahan baku rokok, perencanaan penyediaan bahan baku rokok berdasarkan pesanan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga masih terjadi kekurangan atau kelebihan bahan baku.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk merencanakan kebutuhan persediaan bahan baku yang optimal menggunakan metode Material Requirement Planning. MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material atau bahan baku untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari bahan baku dan menjamin tercapainya jadwal produksi akhir, sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.
Dari perhitungan biaya bahan baku selama 2009, total biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 5.727.840.000,- lebih besar dari metode MRP yaitu sebesar Rp. 5.606.598.000,-. dengan menggunakan metode MRP perusahaan dapat mengurangi biaya hingga Rp. 121.242.000,- atau penghematan sebesar 2,1%. dan interval pemesanan dari 12 kali menjadi 6 kali selama setahun. Perencanaan kebutuhan persediaan bahan baku untuk 1 tahun mendatang menggunakan metode MRP adalah : bahan baku tembakau sebesar 74758 kg, bahan baku saus 5979 ltr, bahan baku cengkeh 37378kg,
dan bahan baku kertas 2595 dos. dengan total biaya pengadaan bahan baku Rp. 5.084.658.000,-.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan. Dalam proses produksi
perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai
keinginan konsumen. Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan kegiatan produksi. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi, maka harus
tersedia bahan baku. Oleh karena itu di dalam dunia usaha masalah bahan baku
merupakan masalah yang sangat penting. Agar jangan sampai terjadi
keterlambatan bahan baku, maka harus diadakan penentuan persediaan bahan
baku secara baik.
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan efesiensi dalam menghasilkan
produk yang berkualitas adalah dengan memfokuskan diri pada manajemen
persediaan. Dalam hal ini salah satu permasalahannya adalah masalah kebutuhan
bahan baku. Perusahaan sering melakukan kesalahan dengan kurang tepatnya
melakukan persediaan bahan baku untuk kebutuhan dalam menghasilkan
produk-produk industri. Hal ini mengakibatkan jalannya aktifitas industri menjadi
tersendat dan tidak dapat memproduksi produk dengan tepat waktu. Sebaliknya
apabila kebutuhan bahan baku yang terlalu berlebihan juga dapat mengakibatkan
PR. Cengkir Gading adalah perusahaan yang memproduksi beberapa jenis
rokok, antara lain : rokok kretek, dan klobot. Permasalahan yang terjadi di PR.
Cengkir Gading ini adalah belum adanya perencanaan yang secara khusus dalam
penyediaan bahan baku rokok, perencanaan penyediaan bahan baku rokok
berdasarkan pesanan yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, sehingga terjadi
kekurangan atau kelebihan bahan baku.
Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem yang dapat digunakan untuk
menangani masalah yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku agar proses
produksi berjalan lancar dan tidak terhambat dengan masalah bahan baku.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan bahan baku adalah
dengan metode Material Requirement Planning (MRP). MRP merupakan teknik
pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan
cara menjadwalkan kebutuhan akan material atau bahan baku untuk membantu
perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari bahan baku dan menjamin
tercapainya jadwal produksi akhir, sehingga bahan baku yang dibutuhkan dapat
tersedia sesuai dengan yang direncanakan.
Diharapkan dengan MRP perusahaan dapat mengatur jadwal secara teliti
terhadap persediaan bahan baku dan dapat direvisi bila terdapat perubahan pada
1.2 Perumusan Masalah
Fokus permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian kali ini adalah :
“Bagaimana merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku
di PR. Cengkir Gading?”.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, supaya pembahasan lebih terarah maka pembahasan
perlu dibatasi yaitu sebagai berikut:
1. Hal- hal yang berhubungan dengan masalah pengadaan bahan baku dianggap
selalu tersedia dan pembelian bahannya dilakukan oleh bagian departemen
pengadaan bahan baku
2. Biaya biaya yang digunakan diasumsikan tetap dan tidak dipengaruhi
kebijakan kenaikan (inflasi) dan penurunan (deflasi) harga.
3. Penelitian hanya pada bahan baku utama rokok kretek, yaitu tembakau,
cengkeh, saus, dan kertas.
4. Kapasitas gudang mencukupi dan dalam keadaan normal.
5. Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam, perang, dan
lain sebagainya.
6. Penelitian dilakukan pada Intern perusahaan dan tidak melibatkan konsumen.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perubahan kebijakan dari perusahaan yang bersifat sangat
signifikan sehingga dapat mempengaruhi penelitian ini.
2. Harga pembelian bahan baku tetap selama periode perhitungan dilakukan
3. Lead time diketahui pada masing-masing bahan.
4. Data dianggap valid
5. Bahan baku selalu tersedia pada saat perakitan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk merencanakan kebutuhan persediaan bahan baku yang optimal
menggunakan metode Material Requirement Planning.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari latar belakang yang telah dibahas diatas maka dalam penelitian ini
mempunyai manfaat yaitu :
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan
persediaan bahan baku pada perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami pembahasannya, maka laporan ini secara
sistematika adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menggambarkan secara garis besar Skripsi, meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah,
asumsi-asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian seperti
teori tentang persediaan barang, dan metode Material Requirement
Planning (MRP).
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, diagram
alir langkah-langkah pemecahan masalah, identifikasi variabel, metode
pengambilan data dan metode analisis data.
BAB IV : ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil dan pembahasan terhadap data-data yang telah
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari
hasil pemecahan persoalan dan saran-saran untuk bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
Menurut Suyadi Prawirosentoso (2000;65). bahwa : Persediaan (Inventory)
adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang digunakan dalam
rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan
akhirnya menjadi barang jadi.
Sofjan Assauri (1993) persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal, atau penyediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi, yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu ( seberapa banyak dan
kapan digunakan dalam produksi barang ).
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin
kelangsungan hidupnya. Untuk pengadaan persediaan ini dibutuhkan sejumlah
biaya dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan harus dapat
mempertahankan jumlah persediaan optimal yang dapat menjamin kebutuhan bagi
kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan
2.1.1 Macam-macam Persediaan
Seperti kita ketahui bahwa persediaan yang terdapat dalam perusahaan
industri dapat dikelompokkan atau dibedakan menurut jenis dan posisi barang
tersebut didalam urutan pengerjaan produk, yaitu ( Sofyan A, 1993 ) :
1. Raw Material Stock.
Yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam
proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk
diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi finished goods.
2. Work in Process / Progress Stock
Merupakan persediaan barang-barang hasil yang keluar dari tiap-tiap
bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu
bentuk baru tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang
jadi. Dengan kata lain, yaitu perantara yang belum berupa barang jadi, akan tetapi
masih mempunyai proses lebih lanjut lagi di pabrik sehingga menjadi yang sudah
siap untuk dijual pada konsumen.
3. Finished Goods Stock
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai di proses atau diolah
dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain. Jadi
barang jadi ini merupakan produk selesai dan siap untuk dijual. ( Teguh Baroto,
2.1.2 Kegunaan Persediaan
Persediaan diperlukan oleh perusahaan karena terdapat ketidaksesuaian
antara permintaan dan penawaran. Hal ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor
penyebabnya, diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor waktu, faktor
diskontinyuitas dan faktor ketidakpastian. Fungsi persediaan dapat juga dijelaskan
dari klasifikasi fungsionalnya. Berdasarkan klasifikasinya semua jenis persediaan
dapat digolongkan dalam kategori berikut ( Tersine, 1988 ) :
1. Working Stock
Merupakan persediaan yang dibeli atau disimpan sesuai dengan syarat
yang ada. Biasanya pemesanan dilakukan dalam jumlah yang cukup besar karena
bertujuan untuk menghemat order cost, holding cost dan merupakan syarat
minimum untuk pembelian dengan quantity discount.
2. Safety Stock
Persediaan yang digunakan untuk menghadapi perubahan-perubahan
tingkat penawaran dan permintaan pada masa mendatang.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan meningkatnya
permintaan pada waktu-waktu tertentu dan hal-hal yang menyebabkan proses
produksi berhenti.
4. Pipeling Stock
Persediaan yang terjadi karena adanya perpindahan material tersebut.
Yaitu material yang sedang diproses ataupun material yang dipindahkan dari satu
5. Decopling Stock
Merupakan persediaan yang diadakan antara stasiun kerja dengan satu
stasiun kerja lainnya, agar diantara stasiun kerja dengan stasiun kerja lainnya tidak
terjadi saling ketergantungan.
2.1.3 Biaya-biaya Yang Berkaitan Dengan Persediaan
Pengaturan persediaan bertujuan untuk menetapkan bahan baku, supplies
dan produk jadi dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dengan
mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam
persediaan dapat digolongkan menjadi:
1.Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
Adanya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material atau bahan
baku. Harga ini semakin murah jika jumlah barang yang dibeli semakin banyak.
2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan
bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di
gudang.
3. Biaya penyipanan (Holding Cost )
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk penyimpanan persediaan di gudang.
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul akibat tidak
2.1.4 Peramalan (forecasting) Produksi
Peramalan adalah prediksi, proyeksi atau estimasi tingkat kejadian yang
tidak pasti dimasa yang akan datang. Ketepatan secara mutlak dalam memprediksi
peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang adalah mutlak tidak mungkin
dicapai, oleh karena itu ketika perusahaan tidak dapat melihat kejadian yang akan
datang dengan pasti, diperlukan waktu dan tenaga besar agar dapat memiliki
kekuatan untuk menarik kesimpulan terhadap kejadian yang akan datang.
(Armand Hakim Nasution, 2003) Peramalan / forecasting adalah proses
untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi
kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan
dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa.
Seorang produsen yang ingin menyusun produk tertentu memerlukan data
tentang jumlah produk yang bersangkutan dari segmen pasar yang dilayani,
karena produsen tersebut bermaksud memproduksi dalam jumlah yang sesuai
dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut dianggap penting karena
memproduksi terlalu rendah (under demand) akan menimbulkan persoalan, yaitu
kehilangan untuk menjual (opportunity cost) yang berarti kehilangan kesempatan
untuk memperoleh laba.
Sebaliknya, apabila memproduksi terlalu banyak (over demand) bisa
mengakibatkan kesulitan dalam menjual dan akan menumpik digudang yang pada
akhirnya akan terjadi apa yang disebut dengan uang menganggur (idle money)
2.1.4.1 Teknik Peramalan
Untuk menghadapi beragamnya kebutuhan, beberapa teknik peramalan
telah dikembangkan untuk mempermudah dan mengakuratkan peramalan yang
akan dilakukan. Teknik peramalan yang ada sekarang ini secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu, metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi metode eret waktu (time series)
dan metode kausal. Metode kualitatif dapat dibagi menjadi metode eksplorasi dan
metode normatif. (Zulian Yamit, 1996)
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat yaitu :
1. Tersedianya data masa lalu
2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data numerik
3. Diasumsikan pola data masalalu berlaku sama pada masa yang akan datang.
Tujuan dari peramalan berdasarkan deret waktu adalah menentukan pola
data tersebut untuk masa yang akan datang. (Zulian Yamit, 1996)
Langkah penting dalam menentukan metode peramalan deret waktu yaitu
menentukan pola data masa lalu untuk menentukan pola deret waktu yang sesuai.
Empat jenis pola data yang ada yaitu :
1. Trend
Pola data trend menunjukan pergerakan secara lambat/ bertahap yang
cenderung meningkatkan atau menurun dalam jangka waktu yang panjang.
2. Seasonality (musiman)
Pola data musiman terbentuk jika sekumpulan data dipengaruhi faktor
3. Cycles (siklus)
Pada data siklus terjadi jika variasi data bergelombang pada durasi
lebih dari satu tahun. Fluktuasi siklus biasanya dipengaruhi oleh faktor politik,
perubahan ekonomi, dll.
4. Horisontal/ Stasionary/ Random Variation
Pola ini terjadi data berfluktuasi disekitar nilai rata- rata secara acak
tanpa membentuk pola yang jelas seperti pad musiman, trend, ataupun siklus.
2.1.4.2 Metode Peramalan
Berikut adalah metode-metode peramalan yaitu :
1. Rata- rata (Simple Average)
Metode rata-rata secara sederhana menghitung rataan dari data yang
tersedia. Persamaan dari metode ini adalah sebagai berikut:
2. Weight Moving Average
Istilah moving average menggambarkan prosedur jiak ada data yang baru,
rata- rata baru dapat dihitung dan data yang lalu dapat dihapus. Karakteristik
moving average yaitu peramalannya dipengaruhi oleh T periode masa lalu dan
data tiap waktu tetap.
3. Moving Average With Linier Trend
Metode ini akan efektif jika trend linier dan random errornya tidak terlalu besar.
4. Single Eksponential Smoothing
Persamaan eksponential smoothing dihitung berdasarkan hasil peramalan
5. Singel Eksponential Smoothing With Linier Trend
6. Double Eksponential Smoothing
7. Double Eksponential Smoothing With Linier Trend
8. Adaptive Eksponential Smoothing
Metode ini akan memulai dari sebuah penetapan smoothing konstan
(a).Dalam tiap- tiap periode, diperiksa dengan tiga nilai, yaitu: a-0.005, a, dan
a+0.005, membentuk F(t) dengan absolute error yang paling sedikit, kemudian
tetapkan nilai sebagai parameter smoothing baru.
9. Linier Regression
2.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan MRP (Material Requirement Planning)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau
prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi (JIP) dari barang
jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan JIP. MRP ini digunakan untuk
menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Induk
Produksi dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al.,
1994).
Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan
material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan
sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP) yang sama halnya dengan demand /
permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987)
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen
MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya
MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadwalan produksi. Sedangkan tujuan
dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk
mendukung jadwal induk produksi, mengendalikan persediaan, menjadwalkan
produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam
lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
MRP dirancang untuk membuat pesanan-pesanan produksi dan pembelian
untuk mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai
memelihara tingkat minimum dari item-item yang kebutuhannya dependen, tetapi
tetap dapat menjamin terpenuhinya jadwal produksi untuk produk akhirnya.
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai :
1. Bahan apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah bahan tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
Tujuan sistem Material Requirement Planning antara lain:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal
yang sudah direncanakan
2.2.1 Input Untuk Sistem Material Requirement Planning
Ada 3 input yang dibutuhkan oleh sistem Material Requirement Planning, yaitu :
a. Jadwal Induk Produksi (JIP)
JIP didasarkan pada peramalan atas permintaan yang tak tergantung
(independent demant) dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan
(sebagai perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi
agregat (sebagai perencanaan jangka sedang), yang pada akhirnya dibuat rencana
detail (jangka pendek) yang menentukan jumlah produksi yang dibutuhkan untuk
Rencana atas suatu JIP dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
Tahap 1 : Menentukan besarnya kapasitas atau kecepatan operasi yang
diinginkan. Perencanaan ini biasanya dilakukan pada tingkat agregat (dengan
mengoptimalkan keuntungan untuk bermacam-macam produk, berbagai macam
sifat sesuai dengan kapasitas yang dimiliki). Rencana kapasitas secara agregat ini
terutama diarahkan pada semua titik kritis atau potensial botlle neek.
Tahap 2 : Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan jumlah mesin
serta sifat yang diperlukan untuk penjadwalan. Pada tahap ini juga dilakukan
perencanaan atas sejumlah persediaan secara agregat yang juga harus disertakan
perencanaan kebutuhan akan persediaan pengaman untuk memelihara service
kepada konsumen.
Hal yang penting dalam perencanaan JIP adalah penentuan jumlah horizon
perencanaan (Planning Horizon), yaitu merupakan jumlah periode produk
termasuk perakitan ditambah lead time pembelian atas bahan untuk setiap produk
akhir yang dibuat.
b. Catatan Keadaan Persediaan
Catatan keadaan persediaan menggambarkan semua item yang ada dalam
persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan
perencanaan. Pencatatan-pancatatan itu harus dijaga up to date, dengan selalu
melakukan pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi. Seperti
harus diisi data tentang lead time, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan
cadangan dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item.
c. Struktur Produk
Struktur produk berisis informasi tentang hubungan antara
komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalampenentuan
kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Lebih jauh lagi, struktur produk
memberikan informasi tentang semua item-item seperti nomor item, jumlah yang
dibutuhkan pada setiap perakitan, jumlah produk akhir yang harus dibuat.
Gambar 2.1 Struktur Produk ( Teguh Baroto, 2002 )
Selain itu ada input tambahan untuk sistem MRP, yaitu :
a. Pesanan komponen dari perusahaan lain yang membutuhkan.
Misalnya pesanan dari service part, pesan antar perusahaan, original
manufaktur yang memesan serta menggunakan produk tersebut.
Menyangkut komponen-komponen yang dibutuhkan namun berada diluar
sistem MRP dapat dibuat program khusus yang akan melengkapi sistem MRP,
misalnya dengan kombinasi teknik peramalan statistik. Jumlah dari hasil
ramalan ditambahkan pada kebutuhan kotor pada sistem MRP.
Peramalan
Gambar 2.2 Input untuk MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.2 Output Dari Sistem Material Requirement Planning
Rencana pemesanan merupakan output dari sistem MRP yang dibuat atas
dasar lead time dari setiap komponen. Lead time dari suatu item yang dibeli
merupakan periode antara pemesanan dilakukan sampai barang diterima (on
hand), sedangkan untuk produk yang dibuat di pabrik sendiri merupakan periode
antara perintah item harus dibuat sampai dengan selesai di proses.
Ada 2 tujuan yang dicapai dengan adanya rencana pemesanan, yaitu :
a. Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah
Secara umum output dari sistem MRP adalah :
a. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan
(direncanakan) baik dari pabrik sendiri maupun dari supplier
b. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang
c. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan
d. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan
Output dari MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan tindakan
atas pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
Pemesanan pembelian
Rencana pemesanan (Aksi)
Pesanan kerja
Pembatalan pesanan Sistem
MRP
Penjadwalan kerja
Gambar 2.3 Output dari MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
Pada gambar dibawah ini menunjukkan sistem MRP secara lengkap yang
mencakup input dan outputnya. Pada gambar tersebut nampak bahwa MRP
mampu mengolah input menjadi output yang dibutuhkan untuk pengendalian dan
Peramalan
Gambar 2.4 Sistem lengkap MRP ( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.3 Syarat-syarat pendahuluan
Syarat pendahuluan dari sistem MRP yang standar adalah :
a. Ada dan tersedia JIP, dimana terjadi jadwal rencana dan jumlah pesanan dari
item produk.
b. Item tersedia mempunyai identifikasi khusus.
c. Tersedianya struktur produk pada saat pesanan.
d. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang menyatakan.
2.2.4 Unsur-unsur Perhitungan Material Requirement Planning (MRP)
Unsur-unsur perhitungan MRP adalah sebagai berikut :
1. Gross Requirement (GR)
Jumlah permintaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan pada suatu
tingkat (level) diatasnya.
Kebutuhan kotor untuk terakhir ditunjukkan oleh JIP, sedangkan kebutuhan kotor
untuk item lainnya diperoleh dari rencana tingakat atasnya.
2. Scheduled Receipst (RS)
Rencana penerimaan yang telah dijadwalkan dan diharapkan datang pada
periodeyang dijadwalkan.
3. Project On Hand (POH)
Jumlah persediaan dari item yang ada saat ini.
4. Net Requirement (NR)
Kebutuhan bersih bahan baku yang harus dipenuhi sesuai denan jadwal.
Kebutuhan bersih ini diperoleh dari kebutuhan kotor yang telah dikurangi dengan
kebutuhan yang tersedia.
5. Planned Order Receipst
Jumlah yang akan diterima dari pemesanan yang direncanakan, sesuai
dengan lot size yang telah ditetapkan.
6. Planned Order Releases
Kapan sejumlah order harus dilakukan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan komponen oleh komponen induknya sesuai dengan lead time
2.2.5 Langkah-langkah dasar Sistem MRP
Setelah semua persyaratan serta asumsi diperoleh dengan baik, langkah
selanjutnya adalah pengolahan dengan sistem MRP, yaitu :
2.2.5.1 Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan
bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan yang ada dalam persediaan yang sedang dipesan. Data yang diperlukan
dalam proses netting adalah :
- Kebutuhan kotor untuk setiap periode
- Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan
- Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan
Tabel 2.1 Contoh Netting
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Kebutuhan kotor 25 30 20 15 90
Jadwal penerimaan 40
Persediaan di tangan = 25 25 0 40 10 10 0 0 0
Kebutuhan bersih 10 15 0 25
( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.5.2 Lotting
Lotting adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang
optimal berdasarkan pada hasil perhitungan netting. Beberapa teknik dari proses
a. Teknik Lot For Lot (LFL)
Teknik menggunakan konsep pemesanan yang dilakukan dengan
pertimbangan minimasi dari ongkos simpan. Biasanya digunakan untuk jenis item
yang mempunyai harga/unit sangat mahal, juga pada kebutuhan yang bersifat
samadengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu periode (kebutuhan bersih).
Tabel 2.2 Contoh Lotting dengan Lot for lot
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah pesan 75 75 75 75 75 75
Persediaan 55 5 20 15 50 10 45 60
( Teguh Baroto, 2002 )
b. Teknik Fixed Period Requirement (FPR)
Teknik ini mengembangkan konsep pemesanan dengan interval tetap,
tetapi jumlah yang dipesan bervariasi. Jumlah yang dipesan merupakan
penjumlahan dari permintaan pada periode-periode yang tercakup.
Tabel 2.3 Contoh lotting dengan FPR
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Teknik ini menggunakan kuantitas pemesanan yang tetap, dimana ukuran
kuantitas pemesanan adalah sama.
Tabel 2.4 Contoh lotting dengan FOQ
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan bersih 20 50 60 80 40 40 40 60
Jumlah pesan 100 100 100 100
Persediaan 80 30 70 90 50 10 70 10
2.2.5.3 Offsetting
Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana
pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan
diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang
diinginkan dengan besarnya lead time.
Tabel 2.5 Contoh proses offseting
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Ukuran lot 10 15 25
Rencana pemesanan 10 15 25
( Teguh Baroto, 2002 )
2.2.5.4 Explosion
Explosion merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat
yang lebih bawah, didasrkan atas rencana pemesanan dan struktur produk.
Tabel 2.6 Contoh eksplosion
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Total
Kebutuhan kotor 7 25 20 15 12 10 89
Jadwal penerimaan
Persediaan di tangan 3 -22 -42 -57 -69 -79
Kebutuhan bersih 22 20 15 12 10 79
2.3 Penelitian terdahulu
1. Rovianty, Andi Novi ; 2007-03 ; Analisis Penerapan Material
Requirement Planning (MRP) dalam Upaya Mengendalikan
Persediaan Bahan Baku Daging Pada Long Horn Steak & Ribs
Ringkasan :
Pada Long Horn Steak & Ribs, proses pengendalian persediaan bahan
baku berdasarkan atas adanya pesanan dari konsumen dan melakukan
pemesanan rata-rata 88 kali setiap bulannya untuk 14 jenis daging yang
berbeda. Biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan
adalah Rp 304.585.650,-.
Dengan menerapkan metode Material Requirement Planning dalam
mengendalikan persediaan bahan baku maka harga yang dikeluarkan adalah:
Metode Lot-For-Lot : Rp 280.145.850,- Metode Economic Order Quantity :
Rp 295.533.893,- Metode Least Total Cost : Rp 298.494.275,- Metode Least
Unit Cost : Rp 298.346.725,- Dari semua metode di atas, hasil analisa
menggambarkan bahwa metode Least Total Cost atau Least Unit Cost baik
untuk diterapkan dalam perusahaan, karena dengan kedua metode ini,
perusahaan akan mengurangi biaya persediaan sampai Rp 6.091.375,- atau
Rp 6.238.925,-. Artinya metode ini baik dijalankan di perusahaan karena
hasilnya dapat menghemat jumlah biaya persediaan bahan baku yang timbul
dalam biaya yang di anggarkan pada biaya produksi perusahaan dan juga
sesuai dengan tujuan dan maksud yang telah dijabarkan dalam sistem MRP
terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, permintaan,
penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk dalam
menentukan kebutuhan bahan bakunya.
2. Verry Fahrudin ; 2010 ; Penerapan material requirement planning
pada pengendalian persediaan bahan baku dan pengaruhnya terhadap
minimasi biaya persediaan ( Studi Pada PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri Surakarta)
Ringkasan:
PT. Tiga Serangkai Pustaka mandiri Surakarta yang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dan penerbitan buku,
pada kenyatannya sistem perencanaan persediaan yang telah diterapkan
perusahaan belum optimal. Penelitian ini menggunakan metode MRP dan
MRP II. Sebagai langkah awal dilakukan dianalisa dengan metode MRP
untuk mengetahui kebutuhan akan bahan dalam periode tertentu yang sudah
ditetapkan, kemudian dilanjutkan dengan penentuan ukuran lot produksi
yang berguna untuk meminimalkan biaya, selanjutnya dengan MRP II
dianalisa sesuaikah jadwal produksi hasil dari penentuan lot dengan
kapasitas yang diimiliki perusahaan kemudian dilanjutkan dengan
penjadwalan rencana produksi agar rencana produksi yang telah
direncanakan dengan MRP dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Dari hasil analisis dengan menggunakan metode MRP, diperoleh biaya
kecil, yaitu Rp 5.979.000,00. Sehingga terdapat penghematan Rp. 2.495.000
jika menggunakan MRP. Dengan menggunakan metode MRP perusahaan
dapat meminimasi biaya persediaan bahan baku. Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa MRP merupakan metode yang memiliki kemampuan
meminimisasi biaya persediaan. Saran yang dapat diberikan pada
perusahaan adalah sebaiknya perusahaan melakukan perencanan produksi
dan perencanaan kebutuhan material sebelum memulai proses produksi, agar
proses produksi dapat berjalan dengan efektif, efisien dan tepat waktu serta
sesuai dengan kapasitas yang dimilki perusahaan. Dalam penentuan lot
sizing sebaiknya perusahaan menggunakan pendekatan PPB karena metode
ini menghasilkan total biaya yang paling rendah Perusahaan bisa
menetapkan kebijakan persediaan pengaman yang optimum untuk
menghindari keterlambatan dan kehabisan bahan.
3. Ben Hardy Saragih ; 2006 ; Perancangan Aplikasi Material
Requirement Planning (MRP) Dengan Metode Lot Sizing Dinamik
Wagner-Within Untuk Merencanakan Kebutuhan Material Solar
Home System 50 Wp (SHS) di PT. LEN industri
Ringkasan :
PT.LEN INDUSTRI yang bergerak dalam industri manufaktur
dengan karakteristik pasar yang dinamis mengakibatkan seringnya terjadi
perubahan rencana produksi dalam setiap periode pemesanan, disamping itu
berkaitan menyebabkan waktu dan jumlah kebutuhan setiap komponen
berbeda-beda menurut ketergantungan jenis komponen yang satu dengan
yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan sulitnya merencanakan kebutuhan
akan material yang optimal dan sistem pengadaan material juga masih
dilakukan secara tradisional yang tidak selalu mampu mengatasi
permasalahan yang ada, sehingga sering sekali terjadi penumpukan barang
dan disisi lain terkadang sampai terjadi kekurangan bahan-baku (stockout).
Oleh karena hal tersebut maka diperlukannya suatu sistem manajemen
perencanaan material yang mampu memberikan informasi tentang harga,
waktu serta jumlah lot pemesanan kebutuhan bahan baku yang optimal,
untuk meminimasi biaya yang dikeluarkan.
Hal yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan
penerapan Material Requirements Planning (MRP). Sistem MRP ini
melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan
memperhatikan hubungan antara bagian meterial sehingga dapat
meningkatkan efektifitas dalam menentukan kebutuhan tiap bahan baku.
Sistem MRP terdiri dari empat tahapan yaitu netting, lotting, offsetting dan
exploding. Pada perhitungan jumlah lot pemesanannya (lotting)
menggunakan Algoritma Wagner-Whitin yang sesuai dengan karakteristik
permintaan yang dinamis yang dapat digunakan untuk menentukan
kebijakan pengendalian biaya minimum dalam seluruh rentang periode
produksi, sehingga terbentuk suatu rencana kebutuhan material yang mampu
tepat untuk menunjang kelancaran produksi. Seluruh tahapan tersebut
menggunakan aplikasi perangkat lunak sebagai alat bantu untuk
mempermudah proses perhitungan yang ada.
Aplikasi yang ada memungkinkan perhitungan dengan cepat, dan
mampu memberikan informasi output yang dihasilkan secara cepat untuk
proses pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan material. Dari hasil
perhitungan, penggunaan MRP dengan lot sizing algoritma wagner-within
dapat meminimasi jumlah kebutuhan bahan baku sebesar 10,4% untuk
tingkat produksi assembly dan sub-assembly sedangkan untuk komponen
dasar sebesar 10,1% dari kondisi existing, hal ini mengakibatkan
peminimasian biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan bahan baku
dengan jumlah total sebesar Rp185,998,095.67 atau sebesar 23,32% dari
perhitungan dengan perencanaan kebutuhan material existing perusahaan.
Oleh karena itu, sistem Management Requirement Planning (MRP) dengan
metode lot-sizing Wagner-Within dalam perencanaan kebutuhan material
lebih baik dibandingkan dengan perencanaan kebutuhan material awal
perusahaan, disamping itu penggunaan aplikasi terbukti memberikan banyak
mamfaat dalam proses perhitungan dibandingkan perhitungan secara manual
yang dilakukan oleh perusahaan. Namun untuk keputusan akhir diperlukan
pertimbangan yang matang berdasarkan kebijakan pihak PT LEN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian kali ini dilakukan di Perusahaan Rokok Cengkir Gading yang
terletak di Jln. Bengawan solo II/4 Desa Ringin Anom, Kec. Nganjuk, Kab.
Nganjuk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Desember 2009 sampai
dengan selesai.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penyelesaian permasalahan perencanaan persediaan bahan baku di
PR. Cengkir Gading Nganjuk, maka perlu diketahui variabel-variabel yang akan
digunakan, antara lain:
3.2.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel Terikat
- Perencanaan Persediaan bahan baku.
b. Variabel Bebas
1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
3. Biaya penyimpanan (Holding Cost )
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
3.2.2 Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Terikat
- Perencanaan Persediaan bahan baku.
Yaitu membuat suatu perencanaan kebutuhan material atau bahan
baku untuk mengatur persediaan bahan baku sesuai jadwal yang
direncanakan.
b. Variabel Bebas
1. Biaya Pembelian ( Purchase Cost).
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material atau bahan
baku.
2. Biaya Pemesanan (Order / Setup Cost)
Adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan
sampai tersedianya barang di gudang.
3. Biaya penyimpanan (Holding Cost )
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
penyimpanan persediaan di gudang.
4. Biaya kekurangan persediaan (Shortage Cost/Stock-out Cost)
adalah biaya yang timbul akibat tidak tersedianya bahan/barang
pada waktu diperlukan.
5. Lead time Ordering tiap bahan baku
Adalah jarak waktu atau waktu tunggu antara pemesanan sampai
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Langkah-langkah pemecahan permasalahan diperlukan sebagai pedoman
pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sistematis dan
terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat
mulai
Survei Lapangan Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) Pengumpulan Data :
* Data Produksi rokok tahun 2009 * Inventory On Hand
* Struktur Produk (Bil Of Material)
*Data Lead Time
* Data biaya pengadaan bahan baku
Identifikasi Variabel
Perencanaan persediaan bahan baku
metode perusahaan 2009 Jadwal Induk Produksi 2009
Perencanaan persediaan bahan baku metode MRP 2009
Perhitungan biaya metode perusahaan (TC1)
Perhitungan biaya metode MRP (TC2)
Penjelasan Flow Chart Pemecahan Masalah
1. Mulai
Langkah awal penelitian dalam menentukan topik permasalahan
2. Survei Lapangan / Studi Pendahuluan
Survei lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi.
Pada langkah ini dilakukan survei terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk
memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan permasalahan yang ingin
diangkat.
3. Studi Pustaka
Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian di tuangkan
dalam kebutuhan riil sistem yang telah di identifikasi pada survei lapangan.
Literatur bersumber dari buku, jurnal penelitian, text book dan juga dari penelitian
mahasiswa yang telah lulus.
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah di susun berdasarkan latar belakang yang ada.
Kemudian di tentukan metode yang tepat dalam penyelesaian massalah tersebut.
5. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan permasalahan dan menentukan studi kasus yang
diangkat dalam penelitian, maka langkah selanjutnya menentukan tujuan
penelitian.
6. Identifikasi Variabel
7. Pengumpulan Data
Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan
penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu: Data Produksi rokok kretek
tahun 2009, Inventory On Hand, Struktur Produk (Bill Of Material), Data Lead
Time dan Data Biaya Pengadaan Bahan Baku.
8. Perencanaan Persediaan Bahan baku Metode Perusahaan Tahun 2009
Pada bagian ini berisi perencanaan persediaan bahan menggunakan
metode perusahaan.
9. Total Cost Perusahaan (TC1)
Bagian ini menghitung Total Cost perusahaan berdasarkan kondisi riil
yang diterapkan oleh perusahaan tahun 2009.
10. Jadwal Induk Produksi 2009
Jadwal induk produksi didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan data
produksi tahun 2009 dan breakdown struktur produk.
11. Perencanaan persediaan bahan baku metode MRP 2009
Prosedur MRP diawali dengan input berupa Jadwal Induk Produksi,
Catatan Inventory, Struktur Produk (Bill Of Material). Setelah itu, output MRP
berupa Netting, Lotting, Ofsetting dan Explosion
12.Total Cost Dengan Metode MRP (TC2)
Pada bagian ini menghitung Total Cost perusahaan berdasarkan hasil
13.Menbandingkan TC1 dengan TC2
Apakah TC2 < TC1 jika ya maka usulan dapat diterima, dan jika tidak maka
dilakukan pembahasan.
14.Usulan Diterima
Usulan menggunakan metode MRP diterima.
15.Peramalan Produksi 2010
Melakukan peramalan atau forecasting produksi tahun 2010 menggunakan
program Win QS. Guna menyusun JIP 2010.
16.Perhitungan MRP 2010
Melakukan perhitungan MRP 2010
17.Analisa Dan Pembahasan
Dilakukan analisa terhadap perencanaan persediaan dengan total cost
terkecil.
18.Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari penelitian.
Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari
penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan.
19. Selesai
3.4 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, data primer berupa hasil Penelitian lapangan, observasi dan wawancara
kepada pihak PR. Cengkir Gading Nganjuk mengenai penelitian, sedangkan data
sekunder adalah hasil dokumentasi dengan cara mengutip dari catatan–catatan
perusahaan, antara lain data produksi, data historis pembelian bahan baku, data
persediaan produk, dan data biaya-biaya seperti biaya simpan, biaya pemesanan,
biaya pembelian bahan baku.
1. Data Primer
Yaitu data yang didapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil
langsung dari sumber yang memberikan informasi, Adapun metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Interview
Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung
sehingga didapatkan informasi yang valid.
b. Observasi
Pengamatan langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui
jalannya proses dengan jelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah
dalam penelitian.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari
3.5 Metode Pengolahan Data
Bahwa dari hasil pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukkan
didapat pengolahan data sebagai berikut :
3.5.1 Jadwal Induk Produksi (JIP)
Dibuat berdasarkan permintaan (yang diperoleh dari pesanan atau
peramalan) terhadap semua produk jadi yang akan dibuat. Hasil peramalan
(sebagai perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi
agregat (sebagai perencanaan jangka menengah) yang pada akhirnya dibuat
jadwal induk produksi (rencana jangka pendek) yaitu menentukan jumlah
produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya
untuk suatu jangka perencanaan.
3.5.2 Catatan Persediaan
Menggambarkan status item yang ada dalam persediaan. Setiap item
persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Catatnan
persediaan ini harus tetap dijaga up to date, dengan selalu melakukan pencatatan
pada setiap transaksi yang terjadi, yaitu penerimaan, pengeluaran, produk gagal,
dan lain-lain. Catatn persediaan juga berisi data tentang lead time, teknik ukuran
3.5.3 Struktur produk
Berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam
suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalam penentuan kebutuhan kotor
dan kebutuhan bersih. Struktur produk juga memberikan informasi tentang item,
seperti nomor item, jumlah yang dibutuhkan dalam setiap perakitan dan berapa
jumlah produk akhir yang harus dibuat.
3.5.4 Perhitungan Material Requirement Planning
Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan MRP Project On
Gross Requirement adalah kebutuhan kotor dari bahan baku yang di dapat
berdasarkan dari jadwal induk produksi.
Schedule Receipt adalah jumlah pererimaan yang didapat dari permintaan.
Projected on hand adalah sisa bahan yang ada di tangan untuk di jadikan produk.
Projected on hand didapat dari Projected on hand awal
periode ditambah scheduled receipts + Planned Order
Receipts dikurangkan Gross Requirement.
Net Requirement adalah kebutuhan bersih. Net Requirement didapat dari hasil
Planned Order Receipt adalah perencanaan penerimaan pesananan yang
merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali
(purcahase order / manufacturing order) yang telah
direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode
tertentu guna memenuhi Net Requirement ( kebutuhan
bersih ).
Planned Order Release adalah pelepasan pesanan yang direncanakan yang
merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan
atau dikeluarkan pada periode tertentu, agar item
yang dipesan itu dapat tersedia pada saat dibutuhkan.
Item yang tersedia pada saat yang dibutuhkan itu
tidak lain adalah kuantitas Planned order receipts
yang ditetapkan menggunakan lead time.
3.6 Analisa Data
Hasil dari pengolahan data dijadikan sebagai dasar dalam membuat
analisa data yaitu mengenai hasil yang dicapai dalam penyusunan penelitian ini.
3.7 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dari hasil pengolahan data yang
diperoleh, dan memberikan saran-saran yang berkaitan dengan hasil dari analisa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan data-data yang dikumpulkan
yaitu :
1. Data Produksi Rokok Kretek tahun 2009
2. Inventory On Hand
3. Struktur Produk (Bill Of Material)
4. Data Lead Time dan
5. Data Biaya Pengadaan Bahan Baku
4.1.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, data Produksi rokok kretek
PR. Cengkir Gading bulan januari sampai bulan Desember 2009 adalah sebagai
Tabel 4.1 Data Produksi Rokok Kretek Tahun 2009
Thn Bulan Produksi (Dalam ball)
Januari 1450
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
Dari tabel diatas dapat diketahui produksi tiap-tiap periode dari bulan
Januari sampai bulan Desember 2009. Dan diperoleh total produksi rokok sebesar
21465 Ball.
4.1.2 Data Inventory On Hand
Data persediaan bahan yang ada di PR. Cengkir Gading pada awal
periode 2009, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Inventory On Hand
Nama Bahan On Hand Satuan
Tembakau 2500 Kg
Saus 200 Ltr
Cengkeh 1500 Kg Kertas 80 Dos
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
Status persediaan bahan baku pada awal periode pada
masing-masing bahan yaitu: Tembakau 2500 Kg, Saus 200 Ltr, Cengkeh 1500 Kg,
Level 0
Level 1
4.1.3 Struktur Produk (Bill Of Material)
Berikut adalah gambar struktur produk (Bill Of Material) yang
merupakan suatu daftar bahan atau material yang diperlukan untuk
pembuatan produk akhir tersebut. Dan berapa banyak kebutuhan bahan
yang diperlukan.
Level 2
Rokok Kretek (1)
Saus (0.000064 Ltr)
Kertas (1lb) Tembakau (0.8gr) Cengkeh (0.4gr)
Gambar 4.1 Struktur Produk
Gambar diatas menunjukkan struktur produk, yang artinya: Rokok
Kretek (level 0) terbentuk dari (0.8gr)sub-bahan baku tembakau, (0.4gr)
sub-bahan baku cengkeh, dan (1lb) sub-bahan baku kertas (level 1). Dan
sub-bahan baku tembakau membutuhkan (0.000064 Ltr) bahan baku saus
(level2).
Tabel 4.3 Bill Of Material
Level Keterangan presentase Kebutuhan
Untuk bahan baku tembakau yang digunakan diperoleh dari daerah
Bojonegoro dan Nganjuk, Saus merupakan bahan baku utama untuk
memberikan rasa dan aroma pada rokok dan merupakan bahan impor yang
dapat dibeli di agen yang ada di Surabaya, Cengkeh berasal dari daerah
Tulungagung Bojonegoro, dan Nganjuk,. Sedangkan kertas dibeli dari
Kediri.
4.1.4 Lead Time
Lead time (waktu tenggang) yang diizinkan untuk pengadaan dari
waktu pemesanan sampai diterimanya tiap- tiap bahan baku.
Lead Time masing-masing produk pada perusahaan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Lead Time
Sumber : PR. Cengkir Gading Nganjuk (Lampiran B)
4.1.5 Data Biaya Pengadaan Material
Biaya pemesanan atas pengadaan produk adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Biaya Pengadaan Material
Nama Item Satuan B. Pesan (Rp/Pesan) B. Pembelian (Rp/Sat/item) B. Simpan (Rp/Sat/Bln)
Tembakau Kg 50.000 25.000 500
Saus Ltr 60.000 100.000 800
Cengkeh Kg 40.000 65.000 500
Kertas Dos 20.000 60.000 600
4.2 Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka langkah selanjutnya dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data diawali dengan melakukan perbandingan
perhitungan biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan dengan
metode MRP.
4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Metode Perusahaan
Pada bagian ini dilakukan perbandingan biaya sistem pemesanan bahan
baku yang dilakukan perusahaan. Untuk menghitung total biaya persediaan bahan
baku digunakan data bulanan selama tahun 2009. perhitungan diawali dengan
mengetahui jumlah permintaan bahan baku selama tahun 2009 yang ditunjukkan
tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data Permintaan Tahun 2009
Bahan Baku Bulan
Tembakau Saus Cengkeh Kertas
Januari 6000 500 2000 150
Berikut ini merupakan perhitungan kebutuhan bahan baku dan biaya bahan
baku berdasarkan metode perusahaan untuk tahun 2009
1. Pembelian Bahan Baku Tembakau
Total pembelian bahan baku Tembakau dalam 1 tahun (Dalam Kg)
= Pembelian bahan baku bulan Januari + Februari + Maret + April +
Mei + Juni + Juli + Agustus + September + Oktober + November
+ Dessember.
= 6000 + 5000 + 5500 + 7000 + 6000 + 8500 + 10000 + 7500 + 6800
+ 5800 + 7200 + 9000
= 84.300 Kg
Biaya pembelian bahan baku / kg = Rp. 25.000
Biaya pembelian bahan baku 1 tahun
= Total bahan baku x Biaya pembelian
= 84.300 Kg x Rp. 25.000 = Rp 2.107.500.000
Total biaya pemesanan bahan baku
= Biaya Pesan x Jumlah pemesanan
= Rp. 50.000 x 12 = Rp. 600.000 / tahun
Total Biaya Pembelian Bahan Baku Tembakau Selama 1 Tahun
= Biaya pembelian bahan baku / thn + Total biaya pemesanan
= Rp 2.107.500.000+ Rp. 600.000
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan, maka
dapat diketahui kebutuhan bahan baku tembakau yang diperlukan PR. Cengkir
Gading untuk produksi pada tahun 2009 adalah sebesar 84.300 Kg. Dengan total
biaya pembelian Rp 2.107.500.000, dan total biaya pemesanan Rp. 600.000, maka
biaya yang harus di keluarkan perusahaan untuk pembelian bahan baku tembakau
sebesar Rp. 2.108.100.000.
Untuk perhitungan bahan baku lainnya yaitu Saus, Cengkeh dan Kertas
selengkapnya ada pada Lampiran C.
Dan Hasil perhitungan semua biaya pengadaan bahan baku tahun 2009
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Total Biaya Bahan Baku Perusahaan 2009
Bahan Baku Jumlah B. Pesan Total Biaya
Tembakau 84.300 Kg Rp. 600.000 Rp. 2.108.100.000
Saus 6.800 Ltr Rp. 720.000 Rp. 680.720.000
Cengkeh 42.500 Kg Rp. 480.000 Rp. 2.762.980.000
Kertas 2.930 dos Rp. 240.000 Rp. 176.040.000
Total Rp 5.727.840.000
Sumber :(PR. Cengkir Gading Nganjuk, Lampiran C)
Dengan menggunakan metode yang digunakan perusahaan, didapatkan
total cost bahan baku sebesar Rp. 5.727.840.000,- pada tahun 2009 untuk seluruh
4.2.2 Jadwal Induk Produksi
Setelah diketahui total biaya distribusi dengan menggunakan metode
perusahaan, maka dilakukan perhitungan biaya perencanaan persediaan bahan
baku dengan menggunakan metode MRP yang diawali dengan menyusun jadwal
induk produksi terlebih dahulu.
Penyusunan jadwal induk produksi dibuat berdasarkan data produksi
tahun 2009 pada tabel 4.1 dan breakdown dari struktur produk yang telah dibuat
sebelumnya.
Berikut adalah perhitungan jadwal induk produksi berdasarkan data
produksi tahun 2009 dan breakdown dari struktur produk:
1. Perhhitungan kebutuhhan bahan baku tembakau
Dari data perusahaan diketahui bahwa 1 ball berisi 4800 batang
rokok. Penggunaan tembakau untuk 1 batang rokok sebesar 0.8 gr
Penggunaan Bahan Baku = Penggunaan BB tembakau/batang x 1 ball
= 0.8 gr x 4800 batang
= 3840 gr, atau 3.84 kg Per Ball.
Kebutuhan bahan baku tembakau bulan:
Januari = Jumlah produksi bulan januari x Penggunaan bahan baku
= 1450 Ball x 3.84 kg = 5568 kg
Februari = 1400 Ball x 3.84 kg = 5376kg
Maret = 1500 Ball x 3.84 kg = 5760 kg
Mei = 1665 Ball x 3.84 kg = 6394 kg
Untuk perhitungan bahan baku lainnya yaitu saus, cengkeh dan kertas
selengkapnya ada pada Lampiran D. Setelah semua perhitungan dilakukan
maka didapatkan jadwal induk produksi seperti pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Jadwal Induk Produksi Tahun 2009
Bahan Baku Bulan
Tembakau Saus Cengkeh Kertas
Januari 5568 445 2784 193
Februari 5376 430 2688 187
Maret 5760 461 2880 200
April 6528 522 3264 227
Mei 6394 511 3197 222
Juni 8256 660 4128 287
Juli 9216 737 4608 320
Agustus 7680 614 3840 267
September 6528 522 3264 227
Oktober 5760 461 2880 200
Nopember 6912 553 3456 240 Desember 8448 676 4224 293
Rata-rata 6869 550 3434 239
Jumlah 82426 6592 41213 2863
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat diketahui total kebutuhan
bahan baku yaitu, tembakau sebesar 82426 kg, saus 6592 ltr, cengkeh 41213 kg,
dan bahan baku kertas sebesar 2862 dos.
4.2.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan Menggunakan MRP
Maka berdasarkan Jadwal induk produksi yang ditunjukkan tabel 4.8
dengan rincian pada lampiran, maka dapat dilakukan perhitungan metode MRP.
Metode yang digunakan adalah Fix Period Requirement (FPR). Penentuan
ukuran lot didasarkan pada perioda waktu tertentu. Besarnya jumlah kebutuhan
tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan permintaan pada
perioda yang tercakup. Dengan jumlah permintaaan dari jadwal induk produksi
periode pemesanan adalah setiap 2 periode, metode FPR bisa langsung digunakan
dalam penjadwalan persediaan bahan seperti contoh berikut :
Jumlah permintaan pada bulan Januari dan Februari 2009 adalah 5568 kg
+ 5376 kg = 10944 kg, maka perusahaan membutuhkan 10944 kg, maka order
quantity yang sesuai untuk periode tersebut adalah 10944 kg – On Hand 2500 kg
= 8444 kg.
Berdasarkan jadwal induk produksi tahun 2009 yang ditunjukkan tabel 4.9
dengan rincian pada lampiran D, maka didapatkan perhitungan MRP sebagai