PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU SARUNG BATIK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA
CV. MITRA SETIA USAHA
Debby Malinda, Tita Talitha, Jazuli
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang, Jawa Tengah, 50131
Email:
malinda.debby@yahoo.com,
titatalitha@gmail.com,
jazuli.st.meng@gmail.com
Abstrak
CV. Mitra Setia Usaha merupak an perusahaan yang bergerak di bidang industri produsen tek stil yang menjadik an k ain batik sebagai bahan bak u utamanya dan telah mengirimk an hasil produknya k e berbagai macam wilayah, diantaranya: Jawa Tengah, Kalimantan, Jawa Timur, dan lain sebagai nya. Namun, dalam melak uk an perencanaan dan pengendalian bahan baku, perusahaan mengalami k endala k arena belum dilak ukannya suatu perencanaan ya n g t e p a t dalam menentuk an k ebutuhan bahan bak u. Kendala ini tentunya berpengaruh terhadap proses produk si dan pengelolaan biaya dalam melak uk an pengadaan bahan bak u. Untuk k ain batik , dengan metode perusahaan yang diterapk an sebelumnya, perusahaan hanya mampu memenuhi k ebutuhan sebesar 2.460.250 meter/tahun sedangk an k ebutuhan yang dibutuhk an sebesar 2.503.764 mete r/tahun. Untuk membantu masalah yang terjadi pada CV. Mitra Setia Usaha, mak a diterapk an suatu metode Material Requirement Planning (MRP) yang dapat membantu perusa h a a n dalam melak uk an perencanaan dan pengendalian bahan bak u secara tepat. Dengan menggunak a n metode MRP, perusahaan mampu menentuk an k ebutuhan yang sesuai dengan k ebutuhan yang dibutuhk an untuk melak uk an suatu proses produk si dengan biaya yang efisien.Biaya yang dik eluark an perusahaan dalam melak uk an pengadaan bahan bak u selama satu tahun sebesar 104.328.000, sedangk an dengan menggunak an MRP dengan tek nik lot sizing Lot for Lot (LFL), perusahaan mengeluark an biaya sebesar 93.817.673 dan Periode Order Quantity (POQ) sebesar 83.306.995. Hal ini membuk tik an bahwa penerapan metode MRP dapat berperan dalam melak uk an perbaik an perencanaan dan pengendalian bahan baku dengan biaya yang efisien pada perusahaan.
Kata Kunci : Material Requirement Planning; Tek nik Lot Sizing; Perencanaan Bahan Bak u
Abstract
CV. Mitra Setia Usaha is a company engaged in the textile industry that produce some products from batik and has se n t its products to various regions, such as: Central Java, Kalimantan, East Java, and others. However, in the material planning and control, the company has constraints because it has no t done proper planning in determining raw material needs. This constraint certainly affects the production process and cost management in the procurement of raw materials. For batik fabric, using company method applied before, the company only able to fulfill requirement
2,460,250 meter / year while requirement needed is 2,503,764 meter / year. To solve the problem that happened in CV. Mitra Setia Usaha, it needs to be applied Material Requirement Planning (MRP) method that can assist companies in production planning and control of raw materials appropriately. By using the MRP method, the company can determine how many material are needed as many as the requirements needed to fulfill the production process with efficient cost. The company's cost of supplying raw materials for one year amounted to 104.328.000, while using MRP with Lot for Lot (LFL), the company spends 93.817.673 and by using Periode Order Quantity (POQ), the company spends
83.306.995. It proves that the application of MRP method can play a role in mak ing improvements in the production planning and control of raw materials with efficient cost for the company.
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, sektor perusahaan industri
manufaktur semakin berkembang.
Perkembangan dalam industri manufaktur dapat dilihat dengan adanya persaingan bisnis yang ketat. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dituntut agar mampu mengalokasikan segala sumber daya yang digunakan secara tepat
sehingga mampu bersaing dan menjaga
reputasinya dalam dunia bisnis. Sumber daya yang dimaksud meliputi perencanaan bahan baku yang akan mempengaruhi persediaan, dimana persediaan ini sangat mempengaruhi
langkah awal dalam memproduksi suatu
produk, proses produksi, sumber daya manusia,
penerapan manajemen, kualitas produk,
manajemen pemasaran, dan pelayanan
perusahaan tersebut.
Salah satu industri yang sedang berkembang sekarang ialah industri pembuatan kain batik yang akan diolah menjadi sarung, pakaian wanita, dan lain sebagainya. Batik sendiri merupakan salah satu icon budaya yang menjadi kebanggaan bagi Indonesia di kanca
mancanegara. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup (life of cycle) produk kain batik maka diperlukan suatu manajemen yang tepat dalam mengelola persediaan. Persediaan sendiri merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena dapat menunjang kelancaran proses produksi untuk memenuhi permintaan
pelanggan. Kekurangan persediaan akan
menghambat proses produksi, hal ini
dikarenakan tidak adanya input yang digunakan untuk proses produksi untuk menghasilkan
output. Namun, pada dasarnya persediaan dihindari oleh perusahaan karena menyebabkan tertanamnya investasi pada persediaan. Untuk mengurangi adanya investasi berlebih maupun
sebaliknya maka perlu dilakukan suatu
perencanaan yang meliputi merencanakan apa, bagaimana, kapan, dan berapa banyak suatu produk akan diproduksi. Kegiatan perencanaan yang berpengaruh terhadap persediaan ialah
penyediaan kebutuhan bahan baku (raw
material) secara tepat dengan biaya yang rendah. Namun pada kondisi aktualnya, dalam
menentukan kebutuhan bahan baku,
perusahaan-perusahaan industri kain batik belum menggunakan metode yang sudah baku namun hanya berdasarkan pada pengalaman -pengalaman sebelumnya. Salah satunya ialah industri pembuatan kain sarung batik yaitu
CV.Mitra Setia Usaha. CV. Mitra Setia Usaha merupakan salah satu produsen kain batik yang diolah menjadi sarung maupun pakaian wanita (daster printing) terkemuka di Pekalongan. CV. Mitra Setia Usaha berlokasi di Jalan Hos Cokroaminoto no 196 Kuripan Lor, Pekalongan, Jawa Tengah dan telah mengirimkan banyak produknya ke beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan, Jawa Timur, Aceh dan lain sebagainya. Dalam menentukan perencanaan kebutuhan bahan baku, CV.Mitra Setia Usaha belum menerapkan metode yang baku namun hanya berdasarkan jumlah pesanan yang ditentukan oleh konsumen. CV.Mitra Setia Usaha sendiri tidak berkenan dengan adanya persediaan bahan baku utama dalam pembuatan kain batik karena dianggap dapat mengakibatkan pemborosan biaya secara berlebihan. Hal ini
terkadang menimbulkan suatu permasalahan,
diantaranya tidak tersedianya bahan baku yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan data permintaan serta data ketersediaan kain katun selama bulan Oktober 2014 hingga bulan September 2016. Dalam 2 tahun terakhir, perusahaan menerima permintaan sebesar 5.050.000 meter, namun ketersediaan kain katun hanya 4.920.500 meter. Kekurangan ketersediaan bahan baku berupa kain katun yang dialami CV.Mitra Setia Usaha dikarenakan perusahaan
tidak pernah melakukan perencanaan dalam
menentukan kebutuhan bahan baku yang
dibutuhkan dalam melakukan proses produksi. Tidak cukupnya bahan baku yang tersedia juga berpengaruh terhadap hasil aktual produksi kain sarung batik dan mengakibatkan terjadinya keterlambatan pengiriman kain sarung tersebut. Hal
ini secara tidak langsung berimbas pada
menurunnya loyalitas pelanggan pada CV. Mitra
Setia Usaha karena dirasa kurang mampu
menyelesaikan pesanan konsumen sesuai dengan permintaan yang telah ditentukan. Sedangkan
untuk bahan baku penunjang, perusahaan
melakukan pemesanan tanpa mempertimbangkan kebutuhan bersih bahan baku yang dibutuhkan, sehingga hal ini berimbas pada membengkaknya
biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh CV. Mitra Setia
Usaha, maka dilakukan suatu pendekatan
perencanaan bahan baku dengan metode Material Requirement Planning (MRP). Material Requirement Planning (MRP) merupakan perencanaan kebutuhan bahan baku dalam proses produksi sehingga barang yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan perencanaan bahan baku
yang telah ditentukan sebelumnya. Dasar pemikiran MRP adalah memperoleh bahan baku yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Berdasarkan MPS yang diturunkan dari rencana produksi, suatu sistem MRP akan mengidentifikasi item apa yang harus dipesan, berapa banyak kuantitas item yang harus dipesan, dan bilamana waktu memesan item tersebut. Dengan dilakukannya perencanaan bahan baku dengan metode MRP (Material Requirement Planning) maka CV. Mitra Setia
Usaha diharapkan mampu memaksimalkan
kebutuhan bahan baku sehingga aktual hasil
produksi dapat dipenuhi dan resiko
keterlambatan dapat diminimalisasikan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peramalan (forecasting)
Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa peramalan merupakan seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Peramalan digunakan untuk memperkirakan
keadaan yang bisa berubah sehingga
perencanaan dapat dilakukan untuk memenuhi kondisi yang akan datang. Perencanaan bisnis, target perolehan keuntungan, dan ekspansi pasar membutuhkan proses peramalan. B. Metode Peramalan
Menurut Nasution (1999), metode
peramalan dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu model time series dan model exponential smoothing. Berikut penjabaran penjelasan ke 2 (dua) model tersebut :
1.Model Time Series
Model ini didasarkan pada tahapan dari titik yang telah ditentukan (mingguan, bulanan, kuartal dan lainnya). Peramalan model ini memberikan implikasi bahwa masa depan dapat diprediksi hanya dari nilai masa lalu serta variabel-variabel lain tidak peduli berapapun nilainya, atau dapat dihilangkan.
a. Metode Moving Average
Tujuan utama metode ini adalah mengurangi variasi acak permintaan yang berhubungan dengan waktu. Metode Moving Average disebut rata-rata bergerak karena setiap data aktual permintaan yang paling terdahulu akan dikeluarkan dari perhitungan, kemudian nilai rata-rata baru akan dihitung.
Dimana :
At = permintaan aktual pada periode-t
N = jumlah data permintaan yang dilibatkan perhitungan Moving Average
Data yang dipakai untuk perhitungan Moving Average berikutnya selalu dihitung dengan mengeluarkan data yang paling terdahulu.
Rumus yang digunakan adalah :
Bila permintaan berubah secara signifikan dari waktu ke waktu maka ramalan harus cukup agresif dalam mengantisipasi perubahan tersebut, sehingga N terkecil akan lebih cocok dipakai. Bila permintaan cenderung stabil dalam jangka waktu yang panjang, maka gunakan N terbesar.
b. Metode Simple Average (SA)
Peramalan dengan menggunakan nilai rata-rata sederhana dapat dilakukan sebagai berikut:
2. Metode Exponential Smoothing
Metode ini terdiri dari Metode Single Exponential Smoothing dan Metode Double Exponential Smoothing. Berikut penjabaran kedua metode tersebut:
a. Metode Exponential Smoothing (SES)
Dengan metode penghapusan eksponensial dari
Brown, maka pembobotan menurun secara
eksponensial. Rumus yang digunakan adalah : b. Metode Double Exponential Smoothing (DES)
Penghalusan eksponensial linier dari Brown ini memiliki cara kerja rata-rata bergerak linier. Pada metode ini terdapat penghalusan tunggal maupun ganda yang akan menghasilkan nilai ramalan yang lebih kecil dari data lapangan.
dimana :
F = = peramalan α = konstanta kesalahan X = permintaan t = periode S’ = pemulusan S” = pemulusan 2
a = konstanta b = koefisien C. Uji Kesalahan Peramalan
Uji kesalahan peramalan menuurut
Nasution (1999) dilakukan terhadap metode peramalan untuk menentukan metode peramalan
yang terpilih. Berikut penjabaran dari uji kesalahan peramalan tersebut:
1.Mean Square Error (MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan yanng
terjadi pada setiap periode kemudian
membaginya dengan jumlah periode
peramalan. Rumus yang digunakan ialah sebagai berikut :
dimana :
e = kesalahaan peramalan (error) n = jumlah data
MSE ini memiliki kelebihan yaitu
sederhana dalam perhitungan, sedangkan kelemahannya ialah akurasi yang dihasilkan dari peramalan penerapan metode ini sangat kecil karena tidak memperhatikan apakah hasil peramalan dari perhitungan yang telah dilakukan memilik nilai lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan data aktual permintaan.
2.Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
MAPE memiliki kelebihan yaitu
menyatakan persentase tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga hal ini akan membuat penerapan perhitungan
metode ini lebih akurat. Sedangkan
kelemahan dari MAPE ialah MAPE
merupakan ukuran kesalahan relatif. Rumus yang digunakan ialah sebagai berikut :
dimana:
PE = persentasi kesalahan 3.Mean Average Deviation (MAD)
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak yang terjadi selama periode tertentu
tanpa memperhatikan apakah hasil
peramalan lebih besar atau lebih kecil dari
data aktual permintaan. Rumus yang
digunakan ialah sebagai berikut :
Kelebihan dalam MAD adalah ukuran kesalahan peramalan yang digunakan lebih sederhana dengan hanya menggunakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu. Kekurangan MAD adalah akurasi hasil peramalan sangat kecil karena tidak memperhatikan apakah hasil peramalannya
lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataanya.
4.Cumulative Forecast Error (CFE)
CFE memiliki kelebihan yaitu ukuran
kesalahan peramalan yang digunakan dengan menjumlahkan error peramalan. Kekurangan dari CFE ini ialah akurasi hasil peramalan sangat kecil karena hanya menggunakan jumlah error peramalan sebagai ukuran kesalahan. Rumus yang digunakan ialah sebagai berikut :
dimana :
e = kesalahan (error) D. Tracking Signal
Menurut Vincent Gasperz (1998), Track ing Signal merupakan suatu ukuran bagaimana suatu ramalan yang dilakukan dapat digunakan dengan baik dalam memperkirakan nilai-nilai aktual yang digunakan untuk mempengaruhi dengan tepat apakah beberapa pola historis pada masa yang akan datang mengalami suatu perubahan atau tidak. Track ing Signal juga merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengoreksi suatu penyimpangan peramalan dengan menggunakan nilai absolute pada Track ing Signal. Track ing Signal membantu untuk menghitung error
(penyimpangan) pada peramalan yang biasanya digunakan untuk menghitung error rata-rata dengan MAD. Rumus yang digunakan ialah sebaga berikut :
dimana :
e = forecast error
i = periode error, dimana TSi dapat bernilai
positif atau negatif
E. Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Bahan baku tergolong dalam salah satu faktor produksi yang sangat penting. Hal ini dibuktikan dengan kemungkinan terjadinya suatu penghentian proses produksi apabila terjadi kekurangan bahan baku dan disisi lain apabila persediaan bahan baku yang ada dalam gudang terlalu besar maka hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan sehingga pengadaan atau persediaan bahan baku perlu dikendalikan. Dalam mengendalikan persediaan dipelukan suatu manajemen persediaan agar perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan ditangan, namun manajemen
persediaan yang dilakukan tidak boleh membuat konsumen merasa tidak puas bila suatu produk persediaannya akan habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen (Render& Heizer, 2005:314).
Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu sistem pengendalian serta perencanaan persediaan yang tergantung pada permintaan yang menjadwalkan jumlah yang tepat dari semua material yang dibutuhkan
guna mendukung produk akhir yang
diinginkan. Material Requirement Planning (MRP) juga dapat diartikan sebagai salah satu perencanaan dengan membuat penjadwalan kebutuhan material yang dijadikan sebagai acuan proses produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses . MRP juga dapat dikatakan sebagai suatu rencana produksi untuk sejumlah produk yang diterjemahkan kedalam bahan mentah yang dibutuhkan
dengan menggunakan waktu tenggang
sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak bahan yang diperlukan untuk masing -masing komponen suatu produk yang dibuat (Rangkuti,1995: 135).
Dalam penerapanya, metode MRP
mempertimbangkan adanya tenggang waktu
(lead time) pemesanan maupun proses produksi suatu komponen, sehingga waktu pemesanan bahan baku atau proses produksi dapat ditentukan.
MRP memerlukan data informasi atau komponen-komponen penyusun yang dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 1. Struktur MRP (Sumber : Rangkuti F, 1995)
Dalam menentukan Master Production
Scheduled (MPS) diperlukan informasi mengenai jumlah yang akan diproduksi dalam jangka waktu yang ada pada masa mendatang,
mulai dari perencanaan produksi yang
ditetapkan berdasarkan peramalan dan
forecast penjualan produksi perusahaan. Selain MPS, metode Material Requirement
Planning (MRP) juga memerlukan data persediaan, baik barang jadi ataupun komponen dan daftar komponen (Bill of Material) dari suatu produk yang yang akan diproduksi. Langkah-langkah perhitungan MRP dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Menentukan kebutuhan bersih
Besarnya kebutuhan bers ih kotor (Gross Requirement) dengan persediaan yang ada ditangan (on hand). Data yang diperlukan untuk menentukan kebutuhan bersih adalah : 1) Kebutuhan kotor setiap periode. 2) Persediaan yang ada ditangan.
3) Rencana penerimaan (scheduled receipts). b. Menentukan jumlah pesanan
Menentukan jumlah pesanan baik untuk item maupun komponen yang didasarkan pada kebutuhan bersih.
c.Menentukan BOM dan kebutuhan kotor setiap komponen
Bill of Material (BOM) ditentukan berdasarkan struktur produk dengan memuat informasi nomor dan jenis komponen, jumlah kebutuhan kotor setiap komponen ditentukan oleh rencana pemesanan.
d. Menentukan tanggal pesanan
Penentuan saat yang tepat untuk melakukan
pemesanan dipengaruhi oleh rencana
penerimaan (planned order receipts) dan tenggang waktu.
F. Teknik Lot Sizing
Heizer dan Render (2005:176-179)
menyatakan bahwa sistem MRP adalah cara yang sangat baik untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Oleh karena itu, ketika terdapat kebutuhan bersih, maka keputusan berapa banyak material yang akan dipesan harus dibuat. Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot ( lot-sizing decision). Beberapa teknik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Lot for lot (LFL)
Lot for lot merupakan sebuah teknik penentuan ukuran lot yang menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana secara tepat. Menurut Purwanti (dalam Dwika, 2010:28), metode Lot for Lot (LFL), atau juga dikenal sabagai metode persediaan minima atau dapat dikatakan sebagai melakukan persediaan sesuai dengan jumlah yang diperlukan saja
(jumlah persediaan diusahakan seminimal
mungkin). Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah sesungguhnya yang diperlukan ( lot-for-lot) ini menghasilkan tidak adanya persediaan yang disimpan. Sehingga, biaya yang timbul
hanya berupa biaya pemesanan saja. Asumsi yang ada di balik metode ini adalah bahwa pemasok (dari luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu, artinya berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.
b. Periode Order Quantity (POQ)
Metode ini sering disebut juga denga metode Uniform Order Cycle, merupakan
metode pngembangan EOQ (Economic
Order Quantity) untuk permintaan yang tidak seragam dalam beberapa periode. Rumus teknik POQ sebagai berikut:
dimana:
D = jumlah kebutuhan barang (unit/tahun) S = biaya setup atau biaya pemesanan per
pesanan (rupiah/pesanan)
H = h x C = biaya penyimpanan per unit per tahun (rupiah/unit/tahun)
H = biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)
C = harga barang (rupiah /unit)
3. METODE PENELITIAN
Start
Observasi ke CV.Mitra Setia Usaha Pekalongan Identifikasi masalah
Penentuan tujuan penelitian
Studi literatur
Penelitian lapangan dan pengumpulan data, berupa:
A. Data permintaan kain sarung batik B. Struktur produk dan lead time C. Biaya pemesanan dan biaya persediaan Peramalan dengan menggunakan metode : A. Moving Average dan Weighted Moving Average B. Simple Average
C. Single Exponential Smoothing D. Double Exponential Smoothing
Uji Verifikasi Peramalan, meliputi: A. Mean Square Error
B. Mean Absolute Percentage Error C. Mean Average Deviation D. Cumulative Forecast Error
Menentukan metode peramalan terbaik sebagai input JIP
Pendekatan MRP, meliputi: A. Bill of Material B. JIP
C. Perhitungan MRP
Rekomendasi perencanaan dan pengendalian bahan baku secara tepat dan optimal dengan biaya terendah
Kesimpulan dan saran
End
Penentuan ukuran lot sizing, menggunakan:
A. Lot for lot
B. Periode Order Quantity
Gambar 2. Alur Penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Permintaan
Tabel 1. Data Permintaan
2014-2015 2015-2016 Jumlah Permintaan (meter) Jumlah Permintaan (meter) Oktober 220.000 209.500 November 223.000 218.000 Desember 218.000 210.000 Januari 225.000 220.500 Februari 221.000 220.000 Maret 198.500 202.500 April 192.000 193.000 Mei 190.000 193.500 Juni 228.000 225.000 Juli 227.500 225.500 Agustus 207.000 191.500 September 201.000 190.000 Total 2.551.000 2.499.000 Bulan
(Sumber: CV.Mitra Setia Usaha,2016)
Gambar 3. Grafik Data Permintaan Kain Sarung (Sumber: Data yang diolah,2017) B. Bill of Material (BOM)
Kain Sarung Batik 1 meter Pewarna 0,017 kg Campuran 2 Campuran 1 Kain Katun 1 meter Urea 0,004 kg Soda Kue 0,004 kg PVAC 0,000075 kg Softener 0,00008 kg Silikon 0,00008 kg
Gambar 4. Bill of Material Kain Sarung Batik (Sumber: Data yang diolah,2017) C. Hasil Peramalan Terbaik
Tabel 2. Hasil Metode Peramalan
metode peramalan MAD MAPE CFE MSE Tracking Signal
SA 12239,870 0,060 -119342,277 209008663,980 -9,750 WMA 14219,889 0,069 -32833,333 258002173,091 -2,646 MA 13570,556 0,066 -43583,333 234836805,556 -3,212 SES 12238,696 0,059 -38213,224 239614679,043 -3,122 DES 14382,261 0,069 -18779,034 365837833,911 -1,306
metode terbaik SES SES SA SA
Dari dua metode peramalan terbaik, metode SES dipilih karena nilai track ing signal
tidak melebihi batas yang telah ditentukan yaitu antara -4 hingga 4 dan grafik antara permintaan dan ramalan pada metode SES lebih sesuai dibandingkan dengan metode SA.
D. Jadwal Induk Produksi Tabel 3. Jadwal Induk Produksi
Periode (bulan) 1 207.960 2 214.988 3 211.496 4 217.799 5 219.340 6 207.552 7 197.366 8 194.660 9 215.898 10 222.619 11 200.836 12 193.251 Jumlah
(Sumber: Data yang diolah,2017) E. MRP dan Teknik Lot Sizing
a. Data Persediaan Bahan Baku Sarung Batik
Tabel 4. Persediaan Bahan Baku Sarung Batik
Komponen Satuan Persediaan Lead time Level
Kain Putih Meter 0 1 minggu 1
Pewarna Kg 5000 1 minggu 2
Urea Kg 1000 1 minggu 2
Soda Kue Kg 1000 1 minggu 2
PVAC Kg 20 1 minggu 2
Silikon Kg 20 1 minggu 2
Softener Kg 20 1 minggu 2
(Sumber: CV.Mitra Setia Usaha,2017) b. Biaya Pemesanan dan Persediaan Bahan
Baku
Tabel 5. Biaya Pemesanan
No Nama Bahan Biaya Pemesanan 1 Kain Putih Rp. 1.265.000,-2 Pewarna Rp. 372.500,-3 Urea Rp. 122.500,-4 Soda Kue Rp. 122.500,-5 Softener Rp. 35.000,-6 Silikon Rp. 35.000,-7 PVAC Rp.
(Sumber: CV. Mitra Setia Usaha,2017)
Tabel 6. Biaya Persediaan
No Nama Bahan Biaya Penyimpanan
1 Kain Putih Rp. 20,- / meter
2 Pewarna Rp. 80,- / kg 3 Urea Rp. 50,- / kg 4 Soda Kue Rp. 75,- / kg 5 Softener Rp. 75,- / kg 6 Silikon Rp. 75,- / kg 7 PVAC Rp. 75,- / kg
(Sumber: CV. Mitra Setia Usaha, 2017) Setelah semua data yang dibutuhkan sudah tersedia , maka perhitungan MRP dapat dilakukan. Perhitungan MRP yang dilakukan dengan 2 metode teknik lot sizing
yaitu Lot for Lot (LFL) dan Periode Order Quantity
(POQ). Hasil perhitungan biaya dengan menggunakan metode LFL dan POQ dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7. Total Biaya untuk Bahan Baku
Metode
Total Biaya yang dikeluarkan
Perusahaan
104.328.000
LFL
93.817.673
POQ
83.306.995
(Sumber: Data yang diolah, 2017)
Dari tabel 7, terdapat selisih biaya yang lebih rendah antara metode perusahaan dengan metode LFL
dan POQ. Dengan menggunakan metode LFL,
perusahaan dapat menghemat biaya pengadaan bahan baku sebesar 10% per tahun. Sedangkan dengan
menggunakan metode POQ, perusahaan dapat
menghemat biaya sebesar 20% per tahun. Dari perbandingan total biaya tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan metode MRP dengan teknik lot sizing POQ menjadi metode yang terbaik yang dapat diterapkan
perusahaan dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian bahan baku.
5. KESIMPULAN
1. Penerapan metode Material Requirement
Planning (MRP) membuat CV.Mitra Setia
Usaha mampu menentukan perencanaan
kebutuhan dan jadwal pembelian bahan b aku secara tepat dan jelas sehingga hal ini mampu mengurangi resiko terjadinya stock out material maupun over stock. Misalnya, untuk bahan baku kain putih, perusahaan hanya mampu memenuhi
kebutuhan sebesar 2.460.250 meter/tahun
sedangkan kebutuhan yang dibutuhkan sebesar
2.503.764 meter/tahun. Untuk pewarna,
sebesar 60.000kg/tahun sedangkan
kebutuhan yang dibutuhkan hanya
42.552kg/tahun. Untuk urea dan soda kue
memiliki kebutuhan sebesar 10.020
kg/tahun, softener dan silikon sebesar 204 kg/tahun dan PVAC sebesar 192 kg/tahun. 2. Diantara kedua teknik lot sizing yang
digunakan, diperoleh hasil bahwa metode
Periode Order Quantity (POQ) merupakan metode terbaik dibandingkan dengan metode
Lot for Lot (LFL) dan metode perus ahaan.
Dengan menggunakan metode POQ,
perusahaan dapat menghemat biaya sebesar 20%.
6. DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. 2004. “Manajemen Produksi
dan Operasi”. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Falkutas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Gaspersz, Vincent. 1998. “Production
Planning and Inventory Control
Berdasarkan 72 Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Handoko, T. Hani. 2003. “Manajemen”. Edisi 2. BPFE: Yogyakarta.
Heizer, dan Render, B. 2005. “Operation Management”. Jakarta: Selemba
Empat.
Hendra K. 2009.”Manajemen
Produksi:Perencanaan dan
Pengendalian Produksi”. Edisi 4. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Hildaria, Ceria dan Agustina. 2015.
“Perencanaan Persediaan Bahan Baku dan Bahan Bakar Dengan Dynamic Lot Sizing (Studi Kasus: Pt Holcim
Indonesia Tbk, Tuban Plant)”.
Universitas Brawijaya: Malang.
Koeswara, S dan Taruna, R. 2009.
“Perencanaan Kebutuhan Material
(MRP) dengan Menggunakan Teknik
Lot Sizing pada Bahan Baku Brispack J Varnish”. Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Kukuh, Zulfah dan Saufik. 2010.
“Perencanaan dan pengendalian
persediaan bahan baku dengan metode
MRP guna menurunkan biaya
pengadaan bahan baku”. Universitas Pancasakti: Tegal.
Makridakis, S.C.,Wheelwright, dan Victor E., Mc Gee. 1998. “Metode dan Aplikasi Peramalan”. Edisi Pertama. Binarupa Aksara: Jakarta.
Nasution, A. 2003. “Perencanaan dan
Pengendalian Produksi”. Guna Widya: Surabaya.
Nursahid, Edi. 2016. “Perencanaan dan
Pengendalian Bahan Baku dengan
Metode Material Requirement
Planning (MRP)”. Universitas Dian Nuswantoro: Semarang.
Purnomo, Hadi. 2004. Pengantar Tek nik Industri. Edisi Kedua. Graha Ilmu: Yogyakarta. Rangkuti, Fredy. 1995. “Manajemen Persediaan
Aplikasi dibidang Bisnis”. Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Surya, Astuti, dan Effendi. 2014. “Analisis
Penerapan Material Requirement
Planning dengan Mempertimbangkan
Lot Sizing untuk Pengendalian dan Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus di
Quick Chick en kota Batu-Jawa
Timur)”. Universitas Brawijaya:
Malang.
Tampubolon, P. 2004. “Manajemen Operasi (Operation Management)”. Ghalia
Indonesia: Jakarta.
Wahyuni, Asvin dan Syaichu. 2015.”Perencanaan Bahan Baku dengan Menggunakan
Metode Material Requirement
Planning (MRP) Produk Kacang Shanghai pada Perusahaan Gangsar-Tulungagung. STT Pomosda: Jawa Timur.
Yamit, Zulian. 1998. “Manajemen Produksi dan Operasi”. BPFE UII: Yogyakarta. Zita A, Katarina. 2015. “Analisis Perencanaan dan
Pengendalian Persediaan Busbar
Berdasarkan Sistem MRP (Material Requirement Planning) di PT.TIS”.
Jurnal PASTI Volume IX no 3,
320-337. Diakses pada tanggal 20