• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 11 KAB. TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PROGRAM AKSELERASI DI SMA NEGERI 11 KAB. TANGERANG"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Imas Sri Tiani NIM. 11150110000101

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

(2)

TAHUN AJARAN 2019/2020

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Imas Sri Tiani

NIM. 11150110000101

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(3)

NIM. 11150110000101, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 14 Maret 2020 Yang mengesahkan,

(4)

NIM. 11150110000101, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 14 Mei 2020 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 14 Mei 2020

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Drs. Abdul Haris, M. Ag NIP 19660901 199503 1 001 Sekretaris Jurusan Drs. Rusdi Jamil, M. Ag NIP 19621231 199503 1 005 Penguji I

Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum

NIP 19680313 199903 1 006

Penguji II

Dr. Akhmad Shodiq, M. Ag

NIP 19710709 199803 1 001

Mengetahui,

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Imas Sri Tiani

Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 26 September 1997 NIM : 11150110000101

Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang Dosen Pembimbing: Dr. Bahrissalim, M.Ag

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 19 Maret 2020 Mahasiswa Ybs.

Imas Sri Tiani

(6)

i

Agama Islam pada Program Akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI pada program akselerasi, mengetahui inovasi pembelajaran PAI pada program akselerasi, dan apakah pembelajaran PAI pada program akselerasi dapat dilaksanakan secara optimal. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 06 Januari - 09 Maret 2020 di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data yakni triangulasi teknik, waktu, dan sumber. Analisis data yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas reguler, jika dilihat dari kurikulum, metode pembelajaran, dan evaluasinya. Adapun Inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang diantaranya yaitu: 1) Mengadakan klinik al-Qur’an (karena masih banyak peserta didik yang belum bisa membaca al-Qur’an), 2) Menciptakan praktek dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengimplementasikan pembelajaran PAI berbasis MI (Multiple Intelligences), 4) Membuat pemetaan pembelajaran, 5) Membuat video pembelajaran untuk presentasi. Pembelajaran pendidikan agama Islam pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang dapat dilaksanakan secara optimal, karena sesuai dengan waktu yang efisien, dan metode yang digunakan oleh guru pun bervariatif.

Kata Kunci: Inovasi Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Program Akselerasi

(7)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala., yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan hidayah serta inayah-Nya. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wassallam., beserta keluarga, sahabat dan umat-Nya.

Selama proses penulisan skripsi yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang”, penulis menyadari begitu banyak bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Abdul Haris M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Rusdi Jamil, M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Bahrissalim, MA., selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh perhatian atas segala ruang dan waktunya yang telah diberikan baik bantuan motivasi, arahan, bimbingan, tenaga serta ilmu pengetahuan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Kebaikan bapak dalam segala hal akan selalu terkenang. Semoga keberkahan hidup senantiasa mengiringi, dan senantiasa berada dalam lindungan-Nya.

(8)

5. Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh perhatian, kesabaran dan keihklasan telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat dan ta’zim, yang telah memberikan ilmu dan membimbing peneliti selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

7. Kedua orang tua peneliti, yaitu Ayahanda Hujaeni dan Umi Rohinah yang telah mendidik dan mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, yang berjuang untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada putrinya, mendidik dengan sabar, tulus dan ikhlas, serta selalu memotivasi dan mendo’akan peneliti dalam setiap langkahnya.

8. Dr. KH. E. Supriatna Mubarok, M. SC, MM., selaku Guru sekaligus orang tua kedua peneliti, yang sangat memotivasi dan menginspirasi peneliti, selalu mendoakan peneliti, selalu memberikan nasihat, arahan dan mengingatkan peneliti ketika peneliti salah. Terimakasih Ayah atas ilmu yang telah engkau berikan kepada peneliti, semoga keberkahan ilmu selalu mengalir dalam diri ini.

9. Muhammad Sulthoni dan Tia Amelia, kakak dan adik tersayang yang telah membantu, selalu memberikan dukungan, motivasi dan mendo’akan peneliti. Kakak yang selalu memberikan contoh yang baik kepada adik-adiknya, dan mengajarkan adiknya menjadi orang yang kuat dan tegar. 10. Bapak Drs. H. Junaedi, MM, selaku Kepala SMA Negeri 11 Kab.

Tangerang yang telah mengizinkan peneliti dan membantu dalam penelitian ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Bapak Jaenul Abidin, MM., selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

(9)

12. Bapak Heru Suyana, S. Pd., selaku Manager Akselerasi yang telah membantu dan memberikan informasi kepada peneliti.

13. H. Zaenal Arifin, selaku Guru Pendidikan Agama Islam kelas akselerasi yang telah banyak membantu dan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini, hingga selesainya skripsi ini.

14. Keluarga besar SMA Negeri 11 Kab. Tangerang, guru, karyawan tata usaha dan adik-adik yang telah memberikan tempat dan membantu peneliti dalam proses penelitian.

15. Indini Rahmawati dan Siti Nurkhalizah, tetehku dan sahabatku tersayang yang selalu ada untuk peneliti baik dalam keadaan senang maupun susah. Terimakasih telah mendengarkan keluh kesah peneliti selama 4 tahun kebelakang, terimakasih atas doa, nasihat, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

16. Meirizqi Ahfad (Oo), Devi Sholihah, Nurafifah Astria (Aci), sahabat yang selalu memotivasi, saling mengingatkan dan mendoakan peneliti, telah banyak membantu dan menemani serta mewarnai hari-hari peneliti sejak masa SMA hingga masa perkuliahan.

17. Ranty Aprillia dan Azmil Irodah, sahabat sekaligus uni dan adik tersayang, yang bersedia mendengarkan keluh kesah, bertukar pikiran, terimakasih untuk 4 tahun kebelakangnya, terimakasih sudah selalu ada untuk peneliti, orang yang selalu mendoakan, memotivasi, meminjamkan buku-buku, dan sudah banyak membantu peneliti baik yang berkaitan dengan pembuatan skripsi maupun diluar pembuatan skripsi.

18. Muhammad Fakhri Sirojuddin, yang bersedia mendengarkan keluh kesah, mendoakan peneliti, memberikan semangat, motivasi, bantuan dan nasihat kepada peneliti. Yang selalu mengingatkan dan menegur peneliti ketika peneliti salah. Terimakasih atas canda tawanya yang telah dilalui bersama. 19. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan

2015, terutama kelas C “APACHE’15” semoga kesuksesan menyertai kalian, terimakasih atas 4 tahun kebelakang, terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku, canda dan tawa telah kita lalui bersama, kalian adalah

(10)

keluarga yang baik, kelak peneliti akan merindukan kalian keluarga Apache15.

20. Keluarga KKN SEPATANOVATOR 071, tanpa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak pembelajaran dan berbagi cerita tentang arti sebuah kebersamaan.

21. Tak lupa semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun turut membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini ataupun memberikan pelajaran hidup bagi peneliti. Peneliti tidak dapat membalasnya dengan apapun, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala., yang akan membalas dengan balasan yang sebaik-baiknya di dunia dan di akhirat.

Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala., membalas kebaikan-kebaikan yang berlipat ganda dan menjadikannya kendaraan menuju surga Allah Subhanahu wa Ta’ala, Amiin.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, susunan kalimat ataupun yang lainnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat memperbaiki karya tulis ini. Saya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Maret 2020 Penulis

(11)

vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Inovasi Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Inovasi ... 8

2. Proses dan Keputusan Inovasi ... 9

3. Pengertian Pembelajaran ... 12

4. Komponen Pembelajaran ... 13

B. Pendidikan Agama Islam ... 19

1. Pengertian PAI ... 19

2. Tujuan PAI ... 20

(12)

C. Program Akselerasi ... 22

1. Pengertian Program Akselerasi ... 22

2. Tujuan Program Akselerasi ... 25

3. Syarat Peserta Didik Program Akselerasi ... 26

4. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi ... 27

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

D. Pemeriksa Keabsahan Data ... 32

E. Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Data ... 36

B. Temuan Penelitian ... 44

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 66

C. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(13)

viii

Tabel 4.1: Daftar Guru PAI SMA Negeri 11 Kab. Tangerang ... 40 Tabel 4.2: Jumlah Siswa-Siswi SMA Negeri 11 Kab. Tangerang ... 41

(14)

ix

Gambar 4.2: Membuka Pelajaran ... 50

Gambar 4.3: Kegiatan Apersepsi ... 50

Gambar 4.4: Menyampaikan Materi ... 51

Gambar 4.5: Siswa Bertanya Kepada Guru ... 51

Gambar 4.6: Siswa Bertanya Kepada Guru ... 52

Gambar 4.7: Guru Menunjuk Peserta Didik Untuk Menjawab Pertanyaan ... 52

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Wawancara ... 71

Lampiran 2: Hasil Observasi ... 97

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 111

Lampiran 4: Foto Dokumentasi Penelitian ... 127

Lampiran 5: Surat Izin Penelitian ... 131

Lampiran 6: Surat Balasan Sekolah ... 132

Lampiran 7: Lembar Uji Referensi ... 133

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut buku Dictionary of Education yang dikutip oleh Trianto, memiliki dua pengertian. Pertama, proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di masyarakat tempat mereka hidup. Kedua, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.1

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik sebagai objek pendidikan adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing. Mereka membutuhkan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Disamping sebagai objek pendidikan, anak didik juga harus diberi peran sebagai subjek pendidikan melalui berbagai kesempatan yang tepat. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan ciri-ciri individual mereka berdasarkan atas

1 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. iii.

2 Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, Juli 2019.

(17)

kemampuan dari komponen-komponen fitrahnya yang didorong ke arah perkembangan positif dan untuk kepentingan dirinya.3

Ditinjau dari aspek kecerdasan, peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga strata, yaitu yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Peserta didik yang berada di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar peserta didik pada umumnya, sedangkan peserta didik yang berada di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar peserta didik lainnya. Namun, kebanyakan sekolah memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama, bersifat klasikal-massal terhadap semua peserta didik, baik peserta didik di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata, yang sebenarnya memiliki kebutuhan yang berbeda.4

Sebagai akibatnya, peserta didik yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, sedangkan peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa atau di atas rata-rata akan merasa jenuh dan bosan karena harus menyesuaikan diri dengan kecepatan belajar peserta didik yang lain.5 Oleh sebab itu perlu adanya penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa.

Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia pada dasarnya bersifat religius, hal ini dapat dilihat pada tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

3 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 109.

4 Herry Widyastono, Alternatif Program Pendidikan Bagi Peserta Didik SMA yang Memiliki Kecerdasan Istimewa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, DOI 10.17977/tk.v34i2.3030, Desember 2013 ISSN: 2460-8300 (Print); 2528-4339 (Online), h. 594-595.

(18)

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.6

Program akselerasi merupakan program pelayanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau kecerdasan istimewa dibandingkan dengan peserta didik yang menempuh jalur reguler.7 Dalam program akselerasi ini, peserta didik dapat menyelesaikan pendidikannya satu tahun lebih cepat dibandingkan dengan kelas reguler.

Program akselerasi atau program percepatan merupakan suatu program untuk peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa atau dengan kata lain program untuk mempercepat masa studi bagi peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi yang berhak untuk mendapat perhatian khusus agar dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya. Misalnya SD atau Madrasah Ibtidaiyah diselesaikan dalam 4 tahun, SMP atau Madrasah Tsanawiyah dalam 2 tahun begitu juga dengan SMA yang setara dengan Madrasah Aliyah.8

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.9

Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Tujuan

6 Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4, h. 2. https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU2-1989Sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 10 Juli 2019 Pukul 20.33 WIB.

7 Rasidi, Manajemen Kurikulum: Telaah Komparatif Antara Kurikulum Program Reguler dan Akselerasi, (Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2019), h. 69.

8 Ishmatun Nihayah, Pengembangan Kurikulum Bidang Studi Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMAN 5 Surabaya, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2018, ISSN: 2614-8013, h. 314.

9 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 19.

(19)

pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengalaman serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup.10

Pendidikan agama Islam pada dasarnya harus menyentuh tiga aspek, yaitu: (1) knowing, yakni agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran agama; (2) doing, yakni agar peserta didik dapat mempraktikan ajaran agama; dan (3) being, yakni agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama.11

Pendidikan agama Islam di sekolah pada dasarnya diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompeten (competence) saja, akan tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lickona, yang dikutip oleh Muhaimin dalam bukunya, bahwa untuk mendidik moral anak sampai kepada tataran moral action diperlukan tiga proses pembinaan yang secara berkelanjutan mulai dari proses moral knowing, moral feeling hingga moral action.12

Menurut Muhaimin, dalam bukunya Rekontruksi Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pendidikan agama Islam memfokuskan pada peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.13

Ada hal yang menarik dalam pelaksanaan program akselerasi ini, dimana pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

10 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 20.

11 Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 39.

12 Ibid., h. 34. 13 Ibid., h. 141.

(20)

intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengalaman serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah timbul permasalahan, apakah dengan adanya program akselerasi atau percepatan kelas yang notabennya menekankan pada penguasaan kognitif, pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dapat dilaksanakan secara optimal? Karena pada dasarnya pendidikan agama Islam itu penting diajarkan baik di sekolah umum maupun sekolah agama atau madrasah untuk semua siswa yang berkebutuhan khusus, normal, maupun siswa yang mempunyai prestasi luar biasa atau kecerdasan istimewa.

Dari permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang dengan judul penelitian “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Program Akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam tidak bisa dicapai hanya dengan penguasaan kognitif saja, akan tetapi perlu adanya penghayatan (afeksi) dan pengalaman (psikomotor) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Praktikum pendidikan agama Islam pada program akselerasi dilakukan di luar jam pelajaran.

3. Tingkat pengetahuan dan kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an tidak sama.

4. Kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik berbeda, diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-rata, dan kecerdasan di atas rata-rata atau kecerdasan istimewa.

5. Kebanyakan sekolah memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama, bersifat klasikal massal terhadap semua peserta didik.

(21)

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkaitan dengan masalah di atas, yaitu: 1. Pembelajaran pendidikan agama Islam yang diteliti adalah pembelajaran

pendidikan agama Islam pada kelas X program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang.

2. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas X program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang ?

2. Bagaimana inovasi pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang ?

3. Apakah pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang dapat dilaksanakan secara optimal ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang.

2. Untuk mengetahui inovasi pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang.

3. Untuk mengetahui apakah pembelajaran PAI pada program akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang dapat dilaksanakan secara optimal.

(22)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan yang baru kepada peneliti, serta lebih mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran PAI pada program akselerasi.

2. Bagi Guru PAI

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam pada program akselerasi sebagai persiapan sebelum terjun langsung dalam dunia pendidikan.

3. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang program akselerasi dan inovasi pembelajaran PAI pada program akselerasi.

4. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitian yang dilakukan.

(23)

8 A. Inovasi Pembelajaran

1. Pengertian Inovasi

Pengertian inovasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti suatu pengenalan hal-hal baru atau penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, alat).1

Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara barang-barang buatan manusia, yang diamati dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang.2

Wina Sanjaya dalam bukunya, mendefinisikan bahwa inovasi pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.3

Subandijah mengatakan bahwa inovasi adalah suatu gagasan atau praktek yang diterima sebagai sesuatu yang baru dengan adopsi bagian-bagian secara potensial.4

Menurut Zainal Arifin dalam bukunya, inovasi adalah ide, sesuatu yang baru, usaha-usaha melakukan perubahan secara sadar dan terarah untuk memperbaiki sistem yang ada.5

1 KBBI Online, https://kbbi.web.id/ inovasi., diakses pada 03 November 2019 pukul 20.12 WIB.

2 Wasty Soemanto, Petunjuk Untuk Pembinaan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1980), h. 62.

3 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenata Media Group, 2010), h. 317.

4 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. Ke-II, h. 86.

5 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-IV, h. 294.

(24)

2. Proses dan Keputusan Inovasi

Menurut Cece Wijaya yang dikutip oleh Zainal Arifin dalam bukunya, bahwa proses inovasi mempunyai beberapa tahapan, diantaranya sebagai berikut:6

1) Invention, yaitu suatu penemuan baru yang biasanya merupakan adaptasi dari apa yang telah ada. Dalam praktiknya, sering terjadi inovasi kurikulum dan pembelajaran menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan apa saja didalam maupun diluar sekolah. Penemuan didalam sekolah banyak terjadi ketika para guru berupaya untuk mengubah situasi atau menciptakan cara-cara baru.

2) Development, yaitu suatu proses sebelum masuk ke dalam skala yang lebih besar. Pengembangan sering kali bergandengan dengan penelitian sehingga prosedur “research and development” merupakan tahapan yang digunakan dalam kurikulum yang meliputi berbagai aktivitas, antara lain penelitian dasar. Penelitian ini mengetengahkan proses pengembangan bahan-bahan kurikulum yang baru.7

3) Diffusion, suatu proses yang berkaitan erat dengan komunikasi. Menurut Rogers yang dikutip oleh Zainal Arifin dalam bukunya, difusi adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu secara terus menerus diantara anggota-anggota sistem sosial. Difusi inovasi terjadi melalui jaringan kontak-kontak sosial, dengan demikian penyebaran inovasi kurikulum dapat dilakukan melalui kontak-kontak sosial, didalam jaringan komunikasi, atau pendekatan-pendekatan lain sesuai dengan kultur masyarakat setempat.

4) Adoption, pada tahap ini penyerapan (adoption) terdapat beberapa unsur penting yang perlu dipertimbangkan, antara lain: penerimaan,

6 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-IV, h. 298.

(25)

waktu, tipe pembaruan, unit pengadopsi, saluran komunikasi, struktur sosial, dan budaya.8

Proses keputusan inovasi adalah proses seorang individu atau unit pembuat keputusan mempertimbangkan langkah-langkah membuat keputusan, mulai dari memahami tentang inovasi, menentukan sikap terhadap inovasi, membuat keputusan untuk mengadopsi atau menolaknya, implementasi inovasi, sampai pada konfirmasi dari keputusan tersebut. Adapun langkah-langkah dalam proses keputusan inovasi sebagai berikut:9

a. Pengetahuan, terjadi bila unit pembuat keputusan terbuka terhadap adanya inovasi dan memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara ia terlibat dan berfungsi dalam pengembangan inovasi.

b. Persuasi, terjadi bila unit pembuat keputusan menentukan sikap senang atau tidak senang terhadap inovasi tersebut.

c. Keputusan, terjadi bila unit pembuat keputusan terikat dalam aktivitas untuk memilih mengadopsi atau menolak inovasi itu.

d. Implementasi, terjadi bila unit pembuat keputusan menentukan pelaksanaan inovasi. Pembaruan kembali mungkin terjadi pada tahap implementasi ini.

e. Konfirmasi, terjadi bila unit pembuat keputusan mencari dukungan bagi suatu keputusan inovasi yang telah dibuat, tetapi ia mungkin membalikkan keputusan yang lalu jika pesan-pesan yang disampaikan bertentangan dengan inovasi tersebut.10

8 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-IV, h. 300-301.

9 Ibid., h. 302. 10 Ibid., h. 302-303.

(26)

Berkaitan dengan keputusan inovasi, perlu diketahui beberapa tipe keputusan inovasi, diantaranya sebagai berikut:

1) Keputusan inovasi pilihan, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi yang dibuat oleh seseorang, yang bebas dari keputusan-keputusan dari anggota kelompok sebuah sistem,

2) Keputusan inovasi kolektif, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi yang dibuat secara konsensus dikalangan para anggota suatu sistem sosial,

3) Keputusan inovasi otoritas, yaitu pilihan-pilihan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi yang telah dibuat oleh individu dalam satu sistem yang mempunyai kekuatan, status atau keahlian teknis.11

Adapun karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:

1) Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.12

2) Kompatibel (Compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan penerima.

3) Kompleksitas (Complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.

4) Trialabilitas (Trialability), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.

5) Dapat diamati (Observability), mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.13

11 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-IV, h. 303.

12 Hamzah B. Uno, dkk., Pengembangan Kurikulum Rekayasa Pedagogik dalam Pembelajaran, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 256.

(27)

3. Pengertian Pembelajaran

Penggunaan kata pembelajaran dalam dunia pendidikan masih tergolong baru, kata ini mulai terkenal semenjak adanya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antara guru, murid, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.14

Pembelajaran memiliki makna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang melalui berbagai strategi, metode dan pendekatan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.15

Menurut Rusman dalam bukunya, Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru untuk memilih dan menentukan model-model pembelajaran yang tepat.16

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.17

Wina Sanjaya mengatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa, maka akan semakin luas dan sempurna pengetahuan mereka.18

14 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencaa, 2013), h. 19.

15 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. Ke-VII, h. 4.

16 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), Cet. Ke-VI, h. 1.

17 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 57. 18 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenata Media Group, 2010), h. 363.

(28)

Menurut Abdul Majid pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang untuk belajar.19

Abdul Majid mengemukakan konsep dan sudut pandang pembelajaran antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Perbedaan Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran

Konsep Sudut pandang

Belajar Peserta didik

Mengajar Pendidik

Pembelajaran Interaksi antara peserta didik, pendidik, atau media belajar.20

4. Komponen Pembelajaran

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan pembelajaran memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Menurut Pupuh Fathurahman, komponen tersebut meliputi:21

a. Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa

19 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. Ke-VII, h. 5.

20 Ibid., h. 6.

21 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 13.

(29)

tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.22

Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Adanya sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik di dalam maupun di luar sekolah.23

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya, tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefesien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24

b. Bahan pelajaran

Bahan/materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan pelajaran merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan di masyarakat.25

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Bahan pelajaran ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:26

22 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 13.

23 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. Ke-V, h. 42.

24 Ibid.

25 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 14.

(30)

1) Bahan pelajaran pokok: bahan pelajaran atau bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya.

2) Bahan pelajaran penunjang: bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.27

Bahan pelajaran menurut Suharismi Arikunto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya, merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu guru khususnya atau pengembang kurikulum, tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan peserta didik.28

Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab bahan pelajaran merupakan inti dari proses belajar mengajar.29

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik yang lain, peserta didik dengan bahan dan media pembelajaran, bahkan peserta didik dengan dirinya sendiri, namun tetap untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.30

27 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. Ke-V, h. 43.

28 Ibid., h. 43-44.

29 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 14.

(31)

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya guru memperhatikan perbedaan individu peserta didik, baik dari aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Ketiga aspek tersebut diharapkan memberikan informasi pada guru, bahkan setiap peserta didik dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo yang berbeda. 31

d. Metode

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.32

Metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos yang artinya jalan atau cara, jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.33

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan dapat tercapai secara optimal. Metode dalam sistem pembelajaran juga memiliki peran yang sangat penting, oleh karena itu keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada bagaimana cara guru menggunakan metode pembelajaran karena strategi pembelajaran hanya dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode.34

Dalam proses pendidikan, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Metode yang tidak efektif akan menjadi penghambat

31 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 15.

32 Ibid.

33 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 27.

34 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. Ke-VII, h. 193.

(32)

kelancaran proses belajar mengajar, oleh karena itu metode yang diterapkan oleh guru akan berdaya guna dan berhasil apabila dapat dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.35

e. Alat

Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran alat mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai suatu tujuan. Alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan.36

Alat terbagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal disini dapat berupa suruhan, perintah, larangan. Sedangkan alat bantu non verbal dapat berupa globe, papan tulis, spidol, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya.37

f. Sumber Pelajaran

Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Sumber pelajaran dapat berasal dari masyarakat dan kebudayaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan anak didik.38

Menurut Roestiyah yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dalam bukunya, bahwa sumber-sumber belajar itu meliputi:

1) Manusia (Keluarga, sekolah, dan masyarakat) 2) Buku/Perpustakaan

3) Media Massa (Majalah, surat kabar, radio, tv) 4) Lingkungan alam dan sosial

5) Alat pelajaran (Buku pelajaran, peta, gambar, kaset)

35 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-II, h. 144.

36 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 15.

37 Ibid. 38 Ibid., h. 16.

(33)

6) Museum (Tempat penyimpanan benda-benda kuno).39

g. Evaluasi

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan.40

Menurut Elis Ratnawulan dalam bukunya, evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, ataupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru ataupun dosen.41

Evaluasi dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai penentuan kesesuain antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Yang di evaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan tolok ukur tertentu. Karakteristik tersebut dapat mencakup tampilan siswa dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.42

Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran ini diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran, yang mencakup komponen-komponen input, yakni perilaku awal siswa, komponen input intrumental yakni kemampuan profesional guru/tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, media, metode), komponen administratif (alat, waktu, dana), komponen proses yakni prosedur pelaksanaan

39 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-V, h. 16.

40 Ibid., h. 17.

41 Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 19-20.

(34)

pembelajaran, dan yang terakhir komponen output yakni hasil pembelajaran yang menandai ketercapain tujuan pembelajaran.43

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.44

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.45

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan pancasila, (b) pendidikan agama, (c) pendidikan kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar atau wajib dalam kurikulum pendidikan nasional.46

Dari pengertian tersebut dapat ditentukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI, yaitu:

a. PAI sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

43 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 171. 44 Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 21.

45 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 19.

(35)

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.

c. Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan secara sendiri terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan PAI. d. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial.47

Dengan demikian jika dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, diperoleh sebuah pengertian bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam adalah usaha membelajarkan peserta didik untuk dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, ataupun latihan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Muhaimin bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik terus menerus untuk mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari agama Islam sebagai pengetahuan.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan, pengalaman, serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sebagai pegangan hidup. Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala., atau terbentuknya insan kamil.48

47 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 19-20.

(36)

Menurut H. M. Arifin yang dikutip oleh Akmal Hawi dalam bukunya, tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama. 49

Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Akmal Hawi dalam bukunya, tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala., selama hidupnya, dan matipun dalam keadaan muslim.50

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala., cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.51

Dengan demikian tujuan akhir dari pendidikan agama Islam itu karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala., dengan cara berusaha melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.52

3. Ruang Lingkup PAI

Ruang lingkup pengajaran PAI mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain:

a) Hubungan manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala., b) Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.53

49 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 20.

50 Ibid., h. 20-21. 51 Ibid., h. 21. 52 Ibid. 53 Ibid., h. 25.

(37)

Bahan Pengajaran PAI meliputi tujuh unsur pokok: 1) Keimanan 2) Ibadah 3) Al-Qur’an 4) Muamalah 5) Akhlak 6) Syariah 7) Tarikh.54

Pada tingkat SD tekanan diberikan pada empat unsur pokok yaitu keimanan, akhlak, ibadah, dan al-Qur’an, sedangkan pada SLTP dan SMU/SMK di samping ke-4 unsur pokok tersebut di atas maka unsur pokok muamalah dan syariah semakin dikembangkan, unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.55

C. Program Akselerasi

1. Pengertian Program Akselerasi

Pengertian akselerasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti:

a. Percepatan

b. Peningkatan Kecepatan c. Laju Perubahan Kecepatan.56

Menurut Oemar Hamalik akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang berprestasi untuk naik ke tingkat kelas lebih cepat satu atau dua tahun sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi semua siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan suatu

54 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke-II, h. 26.

55 Ibid., h. 26.

56 KBBI Online, https://kbbi.web.id/akselerasi., diakses pada 30 Juni 2018 pukul 15.25 WIB.

(38)

kesempatan untuk mempercepat dan mempersingkat waktu studinya di sekolah tersebut.57

Menurut E. Mulyasa akselerasi berarti belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan pelajarannya lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan. Akselerasi tidak sama dengan loncat kelas, karena dalam program akselerasi setiap siswa tetap harus mempelajari seluruh materi yang seharusnya dipelajari dengan bantuan modul atau lembar kerja yang disediakan oleh sekolah.58

Menurut Mimin Haryati yang dikutip oleh Iif Khoiru Ahmadi dkk dalam bukunya, beliau mendefinisikan bahwa akselerasi berarti percepatan belajar sebagai implikasi dari sistem belajar tuntas (master learning) juga menunjukkan adanya siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan jauh lebih cepat.59

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala., dalam surat Az-Zukhruf ayat 32 yang berbunyi:

ِفِ ْمُهَ تَشيِعَم ْمُهَ نْ يَ ب اَنْمَسَق ُنَْنَ ۚ َكِ بَر َتَْحَْر َنوُمِسْقَ ي ْمُهَأ

ْمُهُضْعَ ب َذِخَّتَ يِل ٍتاَجَرَد ٍضْعَ ب َقْوَ ف ْمُهَضْعَ ب اَنْعَ فَرَو ۚ اَيْ نُّدلا ِةاَيَْلْا

َنوُعَمَْيَ اَِّمِ ٌْيَْخ َكِ بَر ُتَْحَْرَو ۗ ايًِّرْخُس اًضْعَ ب

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

57 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 1.

58 Ibid., h. 1-2. 59 Ibid., h. 2.

(39)

memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Az-Zukhruf: 32)60

Dari potongan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala., memberikan kelebihan kepada sebagian makhluk-Nya dengan tujuan agar dapat memberikan manfaat dan berguna bagi makhluk lain.

Program akselerasi adalah program pelayanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa dengan menyelesaikan program pendidikan dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding dengan temannya yang lain.61

Program akselerasi dalam perspektif Islam belum dikenal saat Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam., mengemban risalah kerasulannya, namun isyaratnya meyakini telah diperoleh saat beliau menerima salah satu ayat al-Qur’an berikut:62

ِا

َّسلا ِقْلَخ ِْفِ َّن

( ِباَبْلَْلْا ِلِوُ ِلْ ٍتٰيَٰلْ ِراَهَّ نلاَو ِلْيَّلا ِف َلَِتْخاَو ِضْرَْلْاَو ِتٰوٰم

٠٩١

)

َْلْاَو ِتٰوٰمَّسلا ِقْلَخ ِْفِ َنْوُرَّكَفَ تَ يَو ْمِِبِْوُ نُج ىٰلَعَّو اًدْوُعُ قَّو اًماَيِق َٰ للّا َنْوُرُكْذَي َنْيِذَّلا

ۚ ِضْر

َّ بَر

اَم اَن

ًلَِطَبَ اَذٰه َتْقَلَخ

ۚ

( ِراَّنلا َباَذَع اَنِقَف َكَنْٰٰبُس

٠٩٠

)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”. (QS. Ali Imran: 190-191).63

60 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Mekar Surabaya, 2002), h. 706.

61 Herry Widyastono, Alternatif Program Pendidikan bagi Peserta Didik SMA yang Memiliki Kecerdasan Istimewa, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 19, No. 4, DOI: 10.17977/tk.v34i2.3030, Desember 2013, h. 601.

62 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 81.

63 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Mekar Surabaya, 2002), h. 96.

(40)

2. Tujuan Program Akselerasi

Ada dua tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa:64

a. Tujuan Umum

1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya.

2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.

3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.

4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.

5) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.

6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.65

b. Tujuan Khusus

1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik.

3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal. 4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual,

intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.66

64 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 220.

65 Ibid., h. 221. 66 Ibid., h. 220-221.

(41)

3. Syarat Peserta Didik Program Akselerasi

Siswa yang diterima sebagai peserta program akselerasi (percepatan belajar) ialah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:67

a. Persyaratan akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai raport, Nilai Ujian Nasional, serta Tes Kemampuan Akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,00.

b. Persyaratan psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes psikologi adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ ≥ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.

c. Informasi data subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orang tua (parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.

d. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.

e. Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.68

Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan lebih yang dimiliki peserta didik dapat dilakukan melalui beberapa teknik, diantaranya sebagai berikut:

1) Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat diketahui

67 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 222.

(42)

tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dan sebagainya.

2) Tes inventori, tes yang digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dan sebagainya. 3) Wawancara, teknik ini dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan

dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati oleh peserta didik.

4) Pengamatan (Observasi), teknik ini dilakukan dengan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik, sehingga dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan.69

4. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi

Program akselerasi dapat diselenggarakan dalam beberapa pilihan, seperti kelas reguler, dimana dalam kelas reguler ini siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler. Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:70

a) Kelas reguler dengan kelompok (Cluster)

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dengan kelompok khusus.71 b) Kelas reguler dengan pull out

Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler, namun dalam waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, atau belajar dengan guru pembimbing khusus.72

69 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 48.

70 Ibid., h. 221. 71 Ibid., h. 222. 72 Ibid.

(43)

Adapun bentuk penyeleggaraan lain program akselerasi, sebagai berikut:

1) Program khusus, siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa bersama dengan siswa yang berkemampuan biasa.

2) Kelas khusus, dimana siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.

3) Sekolah khusus, siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.73

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa akselerasi atau yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.74

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian, diperlukan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk mendukung serta memperkuat pentingnya penelitian ini dilakukan. Penulis telah menelaah beberapa kajian atau hasil penelitian yang terkait dengan judul “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang”, yaitu sebagai berikut:

1. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, DOI 10.17977/tk.v34i2.3030, Desember 2013 ISSN: 2460-8300 (Print); 2528-4339 (Online), yang ditulis oleh Herry Widyastono dengan judul “Alternatif Program Pendidikan bagi Peserta Didik SMA yang Memiliki Kecerdasan Istimewa”. Penelitian ini menjelaskan tentang penyelenggaran berbagai

73 Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi: Analisis Teori dan Praktik Serta Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 60.

(44)

program khusus pendidikan bagi peserta didik SMA yang memiliki kecerdasan istimewa.

2. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, DOI: 10.31538/nzh.vli2.88, Agustus 2018, ISSN: 2614-8013, yang ditulis oleh Ishmatun Nihayah dengan judul “Pengembangan Kurikulum Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Pada Program Akselerasi di SMAN 5 Surabaya”. Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan akselerasi dan pengembangan kurikulum bidang studi Pendidikan Agama Islam pada proram akselerasi di SMAN 5 Surabaya. 3. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor. 7, DOI:

10.24832/jpnk.v16i7.502, Juni 2010, ISSN: 2460-8300 (Print); 2528-4339 (Online), yang ditulis oleh Munawir Yusuf dengan judul “Studi Efektifitas Program Akselerasi di SMU Surakarta”. Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran secara utuh penyelenggaraan program akselerasi dan efektivitas rekrutmen calon peserta program akselerasi di SMU Surakarta.

4. Skripsi “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan”, oleh Siti Shobariyah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif analisis. Penelitian ini menjelaskan tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kelas akselerasi dan seberapa berhasilkah strategi tersebut dijalankan. 5. Skripsi “Implementasi Program Akselerasi dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Oleh Lina Fatmawati mahasiswi jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2010. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang anak berbakat yang memiliki kepribadian yang unik. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tujuan menyelenggarakan program akselerasi bagi mata pelajaran PAI, strategi atau metode yang dalam proses pembelajaran PAI di kelas akselerasi dan problematika yang dihadapi.

(45)

30 A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Kab. Tangerang pada tahun ajaran 2019/2020. Sekolah ini berlokasi di Jl. KH. Hasyim Ashari KM. 1, Sepatan, Kec. Sepatan, Tangerang-Banten 15520. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu dimulai pada 06 Januari – 09 Maret 2020.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, mendefinisikan bahwa Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, maka peneliti akan terjun langsung ke lapangan (penelitian field research), mengamati secara langsung kejadian dan bertemu langsung dengan responden untuk menggali informasi.

C. Prosedur Pengumpulan Data a. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggali informasi dari beberapa sumber yang ada. Berikut sumber data yang akan dimanfaatkan peneliti:

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. Ke-XXXVI, h. 4.

Gambar

Tabel 4.1: Daftar Guru PAI SMA Negeri 11 Kab. Tangerang ............................. 40  Tabel 4.2: Jumlah Siswa-Siswi SMA Negeri 11 Kab
Tabel 4.1 : Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 11 Kab.
Tabel 4.2 : Jumlah siswa-siswi SMA Negeri 11 Kab. Tangerang  No.  Kelas  Jumlah
Gambar 4.1: Kegiatan Belajar Mengajar PAI Kelas Akselerasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturan aturan tertentu secara sistimatis seperti adanya aturan waktu,.. target denyut nadi, jumlah

Hasil kajian mendapati pengusaha pertanian di bandar Kulim berhadapan dengan pelbagai halangan- halangan utama dalam pertanian seperti halangan dari segi tanah, modal,

Hal ini menunjukan bahwa lipase yang dapat menghidrolisis lemak sebesar 42,22 unit/ml.Untuk mengetahui aktifitas enzim pada substrat onggok dan gandum dengan jumlah

[r]

Analisis deskriptif ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang tidak dihipotesiskan, dalam penelitian ini adalah rumusan masalah satu dan dua, yaitu akan

Perancangan aplikasi webside ini sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan designer yang sudah ada, seperti design command button, format picture, dan link yang membedakan

Skripsi Sarjana : PUSPA PKPA Medan ( Studi etnografi PUSPA PKPA Dalam Melindungi Korban Kekerasan Rumah Tangga Terhadap Anak (KDRT) di Kota Medan).. Medan:

melakukan penelitian pada saat pertunjukan pawai seni Ngarak Posong yang.. diselenggarakan di Kabupaten Cianjur pada tanggal 18 Agustus 2014, acara