• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang selatan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

NANI MAYADIANTI

NIM : 104018200677

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iii

Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan untuk mengevaluasi program kelas akselerasi yang telah diselenggarakan selama 7 tahun terakhir. Penelitian meliputi 4 Dimensi, Yaitu dimensi Konteks, Masukan, Proses, Produk.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kelas akselerasi yang dikelola SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah terselenggara dengan baik, dalam melayani kebutuhan siswa cerdas dan berbakat istimewa. Dari ke-empat dimensi tersebut, dimensi masuk dan produk berada dalam kategori sangat baik, dan dimensi konteks serta proses berada dalam kategori baik.

(8)

iv

هتاكربو ها ةمحرو كي ع اسلا

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, Penulis panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah – Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhoi oleh Allah.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan pada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria M.Ed, M.Phill, Ketua Jurusan Kependidikan Islam, serta Fauzan MA, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen Pembimbing yang memberikan saran

produktif dan kritik membangun dalam penyelasaian skripsi ini. 5. Drs. H. Nurochim, MM, Dosen Penasehat Akademik.

(9)

v

8. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyusun skripsi ini.

9. Untuk Kedua orang tua tercinta, “Papa” H. Didi Heryantodan “Mama”

H. Umayah (Almh), “Ibu” Khoiriyah yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan moriil maupun materiil kepada penulis. Maaf Kalau Ananda sedikit terlambat Lulus nya.

10.Untuk Adik-adik ku tercinta Eva Riyatussholihah, Imam Ahmad

Nurkholis, Fadia Fikriyatunnuha, terima kasih atas do’a, kasih sayang dan segala dukungan yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

11.Untuk Anggriawan Pranata yang selalu ku sayang, yang sabar mendengarkan keluh kesah ku dan menemani penulis dalam segala hal, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, Thank You Soo Much.

12.Teman-teman “Seperjuangan” KIMP ’04 B, Iin, Bu Haji Iie, Uphe, Rani, Afif, Dede, Atni, Nia, Mumu, Lulu, Pipit, Ule, Naila, Nurhayati, Zumaroh Mangaph Man, Coax, Abenk, Rohim, Zamzam, Lukman, Faisal, Arif, Jaway, Pawpaw, Zaki, Fadli, Kang Irfan, Eko, Encep, Arofah, Insan. Teman-Teman KIMP ’06, Retya, Syafrina, Siti Nurseha, Jeung Papah, Vivi, Ipah, Reta, semoga semua sukses dan jadi orang yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, Aamiin.

13.Segenap Senior dan Junior KI – Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14.Serta kepada semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya, teruskan perjuangan “Man jadda wajada”

(10)

vi balasan setimpal dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 23 Juni 2011 Penulis

(11)

vii

ABSTRAK ………...………...………... iii

KATA PENGANTAR ………...……....………...……….. iv

DAFTAR ISI ………...……....…...………. vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ………….…...……...….…………...…. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Identifikasi Masalah ………... 6

C. Pembatasan Masalah ...………... 8

D. Perumusan Masalah ...………....……….... 8

E. Fokus Penelitian ... 9

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ………... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program ...………... 11

2. Tujuan Evaluasi Program .………... 13

3. Model-Model Evaluasi Program ……….... 15

B. Program Akselerasi 1. Pengertian Program Akselerasi ...………... 20

2. Tujuan Program Akselerasi ... 27 3. Aspek – aspek Program Akselerasi

1) Aspek Filosofis Program Akselerasi ... 2) Aspek Psikologis Program Akselerasi ... 3) Aspek Empiris Program Akselerasi ... 4) Aspek Yuridis Program Akselerasi ...

(12)

viii

C. Kerangka Konseptual ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B. Metode Evaluasi ………... 51

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data …………...………..… 52

E. Teknik Pengolahan Data ..………... 52

F. Teknik Analasis Data ...………... 53

G. Tabel Perencanaan Evaluasi ...………... 55

H. Instrumen Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

1. Sejarah Sekolah ... 2. Latar Belakang Penyelenggaraan Kelas Akselerasi ... 3. Proses Penerimaan Siswa Baru Program CI-BI Akselerasi 60 61 62 B. Deskripsi Data ………...…...………... 66

C. Analisis dan Interpretasi Data .……….………... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………...………...…………...……. 95

B. Saran ...……….…………... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(13)

ix

Gambar 2 Faktor Pendukung Sumber Daya Pendidikan 41 Tabel 1 Perencanaan Evaluasi Program Akselerasi. 56

Tabel 2 Kisi-Kisi Angket. 58

Tabel 3 Penerimaan Siswa Baru Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2010 / 2011. 63 Tabel 4 Sosialisasi Tujuan Program Kelas Akselerasi. 66 Tabel 5 Sosialisasi Sasaran Program Akselerasi. 67

Tabel 6 Kenyamanan Ruang Kelas. 67

Tabel 7 Kelayakan Laboratorium. 67

Tabel 8 Ketidaklayakan Perpustakaan. 68

Tabel 9 Ketidaklayakan Ruang BK. 68

Tabel 10 Ketidaklayakan Tempat Ibadah. 69

Tabel 11 Professionalisme Guru Kelas Akselerasi. 69

Tabel 12 Professionalisme Petugas Laboratorium. 70

Tabel 13 Professionalisme Pustakawan. 70

Tabel 14 Ketidakprofesionalan Guru BK. 71

Tabel 15 Ketidakmampuan Sekolah Mengelola Program Akselerasi 71 Tabel 16 Program Pembelajaran Tersendiri/Khusus Kelas Akselerasi. 71

Tabel 17 Ketidaknyamanan Lingkungan Sekolah. 72

Tabel 18 Kesiapan Dana Sekolah Untuk Pelaksanaan Kelas Akselerasi. 72 Tabel 19 Pengelolaan Waktu Program Kelas Akselerasi. 72 Tabel 20 Ketidakmampuan Sekolah dalam Penyelenggaran Penerimaan

Siswa Baru. 73

Tabel 21 Uji Berkas Penerimaan Siswa Baru. 73

Tabel 22 Pelaksanaan Tes Masuk (Tes Akademik, Tes Psikologi dan Tes

Kesehatan). 74

Tabel 23 Persetujuan/kesediaan orang tua siswa. 74

(14)

x menyenangkan.

Tabel 30 Pemberian tugas, PR, dan kuis pada setiap pertemuan. 78

Tabel 31 Pelaksanaan Ulangan Harian. 78

Tabel 32 Pelaksanaan Ujian Tengah Semester. 79

Tabel 33 Pelaksanaan Ujian Akhir Semester. 79

Tabel 34 Pengawasan oleh Kepala Sekolah. 79

Tabel 35 Pengawasan oleh Komite Sekolah. 80

Tabel 36 Kesempatan menyampaikan kritik/masukan. 80 Tabel 37 Efek program kelas akselerasi terhadap kemampuan

berkompetisi. 81

Tabel 38 Peningkatan Prestasi Akademik Siswa. 81

Tabel 39 Manfaat Program dalam Memudahkan Siswa Mengikuti

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 82

Tabel 40 Manfaat Program Kelas Akselerasi dalam Membantu Siswa

Memilih Program Lanjutan. 82

Tabel 41 Kerjasama sekolah dengan orang tua siswa yang mengalami

masalah dalam pembelajaran. 83

Tabel 42 Manfaat Pemberian Jadwal Tambahan. 83

Tabel 43 Ketepatan Program Akselerasi Bagi Siswa CI-BI. 84 Tabel 44 Distribusi Frekuensi Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri

3 Tangerang Selatan. 84

Tabel 45 Evaluasi Program Kelas Akselerasi Dilihat Dari Dimensi

Program. 85

Tabel 46 Profil guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 3

Tangerang Selatan. 87

Tabel 47 Nilai Mata Pelajaran Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran

2010/2011. 93

Tabel 48 Nilai Ujian Nasional Siswa Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran

(15)

xi

Lampiran 3 Surat Pengantar Wawancara Dengan Koordinator Program Kelas

Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

Lampiran 4 Berita Wawancara dan Hasil wawancara Dengan Koordinator

Program Kelas Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

Lampiran 5 Pedoman Studi Dokumentasi

Lampiran 6 Profil SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

Lampiran 7

Panduan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru Program CI-BI Akselerasi (Percepatan Belajar) SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2011/2012

Lampiran 8 Leger Sementara Semester VI Kelas IX Akselerasi Tahun Pelajaran

2010/2011

Lampiran 9 Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Kelas IX Akselerasi Tahun

Pelajaran 2010/2011

Lampiran 10 Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang

Selatan Tahun (Angkatan I – Angkatan V)

Lampiran 11 Angket Tentang Evaluasi Program Kelas akselerasi di SMP

Negeri 3 Tangerang Selatan

Lampiran 12 Hasil Rekap Jawaban Angket

Lampiran 13 Hasil Hitungan Perdimensi Kisi-kisi Angket

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar

Belakang

Masalah

Kelas akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa agar dapat mempercepat pendidikan mereka. Baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Depdiknas, yang menyatakan bahwa:

Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia dengan cara memberikan wadah kepada peserta didik yang berbakat dan cerdas istimewa yang diidentifikasi oleh tenaga profesional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ditunjukan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual.1

1

(17)

Sedangkan U.S Office Of Education, sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah:

“Anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (seperti olahraga).”2

Departemen Pendidikan Nasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu:

1) Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

2) Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa.

4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

5) Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3

Namun, seperti halnya penetapan kebijakan yang selalu menimbulkan pro dan kontra, program akselerasi yang dikembangkan di sekolah-sekolah Indonesia, juga mengalami pertentangan. Hal ini muncul dikarenakan adanya anggapan bahwa program akselerasi hanya memperlebar jurang kesenjangan

2

Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat : Suatu Studi Penjajakan, (Jakarta:PT. Rajawali, 1998), hlm. 6-7.

3

(18)

antar siswa. Sebagian kalangan menganggap pihak sekolah terlalu memberikan pelayanan super spesial kepada siswa-siswa berbakat, sementara siswa yang berada dalam tahap normal hanya diberikan pelayanan seperti pelayanan pendidikan sewajarnya. Pihak sekolah juga dinilai tidak memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan anak didik di luar lingkungan siswa berbakat.

Keadaan ini menimbulkan segelintir pertanyaan, apakah program akselerasi yang dicanangkan pemerintah ini akan benar-benar meningkatkan mutu pendidikan yang akhirnya akan memunculkan sumber daya manusia yang kompetitif? Apakah program akselerasi ini akan tepat sasaran dalam mengklasifikasikan anak berbakat yang akan masuk dalam kelas percepatan belajar ini? Atau kah dalam pelaksanaannya nanti akan terjadi penyimpangan seperti penyalahgunaan kelas akselerasi yang tadinya ditujukan untuk anak berbakat menjadi kelas percepatan belajar bagi anak-anak yang kaya, bukan untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan istimewa?

Hal ini coba dijawab oleh para praktisi pendidikan dengan membuka program akselerasi (percepatan belajar) di sekolahnya seperti Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan4, Lab School Rawamangun5, SMA Negeri 1 Pamulang6, SMP Negeri 3 Tangerang Selatan7 dan lain sebagainya.

Dari semua penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program akselerasi yang dikembangkan oleh pemerintah dan pihak sekolah sudah berjalan dengan baik dan benar-benar efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang pada akhirnya akan menghasilkan output dan sumber daya manusia yang terkualifikasi dan mampu bersaing di dunia internasional. Dan sekolah yang dipilih penulis untuk menjadi objek penelitian adalah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

4

Akses internet,

http://smaia1.al-azhar.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=60,3 Agustus 2011.

5

Akses internet, http://smplabschoojkt.blogspot.com/2008/03/kelas-akselerasi.html,

3 Agustus 2011.

6

Akses internet, http://iisnurhayati.wordpress.com/2009/09/28/sman-1-pamulang/,

3 Agustus 2011.

7

(19)

Setiap program yang disusun berdasarkan rencana dan tujuan yang terarah

selayaknya memiliki kegiatan evaluasi yang dapat memberikan jawaban apakah program itu berhasil mencapai sasaran atau tidak, khususnya mengenai pendidikan anak berbakat atau Program Percepatan Belajar. Evaluasi adalah penetapan mengenai seberapa jauh sebuah program mencapai sasaran-sasarannya.

Sekolah yang berdiri sejak tahun 1976 ini mengalami perkembangan dan peningkatan yang signifikan. Setelah berjalan sekitar 28 tahun atau tepatnya pada tahun 2004 sekolah ini membuat sebuah kebijakan dalam program peningkatan mutu sekolah mereka, yaitu program kelas akselerasi.

Adapun visi dan misi yang dijalankan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, Visi: (1) Terunggul dalam prestasi, (2) Teladan dalam bersikap dan bertindak, (3) Konsisten dalam menjalankan ajaran agama. Dan Misi : (1) Mewujudkan peningkatan kualitas mutu lulusan, (2) Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA dan SMKN, (3) Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air, (4) Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan, (5) Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan. (lampiran 6)

Dengan misi meningkatkan kualitas mutu lulusan dan meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan, pada tahun 2004 SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memulai program kelas akselerasi. Pada saat itu sekolah yang dipimpin oleh Drs. H. Kuswanda, M.Pd memulai program kelas akselerasi dan terus berjalan hingga saat ini di bawah pimpinan Maryono, S.E.M.M.Pd dan telah memiliki 5 angkatan lulusan program kelas akselerasi (Lampiran 10, Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan).

(20)

Tangerang Selatan. (Lampiran 10, Data Lulus Program CI-BI Akselerasi SMP Negeri 3 Tangerang Selatan).

(21)

Tangerang Selatan. Keadaan ini merugikan pihak SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dikarenakan mereka kehilangan beberapa siswa yang memiliki kecerdasan dan intelegensi di atas rata-rata, serta berbakat istimewa untuk program kelas akselerasi. Dengan kata lain SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dijadikan pilihan terakhir dalam memilih sekolah, bukan menjadi pilihan utama para calon siswa yang cerdas dan berbakat istimewa dalam melanjutkan pendidikannya.

Untuk dapat mengetahui apakah penyelenggaraan program percepatan belajar sudah berjalan dengan baik diperlukan suatu penilaian atau evaluasi terhadap program tersebut.

Beberapa alasan tersebut yang menggugah penulis untuk meneliti di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebagai tempat penelitian skripsi. Apakah dengan adanya beberapa masalah yang muncul baik dari dalam (persepsi siswa regular tentang perbedaan pelayanan pendidikan) maupun luar sekolah (kebijakan penetapan kalender pendidikan yang berbeda di setiap daerah) serta permasalahan-permasalahan lain dapat diantisipasi pihak sekolah dalam kelangsungan program kelas akselerasi sebagai alat peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Apakah dengan keadaan seperti itu program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan mampu berjalan dengan baik maka diperlukan evaluasi terhadap program tersebut untuk menilai apakah pelaksanaan Program Akselerasi yang diselenggarakan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui lebih lengkap, penulis mengambil judul skripsi, yaitu:

Evaluasi Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 3

Tangerang Selatan”

B.

Identifikasi

Masalah

(22)

dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang mengacu pada komponen berikut, yaitu komponen konteks, komponen masukan, komponen proses, dan komponen produk. Berdasarkan komponen itu, maka dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan terkait dengan program akselerasi, yaitu:

1. Permasalahan pada komponen konteks berkaitan dengan relevansi tujuan program akselerasi dengan kebutuhan, masalah, dan sasaran.

2. Permasalahan pada komponen masukan berkaitan dengan kualitas strategi program yang dibangun dari sejumlah unsur masukan yang dikelompokkan dalam raw input dan instrumental input.

a. Bagaimana karakteristik peserta yang mengikuti program Akselerasi? Seberapa tinggi minat mereka mengikuti program akselerasi? Seberapa besar tingkat kebutuhan mereka terhadap program akselerasi? Seberapa jauh pengalaman belajar yang dimiliki calon peserta yang relevan dengan program akselerasi?

b. Bagaimana mutu kurikulum SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Bagaimana mekanisme pengembangan dan penyusunan kurikulum Akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Metode pengajaran apa yang diterapkan? Apa saja bahan ajar yang digunakan? Bagaimana koherensi antar komponen kurikulum kelas akselerasi?

c. Bagaimana kapabilitas guru dan tenaga pendidikan yang mengajar di kelas akselerasi?

d. Bagaimana kualitas sarana prasarana yang disediakan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan? Bagaimana tingkat ketercukupan sarana prasarana tersebut? Bagaimana tingkat kebermanfaatan sarana prasarana tersebut bagi program akselerasi?

3. Permasalahan pada komponen proses berkaitan dengan kesesuaian antara implementasi program dan rencana program akselerasi.

a. Bagaimana kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas akselerasi?

b. Bagaimana interaksi belajar yang terjadi di kelas akselerasi?

(23)

d. Bagaimana kinerja sekolah dalam penyelenggaraan program kelas akselerasi?

4. Permasalahan pada komponen produk berkaitan dengan hasil atau keluaran program.

a. Bagaimana nilai hasil belajar peserta program kelas akselerasi?

b. Bagaimana nilai hasil Ujian Nasional peserta program kelas akselerasi? c. Bagaimana perubahan sikap yang terjadi pada peserta program kelas

akselerasi?

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat permasalahan yang berkaitan dengan program akselerasi cukup luas, maka masalah penelitian pada penelitian evaluasi perlu dibatasi.

Oleh karena itu, penelitian evaluasi dibatasi pada penilaian terhadap komponen-komponen program akselerasi yang berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan program kelas akselerasi yang bertujuan pada peningkatan mutu pendidikan. Mutu yang dimaksud di sini adalah pada penyediaan pelayanan pendidikan yang diberikan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kepada siswa/i yang cerdas istimewa atau memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Penulis memberikan batasan terkait salah satu latar belakang masalah, seputar penyelenggaraan program akselersi yang memunculkan banyak pertentangan. Apakah program seperti ini masih layak digunakan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia? Dengan mengikuti model evaluasi CIPP, maka komponen program yang dievaluasi adalah komponen konteks, masukan, proses, dan produk.

D.

Perumusan Masalah

(24)

E.

Fokus Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan metode riset evaluasi. Sasaran riset evaluasi adalah program kelas akselerasi di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang meliputi:

1. Latar belakang penyelenggaraan Program Akselersi 2. Perencanaan Program Akselerasi

3. Proses penerimaan siswa baru 4. Pelaksanaan program akselerasi

5. Pengawasan/evaluasi Program Akselerasi

F.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai ketepatan program akselerasi sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dalam hal, pelayanan pendidikan bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat istimewa.

G.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai informasi baru yang berguna untuk meningkatkaan mutu dan profesionalisme dalam mengelola penyelenggaraan program pendidikan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pendidikan.

(25)
(26)

11

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A.

Evaluasi Program

1.

Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang memiliki dasar kata “value”, yang berarti “menilai”.1 Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary Evaluasi adalah to form an opinion of the amount, value or quality of something after thinking about it carefully.2 yang artinya sebuah pendapat tentang nilai, jumlah atau kualitas sesuatu yang telah dipikirkan dengan matang. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.3 Worthen dan Sanders Seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menambahkan, evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur,

1

John M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet.XXVI, hlm.626.

2

A S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (New York:Oxford University Press, 2000), hlm.450.

3

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

(27)

serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.4 Selanjutnya Suharsimi mengutip Stufflebeam, menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusannya.5

Jelas Terlihat bahwa, dalam evaluasi terdapat tahap-tahap atau proses yang dilalui yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi guna melihat tingkat keberhasilan sebuah program. Dan penulis menyimpulkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencari informasi yang berguna bagi decision maker dalam mengambil keputusan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, program diartikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di ketatanegaraan, perekenomian, dsb) yang akan dijalankan.6 Suharsimi arikunto menambahkan bahwa program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.7

Menurut Isaac dan Michael seperti dikutip oleh Djunaidi Lababa sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Isaac dan Michael, ada tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu : (1) menyatakan

4

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm.1-2.

5

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm.1-2.

6

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet.I, hlm.702.

7

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

(28)

pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.8

Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebuah program atau rencana sangat erat kaitannya dengan evalusi. Berhasil atau tidaknya sebuah program yang dijalankan dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan. Bahkan menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafrudin ada Empat kemungkinan kebijakan berdasarkan hasil evaluasi yaitu : (1) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut

tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

(2) Merevisi Program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).

(3) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

(4) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.9

2.

Tujuan Evaluasi Program

Dalam evaluasi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve).

8

Akses Internet, http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html , 07 Oktober 2010.

9

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

(29)

Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat tingkat efektifitas program tersebut mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.

Senada dengan Suharsimi Arikunto, Fuddin menjelaskan bahwa Secara umum alasan dilaksanakannya program evaluasi yaitu;

1) Pemenuhan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, 2) Mengukur efektivitas dan efesiensi program,

3) Mengukur pengaruh, efek sampingan program, 4) Akuntabilitas pelaksanaan program,

5) Akreditasi program,

6) Alat mengontrol pelaksanaan program,

7) Alat komunikasi dengan stakeholder program, 8) Keputusan mengenai program ;

a) Diteruskan

b) Dilaksanakan di tempat lain c) Dirubah

d) Dihentikan

Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita perlu memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari:

a) What yaitu apa yang akan di evaluasi

(30)

Dengan memperhatikan pada tiga unsur kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi: tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur atau teknik pelaksanaan.

Didalam evaluasi program pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada keterkaitan yang erat antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi. Dan jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output).

b) Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program.

c) Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.10

3.

Model-Model Evaluasi Program

Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabbar model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi tujuh yaitu: 11

1) Goal Oriented Evaluation

Merupakan model yang paling awal muncul. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara

10

Fuddin Van Batavia, Wordpress Blog, http://fuddin.wordpress.com/2008/07/02/teori-evaluasi-dengan-cipp/ 07 Oktober 2010.

11

(31)

berkesinambungan, terus-menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

2) Goal Free Evaluation Model

Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut juga dengan evaluasi lepas dari tujuan, tetapi bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci atau perkomponen.

3) Formatif - Summatif Evaluation Model

Evaluasi Formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasikan hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program

Evaluasi Sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program.

4) Countenance Evaluation Model

Dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description), dan (2) perimbangan (judgements), serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu: (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process), (3) keluaran (output - outcomes).

5) CSE – UCLA Evaluation Model

(32)

a. Needs Assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah pertanyaan yang diajukan:

Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan program?

Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksanaan program ini?

Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini?

b. Program Planning, dalam tahap ini evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. c. Formative Evaluation, dalam tahap ketiga ini perhatian terpusat pada

keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program, karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembangan program.

d. Summative Evaluation, dalam tahap keempat evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.

6) CIPP Evaluation Model

Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak dikenal, dikembang oleh Stufflebeam. CIPP merupakan singkatan dari huruf awal 4 buah kata, yaitu:

a) Context Evaluation/evaluasi terhadap konteks.

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.12 Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan menentukan sejauh mana tawaran ini cukup

12

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

(33)

responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi. Penilaian

konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang

ingin dicapai?”13

b) Input Evaluation/evaluasi terhadap masukan.

Evaluasi terhadap masukan menyediakan informasi tentang

masukan yang terpilih , butir-butir kekuatan dan kelemahan, strategi dan desain untuk merealisasikan tujuan. Evaluasi masukan dilaksanakan dengan tujuan dapat menilai relevansi rancangan program, strategi yang dipilih, prosedur, sumber baik yang berupa manusia (guru, siswa) atau mata pelajaran serta sarana prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Singkatnya masukan (input) merupakan model yang digunakan

untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.14

Dalam hal pendidikan yang dimaksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa.

c) Process Evaluation/evaluasi terhadap proses.

Evaluasi Proses dilaksanakan dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana program telah diimplementasikan sehari- hari di dalam maupun di luar kelas, pengalaman belajar apa saja yang telah diperoleh siswa, serta bagaimana kesiapan guru dan siswa dalam implementasi program tersebut dan untuk memperbaiki kualitas program dari program yang berjalan serta memberikan

13

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

14

(34)

informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.15

Pada model ini, perhatian terpusat pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk

sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan

selesai. Pada model ini juga, perhatian diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksanakan sesuai dengan rencana.

d) Product Evaluation / evaluasi terhadap hasil.

Evaluasi produk meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program serta mengukur efektifitas program.16 Pada tahap ini perhatian terpusat pada hal-hal yang menunjukan perubahan yang terjadi.

Keunggulan CIPP Evaluation Model :

1. CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses implementasi.

2. CIPP memiliki potensi untuk bergerak diwilayah evaluasi formative dan summative sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.17

Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih menggunakan CIPP Evaluation Model sebagai acuan dalam menilai komponen-komponen program akselerasi. Penulis memilih CIPP Evaluation Model

15

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

16

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

17

(35)

dikarenakan penulis lebih mudah memahami dan menilai komponen program akselerasi.

B.

Program Akselerasi

1.

Pengertian Program Akselerasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia program ialah “rancangan rencana kegiatan mengenai asas-asas, serta usaha-usaha yang akan

dijalankan”.18

Dari pengertian tersebut sudah terlihat adanya unsur-unsur pengelolaan atau manajemen dalam suatu program yang merupakan serangkaian kegiatan dalam bentuk program yang dilaksanakan secara bertahap dengan menyusun terlebih dahulu suatu rancangan rencana, asas-asas dan usaha-usaha untuk diimplementasikan dilapangan.

Akselerasi diambil dari kata bahasa Inggris yaitu “Accelerated” bila

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti dipercepat”.19

Sedangkan

dalam kamus besar bahasa Indonesia, akselerasi diartikan “Proses mempercepat”.20

Menurut Dave Meier seperti yang dikutip Busro akselerasi dapat dilakukan jika adanya suatu objek, dalam hal ini objeknya adalah belajar, yaitu menjadi percepatan belajar/Accelerated learning. “Accelerated learning” adalah “Cara belajar yang alamiah. Akarnya telah

tertanam sejak zaman kuno”.21

Ini berarti model pembelajaran akselerasi dilakukan secara alamiah sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak, dan pembelajaran akselerasi sudah dilakukan sejak zaman dahulu sebagai suatu gerakan modern yang mendobrak metodologi pembelajaran dan pelatihan yang dikemas dalam sebuah program pendidikan.

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet.I, hlm. 702.

19

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet.XXVI, hlm. 5.

20

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 16.

21

(36)

Ketika kata ini digunakan dalam dunia kependidikan maka dikenal dengan istilah program akselerasi. Program ini sendiri ditujukan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, program akselerasi diartikan “Seperangkat

kegiatan kependidikan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik dalam waktu yang lebih singkat dari

biasanya”. Program ini berisikan seperangkat kegiatan pendidikan yang telah dirancang khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, sehingga proses pembelajaran dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat.

Herry Widyastono, seperti yang dikutip Veria Wulandari mengatakan bahwa program percepatan belajar (accelerated) yaitu pemberian pelayanan dengan membolehkan mereka (siswa) menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan teman-temannya. Program ini cocok bagi anak yang berbakat dengan tipe accelerated learner.22

Depdiknas mendefinisikan bahwa program akselerasi adalah “Program layanan belajar diperuntukan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah

ditetapkan”.23

Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa program akselerasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntukan bagi siswa yang memiliki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat dan singkat.

22

Veria Wulandari, Pengelolaan Program Kelas Akselerasi-Studi Kasus di SD Panglima Besar Jendral Sudirman Cijantung, (Jakarta Timur:FIP-UNJ, 2004), hlm. 2.

23

Depdiknas, Isu-isu Pendidikan: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua,

(37)

Karena program ini diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi, dan bakat istimewa, maka pihak sekolah (guru/tenaga kependidikan) harus mengetahui, mengamati dan menseleksi ciri dari siswa tersebut, hal ini dilakukan agar penyelenggaraan program akselerasi diberikan tepat sasaran kepada siswa yang benar-benar memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa.

Renzulli menjelaskan bahwa “Keberbakatan menunjukan pada adanya keterkaitan antara tiga kelompok ciri (Cluster) yaitu kemampuan umum, kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (Task Commitment) di atas rata-rata”.24

Dengan menggunakan konsep keberbakatan dari Renzulli di atas, dengan disesuaikan dengan kondisi yang ingin dikembangkan oleh pihak sekolah maka definisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa dalam program akselerasi adalah:

Siswa yang diidentifikasi oleh tenaga professional dan mempunyai pencapaian kinerja tinggi. Kinerja tinggi ditunjukan dengan pencapaian dan mempunyai kemampuan dalam salah satu area atau kombinasi beberapa area bidang studi. Adapun area kemampuan yang ditunjukan oleh siswa cerdas istimewa adalah kemampuan kecerdasan umum, bakat akademik khusus, berfikir kreatif dan produktif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan psikomotorik, dan seni peran dan visual.25 Sedangkan U.S Office Of Education, sebagaimana yang dikutip oleh Utami Munandar, mendefinisikan bahwa siswa istimewa dan berbakat adalah:

Anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul, anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan

24

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, (Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2009), hlm. 18.

25

(38)

akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (seperti olahraga).26

Untuk mendapatkan peserta didik berbakat seperti yang disebutkan dalam definisi di atas, Departemen Pendidikan Nasional, menyebutkan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan kemampuan umum, kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas, yaitu: 1) Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya).

2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan. 3) Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis. 4) Mau belajar/bekerja secara mandiri.

5) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

6) Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya. 7) Cermat atau teliti dalam mengamati.

8) Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah.

9) Mempunyai minat luas.

10) Mempunyai daya imajinasi yang tinggi. 11) Belajar dengan mudah dan cepat.

12) Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat. 13) Mampu berkonsentrasi.

14) Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.27

Selain Depdiknas, Balitbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana dikutip Rahmi Nurrahmah, secara rinci mengidentifikasi ciri-ciri siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, yaitu:

1) Memiliki ciri-ciri belajar, antara lain; mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan baik, pembendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berfikir kritis, logis, sering membaca buku bermutu, dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.

2) Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas, antara lain; tekun terhadap tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan bosan dengan tugas-tugas rutin.

26

Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat : Suatu Studi Penjajakan, (Jakarta:PT. Rajawali, 1998), hlm. 6-7.

27

(39)

3) Memiliki kreatifitas, antara lain; bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usulan-usulan terhadap suatu masalah, mampu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-malu, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan mampu mengajukan gagasan pendapat yang berbeda dengan orang lain.

4) Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain; disenangi oleh teman sekolah, dipilih menjadi pemimpin, dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi teman-teman, banyak mempunyai inisiatif dan percaya pada diri sendiri.28

Siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa merupakan asset pembangunan nasional yang luar biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya pembinaan dan pengembangan siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan tinggi, dan bakat istimewa secara optimal melalui pelayanan pendidikan program akselerasi. Karena pada dasarnya tujuan program akselerasi diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki potensi akademik dan bakat istimewa yang merupakan bagian dari kebutuhan sekolah. Sebaliknya jika siswa tersebut mendapatkan pelayanan pendidikan yang tidak sesuai dengan potensi tingkat kecerdasan, kemampuan, dan bakat serta minat yang dimilikinya, maka mereka tidak dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik, atau bahkan mereka bisa menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar) lebih dari itu mereka dapat mengganggu teman-teman dalam kegiatan pembelajaran.

Persoalan yang perlu dipecahkan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswa berpotensi tinggi dan bakat istimewa adalah perlunya diciptakan sekolah unggulan, yang di dalamnya terdapat berbagai program pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi

28

(40)

kecerdasan, bakat, minat, serta kebutuhan siswa, sehingga potensi mereka dapat dioptimalkan dengan baik.

Syafaruddin, mengidentifikasikan sekolah unggulan adalah “Sekolah yang efektif (mampu mencapai tujuan) dan efesien (menggunakan sumberdaya dengan hemat) untuk mencapai tujuan dengan lulusan yang

terbaik, dalam keunggulannya secara kompetitif dan komparatif”.29

Lebih jelas, Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan bahwa sekolah

unggulan pada hakikatnya adalah “Sekolah yang membekali proses belajar mengajar yang bermutu kepada siswa dengan kurikulum yang bermutu

pula”.30

Lebih lanjut Depdiknas, menyebutkan dimensi-dimensi sekolah unggulan, yaitu:

1) Masukan (Input, Intake) berupa siswa yang diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan.

2) Sarana dan prasarana yang menunjang guna memenuhi kebutuhan belajar siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.

3) Lingkungan belajar yang kondusif untuk terwujud dan berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial-psikologi.

4) Guru dan tenaga kependidikan yang menanganinya harus guru/tenaga kependidikan yang terpilih mutunya, baik dari segi penguasaan mata pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam menjalankan tugas.

5) Kurikulum yang diperkaya.

6) Rentang waktu belajar di sekolah lebih panjang/lebih lama dibandingkan dengan sekolah lain.

29

Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Jakarta:PT Grasindo, 2002), hlm 95.

30

(41)

7) Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (accountable) kepada siswa, lembaga dan masyarakat.

8) Nilai lebih (plus) dari sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan di luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan penyuluhan/konseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ektrakurikuler lainnya.

9) Pembinaan kemampuan kepemimpinannya (leadership) yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa dan melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran. 10) Sekolah unggulan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. 11) Sekolah unggulan diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan

(agent of excellence).31

Dengan demikian siswa yang diperkenankan belajar pada program unggulan harus memiliki kriteria tertentu seperti prestasi belajar siswa yang superior berupa angka raport, nilai ujian nasional (UN), dan hasil tes prestasi akademik lainnya, skor psiko-tes yang meliputi intelegensi dan kreatifitas, tes fisik dengan baik (keterangan sehat dari dokter). Selain itu perlu diberikan pula insentif tambahan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, baik berupa uang maupun fasilitas lainnya. Kurikulum yang digunakan harus berpegang pada kurikulum nasional yang standar, dan sekolah perlu mengimprovisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan kecepatan dan motivasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya. Selain itu sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana penunjang seperti perpustakaan, laboratorium IPA, Bahasa, komputer, kebutuhan olahraga, kebutuhan kesenian berbagai peralatan praktek dan lain sebagainya.

31

(42)

Dengan mengacu pada sekolah unggulan yang dijelaskan di atas, salah satu bentuk program yang dapat menampung siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa adalah program percepatan belajar (program akselerasi), dimana program tersebut hanya diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa. Hal ini dilakukan tidak lain dalam rangka mengoptimalkan potensi siswa, meningkatkan hasil prestasi belajar, baik prestasi akademik berupa nilai hasil belajar, maupun prestasi non akademik berupa keterampilan hidup.

Untuk selanjutnya, dalam membahas program aksalerasi, penulis menggunakan teori dari Depdiknas yaitu program akselerasi adalah Program layanan belajar diperuntukan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan.

2.

Tujuan Program Akselerasi

Departemen Pendidikan Nasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu:

1) Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

2) Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.

3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa.

4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

(43)

pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.32

Selain tujuan di atas Dave Meier seperti yang dikutip Busro,

menjelaskan tujuan pembelajaran program akselerasi adalah “Menggugah

sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar menyenangkan, dan memuaskan bagi mereka, serta memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, keberhasilan

mereka sebagai manusia”.33

Dari beberapa tujuan di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan diselenggarakannya program akselerasi adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa yang berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sehingga siswa tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya secara maksimal yang mengarah pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan, dalam arti peningkatan prestasi belajar siswa baik prestasi akademik maupun non akademik.

3.

Aspek-aspek Program Akselerasi

1)

Aspek Filosofis Program Akselerasi

Penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan tinggi, dan bakat istimewa didasari filosofis oleh berbagai faktor, yaitu:

a. Hakikat Manusia

b. Hakikat Pembangunan Nasional c. Tujuan Pendidikan

d. Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan.34

32

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, …, hlm. 10.

33

Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 31.

34

(44)

Penjelasan masing-masing filosofis di atas akan dijelaskan sebagai berikut:

Hakikat Manusia, manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan yang merupakan anugrah yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, jangan sampai disia-siakan. Dalam hal ini peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga mempunyai kebutuhan akan keberadaan (eksistensinya), mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Usaha untuk mewujudkan anugrah potensi tersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Hakikat Pembangunan Nasional, dalam pembangunan nasional, manusia memiliki peran sentral, yaitu sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap dimensi potensinya secara wajar, sebagaimana mestinya. Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan Indonesia.

(45)

peserta didik, kalau tidak demikian maka yang akan terjadi adalah ketidakadilan pendidikan.

Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan, dalam upaya pengembangan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang kepada asas keseimbangan dan keselarasan, yaitu keseimbangan antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan (kompetisi) dan kerja sama (kooperatif), keseimbangan antara pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir atomistik, dan keseimbangan antara tuntunan dan prakarsa. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa program akselerasi didasarkan pada pendidikan keadilan, seperti yang tertera pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab III, ayat 1 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan yaitu:

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.”35

Dari undang-undang tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan, yaitu memberikan pelayanan, pengalaman belajar sesuai dengan potensi kecerdasan, kemampuan, dan bakat minat yang dimiliki setiap manusia sebagai anugrah Tuhan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin agar potensi tersebut berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pembangunan nasional dalam memajukan pendidikan).

2)

Aspek Psikologis Program Akselerasi

Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa. Berkenaan dengan hal itu, maka teori-teori program percepatan ini mengacu pada teori tentang anak berbakat:

35

(46)

Anak berbakat memiliki potensi kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun berhubungan juga dengan beberapa jenis seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan musical, kecerdasan kinestik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, teori ini dikenal dengan toeri (Multiple Intelligences). (Gardner, 1983).36 Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program akselerasi ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja.

Dalam skripsi ini dijelaskan satu pendekatan/acuan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum siswa yang berbakat, yaitu Pendekatan Multidimensional. Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas (ditetapkan skor IQ 130 ke atas Skala Wechsler), dimensi kreatifitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai cukup), dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik), (Renzuli, Reis dan Smith 1978).37 Jadi secara psikologis siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat) tingkat kemampuan intelektual umumnya adalah mereka memiliki IQ 140 dengan kategori (genius), dan mereka yang memiliki IQ 130 dengan kategori cerdas dengan ditunjang oleh kreatifitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.

3)

Aspek Empiris Program Akselerasi

Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan, dan bakat istimewa hanya memiliki sifat dan perilaku yang positif saja. Sebetulnya tidak demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka membutuhkan

36

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, (Jakarta:Balitbang Diknas, 2003),hlm. 12-13.

37

(47)

pengertian, perhatian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka akan menderita kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar, seperti:

1) kemampuan berfikir kritis mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis) baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. 2) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru

bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan dengan tugas-tugas rutin.

3) Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya. 4) Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah

tersinggung atau peka terhadap kritik.

5) Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

6) Dengan kemampuan dan minat yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya.

7) Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya, bahkan mereka merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.

8) Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya. 9) Berdasarkan penelitian Henry (1993) mereka juga suka

(48)

sekehendaknya, berbuat usil misalnya mencubit atau melempar benda-benda kecil/kapur ke teman kelasnya.38

Masalah-masalah di atas dapat terjadi karena mereka belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai. Untuk menghindari sifat, perilaku, dan masalah tersebut, kita hendaknya berusaha memberikan kepuasan rohaniah dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat minat, potensi kemampuan, dan kecerdasan siswa. Dalam hal ini melalui program akselerasi agar mereka dapat mengoptimalkan potensinya dengan baik sehingga berguna bagi dirinya, investasi bagi masyarakat dan bangsa.

4)

Aspek Yuridis Program Akselerasi

Kesungguhan pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa secara tegas telah dinyatakan sebagai berikut:

a) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat 4, Pasal 3, Pasal 32 ayat 1dan Pasal 12 Ayat 1 Poin b dan f menegaskan bahwa:

Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Sedangkan pasal 12 ayat 1, bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (b) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.39

b) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52, “anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.

38

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa…, hlm. 22-23.

39

(49)

c) PP No. 72/1991, tentang Pendidikan Luar Biasa.

d) Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negera Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

e) Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia.

f) Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Nomor 171/M Tahun 2005.

g) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

h) Keputusan Mendiknas No. 053/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.

i) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

j) Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. k) Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan.

l) Peraturan mendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendididkan Dasar dan Menengah.

(50)

n) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tantang Pengelolaan Pendidikan.40

4.

Bentuk Program Akselerasi

Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa cerdas istimewa dan berbakat

Gambar

Gambar mekanisme permohonan penyelenggaraan program akselerasi dapat
Gambar 2 Faktor Pendukung Sumber Daya Pendidikan
Tabel 1 Perencanaan Evaluasi Program Akselerasi di SMP Negeri 3
Tabel 2 Kisi-kisi Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diisi nomor Dokumen CK-1/Kode Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan p e rundang-undangan di

Hasil penelitiannya 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat belum efektif dalam pembatasan praktek kartel di Indonesia dikarenakan

dapat disimpulkan bahwa model POGIL tidak berpengaruh pada retensi hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena selisih dari hasil tes tunda secara keseluruhan

[r]

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah terkait dengan tiga substansi yang diteliti yakni,

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas RPP mata pelajaran Biologi di SMA se Kecamatan Medan Johor berdasarkan ketentuan Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan

menyatakan bahwa karya yang berupa PKM- AI berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kandungan Mineral pada Berbagai Media Tumbuh terhadap Laju Fotosintesis Tanaman Hias Hidrofit