• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

3. Model-Model Evaluasi Program

Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabbar model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi tujuh yaitu: 11

1) Goal Oriented Evaluation

Merupakan model yang paling awal muncul. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara

10

Fuddin Van Batavia, Wordpress Blog, http://fuddin.wordpress.com/2008/07/02/teori- evaluasi-dengan-cipp/ 07 Oktober 2010.

11

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan- Pedoman Toeritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan,… hlm. 40-48.

berkesinambungan, terus-menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

2) Goal Free Evaluation Model

Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut juga dengan evaluasi lepas dari tujuan, tetapi bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci atau perkomponen.

3) Formatif - Summatif Evaluation Model

Evaluasi Formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasikan hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program

Evaluasi Sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program.

4) Countenance Evaluation Model

Dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description), dan (2) perimbangan (judgements), serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu: (1) anteseden (antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process), (3) keluaran (output - outcomes).

5) CSE – UCLA Evaluation Model

Ciri dari model ini adalah adanya 5 tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Hernandez, seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto menjelaskan ada 4 tahap dalam model ini, yaitu:

a. Needs Assessment, dalam tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah pertanyaan yang diajukan:

Hal-hal apakah yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keberadaan program?

Kebutuhan apakah yang terpenuhi sehubungan dengan adanya pelaksanaan program ini?

Tujuan jangka panjang apakah yang dapat dicapai melalui program ini?

b. Program Planning, dalam tahap ini evaluator mengumpulkan data yang terkait langsung dengan pembelajaran dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi pada tahap kesatu. c. Formative Evaluation, dalam tahap ketiga ini perhatian terpusat pada

keterlaksanaan program. Dengan demikian, evaluator diharapkan betul-betul terlibat dalam program, karena harus mengumpulkan data dan berbagai informasi dari pengembangan program.

d. Summative Evaluation, dalam tahap keempat evaluator diharapkan dapat mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program.

6) CIPP Evaluation Model

Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak dikenal, dikembang oleh Stufflebeam. CIPP merupakan singkatan dari huruf awal 4 buah kata, yaitu:

a) Context Evaluation/evaluasi terhadap konteks.

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.12 Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan menentukan sejauh mana tawaran ini cukup

12

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan–

responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi. Penilaian

konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apakah tujuan yang

ingin dicapai?”13

b) Input Evaluation/evaluasi terhadap masukan.

Evaluasi terhadap masukan menyediakan informasi tentang

masukan yang terpilih , butir-butir kekuatan dan kelemahan, strategi dan desain untuk merealisasikan tujuan. Evaluasi masukan dilaksanakan dengan tujuan dapat menilai relevansi rancangan program, strategi yang dipilih, prosedur, sumber baik yang berupa manusia (guru, siswa) atau mata pelajaran serta sarana prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Singkatnya masukan (input) merupakan model yang digunakan

untuk menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasikan program.14

Dalam hal pendidikan yang dimaksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa.

c) Process Evaluation/evaluasi terhadap proses.

Evaluasi Proses dilaksanakan dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana program telah diimplementasikan sehari- hari di dalam maupun di luar kelas, pengalaman belajar apa saja yang telah diperoleh siswa, serta bagaimana kesiapan guru dan siswa dalam implementasi program tersebut dan untuk memperbaiki kualitas program dari program yang berjalan serta memberikan

13

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

14

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah proyek relatif sukses/gagal.15

Pada model ini, perhatian terpusat pada “apa” (what) kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk

sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan

selesai. Pada model ini juga, perhatian diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksanakan sesuai dengan rencana.

d) Product Evaluation / evaluasi terhadap hasil.

Evaluasi produk meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program serta mengukur efektifitas program.16 Pada tahap ini perhatian terpusat pada hal-hal yang menunjukan perubahan yang terjadi.

Keunggulan CIPP Evaluation Model :

1. CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteknya hingga saat proses implementasi.

2. CIPP memiliki potensi untuk bergerak diwilayah evaluasi formative dan summative sehingga sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan maupun memberikan informasi final.17

Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih menggunakan CIPP Evaluation Model sebagai acuan dalam menilai komponen-komponen program akselerasi. Penulis memilih CIPP Evaluation Model

15

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

16

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

17

Edison Blogspot, http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 09 Juni 2011.

dikarenakan penulis lebih mudah memahami dan menilai komponen program akselerasi.

Dokumen terkait