• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Kurikulum 2013

a. Konsep Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.10 Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan yang merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan.11

Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan tetapi tidak mampu memberikan bekal, serta tidak dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan dasar tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan lain. Berbagai pihak pun menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta

10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

11Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 13-14.

didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi.12 Akhirnya kurikulum yang berlaku di Indonesia diperbaharui dan melahirkan Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. 13 Namun, yang menjadi perbedaan dan titik tekan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi komponen sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.14 Fungsi dan tujuan Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang-Undang Nasional No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional15, yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

12 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 6.

13 Fadlillah, op. cit., hlm. 16.

14Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hlm. 131.

15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam Kurikulum 2013 terdapat tiga landasan yang menjadi acuan pengembangannya, sebagai berikut:

1) Landasan Filosofis

Filosofis adalah landasan penyusunan kurikulum yang didasarkan pada kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya.16 Berdasarkan hal tersebut, landasan filosofis penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013 sebagai berikut:

a) Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan.

b) Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. 17

2) Landasan Yuridis

Landasan yuridis adalah suatu landasan yang digunakan sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.18 Berdasarkan hal tersebut, landasan yuridis dalam penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013 sebagai berikut:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

16 Fadlillah, op. cit., hlm. 29. 17 Mulyasa, op. cit., hlm. 64. 18 Fadlillah, op. cit., hlm. 29.

c) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional.19

d) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. e) Inpres Nomor 1 Tahun 2000 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional; penyempurnaan kurikulum dan metodologi pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing karakter bangsa.

f) Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013.20

3) Landasan Konseptual

Landasan konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau gagasan yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. Landasan konseptual dalam penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013 sebagai berikut21:

a) Prinsip relevansi pendidikan

b) Model kurikulum berbasis kompetensi c) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen

d) Proses pembelajaran yang meliputi, aktivitas belajar, output belajar, dan

outcome belajar.

e) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi dan penjenjangan penilaian.

c. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan dan diimplementasikan dengan karateristik sebagai berikut22:

1) Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang. 2) Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan

apa yang dipelajarinya di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara seimbang.

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

19 Herry Widyastono, op. cit., hlm. 135. 20Fadlillah, op. cit., hlm. 30.

21 Fadlillah, op. cit., hlm. 30.

4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

6) Kompetensi inti di kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan.

d. Model dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Imas Kurniasih dan Berlin Sani menjelaskan dalam bukunya Implementasi Kurikulum 2013 bahwa ada beberapa model dan metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses pembelajaran di kelas untuk Kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut:23

1) Metode pembelajaran kolaborasi

Strategi pembelajaran kolaborasi atau collaboration learning merupakan strategi yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu siswa dalam mewujudkan belajar kolaboratif. Strategi yang dapat diterapkan, antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim kuis dan lain sebagainya.

2) Metode pembelajaran individual

Metode pembelajaran individu atau individual learning memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang dengan

23 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014, hlm. 43-45.

baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan strategi yang dapat diterapkan, antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses, dan lain sebagainya.

3) Metode pembelajaran teman sebaya

Ada pendapat yang mengatakan seperti ini, “satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain”. Dengan mengajar teman sebaya peer learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik. dan tentunya pada waktu yang bersamaan, ia menjadi narasumber bagi temannya. Strategi yang dapat diterapkan, antara lain pertukaran dari kelompok ke kelompok, belajar melalui jigsaw, studi kasus dan proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja dan lain sebagainya.

4) Model pembelajaran sikap

Aktivitas belajar afektif atau affective learning membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik. Strategi yang dapat diterapkan, antara lain mengamati sebuah alat bekerja atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi, mengenal diri sendiri, posisi penasihat, dan lain sebagainya. 5) Metode pembelajaran bermain

Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul – simpul kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik

akan mudah menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan belajar peserta didik. Strategi yang dapat diterapkan, antara lain tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.

6) Model pembelajaran kelompok

Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Model yang dapat diterapkan antara lain proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain peran, dan lainnya.

7) Model pembelajaran mandiri

Model pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefeksikan keinginan, strategi yang dapat diterapkan, antara lain apresepsi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan alat atau bahan berdasarkan temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan (inquiry, discovery, recovery).

8) Model pembelajaran multimodel

Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal dibandingkan dengan hanya satu model. Strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, simulasi,

interaktif, elaboratif, partisipatif, magang (cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi, imitasi, eksperiensial, kolaboratif, dan lainnya.

e. Komponen Penilaian dalam Kurikulum 2013

Penilaian dalam Kurikulum 2013 telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam Kurikulum 2013 ditekankan pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik. Ketiga Kompetensi ini ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik.

1) Kompetensi Sikap

Kompetensi sikap dalam Kurikulum 2013 yang terbaru tidak diterangkan secara eksplisit di dalam silabus maupun RPP pada mata pelajaran karena hanya berlaku pada mata pelajaran tertentu, seperti PPKn. Namun, di dalam proses pembelajaran, guru diharapkan tetap melakukan penilaian untuk kompetensi sikap ini. Kompetensi sikap ini menyangkut dua sikap, yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual memiliki jenjang kualitas pengalaman peserta didik terhadap agamanya, yaitu meliputi menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan. Sedangkan sikap sosial memiliki jenjang kualitas pengalaman peserta didik terhadap dirinya dan sesamanya, yaitu meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, toleransi, gotong royong, kerjasama, cinta damai, percaya diri, responsif, dan proaktif.24

Penilaian sikap berhubungan dengan sikap peserta didik terhadap materi pelajaran, sikap peserta didik terhadap guru/pengajar, sikap peserta didik terhadap

proses pembelajaran, dan sikap yang berkaitan dengan norma atau nilai yang berhubungan dengan materi pembelajaran.25 Pendidik dapat melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas atau guru kelas.26

2) Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi pengetahuan dalam Kurikulum 2013 terdapat dalam silabus mata pelajaran pada Kompetensi Inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan memiliki enam tingkatan yang dimulai dari kemampuan yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yaitu tingkatan pengetahuan untuk dihafal (knowledge), pemahaman, aplikasi, analisis/sintesis, dan evaluasi.27 Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai.28

3) Kompetensi Keterampilan

Kompetensi keterampilan dalam Kurikulum 2013 terdapat dalam silabus mata pelajaran pada Kompetensi Inti 4 (KI 4). Kompetensi keterampilan terdiri dari empat tingkatan, yaitu menyaji, mengolah, menalar, dan mencipta.29 Penilaian ini merupakan penilaian yang berhubungan dengan kompetensi keterampilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidik

25 Fadlillah, op. cit., hlm. 211.

26 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 7.

27 Ahmad Yani, op. cit., hlm. 88.

28 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 7.

menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.30

f. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang diberlakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan di dalamnya. Keunggulan dan kelemahan dalam pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013, antara lain31:

1) Keunggulan

a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

b) Adanya penilaian dari semua aspek yang meliputi kesopanan, religi, praktek, sikap, dan lain-lain.

c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diitegrasikan ke dalam semua program studi.

d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi pendidikan dan tujuan pendidikan nasional.

e) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

f) Kurikulum 2013 tanggap terhadap fenomena dan perubahan social.

g) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proposional.

h) Sifat pembelajaran sangat konstektual.

i) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

j) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan secara lengkap oleh pemerintah. 2) Kelemahan

30 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 7.

a) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

b) Banyak sekali guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013. c) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep-konsep pendekatan scientific.

d) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

e) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

f) Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

g) Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa.

h) Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

Dokumen terkait