• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah diharapkan melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap sumber pendukung pembelajaran di dalam kelas, seperti buku pelajaran. 2. Bagi guru diharapkan agar terus meningkatkan pemahaman terkait dengan

evaluasi pembelajaran.

3. Bagi siswa diharapkan meningkatkan kreativitas dan pemahaman agar dapat melaksanakan evaluasi dengan baik.

106 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2014. Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ahmad Yani. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyu. 2015. Teori belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cepi Triatna. 2015. Perilaku Organisasi dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dyah Tri Palupi. 2016. Cara Mudah Memahami Kurikulum. Surabaya: Jaring Pena.

Etta Mamang Sangadji dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.

Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Garvey, Brian dan Krug, Mary. 2015. Model-Model Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Hendrayana. 2009. Sejarah 1: Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi

pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Herry Widyastono. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial,.Jakarta: bumi Aksara.

Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nusa Putra. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Ruslam Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.

Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendiidkan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

SKRIPSI:

Adrianus Akun, Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus di SMK Negeri 2 Depok Sleman DIY), skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016.

Ignatius Leonokto, Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta), skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016.

Lembar Observasi

Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang Dilakukan Guru Hari/Tanggal : 27 April 2017

Waktu : 07.15-08.45 WIB

1. Amatilah aktivitas guru dalam melaksanakan proses evaluasi belajar mengajar!

2. Tuliskan tanda cekpada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang diamati atau didapatkan!

No. BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK

1. Guru melakukan penilaian awal 2. Guru menentukan jenis penilaian 3. Guru menyiapkan instrumen penilaian 4. Guru melakukan penilaian kompetensi sikap 5. Guru melakukan penilaian kompetensi

pengetahuan

6. Guru melakukan penilaian kompetensi keterampilan

7. Guru melaksanakan penilaian saat pelajaran berlangsung

8. Guru melaksanakan penilaian di setiap akhir pelajaran

9. Pertanyaan guru dilakukan perorangan 10. Pertanyaan guru dilakukan kepada kelas 11. Guru malaksanakan ulangan harian

terintegrasi dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan

KISI-KISI WAWANCARA GURU

No. Kisi – Kisi Pertanyaan Indikator Pertanyaan 1 Persiapan implementasi kurikulum 2013 dalam

mata pelajaran sejarah terkait evaluasi pembelajaran

Pelatihan SDM Silabus dan RPP Modul dan sumber Evaluasi

2 Perbedaan mendasar antara evaluasi dalam kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya 3 Penilaian autentik dalam melakukan evaluasi

menggunakan kurikulum 2013

4 Efektivitas evaluasi dengan menggunakan kurikulum 2013

5 Kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam melakukan evaluasi pembelajaran sejarah sesuai dengan kurikulum 2013.

6 Cara mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi

KISI-KISI WAWANCARA SISWA

No. Butir – butir Pertanyaan

1 Persiapan dalam menghadapi pembelajaran sejarah menggunakan kurikulum 2013

2 Kemenarikan proses pembelajaran sejarah menggunakan kurikulum 2013 3 Evaluasi pembelajaran sejarah yang dilakukan guru menggunakan

kurikulum 2013

4 Kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam setiap evaluasi yang dilakukan guru dengan menggunakan kurikulum 2013

Pertanyaan wawancara (untuk guru):

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai perubahan kurikulum 2013 terkait dengan evaluasi pembelajaran?

2. Menurut bapak/ibu, apa yang diharapkan oleh pemerintah dari perubahan kurikulum terkait dengan evaluasi pembelajaran?

3. Apakah bapak/ibu sudah mendapatkan pelatihan yang cukup untuk melaksanakan kurikulum 2013 ini khususnya pada mata pelajaran sejarah? 4. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun

Silabus dan RPP?

5. Apakah modul dan sumber yang disediakan pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas (khususnya mata pelajaran sejarah) sesuai dengan kurikulum 2013?

6. Bagaimana penyusunan evaluasi yang bapak/ibu lakukan berkaitan dengan tujuan kurikulum 2013?

7. Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?

8. Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan evaluasi pembelajaran?

9. Apa perbedaan mendasar antara evaluasi dalam kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya yang dirasakan oleh bapak/ibu?

10. Apakah bapak/ibu memahami penilaian autentik?

11. Apakah jenis evaluasi yang digunakan bapak/ibu telah sesuai dengan penilaian autentik?

12. Bagaimana efektivitas evaluasi dengan menggunakan aturan penilaian dalam kurikulum 2013 khususnya mata pelajaran sejarah?

13. Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan evaluasi pembelajaran sejarah sesuai dengan kurikulum 2013?

14. Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi tersebut?

Pertanyaan wawancara (untuk siswa):

1. Bagaimana persiapan yang Anda lakukan dalam menghadapi pembelajaran sejarah menggunakan kurikulum 2013?

2. Menurut Anda, bagaimana proses pembelajaran sejarah menggunakan kurikulum 2013 yang Anda alami di dalam kelas?

3. Apa saja metode (jenis) yang digunakan guru dalam evaluasi atau penilaian pembelajaran sejarah?

4. Menurut Anda, bagaimana metode (jenis) evaluasi atau penilaian pembelajaran sejarah yang dilakukan guru menggunakan kurikulum 2013?

5. Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi yang dilakukan guru dengan menggunakan kurikulum 2013?

6. Bagaimana cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi?

DAFTAR NARASUMBER

Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 4 Yogyakarta: 1. Ibu Sri Rahayu, S.Pd.

2. Ibu Tien Amry Astuti, S.Pd.

Siswa SMA Negeri 4 Yogyakarta: 3. Muhammad Yusril Ananta 4. Ilham Fahri

5. Putri Dewi Fortuna

6. Septivia Nadya Rahmadiani 7. Mutiara Fathullaili Putri 8. Kurnia Ardy Fadhil Ramadhan 9. Adrian Derai Langit

10. Winda Nur Ainny 11. Devara Windrayansyah

12. Muhammad Rayhan Ramadhan 13. Annisa Harimukti Dian Kurniasari 14. Yulius Andika Yudistira

15. Raissa Nur Ardhani 16. Karina Yurika

17. Rosyida Cahya Oktiva 18. Hanifah Tisha Ramadhani 19. Nicholas Haddou

20. Andin Rahman Sidiq 21. Khusnul Viaragil Drajati 22. Rr. Agidasyahna Winda S

CATATAN LAPANGAN 1 WAWANCARA GURU

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013 di SMA Negeri 4 Yogyakarta Peneliti : Putri Hasri Suciyati

Informan : Sri Rahayu, S.Pd. Waktu : 27 April 2017 Keterangan P: Peneliti

I : Informan

P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai perubahan Kurikulum 2013 terkait dengan evaluasi pembelajaran?

I: Secara formatnya, Kurikulum 2013 lebih komplit (lengkap) menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dan idealnya penilaian dari ketiga aspek ini harus dilakukan setiap proses pembelajaran. Tapi sebenarnya penilaian dalam Kurikulum 2013 sudah bagus dan komplit (lengkap) menyangkut dan meliputi semua aspek. Namun kendalanya pada saat penilaian atau evaluasi, guru kesulitan melakukan penilaian yang terkait dengan aspek afektif atau sikap, sedangkan untuk penilaian aspek kognitif dan psikomotor lebih mudah dilakukan.

P: Menurut bapak/ibu, apa yang diharapkan oleh pemerintah dari perubahan kurikulum terkait dengan evaluasi pembelajaran?

I: Karena evaluasi fungsinya untuk mengetahui pencapaian siswa, sehingga sepemahaman saya, penilaian itu diharapkan agar guru bisa memberikan penilaian kepada siswa secara utuh. Penilaian secara utuh ini maksudnya tidak hanya kognitif saja, tapi juga kemampuan psikomotorik dan sikapnya, ini mungkin berkaitan dengan pembelajaran atau pendidikan karakter. Di mana siswa tidak hanya pintar secara intelektual, tapi siswa juga memiliki keterampilan untuk mengkomunikasikan dan memiliki sikap yang baik. Misalnya, saat diskusi akan terlihat siswa yang egois atau tidak mau menerima pendapat orang lain, atau ada juga siswa yang tidak mau tahu, yang cuek, yang

memberikan pekerjaan diskusinya kepada temannya. Ada juga siswa yang sifatnya memimpin, mengumpulkan pendapat dari teman-temannya. Dari proses diskusi sebenarnya adalah cara untuk melatih para siswa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Pada saat presentasi akan terlihat kemampuan siswa dalam menyajikan hasil diskusi. Tapi ini tetap penilaian jangka panjang yang jika dilakukan secara simultan dari tingkatan awal sampai akhir, diharapkan jika anak atau siswa nanti lulus sudah memiliki ketiga kemampuan, yaitu kognitifnya bagus, psikomotoriknya oke, dan akhlak atau sikapnya baik.

P: Apakah bapak/ibu sudah mendapatkan pelatihan yang cukup untuk melaksanakan Kurikulum 2013 ini khususnya pada mata pelajaran sejarah? I: Saya sudah mendapatkan pelatihan, tapi jika dikatakan cukup itu relatif.

Maksudnya, ukuran cukup itu seberapa sering mendapatkan pelatihan karena ini kurikulum baru, idealnya setiap semester atau setiap satu tahun sekali kemampuan guru di upgrade (ditingkatkan). Tapi yang sering terjadi setiap semester kebijakan yang berlaku itu berganti. Jika penilaiannya dulu menggunakan PP yang ini, tiba-tiba sudah diganti padahal PP yang dulu belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi dari PP sebelumnya juga mungkin belum dilaksanakan dengan baik. Pada saat pelatihan, narasumbernya menyiapkan materi dengan PP yang sebelumnya, tiba-tiba saja disampaikan PP yang baru. Sehingga hal ini tergantung dari guru untuk mengejar ketertinggalan. Sekalipun guru mendapatkan pelatihan, terkadang guru juga belum sepenuhnya bisa langsung mempraktekannya dalam proses pembelajaran. Kadang guru sudah mendapatkan pelatihan yang terbaru, tapi guru masih menggunakan peraturan yang lama.

P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?

I: Untuk Kurikulum 2013 silabusnya sudah disediakan, guru tinggal membaginya dalam RPP berdasarkan waktunya. Tapi kalau dalam RPPnya, guru masih perlu juga mengembangkan kompetensi dasar dan indikator. Dalam penyusunan RPP guru memiliki keleluasaan untuk mengembangkan silabus

yang sudah disediakan sesuai dengan apa yang diingikan dan diharapkan guru, atau sesuai dengan kondisi siswa di kelas.

P: Apakah modul dan sumber yang disediakan pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas (khususnya mata pelajaran sejarah) sesuai dengan Kurikulum 2013?

I: Menurut saya, modul dan sumber yang disediakan oleh pemerintah sudah cukup untuk bekal siswa, bahkan lebih dari yang diekspektasikan selama ini. Modul dan sumber yang disediakan lebih memperkaya lagi pengetahuan dan informasi tentang materi pelajaran. Modul dan sumber yang disediakan mengikuti perkembangan zaman berdasarkan penelitian yang terbaru.

P: Bagaimana penyusunan evaluasi yang bapak/ibu lakukan berkaitan dengan tujuan Kurikulum 2013?

I: Dalam penyusunan evaluasi untuk aspek kognitif biasanya dengan ulangan pre-test, post-tes tapi tidak selalu saya berikan di setiap pertemuan. Jadi, biasanya untuk pre-tes saya idealnya memberikan di awal kompetensi dasar atau indikator. Kemudian untuk penilaian aspek psikomotoriknya dilakukan bersamaan dengan penilaian kognitif, misalnya dalam presentasi selain penilaian kognitif tentunya ada pula penilaian psikomotoriknya. Sedangkan untuk penilaian sikap atau afektif terus terang saya tidak selalu melakukan penilaian. Idealnya penilaian afektif ini dilakukan setiap pertemuan, tapi yang saya lakukan hanya memperhatikan siswa yang aktif di setiap pertemuan dan akan dilihat siswa yang termasuk dalam grade (nilai) atas atau grade bawah. P: Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?

I: Biasanya saya menggunakan pre-test atau post-tes, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Kemudian melalui diskusi dan presentasi, hasil dari diskusi maupun presentasi bisa dijadikan sebagai penilaian portofolio. Hasil diskusi atau presentasi ada dua penilaian di dalamnya, bisa penilaian kognitif dan bisa pula penilaian psikomotorik. Terkadang saya juga membuat tugas individu, karena jika hanya melakukan penilaian melalui tugas kelompok saja tidak terlihat ada mana siswa yang mengerjakan dan mana siswa yang tidak mengerjakan. Saya juga dalam melakukan penilaian menggunakan sistem

waktu, jika siswa mengumpulkan tugas atau pekerjaannya tepat waktu maka siswa akan mendapatkan nilai yang sesuai dengan hasil pekerjaannya, tapi jika siswa mengumpulkan tugas atau pekerjaannya tidak tepat waktu maka nilai siswa tersebut akan berbeda dengan siswa yang tepat waktu tadi. Atau siswa yang hanya menyalin tugas temannya, tentu penilaiannya akan berbeda. Kemudian untuk evaluasi atau penilaian yang umum (ulangan harian) diusahakan setiap akhir kompetensi dasar (KD) atau dalam satu KD jika materinya luas maka dilakukan dua kali penilaian, seperti KD untuk Kerajaan Hindu-Budha dilakukan dua kali penilaian, yaitu yaitu materi yang membahas masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha, dan materi yang membahas Kerajaan Hindu-Budha dengan segala aspeknya. Selain itu, saya juga melakukan penilaian untuk aspek sikap dengan penilaian antar teman, sedangkan aspek keterampilan biasanya dengan portofolio, proyek atau produk. P: Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan

evaluasi pembelajaran?

I: Saya paling sering menggunakan evaluasi atau penilaian secara tertulis, tapi sesudah penyampaian materi biasanya saya menggunakan penilaian secara lisan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang baru disampaikan. Misalnya, siswa sudah selesai diskusi, saya menyampaikan penilaian yang sifatnya lisan atau pilihan di antara soal-soal diskusi yang dianggap soal-soal yang mewakili kemampuan para siswa. Siswa yang bisa menjawab pertanyaan akan mewakili siswa lainnya, berarti untuk materi yang sudah disampaikan tadi siswa sudah memahami walaupun hanya perwakilan saja.

P: Apa perbedaan mendasar antara evaluasi dalam Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya yang dirasakan oleh bapak/ibu?

I: Pertama, perbedaannya terdapat dalam tiga aspek tadi, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebenarnya di kurikulum lama (KTSP) juga ada penilaian terhadap aspek sikap dan psikomotorik, tapi tidak ditampilkan secara formal dan hanya sebagai tambahan. Jika pada kurikulum baru (Kurikulum 2013) penilaian dilakukan secara menyeluruh, sedangkan dalam kurikulum lama

(KTSP) hanya bayangan saja. Kedua, waktu penilaiannya, jika pada kurikulum sebelumnya (KTSP) penilaian (contohnya penilaian sikap) bisa dilakukan menyeluruh di akhir semester, tapi di Kurikulum 2013 idealnya penilaian sikap dilakukan setiap pertemuan dan minimalnya setiap kompetensi dasar (KD). Ketiga, penekanan pendidikan karakter, yang mana di Kurikulum 2013 pendidikan karakter langsung disertakan ke dalam materi pembelajaran di setiap pertemuannya.

P: Apakah bapak/ibu memahami penilaian autentik?

I: Saya memahami penilaian autentik itu sebagai penilaian yang real atau nilai yang menggambarkan siswa yang sebenarnya, dan ini yang sulit dilakukan. Jika guru ingin menilai apa adanya sebenarnya baik karena adil pada siswa, tapi terkadang terbentur dengan sistem penilaian di sekolah (dengan menggunakan komputer). Sehingga terkadang siswa yang mendapat nilai tinggi akan sangat tipis perbedaannya dengan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata. Misalnya, siswa A mendapatkan nilai 3 dan siswa C mendapatkan nilai 7, tidak mungkin siswa C mendapatkan nilai 10 atau paling tinggi hanya mendapatkan nilai 9 saja, padahal jarak antara siswa A dan C sangat tipis, siswa A mendapatkan nilai dari 3 ke 7, sedangkan C hanya 7 ke 9. Tapi diatur sedemikian rupa hingga ada pembedanya antara nilai siswa dan sesuai dengan sistem.

P: Apakah jenis evaluasi yang digunakan bapak/ibu telah sesuai dengan penilaian autentik?

I: Dalam prosesnya memang sudah sesuai dengan penilaian autentik, tapi output (hasil) yang ada tambahannya. Sekalipun (hasil) melalui proses remidi, tapi tetap ada standar pencapaian KKM (untuk hasil siswa) yang jika belum tuntas dilakukan remidi sampai siswa mendapatkan nilai yang sesuai dengan KKM (tuntas). Ketuntasan (siswa) semacam batas yang sebenarnya menjadi syarat (penilaian autentik), tapi sebenarnya tidak selalu bisa dicapai oleh siswa lalu dibuatkan seakan-akan siswa sudah tuntas melalui remidi tadi. Penilaian autentik yang biasanya saya lakukan di kelas, seperti tes tertulis, portofolio, proyek, produk, dan penilaian antar teman.

P: Bagaimana efektifitas evaluasi dengan menggunakan aturan penilaian dalam Kurikulum 2013 khususnya mata pelajaran sejarah?

I: Evaluasi dengan menggunakan aturan penilaian dalam Kurikulum 2013 bisa efektif sepanjang kita (guru) menyiapkan administrasi atau panduannya mungkin tidak terlalu bermasalah. Apalagi jika siswanya banyak misalnya sedang melakukan diskusi atau berkelompok yang menilai tidak harus guru tetapi bisa meminta siswa dalam kelompok untuk menilai temannya (siswa lain). Nantinya penilain tersebut akan digabung sehingga akan mendapatkan nilai yang objektif karena antar kelompok yang satu dengan yang lainnya penilaiannya mesti tidak menjadi sama. Hanya saja saat perekapan dan pelaporan nilai yang idealnya dilakukan setiap pertemuan terkadang terkendala oleh kesibukan dan sebagainya menjadikan perekapan dan pelaporan nilai tadi belum terlaksana dengan baik. Akan tapi jika guru bisa melaksanakan dengan baik dan tepat waktu maka proses penilaian hingga pelaporannya tidak akan bermasalah.

P: Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan evaluasi pembelajaran sejarah sesuai dengan Kurikulum 2013?

I: Semuanya kembali kepada kita (guru) untuk memberi nilai atau menilai siswa. Jika kita sekedar memberi nilai maka tinggal memberi nilai, tapi jika menilai berarti kita (guru) benar-benar paham untuk meniai siswa tersebut. Jika memberi nilai itu subjektif, sedangkan menilai itu objektif.

P: Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi tersebut?

I: Karena menilai merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru, sehingga kendala yang kita (guru) alami, misalnya keterbatasan pada waktu maka pada saat proses pembelajaran guru harus memaksimalkan waktu tersebut melakukan penilaian. Contoh lainnya saat ulangan maka ulangan tersebut bisa dikoreksi hari itu juga. Termasuk juga jika guru ingin melakukan analisis maka bisa mengajak siswa untuk menganalisis ulangan tersebut dengan melakukan ulangan satu jam pertama dan satu jam terakhir untuk menganalisis. Jika analisis selesai dan guru masih punya waktu maka guru bisa menayangkan

nilai agar guru dan siswa bisa paham bagian materi yang sudah dipahami dan bagian materi yang harus dilakukan remidi. Evaluasi jika hanya dikoreksi oleh guru dan siswa hanya mendapatkan nilai, maka siswa tidak tahu prosesnya dan siswa tidak tahu jawaban yang benar atau salah. Jadi sebenarnya kendala atau kesulitan itu kembali kepada kita dalam menyelesaikannya. Hanya memang beban mengajar yang banyak, membuat guru punya alasan untuk menunda tugas yang dilakukan.

CATATAN LAPANGAN 2 WAWANCARA GURU

Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013 di SMA Negeri 4 Yogyakarta Peneliti : Putri Hasri Suciyati

Informan : Tien Amry Astuti, S.Pd. Waktu : 12 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti I : Informan

P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai perubahan Kurikulum 2013 terkait dengan evaluasi pembelajaran?

I: Evaluasi (penilaian autentik dimulai dari proses pembelajaran yang sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu (kurikulum sebelumnya). Ketika proses pembelajaran pastinya guru akan memberikan penilaian. Hanya saja pada kurikulum sebelumnya tidak diatur secara eksplisit tentang penilaian autentik. Hanya dengan istilah yang berbeda saja sebenarnya, padahal penilaian seperti sekarang ini sejak dulu sudah ada. Pertauran-peraturan pada Kurikulum 2013 ini yang terkadang membuat bingung, misalnya saja terkait dengan peraturan bagi Ulangan Kenaikan Kelas (UKK). Akan tetapi pada semester ini pihak sekolah masih menggunakan aturan yang lama. Untuk penilaian HOTS pada kurikulum sebelumnya sebenarnya sudah ada, tapi tidak dijelaskan secara eksplisit seperti sekarang. Terkadang untuk melakukan penilaian HOTS agak sulit karena waktu mengajar yang padat dan keadaan kelas yang berbeda satu sama lain.

P: Menurut bapak/ibu, apa yang diharapkan oleh pemerintah dari perubahan kurikulum terkait dengan evaluasi pembelajaran?

I: Mungkin yang diharapkan pemerintah adalah output dari SMA (siswa) sudah siap dengan berbagai persoalan yangdihadapi, sehingga setiap kali menghadapi masalah siswa tidak langsung merespon tetapi terlebih dahulu menganalisis sebab, solusi, hasilnya, dan lain sebagainya.

P: Apakah bapak/ibu sudah mendapatkan pelatihan yang cukup untuk melaksanakan Kurikulum 2013 ini khususnya pada mata pelajaran sejarah? I: Untuk pelatihan sudah cukup. Akan tetapi dalam pelaksanaan yang sedikit

repot, karena bagaimanapun guru dan siswa harus didukung oleh sistem informasi yang baik dari buku dan lainnya. Namun, di sekolah untuk buku sendiri belum memadai sehingga sulit untuk menerapkan apa yang didaptkan dari pelatihan.

P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun

Dokumen terkait