• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Kurikulum SD 2013

pendidikan karakter, pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian otentik

2. Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan itu sehari-hari dengan sepenuh hati

3. Pendekatan tematik integratif adalah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

4. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep

5. Penilaian otentik adalah cermin nyata (the real mirror) dari kondisi pembelajaran siswa.

6. Perangkat Pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan 1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik. 5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik.

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum SD 2013

Menurut Hidayat (2013:19) secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang berarti “pelari” dan currere yang berarti “tempat berpacu”. Berdasarkan istilah tersebut, maka kurikulum diibaratkan sebagai seorang pelari yang memulai larinya dari garis star dan mengakhirinya di garis finish, dan jika asal kata tersebut dikaitkan ke dalam dunia pendidikan, maka kurikulum diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang sudah ditentukan dengan tertata dan terarah serta secara jelas ditentukan kapan memulai dan mengakhirinya.

Menurut Dakir (2004:2) kurikulum merupakan sebuah program pendidikan yang dirancang dan direncanakan serta berisi berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar yang dibuat secara sistematik berdasarkan dengan norma-norma yang berlaku sehingga dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran. Pendapat ahli lainnya, yaitu Arifin(2011:1) mengemukakan bahwa kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang kurikulum.

Dari pendapat kedua ahli di atas, ada perbedaan pendapat. Dakir menyatakan bahwa kurikulum itu adalah berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar, sedangkan Arifin menyatakan bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Meskipun begitu, keduanya sama-sama mengemukakan bahwa peran kurikulum itu sama yaitu sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.

Menurut UU.No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Arifin (2011:6) mendefinisikan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan, menurut Hidayat ( 2013:20) kurikulum adalah bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk para peserta didiknya.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang mengacu pada tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Diharapkan dengan adanya kurikulum, dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan yang ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

a. Rasional dan elemen perubahan kurikulum SD 2013

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu merupakan hal yang tidak asing lagi. Seringkali di dalam perubahan kurikulum, ada kontraversi yang terjadi. Ada yang menerima dan ada pula yang menolak perubahan kurikulum. Walau demikian, perubahan kurikulum dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Hal ini didasarkan pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Perubahan kurikulum yang terjadi bukan tanpa sebab. Salah satu faktor utama terjadinya perubahan kurikulum yaitu ada banyaknya persoalan pendidikan yang terjadi di Indonesia yang memperlambat peningkatan kualitas pendidikan ini.

Elemen-elemen perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 meliputi empat aspek, yaitu;

1. Standar Kompetensi Lulusan a. Pengertian

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Tujuan

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

c. Ruang lingkup

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

d. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

KOMPETENSI LULUSAN SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Tabel 1. Kompetensi Lulusan SD/ MI/ SDLB/ Paket A SD/MI/SDLB/Paket A

Dimensi Kualifikasi Kebutuhan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

b. Standar isi a. Pengertian

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional endidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b. Tujuan

Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Ruang lingkup

Materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

c. Standar proses a. Pengertian

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

b. Tujuan

Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. c. Ruang lingkup

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

d. Standar penilaian a. Pengertian

Menurut Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh dalam salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

b. Tujuan

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

c. Ruang lingkup penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

d. Prinsip dan pendekatan penilaian

Menurut Kurinasih dan Sani (2014:49) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

Menurut Kunandar (2014:22) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Ke delapan standar tersebut adalah indikator yang menandakan tercapainya kualitas pendidikan yang baik.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar menjadi handal dan profesional.

b) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Kualitas pendidikan kita saat ini dinilai masih belum mampu bersaing dengan negara-negara lain yang sudah maju. Bahkan, negara sesama ASEAN. Negara-negara lain pada umumnya telah mencapai transformasi pendidikan yang cukup baik. Tantangan terbesar bagi Indonesia adalah kemampuan untuk mentransformasi pendidikan.

Saat ini, transformasi pendidikan yang dilakukan bangsa ini adalah perubahan kurikulum, yaitu dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yang berbasis ilmiah (saintifik). Diharapkan dengan adanya perubahan kurikulum ini, mampu menjawab persoalan pendidikan Indonesia.

e. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. 2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif gurupeserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya). Dengan adanya pembelajaran yang interaktif, maka peserta didik mampu mengeksplorasi lebih banyak dan beragam pengetahuan dibandingkan bila hanya mendapat penjelasan dari guru.

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains). Dalam pola pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam menggali pengetahuan berdasarkan sumber-sumber yang ada di sekitarnya dan relevan dengan materi yang dipelajarinya

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). Dalam setiap pembelajaran, siswa belajar bersama teman-temannya dalam

kelompok-kelompok, baik kelompok kecil maupun besar agar tumbuh kebiasaan bekerjasama sebagai salah satu karakter yang harus dikembangkan

6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. Dalam setiap pembelajaran, siswa/ peserta didik diharapkan mampu menemukan potensinya masing-masing untuk mendukung proses pembelajaran

8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines), dan

9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Penyempurnaan pola pikir kurikulum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2. Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

Pada kurikulum 2013 terdapat 4 elemen perubahan yaitu SKL ( Standar Kompetensi Kelulusan ), Standar Proses, Standar Isi dan Standar Penilaian. Adapun elemen perubahan tersebut dapat dilihat pada table 3 . (Iswindarti 2014 :31)

Tabel 3. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

ELEMEN

DESKRIPSI SD

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Kedudukan mata pelajaran (ISI)

Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) ISI

- Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya

- Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains

- Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6

- Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran

Proses

pembelajar-an

- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat - Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

- Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

Tematik dan terpadu

Penilaian

- Penilaian berbasis kompetensi

- Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan berdasarkan proses dan hasil) - Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan)

yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)

- Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi inti dan SKL

- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian

Ekstrakurikuler

- Pramuka (wajib) - UKS

- PMR

- Bahasa Inggris

Dilihat dari bagan elemen perubahan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Kurikulum 2013 mengatur ulang Standar Nasional Pendidikan yang telah berlaku sehingga menjadi penyempurnaan bagi pendidikan Nasional.

c) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2) penguatan manajeman sekolah

melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan 3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

d) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Pendalaman dan perluasan materi yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dimaksudkan agar peserta didik semakin memahami apa yang diberikan guru serta memiliki wawasan yang luas. Materi yang relevan yaitu materi yang sesuai dengan konteks lingkungan siswa dan memiliki satu kesatuan yang utuh (holistik). Materi yang relevan perlu untuk diberikan kepada siswa. meskipun guru memberikan materi, namun bukan berarti guru yang lebih aktif dalam mentransfer pengetahuan, namun siswa yang lebih aktif menggali dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya. Guru hanya memfasilitasi siswa untuk dapat belajar secara aktif dan mandiri.

b. Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 1 butir 1, menyatakan

bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) dalam Mahmud (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Menurut Scerenko (1997) dalam Samani dan Hariyanto (2012:45) mengatakan bahwa pendidikan karakter dimaknani sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diperdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik. Raka,Geda dkk (2011:xi)

Sejalan dengan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan itu sehari-hari dengan sepenuh hati sehingga kelak ia akan menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik dan berkarakter unggul.

Penguatan pendidikan karakter sangat dibutuhkan bagi sekolah karena pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna

membangun karakter pribadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai warga Negara. Di sekolah, peran guru sangat diperlukan dalam menguatkan karakter siswanya. Guru sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus berusaha dan berupaya mengubah sikap atau kepribadian menjadi lebih baik dan profesional sehingga dapat memberikan manfaat besar dalam mencerdaskan bangsa. (Salahudin, 2013:136).

Sebagai tenaga profesional kependidikan, guru harus memiliki tiga komponen yang menyatu dalam dirinya, yaitu sebagai berikut:

1. Capable personal, yaitu guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif

2. Innovator, yaitu sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan sekaligus merupakan penyebaran ide pembaharuan yang efektif 3. Developer, yaitu sebagai seorang guru harus memiliki visi keguruan yang

mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu melihat ke depan dalam menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem

Guru sebagai tenaga profesional dalam strategi penyelenggara pendidikan karakter harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan dalam kaitannya dengan

pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kemampuan

Dokumen terkait