• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Pembelajaran

Dalam dokumen MAKALAH TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. (Halaman 6-34)

BAB III PEMBAHASAN

D. Kurikulum Pembelajaran

5. Apa tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional?

C. Tujuan Permasalahan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu

2. Mengetahui dan memahami tujuan belajar dan pembelajaran 3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek dalam pembelajaran 4. Mengetahui dan memahami kurikulum pembelajaran dan fungsinya

5. Mengetahui dan memahami tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional

D. Sistematika Penulisan 1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan penjelasan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan permasalahan dan sistematika penulisan makalah.

2. BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan penjelasan tentang pengertian tujuan, pengertian belajar, dan pengertian pembelajaran.

3. BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang penjelasan tujuan belajar dan pembelajaran, tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional, dan aspek-aspek dalam pembelajaran.

4. BAB IV PENUTUP

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tujuan

Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. namun demikian, banyak individu / organisasi yang salah kaparah dalam menentukan tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa dicapai.

Secara bahasa, tujuan berarti arah atau haluan yang akan dituju/dicapai. Adapun pengertian tujuan menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut H.R. Daeng Naja

Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut

Menurut Ken Mcelroy

Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan

Menurut Tommy Suprapto

Tujuan merupakan realisasi dari misi yang spesifik dan dapat dilakukan dalam jangka pendek

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi atau perusahaan bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang

akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya

B. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).

Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku (M. Ngalim P, 1997:85) yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1). Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3). Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4). Isi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5). Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6). Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

BAB III

PEMBAHASAN

A.

Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya mem-baca lisan, menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan tersebut.

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni: 1). Ranah Kognitif, 2). Ranah Afektif, 3). Ranah Psikomotorik.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. sProses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar,yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru dengan perubahan perilaku peserta didik (Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak pembelajaran dapat dibedakan atas dampak intruksional (instructional effeck) dan dampak tak langsung atau dampak iringan (nurturant effeck). Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut (Kartadinata (1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.

Di dalam proses pembelajaran guru tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif dan psikomotorik); membantu menerjemahkan semua aspek tersebut ke dalam perilaku-perilaku yang berguna dan bermakna.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:

Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:

1. Penentuan isi (materi) bahan ajar.

2. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran. 3. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.

Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan

khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.[7]

Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:

 Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan, yakni:

a. Tujuan orientatif konseptual. Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

b. Tujuan orientatif procedural. Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur. c. Tujuan orientatif teoritik. Pada tujuan ini tekanan utama

pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

 Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni: a. Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang

menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.

b. Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.

Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.

B. Pentingnya Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

a. Untuk menilai hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pem-belajaran.

b. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumus-kan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hubungan ini, guru dapat merancang tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

c. Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih alat dan sumber, serta merancang prosedur penilaian.

d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan-tujuan itu terjadi komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut. e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan

program pembelajaran. Dengan tujuan-tujuan itu, guru dapat me-ngontrol hingga mana pembelajaran telah terlaksana, dan hingga mana siswa telah mencapai hal-hal yang diharapkan. Berdasarkan hasil kontrol itu dapat dilakukan upaya pemecahan kesulitan dan mengatasi masalah-masalah yang timbul sepanjang proses pembelajaran berlangsung.

C.

Aspek-Aspek Pembelajaran

Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari berbagai aspek, dua diantaranya yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa misalnya, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks, melibatkan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, begitu juga dengan perkembangan sosial anak. Seyogyanya guru dapat mengatur keempat hal tersebut dalam hal acara pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki, sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

Keempat aspek tersebut menjadi rumusan tujuan instruksional, aspek-aspek pembelajaran tersebut menurut Bloom dan Krathwohl sebagaimana dikutip oleh Moh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru professional telah menjadi suatu klasifikasi tujuan yang memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar.[1] Hal ini disadari oleh asumsi bahwa hasil belajar dapat terlihat dari keempat aspek tersebut (aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan perkembangan sosial).

A. Aspek Pembelajaran Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.[2] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kognisi adalah proses pengenalan dan penafsiran oleh seseorang; kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali

sesuatu melalui pengalaman sendiri.[3] Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kewajiban yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi dan efeksi yang bertalian dengan ranah rasa.[4]

Ranah psikologi siswa yang paling utama adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini merupakan sumber sekaligus pengendali dari ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah Psikomotor (karsa). [5] jadi, tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menjadi menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol, otak selalu bekerja siang dan malam. Adanya kerusakan pada otak maka akan mengakibatkan kehilangan fungsi kognitif, dan tanpa adanya fungsi kognitif maka martabat manusia tidak akan jauh beda dengan hewan.

Demikian halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak untuk memuaskan hawa nafsunya, martabat orang tersebut tak akan lebh rendah dari hewan atau mungkin lebih rendah dari hewan itu sendiri. Kelompok orang yang bermartabat lebih rendah seperti ini dilukiskan dalam surah Alfurqan: 44 :

“ Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ”

Selanjutnya perkembangan dan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu itu menurut Loree, dapat dideskripsikan dengan dua cara yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.[6]

a. Perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif

Perkembangan fungsi-fungsi kognitif seseorang dapat diketahui dengan melakukan pengukuran tes intelegensia melalui hasil studi longitudialnya Bloom, bahwa dengan berpatokan kepada hasil tes IQ pada usia 17 tahun dari sekelompok subyek, maka kita dapat membandingkan dengan hasil-hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek yang sama. Berikut adalah persentase perkembangan taraf kematangan dan kesempurnaan subyek tersebut sebagai berikut:

a) Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya b) Usia 4 tahun sekitar 50%-nya

c) Usia 8 tahun sekitar 80%-nya d) Usia 13 tahun sekitar 92%-nya b. Perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif

Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahap perkembangan kognitif itu sebagai berikut:[7]

a) Sensorimotor period (0,0 – 22,0). Periode ini ditandai oleh penggunaan sensorimotorik yang intensif terhadap dunia sekitarnya. Prestasi intelektual yang dicapai dalam periode ini ialah perkembangan bahasa, hubungan tentang

objek, kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian, pengenalan hubungan sebab-akibat.

b) Preoperational Period (2,0 – 7,0). Periode ini terbagi ke dalam dua tahapan yaitu: Preconceptual (2,0 – 4,0) dan intuitive (4,0 – 7,0). Periode preconceptual ditandai dengan cara berpikir yang bersifat transduktif (menarik konklusi tentang sesuatu yang khusus atas dasar hal khusus. Periode intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egocentric (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama)

c) Concrete operational period (7,0 – 11,0 / 12,0). Dalam periode ini anak mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang tampak ini ialah kemampuan anak dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkrit.

d) Formal operational period (11,0 / 12,0 – 14,0 / 15,0). Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat kongkrit.

Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara mendalam adalah Jerome Bruner, ia membagi proses perkembangan perilaku kognitif ke dalam tiga periode ialah:

1. Enactive stage, merupakan suatu masa ketika individu berusaha memahami lingkungannya; tahap ini mirip dengan sensorimotor period-nya Piaget

2. Iconic stage, yang mendekati kepada preoerational period-nya Piaget

3. Symbolic age, yang juga mendekati ciri-ciri formal operational period-nya Piaget.

Dari beberapa proses perkembangan perilaku kognitif yang telah dideskripsikan oleh para tokoh di atas, dapat dipahami bahwa laju perkembangan intelegensia berlangsung sangat pesat pada masa remaja awal dan mencapai puncak perkembangan dicapai umumnya dipenghujung masa remaja akhir.

Sementara itu, Muh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru merdeka mengklasifikasikan tujuan kognitif atas enam bagian, yaitu sebagai berikut: [8]

1. Pengetahuan ( Knowlage ). Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

2. Pemahaman (comprehension), meliputi/mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang rendah.

Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:

a. Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.

b. Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru

c. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramalkan perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang rendah.

3. Penerapan (Application). Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

4. Analisis. Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktro penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:

a. Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.

b. Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.

c. Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.

5. Sintesis. Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponenkomponen sehingga membentuk suatu pola srtuktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan

Dalam dokumen MAKALAH TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. (Halaman 6-34)

Dokumen terkait