• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Bapak Iman Nasrulloh, M.Pd

Disusun oleh :

Abdul Jabar Permana 16832006

Gina Rahayu 16832008

Hanhan Hanapi 16832007

Neng Lusy Virgianti 16832005

Kelas : 2A – PTI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

(STKIP) GARUT

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” dengan judul “Tujuan Belajar dan Pembelajaran”.

Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini. Pleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, Oktober 2017

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..…… i

DAFTAR ISI ………. ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …...……… 1

B. Rumusan Masalah ...………... 2

C. Tujuan ...………. 2

D. Sistematika Penulisan ...………. 3

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Tujuan …...………... 4

B. Pengertian Belajar ...………... 5

C. Pengertian Pembelajaran ………. 6

BAB III PEMBAHASAN A. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ...………... 9

B. Pentingnya Tujuan Belajar dan pembelajaran ………... 13

C. Aspek-aspek Pembelajaran ……… 14

D. Kurikulum Pembelajaran ………... 25

E. Tujuan Pendidikan Nasional, Kulikuler, Institusional Dan Instruksional ………... 30

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN ………. 32

SARAN ……….. 33

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Sejak lahir manusia memerlukan dunia luar untuk mengembangkan potensi dan melangsungkan hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesuaikan diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara ia gunakan dalam kegiatan belajar (menyesuaikan diri dengan dunia luar) itu.

Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.

(6)

Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)

Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

B. Rumusan Permasalah

Dalam penyusunan makalah ini dibahas beberapa masalah diantaranya : 1. Apa itu belajar dan pembelajaran ?

2. Apa tujuan belajar dan pembelajaran? 3. Apa saja aspek-aspek dalam pembelajaran?

4. Apa yang dimaksud kurikulum pembelajaran dan apa fungsinya?

5. Apa tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional?

C. Tujuan Permasalahan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu

(7)

2. Mengetahui dan memahami tujuan belajar dan pembelajaran 3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek dalam pembelajaran 4. Mengetahui dan memahami kurikulum pembelajaran dan fungsinya

5. Mengetahui dan memahami tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional

D. Sistematika Penulisan 1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan penjelasan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan permasalahan dan sistematika penulisan makalah.

2. BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisikan penjelasan tentang pengertian tujuan, pengertian belajar, dan pengertian pembelajaran.

3. BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang penjelasan tujuan belajar dan pembelajaran, tujuan pendidikan nasional, kulikuler, institusional dan instruksional, dan aspek-aspek dalam pembelajaran.

4. BAB IV PENUTUP

(8)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tujuan

Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. namun demikian, banyak individu / organisasi yang salah kaparah dalam menentukan tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan membingungkan dan berakibat kurang maksimalnya hasil yang bisa dicapai.

Secara bahasa, tujuan berarti arah atau haluan yang akan dituju/dicapai. Adapun pengertian tujuan menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut H.R. Daeng Naja

Tujuan merupakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi di masa yang akan datang dan manajer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut

Menurut Ken Mcelroy

Tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan

Menurut Tommy Suprapto

Tujuan merupakan realisasi dari misi yang spesifik dan dapat dilakukan dalam jangka pendek

(9)

akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya

B. Pengertian Belajar

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).

Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

(10)

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku (M. Ngalim P, 1997:85) yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

(11)

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967:22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :

1). Siswa

Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

(12)

Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3). Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4). Isi Pelajaran

Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5). Metode

Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6). Media

Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.

(13)

BAB III

PEMBAHASAN

A.

Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Dalam tujuan pembelajaran yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya mem-baca lisan, menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan tersebut.

(14)

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. sProses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar,yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru dengan perubahan perilaku peserta didik (Kartadinata, 1997: 75).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam hasil evaluasi pembelajaran. Dampak pembelajaran dapat dibedakan atas dampak intruksional (instructional effeck) dan dampak tak langsung atau dampak iringan (nurturant effeck). Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh atau terjdi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar. Menurut (Kartadinata (1997), dampak iringan bisa berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran , keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.

(15)

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian tujuan pembelajran yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:

Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:

1. Penentuan isi (materi) bahan ajar.

2. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran. 3. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.

(16)

khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.[7]

Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:

 Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan, yakni:

a. Tujuan orientatif konseptual. Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

b. Tujuan orientatif procedural. Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur. c. Tujuan orientatif teoritik. Pada tujuan ini tekanan utama

pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

 Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni: a. Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang

menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.

b. Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.

(17)

B. Pentingnya Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

a. Untuk menilai hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pem-belajaran.

b. Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumus-kan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hubungan ini, guru dapat merancang tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

c. Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih alat dan sumber, serta merancang prosedur penilaian.

d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan-tujuan itu terjadi komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut. e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan

(18)

C.

Aspek-Aspek Pembelajaran

Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari berbagai aspek, dua diantaranya yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa misalnya, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks, melibatkan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, begitu juga dengan perkembangan sosial anak. Seyogyanya guru dapat mengatur keempat hal tersebut dalam hal acara pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki, sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

Keempat aspek tersebut menjadi rumusan tujuan instruksional, aspek-aspek pembelajaran tersebut menurut Bloom dan Krathwohl sebagaimana dikutip oleh Moh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru professional telah menjadi suatu klasifikasi tujuan yang memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar-mengajar.[1] Hal ini disadari oleh asumsi bahwa hasil belajar dapat terlihat dari keempat aspek tersebut (aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan perkembangan sosial).

A. Aspek Pembelajaran Kognitif

(19)

sesuatu melalui pengalaman sendiri.[3] Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kewajiban yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi dan efeksi yang bertalian dengan ranah rasa.[4]

Ranah psikologi siswa yang paling utama adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini merupakan sumber sekaligus pengendali dari ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah Psikomotor (karsa). [5] jadi, tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menjadi menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Sebagai menara pengontrol, otak selalu bekerja siang dan malam. Adanya kerusakan pada otak maka akan mengakibatkan kehilangan fungsi kognitif, dan tanpa adanya fungsi kognitif maka martabat manusia tidak akan jauh beda dengan hewan.

Demikian halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan kemampuan otak untuk memuaskan hawa nafsunya, martabat orang tersebut tak akan lebh rendah dari hewan atau mungkin lebih rendah dari hewan itu sendiri. Kelompok orang yang bermartabat lebih rendah seperti ini dilukiskan dalam surah Alfurqan: 44 :

(20)

Selanjutnya perkembangan dan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu itu menurut Loree, dapat dideskripsikan dengan dua cara yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.[6]

a. Perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif

Perkembangan fungsi-fungsi kognitif seseorang dapat diketahui dengan melakukan pengukuran tes intelegensia melalui hasil studi longitudialnya Bloom, bahwa dengan berpatokan kepada hasil tes IQ pada usia 17 tahun dari sekelompok subyek, maka kita dapat membandingkan dengan hasil-hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek yang sama. Berikut adalah persentase perkembangan taraf kematangan dan kesempurnaan subyek tersebut sebagai berikut:

a) Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya b) Usia 4 tahun sekitar 50%-nya

c) Usia 8 tahun sekitar 80%-nya d) Usia 13 tahun sekitar 92%-nya b. Perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif

Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Tahap perkembangan kognitif itu sebagai berikut:[7]

(21)

objek, kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian, pengenalan hubungan sebab-akibat.

b) Preoperational Period (2,0 – 7,0). Periode ini terbagi ke dalam dua tahapan yaitu: Preconceptual (2,0 – 4,0) dan intuitive (4,0 – 7,0). Periode preconceptual ditandai dengan cara berpikir yang bersifat transduktif (menarik konklusi tentang sesuatu yang khusus atas dasar hal khusus. Periode intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egocentric (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama)

c) Concrete operational period (7,0 – 11,0 / 12,0). Dalam periode ini anak mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang tampak ini ialah kemampuan anak dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkrit.

d) Formal operational period (11,0 / 12,0 – 14,0 / 15,0). Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat kongkrit.

Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara mendalam adalah Jerome Bruner, ia membagi proses perkembangan perilaku kognitif ke dalam tiga periode ialah:

1. Enactive stage, merupakan suatu masa ketika individu berusaha memahami lingkungannya; tahap ini mirip dengan sensorimotor period-nya Piaget

2. Iconic stage, yang mendekati kepada preoerational period-nya Piaget

(22)

Dari beberapa proses perkembangan perilaku kognitif yang telah dideskripsikan oleh para tokoh di atas, dapat dipahami bahwa laju perkembangan intelegensia berlangsung sangat pesat pada masa remaja awal dan mencapai puncak perkembangan dicapai umumnya dipenghujung masa remaja akhir.

Sementara itu, Muh. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru merdeka mengklasifikasikan tujuan kognitif atas enam bagian, yaitu sebagai berikut: [8]

1. Pengetahuan ( Knowlage ). Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.

2. Pemahaman (comprehension), meliputi/mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang rendah.

Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:

a. Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.

b. Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru

c. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramalkan perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan

(23)

3. Penerapan (Application). Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.

4. Analisis. Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktro penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:

a. Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.

b. Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.

c. Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.

5. Sintesis. Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponenkomponen sehingga membentuk suatu pola srtuktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

(24)

Namun proses perkembangan perilaku kognitif tidak selamanya dapat berjalan mulus, karena ada beberapa faktor yang bisa menimbulkan gangguan kognitif seorang anak, diantaranya yang berhubungan dengan kelainannya sendiri dan kurangnya pengalaman akibat latar belakang anak berkelainan. Misalnya: cacat tubuh, tuli dan hambatan perkembangan tubuh membawa pengalamannya kurang bertambah, kurang diperkaya dari kebudayaan yang ada dilingkungannya, dalam keluarga yang diperhatikan atau bahkan terlalu dilindungi.[9]

B. Aspek Pembelajaran Afektif

Menurut Haidar Putra Daulay dalam Pendidikan Islam mengatakan bahwa afektif adalah masalah yang berkenaan dengan emosi, berkenaan dengan ini terkait dengan suka, benci, simpati, antipati, dan lain sebagainya.[10] Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud afektif adalah: 1). Berkenaan dengan perasaan, 2) keadaan perasaan yang memengaruhi keadaan penyakit (panyakit jiwa), 3) gaya atau makna yang menunjukkan perasaan. Muh. Azer Usman membagi klasifikasi tujuan afektif ke dalam lima kategori yaitu:[11]

1. Penerimaan. Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan hasil belajar terendah dalam domain afektif.

2. Pemberian Respons. Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik. 3. Penilaian. Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri

(25)

4. Pengorganisasian. Mengacu pada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nila internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

5. Karakterisasi. Mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.

C. Aspek Pembelajaran Psikomotorik

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:

a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.

b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.

d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.

(26)

f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Berbicara mengenai kemampuan psikomotorik, orang biasanya menganggap bahwa mencapai tujuan penguasaan keterampilan psilkomotorik jauh lebih sukar daripada mencapai tujuan kognitif. Sebagian guru mengira bahwa taktik dan strategi mengajarnya juga berlainan. Kedua asumsi ini jauh berlainan, karena walaupun secara penekanan berlainan, tetapi secara garis besar prosedurnya sama saja.[12]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia psikomotorik berarti berhubungan dengan aktifitas fisik yang berkaitan dengan proses mental. [13] dalam ilmu psikologi, kata motor dapat dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.[14] Kecakapan psikomotor seorang anak tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan juga banyak terikat dengan kecakapan afektif. Karena keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap ranah perkembangan ranah psikomotorik. [15]

(27)

Dalam mengembangkan ranah psikomotorik seorang anak, ada empat faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orangtua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:[17]

a) Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. system adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang berpusat pada sistem jaringan syaraf yang ada di otak. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak, akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya.

b) Pertumbuhan otot-otot. Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga merupakan unit sel yang memiliki daya mengkerut. Peningkatan tegangan otot pada anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini tampak sangat jelas pada anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tengan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.

(28)

penyimpangan-penyimpangan perilaku seksual yang tidak dikehendaki demi kelangsungan perkembangan siswa remaja yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi bagian tubuh lainnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Namun, kemungkinan perbedaan hasil belajar psikomotor seorang siswa dengan siswa-siswa lainnya selalu ada, karena kapasitas ranah kognitif juga banyak berperan dalam menentukan kualitas dan kuantits prestasi-nya.

Di samping keempat faktor tersebut di atas, faktor-faktor lingkungan, alamiah sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta latihan dan kesempatan merupakan hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik. [18]

D. Aspek Perkembangan Sosial

Secara potensial manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoom politicon), kata Plato. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain. Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula ia menyadari bahwa ia harus belajar apa yang semestinya ia perbuat seoerti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial ini disebut sosialisasi. [19]

(29)

a) Masa kanak-kanak awal (0,0 – 3,0) : subjektif b) Masa krisis I (3,0 – 4,0) : anak-degil

c) Masa kanak-kanak akhir (4,0 – 6,0) : subjektif menuju objektif d) Masa anak sekolah (6,0 – 12,0) : objektif

e) Masa krisis II (12,0 – 13,0) : pre-puber

f) Masa remaja awal (13,0 – 16,0) : subjektif menuju objektif g) Masa remaja akhir (16,0 – 18,0) : objektif

D. Kurikulum Pembelajaran

Secara umum, Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum dimana dalam bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk.

(30)

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli

Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan.

Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah.

Dari Pengertian Kurikulum secara umum dan pengertian kurikulum menurut definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan diatas tentang pengertian kurikulum sangatlah fundamental yang menggambarkan fungsi kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah proses pendidikan. Dalam perkembangannya, sejarah indonesia mengenai kurikulum telah berganti-ganti antara lain sebagai berikut…

 Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)  Tahun 1952 – Rencana Pelajaran Terurai  Tahun 1964 – Renthjana Pendidikan  Tahun 1968 – Kurikulum 1968  Tahun 1975 – Kurikulum 1975  Tahun 1984 – Kurikulum 1984

(31)

 Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi  Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  Tahun 2013- Kurikulum 2013.

Fungsi Kurikulum – Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut…

 Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.

 Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.

 Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.

 Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.

(32)

 Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.

Komponen Kurikulum

Kurikulum mempunyai 4 unsur komponen yang membentuk/penyusun kurikulum. 4 Unsur komponen kurikulum adalah sebagai berikut :

a. Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karna berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.

 Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya.

 Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya

 Tujuan pendidikan menengah kejurusan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai kejurusan.

(33)

b. Komponen Isi (Bahan pengajaran)

Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada anak didik untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut.

 Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa  Mencerminkan kenyataan social

 Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji  Menunjang tercapainya tujuan pendidikan

c. Komponen Strategi

Kurikulum sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan penyeluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum).

d. Komponen Evaluasi

(34)

E.

Tujuan Pendidikan Nasional, Kulikuler, Institusional dan Intsruksional Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara Indonesia (didasari oleh pancasila).

Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan pendidikan nasional indonesia adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(Bab II Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).

Tujuan Institusional / Lembaga

(35)

Tujuan Kulikuler

Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis – garis Besar Program Pembelajaran) setiap bidang studi. Tujuan kulikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional sehingga kumulasi dari setiap tujuan kulikuler ini akan menggambarkan tujuan istitusional. Artinya, semua tujuan kulikuler yang ada pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional yang bersangkutan

Tujuan Instruksional / Tujuan Pembelajaran

Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini seringkali dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

(36)

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar.

Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:

a. Untuk menilai hasil pembelajaran. b. Untuk membimbing siswa belajar. c. Untuk merancang sistem pembelajaran.

d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran.

e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.

Aspek-aspek belajar dan pembelajaran mencakup diantaranya : Aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan aspek social.

(37)

Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini disesuaikan dengan kurikulum pendidikan yang diterapkan di Negara Republik Indonesia dan sesuai dengan tujuan pendidikan dalam konteks belajar dan pembelajaran.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Lepank, Kamus Pengertian, Arti, Definisi Menurut Pada Ahli,

http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-tujuan-menurut-beberapa-ahli.html

diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.17

Pengertian belajar dan pembelajaran, http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.35

Konsep Pendidikan , http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-pembelajaran.html diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 1.44

Sudrajat Ahmad, 2009, Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting,

http://www.athmosudrajatfileswordpress-com/2009/09/tujuan-pembelajaran-sgb-komponen-komponen-penting-dlm-pembelajaran1-doc diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 2.29

Ferry Apriyana, 20 Juni 2012, Belajar dan Pembelajaran

http://ferryxzyamato.blogspot.co.id/2012/06/belajar-dan-pembelajaran.html

Kurikulum Pembelajaran https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/instructional-technology/kurikulum-pembelajaran/ diakses tanggal 29 Oktober 2017 pukul 3.43 [1]Bloom dan Krathwohl dalam Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Professional, Edisi kedua (Cet. XV; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2003), h. 34

[2] Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan Pendekatan baru, (Cet. XI; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2005), h. 66

[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka 1988), h. 8-9

[4] Op. Cit., h. 66

(39)

[6] Loree dalam Abin Syamsuddin Makmun Psikologi Pendidikan: Perangkat sistem pengajaran modul, (Cet. II; PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 1998), h. 72

[7] Ibid, h. 73

[8] Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34

[9] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono., Psikologi belajar, (Cet. II; PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2004), h. 58

[10]Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Cet. I; Kencana: Jakarta, 2004), h. 41 [11] Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 36

[12] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Cet. II; CV. Rajawali: Jakarta, 1991), h. 276

[13] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit, h. 704

[14] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ., Op. Cit, h. 61 [15] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ., Op. Cit, h. 54

[16] Ibid, h. 54

[17] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ., Op. Cit, h. 64 [18] Abin Syamsuddin Makmun, Op. Cit, h. 70

Referensi

Dokumen terkait

Rasio panjang dan Lebar (L/B) dapat mempengaruhi resistensi kapal, sedangkan rasio antara panjang dan dalam (L/D) berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal (Fyson,

Dihimbau untuk melakukan perbaikan terhadap setiap komponen sarana sumur gali (dinding, bibir, lantai, spal, jarak sumber pencemar) yang tidak memenuhi syarat sanitasi pada

, dasar penggolongan metode kuantitatif yaitu menurut sifatnya, tempat kajian, tujuan, analisis, dankehadiran variabel.. oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

Sistem transportasi vertical yang diperlukan dalam perancangan bangunan SMALB A (tunanetra) adalah transportasi vertical yang mempertimbangkan pengguna adalah

Karena dalam suatu Organisasi Pegawai meruspakan unsur penting sebagai motor pengerak yang akan menjalankan roda organisasi mencapai tujuan, sejalan dengan itu

Pengaruh Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And Satisfaction) Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Peluang Pada..

Meskipun telah merujuk pada kaidah aturan bahasa Indonesia yang baik dan benar, masih terdapat kesalahan berbahasa pada penggunaan bahasa asing, penggunaan dan

Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi Raperda sebagaimana dimaksud pada angka 1 telah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang