• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum yang digunakan oleh FEB-UNHAS didisain untuk menyesuaikan dengan visi dan misi. Telah ditegaskan dalam visi dan misi yang memberi penjelasan makna dari beberapa pengertian dalam visi fakultas. Khususnya kata intemasional memberi makna bahwa kurikulum dirancang untuk menyesuaikan dengan cita-cita fakultas untuk hadir dan berpartisipasi aktif dalam lingkungan institusi intemasional. Oleh karenanya dalam membangun kurikulum, selain dari peraturan perundang-undanganyang menuntut adanya pertimbangan kompetensi praktis pada lulusan fakultas, juga ada tuntutan bahwa lulusan tidak hanya berkiprah pada pasar nasional, tetapi juga mampu hadir dalam kompetisi internasional.

Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, maka kaitannya dengan tingkat keahlian dan keilmuan yang dapat dicapai adalah level 6 sampai dengan level 9. Pada level 6 adalah pendidikan yang dihasilkan setara dengan S1 yang didefinisikan sebagai 4 kemungkinan capaian, yakni:

1. Mampu mengaplikasikan bidang keilmuan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.

2. Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoretis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural

3. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.

4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggun jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

Level 7 yang setara dengan di atas program akademik S1, namun dibawah program akademik S2. Level ini dapat dikatakan level profesional.

Namun karena level program profesi dapat dikategorikan 2 level berdasarkan capaian program masing-masing.

1. Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung jawabnya dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan

memanfaatkan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan/atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.

2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan, mono disipliner.

3. Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada dibawah tanggung jawab bidang keahliannya.

Level 8 keluaran perguruan tinggi pada program akademik adalah S2. Adapun deskripsi tingkat 8 ini adalah merujuk pada dua kemungkinan tingkat capaian yaitu:

1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi dan /atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, sehingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.

2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan , teknologi, dan /atau seni didalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner.

Level 9: pada level 9 program akademik yang dihasilkan adalah tingkat doktoral. Adapun kemungkinan capaian dari lulusan diharapkan berada pada tiga kemungkinan, yaitu:

1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original dan teruji.

2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.

3. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemasalahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan intemasional.

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Kelembagaan

penyusunan kurikulum telah terbentuk

Setiap akhir tahun telah dilakukan evafuasi

kurikulum merujuk tidak saja capaian tingkat nasional tetapi juga internasional.

Kurangnya

berlangganan rujukan internasional.

Pengelolaan jurnal tidak difasilitasi dalam struktur formal.

Adanya aksesibilitas untuk intemasional jurnal.

Review artikel pada jumat intemasional yang diformalisasi dan dipublikasi secara luas dapat menjadi simbol kemajuan program studi.

Kurangnya aksisibilitas terhadap artikel pada jumal yang bereputasi.

Lemahnya kapasitas

Sejalan dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2012 tentang perubahan status Universitas Hasanuddin dari Badan Layanan Umum menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH), telah menciptakan lingkungan organisasi yang berbeda dari sebelumnya. PTN BH memberi ruang yang lebih luas kepada lembaga yang ada di dalam universitas menjadi lebih otonom. Otonomi tidak saja dalam pengertian pengelolaan administrasi akademik, tetapi juga kepada lebih banyak fungsi

organisasi termasuk keuangan.

Adanya ruang yang lebih luas untuk menentukan manajemen organisasi FEB-UNHAS telah membangun program-program akreditasi internasional yang diharapkan menjadi dasar dalam membangun kerjasama internasional di waktu mendatang. Proposal akreditasi yang telah dilakukan adalah akreditasi secara nasional pada Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan menjadi anggota dari of AACSB (The Association to Advance Collegiate Schools of Business) dan atau ABEST21 (The Alliance on Business Education and Sholarship for Tomorrow a 21st Century Organization); AUH-QA (Asean University Network - Quality Assurance) yaitu badan akreditasi internasional. Diharapkan bahwa dengan adanya akreditasi internasional maka kemungkinan kerjasama dengan universitas dari universitas luar negeri dapat dilakukan, namun demikian tidak saja adanya sertifikasi nasional dan internasional yang diperlukan, namun demikian kelembagaan juga perlu mendukung adanya kerjasama tersebut.

Ada 2 sumberdaya yang diperlukan yaitu sumberdaya manusia dan unit organisasi ;pengelola. Peningkatan kapasitas SDM mutlak dilakukan tidak saja dalam hal pengembangan SDM tenaga pengajar, tetapi juga SDM administrasi. Saat ini teteh dilakukan beberapa kerjasama dalam negeri, seperti menerapkan extena/exam/neryang dalam hal ini kerjasama dengan Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan beberapa universitas di Makassar.

Namun sejauh ini kerjasama tidak hanya sebatas diterapkannya

extena/ examiner untuk pengujian program S3.

Kerjasama penyelenggaraan program pendidikan juga telah dilakukan, seperti kerjasama dengan kantor kementrian keuangan, kerjasama dengan pemerintah daerah, kerjasama dengan instansi pemerintah seperti, BPKP, World Bank , ADB, dan lainnya. Namun yang belum dilakukan adalah kerjasama penelitian dan kerjasama pengabdian kepada masyarakat.

Mengenai kerjasama dengan lembaga lainnya belum terorganisasi secara konsisten. Kerjasama dengan Kantor Kementrian Keuangan telah dilakukan melalui suatu unit organisasi, demikian pula penyelenggaraan pendidikan seperti pelatihan perpajakan dan pelatihan akuntansi lainnya, namun karena tidak terselenggara secara terstruktur maka tidak terkelola secara optimal.

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Kelembagaan

penyusunan kurikulum telah terbentuk

Setiap akhir tahun telah dilakukan tidak saja capaian tingkat nasional tetapi juga internasional

Adanya

aksesibilitas untuk intemasional jurnal.

Review artikel pada jumal intemasional yang diformalisasi dan dipublikasi secara luas

Kurangnya aksisibilitas terhadap artikel pada jumal intemasional yang bereputasi.

Lemahnya kapasitas individu baik

mahasiswa maupun dosen dalam publikasi ilmiah.

Dokumen terkait