• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kyai Abdurrahman Wahid

Dalam dokumen Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia (Halaman 196-200)

Reformasi berakhir antiklimaks. Partai- partai lama v'iarisan orba te tap menjuarai pesta demokrasi 1999 . Yang ber­ beda cuma sa tu : Golkar, yang selama 7 kali pemilu terus berada d tempat pertama, dalam pemilu paling demokra tis se telah pemilu 1955 ini bertukar tempat dengan POI Perjuangan pimpinan Megav,,'ati Soekarno- putri . Golkar harus puas di tempat kedua dengan kekalahan tipis dari si juara baru . PPP berada di tempat ketiga, tapi dengan ke tertinggalan yang sangat jauh. Partai kaum reformis PAN pimpinan Amien Rais cuma mendapat tak sampai 10% suara pemilih. Partai berlambang Ma tahari ini cuma mampu menjadi pesaing baru PPP. Sedang partai kaum muda kampus PK di bav,,'ah Nur Mahmudi Ismail bahkan tak masuk electoral treshold . Sebab suara yang dikumpul­ kannya tak sampai 3%. Lebih parah lagi partai anak- anak muda beraliran kiri di bav,,'ah Budiman Sujatmiko PRO, yang sempat berkibar menjelang kejatuhan Soeharto, hanya bisa mengumpulkan tak sampai 1% suara . Nasibnya tak jauh beda dari PUOI di bawah Sri Bintang Pamungkas dan PDR pimpinan mantan Menkop/PKM Adisasono yang mengusung ekonomi kerakya tan . Partai- partai gurem ini

cuma punya dua pilihan: mati saja a tau ganti nam a . PK memilih opsi kedua dan berubah menjadi Partai Keadilan Sejantera (PKS) agar bisa berlaga lagi pada 2004 . Hasil pemilu demokra tis pertama ini sekaligus menunjukkan kegagalan kaum reformis mengajak rakya t di akar rumput pindah 'kere ta :

1 . Obat Mujarab itu Bernama Abdurrahman Wahid Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, melihat hasil pemilu seperti i tu, Amien terpaksa mengurungkan nia tnya maju ke medan laga pemilihan presiden di sidang umum MPR (Oktober 1999 ) . Orang yang selama berbulan­ bulan sebelum pemilu selalu keluar sebagai jawara dalam se tiap polling pendapat i tu mundur tera tur, karena malu, disamping pilu ten tunya . "Saya tidak mau menjadi presi­ den ten percent ( 10%): ka tanya tahu diri . Sebaliknya muka- muka baru di MPR tak rela bila Indonesia, se telah perju- angan yang bera t, harus kembali dipimpin orang­ orang yang tak punya visi ke depan. Apalagi untuk kem­ bali ke pangkuan antek- an tek Soeharto . Maka dibua tlah manuver cantik dengan mengu- sung Abdurrahman Wahid. Selama 5 12 hari pemerintahan transisi Habibie, kyai tanpa pondok pesantren ini memang telah menjadi tokoh oposisi paling berwiba\';'a di republik. Oia sekaligus telah menyisih­ kan ke tokohan Amien. Oengan menggandeng Mega, cucu pendiri NU Kyai Hasyim As'ari i tu seperti menyedot seluruh kekuatan Mega, sehingga selama 16 bulan yang penuh gejolak putri pemimpin besar revolusi i tu hanya tampil sebagai adik yang manis.

Namun manuver kaum reformis dan inelektual kam­ pus i tu telah mengubah keadaan . Cucu kyai i tu disulap sedemikian sehing-ga tampil sebagai pesaing putri mantan

presiden pertama republik. Gus Our yang partainya cuma mengantongi 13 juta suara pemilih dihadapkan dengan Mega yang partainya telah memenangi pemilu legisla tif dengan 35 juta suara . Namun Gus Our tampil percaya diri . Oia tak memandang sedikit p n kekuatan Mega . Yang dia tahu hanya kekua tannya sendiri, yang didukung kaum reformis dan partai- partai lain yang tak menghendaki presiden wanita . Begitulah kaum tradisonalis dan Islam modern bergabung dalam sa tu barisan bersama kaum reformis. Oi sisi lain Mega yang sudah telajur menampilkan diri sebagai adik manis justru rikuh sendiri . Sementara para pendukungnya tak bisa menganggap Gus Our sebagai musuh yang harus dilawan habis- habisan. Yusril Ihza Mahendra, Ke tua PBB kemudian ikut berlaga di sidang umum i tu untuk menangkap segala kemungkinan. Mantan 'speech writer' Soeharto i tu ten tu tak sekadar neka t, mengingat PBB yang dipimpinnya memperoleh suara yang tak menggembirakan. Perhitungannya lumayan rasional : Habibie tak jadi maju dan Amien sudah meninggalkan lapangan. Bila Gus Our mundur a tau tak lulus tes kese­ ha tan, maka saingannya hanya sa tu, Megawati. Oapat dipastikan Yusril yang muda, cerdas dan ganteng akan mampu memenangkan pemilihan di MPR.

Perhi tungan Yusril akhirnya memang melese t. Gus Our tidak mengalami kesulitan sama sekali dalam masalah kesehatan. Tak ada tes, tak ada pertanyaan soal i tu . Meski pernah terserang s troke menjelang rontoknya orba dan pengeliha tannya tak sehat, di mata wakil rakya t Gus Our te tap lebih baik daripada Mega . Baik kaum modernis Islam, tradisionalis, maupun reformis seperti seka ta memilih tokoh asal bukan Mega . Pokoknya Gus Our saa t i tu boleh dibilang obat bagi kaum reformis yang terpukul

hebat akibat kekalahan telak dalam pemilu, obat bagi Golkar dan antek- an tek orba yang tak ingin berhadapan lang sung dengan seorang reformis galak seperti Amien, obat bagi mayori tas muslim yang tak ingin dipimpin seorang presiden \"'anita, dan obat bagi dunia luar, terutama AS, yang tak ingin Indonesia dinakhodai Amien yang bisa membahayakan kepentingan mereka di nusan­

tara . Jadi saa t i tu Abdurrahman Wahid tiba- tiba saja menjelma menjadi obat mujarab bagi semua pihak.

Namun orang te tap saja terperengah ke tika Gus Our benar- benar terpilih. Apalagi dia tidak segera menyerah­ kannya kepada Mega seperti yang pernah dijanjikannya . Karena i tu tak ada pula kejadian seperti dalam skenario Gus Our sebelum pemilihan: "Amien memilih saya . Saya memilih Mega . Nanti Mega akan memilih Amien." Jadi dalam skenario i tu Gus Our, yang memenangkan pemilihan, menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mega . Sebab partainya sendiri PKB cuma bertengger di tempat kelima dalam perolehan suara, jauh di bawah PDIP yang meme­ nangi pemilu. Lalu Mega, yang ditunjuk presiden terpilih Gus Our, menyerahkannya kepada Amien. Sebab dia merasa pemimpin kaum reformis i tulah yang paling pantas memimpin Indonesia se telah menumbangkan sang diktator 32 tahun Soeharto . Skenario i tu dilupakan Gus Our begitu saja, ke tika tampuk pimpinan republik diserahkan kepada­ nya . Namun kaum reformis dan Islam modern tidak menyalahkan Gus Our dan tidak pula menyalahkan diri mereka sendiri, karena membiarkan peluang i tu terlepas begitu saja. Sebagai gantinya mereka menyalahkan Amien. Ini membuat mantan Ke tua Umum Muhammadiyah i tu makin terpuruk di kalangan pendukungnya sendiri . Meski tak pernah diekpos keluar, kejadian ini berkembang

menjadi luka dalam . Luka ini akan menganga lagi dan menjadi penghalang se tiap ada rencana mengangka t Amien menjadi pemimpin nasional, sehingga menguntung­ kan lawan- Iawannya .

Sebaliknya posisi Mega di mata pendukungnya justru semakin bagus. Oia semakin disayang pendukungnya yang fana tik sambil menuding Gus Our sebagai pengkhianat. Protes i tu pun terpaksa ditelan sendiri pendukung Mega, karena putri sulung mantan presiden Soekarno i tu tak menunjukkan kemarahannya . Sedang Gus Our di mata kaum tradisionalis muslim yang fana tik, juga semakin berwibawa . Kemenangannya yang mulus di sidang umum MPR diangggap sebagai bukti kekuatan suprana turalnya . Keadaan i tu jelas berbahaya . Untungnya Gus Our, meski pengeliha tannya tak awas, mampu membaca situasi dan merasakan resonansi ke tegangan di akar rumput. Pen­ dukung fana tik Mega, yang kecewa dan tersebar di seluruh tanah air, ten tu tak rela melihat sang sa tria piningit dipecundangi begitu saja,justru se telah meme­ nangi pemilu. Oapat dipastikan kepercayaan diri pada jumlahnya yang terbukti paling besar dan rasa kecewa yang akut pendukung Mega, bila tak segera diredam, akan muncul ke permukaan dalam bentuk apasaja. Oia bisa memporandakan apasaja yang ada di depannya seperti air bah, banjir bandang, dan bahkan tsunami so sial.

Gus Our mencium bahaya menghadang di depannya dan tahu pula bahwa dia memiliki alat ampuh di tangan­ nya untuk meredam . Sebagai presiden terpilih dia memiliki hak prerogatif untuk mengangka t siapa saja sebagai wakilnya . Oia bisa mengangka t orang luar Jawa untuk menyenangkan mereka yang ada di pulau- pulau lain, bisa

mengangka t orang Muhammadiyah untuk menyenangkan kaum modernis Islam yang telah membuka jalan baginya untuk tampil ke tampuk republik, a tau mengangka t se­ orang jendral untuk menentramkan TNI yang resah oleh arus reformasi dan demokra tisasi, tapi Gus Our memilih Mega sebagai v'iapres. Ketegangan di akar rumput pun sirna . Anak Kyai Haji Wahid Hasyim i tu berhasil mele\r,,'ati rin tangannya yang pertama dengan predika t cum laud e . 2 . Menga mbil Kembali Kedaulatan Politik

Gus Our kemudian menyusun kabine tnya yang diberi nama Kabine t Persa tuan . Krunya lumayan beragam, kare­ na Gus Our tak ingin mengecewakan gabungan partai yang telah mengusungnya sampai ke RI- l , Oia menjadi kabine t pelangi a tau gado- gado, ka ta para pengeri tiknya . Menteri-menteri kabine t transisi Habibie pukul ra ta tak dipakai lagi, tidak terkecuali Menneg BUMN Tanri Abeng yang telah bekerja keras mereformasi perusahaan­ perusahaan BUMI\I sampai menjadi pemain dipasar modal yang efektif. Oia bahkan menganggap sepi semua yang telah dicapai kabine t transisi Habibie, termasuk perjuang­

annya membangun ekonomi kerak­ ya tan . Oepartemen Koperasi & Peng­ usaha Kecil Menengah (PKM), yang selama pemerintahan Habibie menjadi lokomo tif ekonomi kerakya tan dan pembeda dari masa orba, diamputasi . Oia dijadikan kementerian non porto­ folio alias menteri negara . Akiba tnya Oepkop/PKM tak punya kaki di dae- rah . Ini sekaligus menandai disisih-

Tantri Abeng kannya kembali sistem ekonomi yang

berpihak kepada rakya t banyak. Keadaan ini berlangsung sampai sekarang . Lalu Oepartemen Penerangan, yang di zaman Habibie dinilai sangat reformis, terutama se telah sang Menpen Yunus Yospiah mencabut kewajiban SIUPP (Sura t Izin Usaha Penerbitan Pers), sekalian dihapus Gus Our. Oepartemen Sosial yang pernah dihapus pada masa Habibie, dihidupkan kembali. Lalu Panglima TNI, yang selama puluhan tahun selalu dipegang Angkatan Oara t, diberikan Gus Our kepada Laksamana Widodo HS dari Angkatan Laut.

Goncangan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut memang lumayan besar, tapi Gus Our jalan terus . Seba­ gian kalagan memang dibua t sesak nafas, tapi sebagian lain menganggapnya sebagai tindakan reformistik. Sebagai presiden Gus Our memang berhak melakukan berbagai perubahan yang dingininya agar Indonesia baru seperti konsepnya bisa terwujud . Cuma karena Gus Our tidak pernah menjelaskan konsepnya sendiri, maka se tiap dia melansir hal baru, timbul pula goncangan baru . Apalagi menteri-menteri yang membantunya pun tak pernah diajak duduk membicarakan langkah-Iangkah yang akan diambil . Akiba tnya menteri- menteri seperti berjalan sendiri- sendiri dengan komando berada di tangan ke tua partai masing- masing . Oari situ konflik antara presiden dengan partai pendukungnya, yang menaruh orang­ orangnya di kabine t, dan wakil rakya t di OPR mulai tumbuh.

Oi negara- negara maju yang kondisi demokrasinya sudah berjalan baik, konflik antara presiden dengan para pembantunya di kabine t dan para wakil rakya t ten tu sudah mengakiba tkan kelumpuhan. Atau se tidaknya akan muncul mosi tidak percaya dan kabine t pun bubar. Pemilu

ulang digelar a tau presiden baru dipilih. Namun Indonesia sudah punya terlalu banyak persoalan dan kemiskinan sudah cukup bikin pusing rakya t banyak. Jadi konsflik a tara presiden, para pembantunya dan wakil rakya t te tap menjadi konflik di antara orang- orang penting i tu, a tau se tidaknya dianggap sebagai salah sa tu hiburan sekelas srimula t. Rakya t tidak mau iku t campur, apalagi memikir­ kan jalan keluarnya .

Begitulah konflik i tu te tap terisolasi di antara para poli tisi dan orang- orang yang berkepentingan dengan pusa t- pusa t kekuasaan, tidak menjalar ke akar rumput. Keadaan ini memberi ruangan lebih luas kepada Gus Dur untuk melakuan berbagai trobosan dalam urusan politik. Gus Dur nampaknya memang cukup piawai memainkan peranan dalam ruangan yang dimilikinya i tu . Kadang dia bergerak bagai ombak menggulung apa saja yang ada di depannya, seperti ke tika dia memecat beberapa menteri­ nya dengan berbagai alasan. Di lain saa t dia nampak lembut dan sangat arif, seperti dalam urusan dengan konglomera t. Juga dalam soal Irian Jaya yang diganti namanya menjadi Papua Bara t sesuai keinginan masya­ raka t di sana . Gus Dur bahkan tak segan mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora . Begitu pula dalam urusan Aceh sampai dia sendiri tersandung dana dari Sultan Brunei. Langkah-Iangkahnya cepat dan tak terdug a . Gus Dur seperti ber- pacu dengan waktu untuk menyelesaikan semua persoalan negaranya dengan caranya sendiri, one man show . Dia tak gentar dengan resiko apa pun yang bakal menghadangnya, bahkan tak sudi mengemis kepada Paman Sam, si penguasa jagad yang menyambut kemenangannya dengan dingin. Dia memilih menJaga koeksistensi damai dengan semua

kekuatan yang ada untuk mendapatkan kembali kedau­ latan politik negaranya, sekaligus menjadikannya alat gertak. Dalam hal yang belakangan i tu Gus Dur memprak­ tikkan politik bebas aktif, seperti dilansir Mohammad Ha tta 'mendayung di antara dua karang' pada a\r,,'al- awal kemer­ dekaan .

Atas dasar i tulah gagasan Presiden Abdurrahman Wahid membentuk poros: Jakarta- Beijing- New Delhi, men­ jadi sangat menarik dan menimbulkan harapan bahwa Jakarta bukan lagi anak bawang yang bisa dise tir Amerika Serika t (AS) a tau negara mana pun. Dia juga bisa dijadikan alat gertak yang lumayan efektif untuk mening­ ka tkan posisi tawar Indonesia di mata dunia . Law a tan kenegaraan pertamanya dengan mengunjungi negara­ negara te tangga Asia, bahkan dinilai pengamat politik CSIS Kusnanto Aggoro sebagai penegasan posisi, bahwa Indonesia memiliki alterna tif selain Barat. Kebijakan inward looking ke Asia ini disebu t Kusnanto sebagai alterna tif yang lebih berdaulat. Di Tanah Air hampir tidak ada komentar nega tif mengenai gagasan i tu . Bila poros ini benar- benar terbentuk, ditambah kekuatan ekonomi dan teknologi Tokyo, bukan tidak mungkin masa java Bara t, diwakili AS, akan segera berakhir. Asia akan memasuki zaman renaisans yang gegap gempita pada milenium mendatang, dan Indonesia akan iku t pegang peranan .

Perhi tungannya sederhana saja. Dalam 2 0 tahun ke depan, Cina diramalkan akan tampil sebagai negara dengan kemampuan ekonomi dan militer luar biasa, ge tarannya pun dapat dirasakan saa t ini . Sepertiga pendapatan Asia- Pasifik diperkirakan Kusnanto akan ber­ asal dari Cina . Dengan segala potensi yang dimilikinya, negeri Tirai Bambu i tu bakal tampil sebagai kekuatan

Dalam dokumen Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia (Halaman 196-200)

Dokumen terkait