BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN
C. Laba Fiskal
Salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar adalah dari sektor pajak. Baik orang pribadi maupun badan sebagai objek pajak wajib membayar pajak guna turut serta membangun pembangunan di negara ini. Kontribusi pajak dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup besar. Untuk menghitung berapa besar pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan kepada negara, terlebih dahulu harus diketahui berapa laba fiskalnya.
Menurut IAI dalam PSAK No.46 tahun 2009, laba fiskal (taxable profit) diartikan sebagai berikut:
“laba fiskal adalah laba selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.”
Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya membedakan penghasilan menjadi dua yaitu penghasilan yang merupakan objek pajak dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Penghasilan yang merupakan objek pajak pun dibedakan menjadi dua, yaitu penghasilan yang
dikenakan pajak penghasilan yang tidak bersifat final. Selain itu peraturan perpajakan membagi beban menjadi dua, yaitu beban yang boleh dikurangkan (deductible expenses).
Pengelompokan penghasilan dan beban oleh peraturan perpajakan mengakibatkan laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. Untuk menghitung besarnya laba fiskal perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi sebelum pajak penghasilan berdasarkan ketentuan peraturan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya yang lebih dikenal dengan istilah rekonsiliasi fiskal.
Proses rekonsiliasi fiskal untuk mendapatkan laba fiskal adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan pendapatan diklasifikasikan antara penghasilan yang bukan objek pajak dan penghasilan yang merupakan objek pajak.
b. Dari penghasilan yang merupakan objek pajak, tentukan penghasilan mana yang pengenaan pajaknya bersifat final, selebihnya merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak termasuk penghasilan yang pengenaan bersifat final.
c. Biaya/pengeluaran diklasifikasikan antara biaya/pengeluaran yang boleh dikurangkan dengan biaya/pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan.
d. Selisih antara penghasilan yang merupakan objek pajak tidak termasuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final dengan biaya/pengeluaran yang boleh dikurangkan merupakan laba atau rugi fiskal.
D. Book Tax Differences
Dalam PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang mengatur akuntansi pajak secara penghasilan (PPh) mulai diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik dan mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya. Pihak manajemen perusahaan harus menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan yaitu untuk tujuan pelaporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia yang mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk tujuan pelaporan tersebut, sehingga akhir tahun perusahaan wajib melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal adalah perbedaan pelaporan laba yang disebabkan karena perbedaan konsep dan peraturan dalam masing-masing sistem pelaporan (Plesko, 2004), sedangkan menurut Philips, Pincus dan Rego (2003) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal merupakan komponen total dari beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dan mencerminkan efek pajak yang ditimbulkan oleh perbedaan temporer antara akuntansi dan pajak. Berdasarkan Suandy (2001) perbedaan dalam sistem akuntansi ini disebabkan oleh:
Perbedaan permanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari. Perbedaan positif terjadi karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan perbedaan negatif terjadi karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. Misalnya, bunga deposito diakui sebagai pendapatan dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai pendapatan dalam fiskal, dan premi asuransi yang ditanggung perusahaan untuk karyawan, diakui sebagai biaya dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai biaya dalam laba fiskal.
b. Perbedaan temporer (temporary or timing differences)
Perbedaan temporer dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif
dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakn mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi penghasilan mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendapatan diakui ketika diperoleh dan biaya diakui pada saat terjadinya. (accrual basic).
PABU memberikan kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansinya. Manajer dapat memilih salah satu diantara beberapa metode
akuntansi yang berbeda, misalnya dalam penentuan metode depresiasi dan pengestimasian periode depresi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan
pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001). Sedangkan peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya, sehingga untuk tujuan pajaknya perusahaan hanya mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic (Suandy, 2001).
Berdasarkan dua kelompok penyebab perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama karena perbedaan pemanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Penelitian ini menggunakan perbedaan temporer yang berhubungan dengan proses akrual sehingga dapat jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deffered tax expense), yang berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak.
Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan (deffered tax benefit) yang berarti bahwa kenaikan pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Philips, Pincus, dan Rego, 2003). Informasi tentang pajak tangguhan ini akan sangat berguna pada perusahaan dengan selisih atau perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang besar (Cheung et al., 1997).
1. Large positive Book Tax Differences
Large positive book tax differences merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal. Large positive book tax differences terjadi akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan.
Large positive book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadnya koreksi fiskal negatif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) dalam rangka menghitungkan penghasilan kena pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan (Soewito, 2009:66).
Secara garis besar penyebab timbulnya large positive book tax differences ada dua, yaitu:
1). Adanya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam laporan keuangan tahun berjalan, tetapi pengenaan pajaknya baru dilakukan pada tahun berikutnya. Sebagai contoh, keuntungan yang belum direalisasi atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya kenaikan nilai diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual.
2). Adanya beban atas kerugian tersebut yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aktiva lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aktiva yang dilakukan oleh manajemen sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersial. Akibatnya laba komersiil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal.
2. Large Negative Book Tax Differences (LNBTD)
Large negative book tax differences (LNBTD) merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal. 3. Small Book Tax Differences
Small book tax differences merupakan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dimana nilai perbedaan tersebut cukup kecil. Small book tax differences dapat mengindikasikan kualitas laba akuntansi yang dilaporkan
manajemen baik. Hal ini karena apabila terjadi perbedaan yang kecil antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat mengindikasikan manajemen tidak melakukan management discretion sehingga laba yang dilaporkan berkualitas.
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok small book tax differences dan large book tax differences dapat ditentukan dengan melakukan sistem quantile. Sistem quantile dilakukan dengan cara mengurutkan perbedaan temporer perusahaan yang diwakili dengan akun beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan kemudian seperlima urutan tertinggi masuk dalam kelompok large positive book tax differences dan seperlima terendah masuk dalam kelompok large negative book tax differences, sedangkan sisanya termasuk dalam kelompok small book tax differences (Hanlon, 2005).