PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES
TERHADAP HUBUNGAN LABA SEKARANG, AKRUAL DAN
ARUS KAS DENGAN LABA DI MASA DATANG
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ENDANG SATYAWATI
NIM : S4311053
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2014
ABSTRAK
PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES
TERHADAP HUBUNGAN LABA SEKARANG, AKRUAL DAN ARUS KAS DENGAN LABA DI MASA DATANG
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)
Endang Satyawati, SE.,Ak NIM: S4311053
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh book tax-differences terhadap hubungan laba sekarang, akrual dan arus kas dengan laba di masa datang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011.
Penelitian ini terdapat satu variabel dependen, tiga variabel independen dan satu variabel moderasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1). Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari laba sebelum pajak tahun sekarang, komponen akrual dan aliran kas. Variabel moderasi penelitian ini adalah book tax-differences yang mewakili subsampel perusahaan dengan large positive book tax-differences (LPBTD), large negative book tax-differences (LNBTD), dan small book tax-differences. Ketiga subsampel tersebut berupa variabel indikator. Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan Book tax differences secara negatif (large negative book tax differences) tidak berpengaruh terhadap laba akuntansi satu tahun ke depan. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan dengan large negative book tax differences belum tentu dapat merealisasikan pendapatan pada masa depan, sehingga tidak dapat berpengaruh terhadap laba masa depan. Sedangkan Book tax differences secara positif (large positive book tax differences signifikan secara statistik mempunyai pengaruh terhadap laba masa depan. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan dengan large positive book tax-differences tidak dapat melakukan subyektivitas dalam pelaporan keuangan dibanding pelaporan perpajakan, sehingga komponen akrual dan aliran kasnya dapat berpengaruh terhadap laba masa depan.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BOOK TAX DIFFERENCES ON THE RELATIONSHIP EARNINGS, ACCRUALS, AND CASH FLOWS FOR
ONE-PERIOD-AHEAD EARNINGS
(Empirical Study On Manufacturing Company registered
The Indonesia Stock Exchange Year 2007-2011)
Endang Satyawati, SE., Ak
NIM: S4311053
This study aims to analyze the effect of book-tax differences on the relationship between profits now with future earnings, accruals and cash flows for companies listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2007-2011.
This study contained a dependent variable, three independent variables and the moderating variable. The dependent variable in this study are the future profit before tax (PTBIt +1). The independent variables in this study consisted of current
year profit before tax, the accrual and cash flow components. Moderating variables of this research is book-tax differences which represent subsamples companies with large positive book-tax differences (LPBTD), large negative book-tax differences (LNBTD), and a small book-tax differences. Third subsample is a variable indicator. Methods of statistical analysis in this study is multiple regression analysis using SPSS 16.0.
The results of this study indicate negatively Book tax differences (Large negative book tax differences) does not affect the accounting profit one year to the next. This indicates that companies with large negative book tax differences may not be able to realize revenues in the future, so it can not affect the future earnings. While positively Book tax differences (large positive book tax statistically significant differences have an influence on future earnings. This indicates that firms with large positive book-tax differences can not perform subjectivity in financial reporting than tax reporting, so that the components of accruals and cash flows could affect future earnings.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan;
Bagi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang Akuntansi
Ayah dan Ibu yang senantiasa menyelimuti hidupku dengan kasih sayang Suamiku tercinta Riyanto Hadi yang selalu memberi semangat dan doa Anak-anakku tercinta Isai Endriana Kurniawan dan Fanuel Endriana Adi
yang memberi warna dan semangat dalam mengejar cita-cita. Kakak-ku, saudara dan sahabat-sahabatku yang memberi motivasi padaku
HALAMAN MOTTO
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda.
Rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan melainkan rancangan damai sejahtera dan indah pada waktunya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul “Pengaruh Book Tax-Differences terhadap Hubungan Laba Sekarang, Akrual Dan Arus Kas Dengan Laba di Masa Datang” ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya dan hormat setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa arahan, bimbingan, saran, dan nasehat selama penulis melaksanakan studi. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis berupa Beasiswa BPPS dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret.
3. Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
4. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Dr. Payamta, M.Si.,Ak.,CPA., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
6. Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc.,Ph.D.,Ak., selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
7. Prof.Dr.Rahmawati.,M.Si.,Ak sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, mendorong, dan membantu dengan penuh kesabaran dalam berbagai kegiatan mulai dari menyusun proposal penelitian, seminar proposal, hingga tesis ini terwujud
8. Bapak Ibu Dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi.
9. Drs.Suwitadi Kusumodilogo.,S.H.,M.M.,M.Si., selaku Rektor Universitas Kristen Surakarta yang telah memberikan ijin studi.
10. Rekan-rekan di Civitas Akademisi Universitas Kristen Surakarta yang selalu memberi doa dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi. 11. Keluarga besar Suwardi Siswoharjono yang banyak memberikan dukungan
12. Suamiku tercinta Riyanto Hadi.,S.Pd.,M.Pd beserta anak-anakku terkasih Isai Endriana Kurniawan dan Fanuel Endriana Adi yang selalu menemaniku serta memberikan semangat agar tidak mudah putus asa sampai studiku selesai. 13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang dengan caranya
masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, sehingga tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Semoga tesis ini memberikan manfaat bagi yang memerlukan terutama dalam usaha peningkatan kualitas laba. Terima kasih.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... .. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN MOTTO... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
ABSTRACT... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi dan Laporan Keuangan Fiskal... 9 B. Laba Akuntansi... 10 C. Laba Fiskal... 11 D. Book Tax-Differences... 12 E. Akrual... 18 F. Arus Kas... 20 G. Penelitian Terdahulu... 22 H. Kerangka Pemikiran... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian... 32
B. Jenis dan Sumber Data... 33
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 34
D. Metode Pengumpulan Data... 36
E. Metode Analisis... 36
F. Pengujian Hipotesis... 39
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemilihan Sampel... 42
B. Uji Asumsi Klasik... 44
a. Uji Normalitas Residual... 44
b. Uji Multikolinieritas... 45
c. Uji Autokorelasi... 47
d. Uji Heteroskedastisitas... 47
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Analisis... 48
IMPLIKASI... 53 A. Simpulan... 53 B. Keterbatasan Penelitian... 53 C. Saran... 54 D. Implikasi... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 1 Prosedur Pengambilan Sampel... 42
Tabel 2 Statistik Deskriptif... 43
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas... 45
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas... 46
Tabel 5 Uji Autokorelasi... 47
Tabel 6 Uji Heteroskedastisitas... 48
Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Pengujian Persistensi Laba dengan memasukkan koefisien laba yang membedakan tingkatan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal... 49
dan Aliran Kas... 51
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan... 56
Lampiran 2. Data Perusahaan Sampel Tahun 2007 ... 57
Lampiran 3. Data Perusahaan Sampel Tahun 2008 ... 58
Lampiran 4. Data Perusahaan Sampel Tahun 2009……….. 59
Lampiran 5. Data Perusahaan Sampel Tahun 2010……….. 60
Lampiran 6. Data Perusahaan Sampel Tahun 2011……….. 61
Lampiran 7. Hasil Regresi Persamaan pertama... 62
ABSTRAK
PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES
TERHADAP HUBUNGAN LABA SEKARANG, AKRUAL DAN ARUS KAS DENGAN LABA DI MASA DATANG
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)
Endang Satyawati, SE.,Ak NIM: S4311053
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh book tax-differences terhadap hubungan laba sekarang, akrual dan arus kas dengan laba di masa datang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011.
Penelitian ini terdapat satu variabel dependen, tiga variabel independen dan satu variabel moderasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1). Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari laba sebelum pajak tahun sekarang, komponen akrual dan aliran kas. Variabel moderasi penelitian ini adalah book tax-differences yang mewakili subsampel perusahaan dengan large positive book tax-differences (LPBTD), large negative book tax-differences (LNBTD), dan small book tax-differences. Ketiga subsampel tersebut berupa variabel indikator. Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan Book tax differences secara negatif (large negative book tax differences) tidak berpengaruh terhadap laba akuntansi satu tahun ke depan. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan dengan large negative book tax differences belum tentu dapat merealisasikan pendapatan pada masa depan, sehingga tidak dapat berpengaruh terhadap laba masa depan. Sedangkan Book tax differences secara positif (large positive book tax differences signifikan secara statistik mempunyai pengaruh terhadap laba masa depan. Hal tersebut mengindikasikan perusahaan dengan large positive book tax-differences tidak dapat melakukan subyektivitas dalam pelaporan keuangan dibanding pelaporan perpajakan, sehingga komponen akrual dan aliran kasnya dapat
Kata kunci: book tax-differences, laba, akrual, arus kas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan manufaktur adalah jenis organisasi profit yang tujuan utamanya mencari laba ( profit oriented ), yang ditunjukkan dalam laporan keuangan. Informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan sangat berguna bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya investor untuk dasar pengambilan keputusan dalam investasi. Informasi keuangan dikatakan berkualitas jika memenuhi kualifikasi relevan yang berarti informasi tersebut dapat memberi perbedaan dalam pengambilan keputusan, dan dikatakan reliable jika informasi tersebut dapat diverifikasi serta mengungkapkan kebenaran serta bebas dari kesalahan ( error ) dan penyimpangan ( bias ). Kesalahan dan peyimpangan dalam penyusunan laporan keuangan dapat terjadi karena adanya tindakan manipulasi informasi laporan keuangan yang dilakukan dengan cara mempercantik laba seperti menaikkan laba disebut praktik manajemen laba. Manajemen perusahaan melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan laba yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan tampak baik bagi stakeholder perusahaan.
Laba merupakan keuntungan atas upaya perusahaan dalam menghasilkan dan menjual barang atau jasanya (Suwardjono, 2008:464). Laba juga dapat diartikan sebagai selisih dari pendapatan di atas biaya. Laba selalu menjadi dasar dalam pengenaan kena pajak, kebijakan pemberian deviden, pedoman dalam investasi, pengambilan suatu keputusan, dan unsur untuk memprediksi kinerja (Harnanto, 2003:444).
Penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan salah satunya digunakan sebagai dasar penilaian kinerja dan keadaan finansial. Laporan keuangan perusahaan selain ditujukan untuk kepentingan pemegang saham juga ditujukan untuk kepentingan perpajakan, sehingga untuk perhitungan pajak perusahaan harus membuat laporan keuangan fiskal. Standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan fiskal adalah peraturan perpajakan, sedangkan standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan komersial adalah Standar Akuntansi Keuangan dasar yang berbeda dalam penyusunan laporan keuangan tersebut dapat menimbulkan terjadinya perbedaan penghitungan laba (rugi) perusahaan. Perbedaan itulah yang menimbulkan istilah book tax differences dalam analisis perpajakan (Resmi, 2011:369).
Perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk memenuhi tujuan dari laporan keuangan akuntansi dan laporan keuangan fiskal. Namun, ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan fiskal maka terlebih dahulu melakukan rekonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial tersebut.
Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap laporan keuangan komersial dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan perpajakan, sehingga diperoleh laba fiskal. Oleh karena itu, terdapatnya perbedaan dasar penyusunan dalam penghitungan laba menurut komersial dengan penghitungan laba menurut perpajakan, maka menyebabkan perbedaan jumlah antara penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal). Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal tersebut yang disebut dengan book tax differences (Lestari, 2011).
Book tax diifferences terbentuk karena disebabkan oleh perbedaan temporer dan perbedaan permanen. Perbedaan temporer terjadi karena terdapatnya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial, dan perbedaan permanen yang terjadi karena terdapatnya pengaturan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan (Martani dan Persada, 2010).
Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan. Penentu kualitas laba mencakup lingkungan usaha perusahaan dan prinsip akuntansi yang dipilih dan diaplikasi oleh perusahaan. Pengukuran kualitas laba menimbulkan kebutuhan untuk membandingkan laba antar perusahaan dan keinginan untuk mengakui perbedaan kualitas untuk tujuan penilaian.
Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings), yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings), informasi yang terdapat pada book tax differences dapat mempengaruhi
laba perusahaan di masa mendatang, dan dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai kualitas laba yang buruk dan kurang persisten. Laba dikatakan persisten ketika perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang dan ketika aliran kas maupun laba akrual berpengaruh terhadap laba tahun depan yang diperoleh perusahaan (Penman, 2001). Oleh karena itu, persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value (Jonas dan Blanchet, 2000). Nilai prediksi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang yang mewakili sifat transitori (sementara) dan permanen laba (Sloan, 1996).
Beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peran book tax differences untuk menilai kualitas laba yang dilaporkan oleh manajemen. Philips et al. (2003) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan biaya dan manfaat pajak tangguhan. Biaya dan manfaat pajak tangguhan tersebut sebagai proksi discretionary accrual untuk menilai book tax differences. Contohnya, semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal (book tax differences) akan menunjukkan tanda indikasi terjadinya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, dan book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba (Hanlon, 2005).
Penelitian-penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa book tax differences mengandung informasi mengenai kinerja masa depan. Lev dan Nissim (2004) membuktikan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat
memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun ke depan, dan berhubungan kuat ( lemah ) dengan return saham masa depan. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Jackson (2009) yang membuktikan bahwa book tax differences berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Tang dan Firth (2008) menyatakan bahwa book tax differences yang besar menghasilkan reaksi pasar terhadap harga saham menjadi rendah. Selain itu mereka juga menemukan bahwa book tax differences berhubungan negatif dengan laba satu tahun ke depan. Hal itu mengindikasikan bahwa informasi mengenai book tax differences berguna untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa book tax differences dapat memberikan informasi mengenai karakteristik laba perusahaan dan kinerja perusahaan masa depan. Informasi tersebut diperoleh bukan hanya akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan, tetapi juga karena adanya perbedaan aplikasi antara ketentuan akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketenruan fiskal berdasarkan Undang-Undang perpajakan. Hal ini dibuktikan penelitian Jackson (2009) bahwa hubungan antara book tax differences dengan pertumbuhan laba tidak selalu disebabkan oleh manajemen laba, tetapi juga disebabkan oleh perlakuan transaksi ekonomi yang berbeda serta tarif pajak efektif yang berfluktuasi.
Perbedaan peraturan pajak antar negara serta besar pengaruh kualitas laba terhadap investor dalam pengambilan keputusan untuk investasi maka, penelitian ini akan menganalisis “ PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP
HUBUNGAN LABA SEKARANG, AKRUAL DAN ARUS KAS DENGAN LABA DI MASA DATANG. “
B. Rumusan Masalah
Perusahaan manufaktur menyusun laporan keuangan untuk mengetahui hasil kinerja manajemen dan keadaan keuangan perusahaan, yang tercermin dalam laba atau rugi. Sedangkan laba adalah hasil dari aktivitas operasi perusahaan dan merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan. Penman (2001) menyatakan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan arus kasnya.
Penelitian-penelitian sebelumnya book tax differences dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba dan memberi informasi mengenai kualitas laba yang dilaporkan perusahaan. Namun, hubungan book tax differences dengan laba tidak selalu timbul akibat adanya praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Book tax differences juga timbul murni akibat adanya perbedaan aplikasi antara ketentuan akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan fiskal berdasarkan Undang-Undang perpajakan, tanpa bermaksud untuk melakukan praktik manajemen laba.
Book tax differences didapat dari perbedaan temporer yang diwakili oleh akun biaya (manfaat) pajak tangguhan. Selanjutnya penelitian ini menganalisis pengaruh book tax differences terhadap hubungan laba, arus kas, akrual sekarang terhadap laba di masa datang. Dalam penelitian ini, menggunakan periode
penelitian tahun 2007-2011 yaitu dalam kondisi perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun pengamatan. Oleh karena itu pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
1. Apakah book tax differences berpengaruh terhadap hubungan laba sekarang dengan laba akuntansi satu periode ke depan?
2. Apakah book tax differences berpengaruh terhadap hubungan arus kas dan akrual dengan laba akuntansi satu periode ke depan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh book tax differences terhadap hubungan laba sekarang dengan laba akuntansi satu periode ke depan.
2. Menganalisis pengaruh book tax differences terhadap hubungan akrual dan arus kas dengan laba akuntansi satu periode ke depan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan wawasan dan pemahaman bagi dunia akademik bahwa book tax differences dapat digunakan untuk menilai kualitas laba akuntansi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan bagi akuntan publik sebagai salah satu pertimbangan untuk menyajikan pengungkapan yang cukup dan
penjelasan memadai tentang book tax differences yang dilaporkan dalam pelaporan keuangan dan bagi manajemen memberikan petunjuk bagi manajemen perlunya kemampuan untuk mengelola laba sehingga laba akuntansi tetap berkualitas dan direspon positif oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.
3. Manfaat bagi Perusahaan
Memberikan pengetahuan tentang laba akuntansi dan pajak tangguhan, sehingga dengan perencanaan pajak, laba perusahaan dapat diminimalkan tanpa melanggar ketentuan perpajakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi dan Laporan Keuangan Fiskal Perbedaan laporan keuangan akuntansi (komersial) dengan laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor bisnis, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Perbedaan yang lainnya adalah laporan keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Resmi, 2009).
Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan karena perbedaan tujuan. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut
dari informasi yang menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil, dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan yang semena-mena (Martani dan Persada, 2009).
B. Laba Akuntansi
Salah satu alat untuk mengukur keberhasilan dan prestasi perusahaan ialah laba. Pengukuran laba ini bukan saja penting untuk menilai kinerja perusahaan, tetapi juga penting sebagai informasi bagi investor dalam pemberian dividen, bonus untuk manajer, pembayaran pajak, serta untuk penentuan kebijakan investasi perusahaan di masa mendatang.
Menurut AICPA, laba akuntansi (accounting income) diartikan sebagai perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik.
Sedangkan menurut (IAI 2009), income didefinisikan sebagai berikut: “Income merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk permasalahan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.”
.
Menurut Belkaoui (2000), laba akuntansi sebagai perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.
Sedangkan laba akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut PSAK No.46. Laba akuntansi menurut PSAK No.46 adalah laba bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
C. Laba Fiskal
Salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar adalah dari sektor pajak. Baik orang pribadi maupun badan sebagai objek pajak wajib membayar pajak guna turut serta membangun pembangunan di negara ini. Kontribusi pajak dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup besar. Untuk menghitung berapa besar pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan kepada negara, terlebih dahulu harus diketahui berapa laba fiskalnya.
Menurut IAI dalam PSAK No.46 tahun 2009, laba fiskal (taxable profit) diartikan sebagai berikut:
“laba fiskal adalah laba selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.”
Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya membedakan penghasilan menjadi dua yaitu penghasilan yang merupakan objek pajak dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Penghasilan yang merupakan objek pajak pun dibedakan menjadi dua, yaitu penghasilan yang
dikenakan pajak penghasilan yang tidak bersifat final. Selain itu peraturan perpajakan membagi beban menjadi dua, yaitu beban yang boleh dikurangkan (deductible expenses).
Pengelompokan penghasilan dan beban oleh peraturan perpajakan mengakibatkan laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. Untuk menghitung besarnya laba fiskal perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi sebelum pajak penghasilan berdasarkan ketentuan peraturan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya yang lebih dikenal dengan istilah rekonsiliasi fiskal.
Proses rekonsiliasi fiskal untuk mendapatkan laba fiskal adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan pendapatan diklasifikasikan antara penghasilan yang bukan objek pajak dan penghasilan yang merupakan objek pajak.
b. Dari penghasilan yang merupakan objek pajak, tentukan penghasilan mana yang pengenaan pajaknya bersifat final, selebihnya merupakan penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak termasuk penghasilan yang pengenaan bersifat final.
c. Biaya/pengeluaran diklasifikasikan antara biaya/pengeluaran yang boleh dikurangkan dengan biaya/pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan.
d. Selisih antara penghasilan yang merupakan objek pajak tidak termasuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final dengan biaya/pengeluaran yang boleh dikurangkan merupakan laba atau rugi fiskal.
D. Book Tax Differences
Dalam PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang mengatur akuntansi pajak secara penghasilan (PPh) mulai diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik dan mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya. Pihak manajemen perusahaan harus menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan yaitu untuk tujuan pelaporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia yang mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk tujuan pelaporan tersebut, sehingga akhir tahun perusahaan wajib melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal adalah perbedaan pelaporan laba yang disebabkan karena perbedaan konsep dan peraturan dalam masing-masing sistem pelaporan (Plesko, 2004), sedangkan menurut Philips, Pincus dan Rego (2003) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal merupakan komponen total dari beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dan mencerminkan efek pajak yang ditimbulkan oleh perbedaan temporer antara akuntansi dan pajak. Berdasarkan Suandy (2001) perbedaan dalam sistem akuntansi ini disebabkan oleh:
Perbedaan permanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari. Perbedaan positif terjadi karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan perbedaan negatif terjadi karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. Misalnya, bunga deposito diakui sebagai pendapatan dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai pendapatan dalam fiskal, dan premi asuransi yang ditanggung perusahaan untuk karyawan, diakui sebagai biaya dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai biaya dalam laba fiskal.
b. Perbedaan temporer (temporary or timing differences)
Perbedaan temporer dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif
dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakn mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi penghasilan mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendapatan diakui ketika diperoleh dan biaya diakui pada saat terjadinya. (accrual basic).
PABU memberikan kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansinya. Manajer dapat memilih salah satu diantara beberapa metode
akuntansi yang berbeda, misalnya dalam penentuan metode depresiasi dan pengestimasian periode depresi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan
pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001). Sedangkan peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya, sehingga untuk tujuan pajaknya perusahaan hanya mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic (Suandy, 2001).
Berdasarkan dua kelompok penyebab perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama karena perbedaan pemanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Penelitian ini menggunakan perbedaan temporer yang berhubungan dengan proses akrual sehingga dapat jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deffered tax expense), yang berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak.
Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan (deffered tax benefit) yang berarti bahwa kenaikan pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Philips, Pincus, dan Rego, 2003). Informasi tentang pajak tangguhan ini akan sangat berguna pada perusahaan dengan selisih atau perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang besar (Cheung et al., 1997).
1. Large positive Book Tax Differences
Large positive book tax differences merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal. Large positive book tax differences terjadi akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan.
Large positive book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadnya koreksi fiskal negatif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) dalam rangka menghitungkan penghasilan kena pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan (Soewito, 2009:66).
Secara garis besar penyebab timbulnya large positive book tax differences ada dua, yaitu:
1). Adanya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam laporan keuangan tahun berjalan, tetapi pengenaan pajaknya baru dilakukan pada tahun berikutnya. Sebagai contoh, keuntungan yang belum direalisasi atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya kenaikan nilai diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual.
2). Adanya beban atas kerugian tersebut yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aktiva lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aktiva yang dilakukan oleh manajemen sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersial. Akibatnya laba komersiil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal.
2. Large Negative Book Tax Differences (LNBTD)
Large negative book tax differences (LNBTD) merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal. 3. Small Book Tax Differences
Small book tax differences merupakan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dimana nilai perbedaan tersebut cukup kecil. Small book tax differences dapat mengindikasikan kualitas laba akuntansi yang dilaporkan
manajemen baik. Hal ini karena apabila terjadi perbedaan yang kecil antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat mengindikasikan manajemen tidak melakukan management discretion sehingga laba yang dilaporkan berkualitas.
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok small book tax differences dan large book tax differences dapat ditentukan dengan melakukan sistem quantile. Sistem quantile dilakukan dengan cara mengurutkan perbedaan temporer perusahaan yang diwakili dengan akun beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan kemudian seperlima urutan tertinggi masuk dalam kelompok large positive book tax differences dan seperlima terendah masuk dalam kelompok large negative book tax differences, sedangkan sisanya termasuk dalam kelompok small book tax differences (Hanlon, 2005).
E. Akrual
Basis akrual dan kas basis merupakan dua basis pencatatan dalam akuntansi. Menurut Abdul Halim (2007) penerjemah Moh.Kurdi dalam buku yang berjudul Kamus Istilah Akuntansi, menjelaskan bahwa:”accrual basis atau dasar akrual adalah pengakuan (pencatatan) transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas,” sehingga dengan pendekatan ini, mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan mengakui beban pada periode terjadinya tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran kas, sedangkan basis kas (cash basis) adalah pengakuan (pencatatan) transaksi ekonomi dimana transaksi tersebut terjadi ketika uang benar-benar diterima atau dikeluarkan.
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan selama ini didasari pada akuntansi akrual (accrual-based accounting), karena masih relevan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan (Dechow, 1994; Dechow et al, 1998; dan Dechow dan Dichev, 2002). Dalam PSAK no 1 (2007) juga menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi pada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa yang akan datang. Elemen-elemen laporan keuangan dihitung dan dimasukkan dalam laporan keuangan melalui penggunaan prosedur akuntansi akrual. Akuntansi akrual mendasarkan pada konsep akrual, tangguhan, alokasi, amortisasi, realisasi dan pengakuan.
Sesuai dengan PSAK No.1, Belkaoui (2000) menyebutkan bahwa akrual adalah proses akuntansi dalam pengakuan kejadian non kas dan keadaan-keadaan yang terjadi, secara spesifik, akrual meminta pengakuan revenue dan peningkatan asset, serta expense dan peningkatan utang dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar, biasanya dalam bentuk kas dimasa mendatang.
Akrual mengandung makna bahwa transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas/setara kas diterima) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Akrual memiliki peranan penting pengukuran laba dan pelaporan keuangan. Premis dasar dalam akuntansi akrual yang terdiri arus kas operasi dan akrual akan memberikan gambaran yang lebih baik untuk laba masa depan, deviden dan arus kas bila dibandingkan dengan arus kas saat ini dan masa lalu. Jika premis ini benar dan jika nilai ekuitas mencerminkan laba di masa depan maka akrual juga akan dipertimbangkan dalam penilaian ekuitas atau relevan dalam penilaian. Akrual dan arus kas adalah mirror images yaitu ketika nilai akrual bernilai signifikan, maka koefisien arus kas diharapkan bernilai signifikansi positif (Barth et al.,1999).
Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen arus kas, informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Hasil menunjukkan bahwa kinerja laba yang tersebut pada komponen akrual menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja laba yang teratribut pada komponen arus kas.
Sebuah penelitian yang merupakan kelemahan dari penelitian Sloan (1996) yang menggambarkan bahwa akrual adalah indikator utama dalam laba dan return saham telah dilakukan oleh Richardson et al (2004). Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa informasi dalam akrual tentang kualitas laba tidak dibatasi dengan akrual sekarang yang dianalisis oleh Sloan (1996), tetapi lebih pada akrual yang non sekarang. Secara keseluruhan, hasil mengindikasikan bahwa total akrual yang didefinisikan sebagai perbedaan antara laba dan free cash flows
memberikan suatu intuisi, kekuatan, dan pengukuran yang sederhana tentang kualitas laba.
F. Arus Kas
Menurut IAI dalam PSAK No.2 paragraf 5 tahun 2009 arus kas adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar atau setara kas. Laporan arus kas menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas dalam periode tertentu. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang bisa segera ditukar dengan kas. Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut tiga kategori utama:
a. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aliran kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas, pada umumnya arus kas tersebut berasal dari trnasaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih (Syakur, 2009).
Dalam PSAK No.2 paragraf 13 (IAI : 2009) menyatakan bahwa jumlah aliran kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memlihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dan luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis
bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
b. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelaporan aktiva jangka panjang serta investasi lain tidak termasuk setara kas. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan (Syakur, 2009).
c. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan arus kas yang timbul dari transaksi ini berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (Syakur, 2009).
Menurut PSAK No.2 paragraf 04 (IAI:2009), laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam asset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, sehingga memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari laporan arus kas dengan laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah dari berbagai aktivitas operasi. Hal ini disebabkan karena komponen dari laba akuntansi adalah arus kas dari aktivitas operasi dan akrual (Prabowo, 2010).
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menguji kemampuan book tax differences dalam memprediksi kinerja perusahaan masa depan terutama yang berhubungan dengan informasi laba, seperti penelitian yang dilakukan oleh Phillips et al. (2004) menyatakan bahwa perubahan dalam komponen pembentuk kewajiban pajak tangguhan menyediakan bukti bahwa komponen pajak tangguhan yang mencerminkan pendapatan, beban akrual, dan dana cadangan secara signifikan berguna dalam menjelaskan kemungkinan terjadinya manajemen laba untuk menghindari terjadinya penurunan laba. Pendapat ini didukung oleh penelitian Mill dan Newsberry (2001) yang menyatakan bahwa perbedaan temporer disebabkan oleh perbedaan persyaratan waktu pengakuan pendanaan dan biaya.
Wijayanti (2006) menyatakan bahwa (1) book tax differences secara negatif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan, (2) perusahaan dengan large (negatif) positif book tax differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book tax differences, dan (3) harga saham tidak mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi yang berarti bahwa investor belum mapu membedakan komponen laba dalam menentukan persistensi laba.
Hanlon (2005) menguji peranan book tax differences dalam mengindikasikan persistensi laba, akrual, dan arus kas untuk laba satu tahun ke depan. Dalam melakukan penelitian tersebut, Hanlon (2005) menggunakan deferred taxes sebagai proksi book tax differences. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan book tax differences dalam jumlah besar serta bernilai positif dan negatif (large positive book tax differences dan large negative book tax differences) mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan yang mempunyai book tax differences dalam jumlah kecil (small book tax differences). Hanlon (2005) menyatakan bahwa investor dapat menafsirkan book tax differences yang besar sebagai red flag dan mengurangi harapan mereka mengenai persistensi laba di masa depan.
Jackson (2009) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara book tax differences dan pertumbuhan laba. Dalam penelitiannya, Jackson membagi book tax differences menjadi dua komponen, yaitu komponen perbedaan permanen dan perbedaan temporer. Jackson juga membagi pertumbuhan laba menjadi perubahan pada laba sebelum pajak dan perubahan pada beban pajak. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bersifat negatif antara komponen perbedaan permanen dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara book tax differences (pajak tangguhan) berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa mendatang.
Laporan laba rugi akan menjadi lebih bermanfaat jika memenuhi kualifikasi relevance dan reliable. Namun tidak jarang perusahaan melakukan manipulasi laba dalam melaporkan labanya, sehingga mengakibatkan kualitas laba menjadi buruk dan kurang persisten. Hal tersebut dilakukan agar kinerja perusahaan selalu tampak baik bagi stakeholder. Laba yang dimanipulasi tersebut tentunya menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan (Wijayanti, 2006).
Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba serta bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja suatu perusahaan. Logika yang mendasari adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran penghasilan kena pajak, sehingga book tax differences dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual (Wijayanti, 2006). Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa komponen book tax differences berupa perbedaan temporer yang tercermin dalam pajak tangguhan dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan (Phillip et al, 2003; Hanlon, 2005).
Penelitian ini meneliti pengaruh book tax differences terhadap hubungan laba sekarang dengan laba yang akan datang, akrual dan arus kas, dengan variabel dependen menggunakan laba akuntansi sebelum pajak satu perioda masa depan (PTBIt+1). Kemudian variabel independen dalam penelitian ini adalah komponen
akrual (PTACC) dan arus kas (PTCF), Sedangkan variabel moderasi dalam penelitian ini adalah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) yang terdiri dari tiga subsampel perbedaan besar positif (large
positive book tax differences), perbedaan besar negatif (large negative book tax differences) dan perbedaan kecil (small book tax differences). Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dijelaskan pada gambar 1.
Variabel Dependen Variabel Independen
Variabel Moderasi
Gambar 1
Diagram Kerangka Pemikiran
I. Pengembangan Hipotesis ‐ PTBIt (Pre Tax Book
Income)
‐ PTCF (Pre Tax Cash Flow)
‐ PTACC (Pre Tax Accruals)
Pre Tax Book Income t+1
(PTBIt+1)
Book Tax Differences (BTD): - Large positive book tax-
differences (LPBTD) - Large negative book
tax-differences (LNBTD) - Small book tax-differences
a. Pengaruh Book Tax Differences terhadap Laba Akuntansi
Menurut SFAC No.2 mengenai karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan bahwa kualitas primer informasi akuntansi adalah relevansi dan reliabilitas. Persistensi laba bukan merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba, karena persistensi laba merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu prediktive value (Wijayanti, 2006).
Ohlson (1995) dalam Barth dan Hutton (2004) juga menggunakan persistensi laba sebagai karakteristik nilai relevan dalam model penilaiannya. Oleh karena itu, persistensi laba merupakan unsur relevansi. Dengan demikian beberapa informasi dalam book tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan.
Pendapat yang mendukung mengenai book tax differences mencerminkan informasi tentang persistensi laba adalah penelitian dari Hanlon (2005). Penelitian tersebut menyatakan bahwa naiknya laba yang dilaporkan oleh manajemen yang disebabkan oleh pilihan metode akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal (Wijayanti, 2006).
Asumsi-asumsi yang mendasari penelitian book tax differences untuk menilai kualitas laba adalah kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba akuntansi dalam satu periode waktu, tetapi untuk memanipulasi pelaporan laba kena pajak (Phillips et al, 2003). Oleh karena itu, manajer lebih senang meningkatkan laba akuntansi tanpa menyebabkan peningkatan pada laba fiskal
dengan memanfaatkan keleluasaan peraturan generally acepted accounting principles (GAAP) atau di Indonesia yang dikenal dengan istilah prinsip akuntansi berterima umum (PABU) (Hanlon, 2005).
Menurut Wijayanti (2006) terdapat bermacam-macam sumber pendapat mengenai informasi yang ada didalam book tax differences, apakah book tax differences yang besar merupakan indikasi rendahnya persistensi laba akuntansi, belum ada hasil yang pasti. Penelitian ini mendasarkan pendapat dalam literatur analisis keuangan yang fokus utamanya adalah book tax differences dalam menilai kualitas laba dan persistensi laba akuntansi. Sedangkan pada penelitian Joos et al, (2000) membuktikan bahwa perusahan dengan book tax differences besar baik positif (laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal) maupun negatif (laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal) maupun negatif (laba akuntansi lebih kecil daripada laba fiskal) secara bersama-sama mempunyai kualitas laba lebih rendah.
Large positive book tax differences akan menimbulkan beban pajak tangguhan (deffered tax expenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laporan laba rugi dan aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Oleh karena itu, Large positive book tax differences dan Large negative book tax differences diduga mempunyai kualitas laba yang rendah dan kurang persisten karena munculnya saldo aktiva (kewajiban) pajak tangguhan harus ditelusuri lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca memungkinkan
digunakan sebagai suatu cara untuk merekayasa (menaikkan atau menurunkan) laba secara semu dalam kebijakan manajemen (management discretion), sehingga large positive and negative book tax differences secara bersama-sama mengindikasikan tidak dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang (Revsine et al,1999 dalam Hanlon 2005).
Penelitian Tang dan Firth (2008) yang memasukkan komponen perbedaan permanen dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa book tax differences yang besar menandakan bahwa laba perusahaan lebih transitory dan kurang persisten, menyimpulkan kinerja lebih rendah di tahun mendatang dan menyebabkan harga saham menjadi lebih rendah. Jackson (2009) yang juga melakukan penelitian dengan menganalisis perbedaan permanen menemukan bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan positif dengan pertumbuhan laba hanya karena mereka berhubungan negatif dengan perubahan beban pajak. Pernyataan tersebut maksudnya adalah semakin tinggi perbedaan permanen maka semakin rendah beban pajak masa depan, yang berarti bahwa laba bersih masa depan akan semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori di atas maka hipotesis pertama penelitian ini adalah:
H1 : Book tax differences berpengaruh terhadap hubungan laba sekarang dengan laba akuntansi satu periode ke depan?
b. Pengaruh Book Tax Differences dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas Terhadap Laba Akuntansi
Kontrak yang diterapkan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dengan manajemen (agen), sehingga mengakibatkan prinsipal mendelegasikan beberapa kewenangan kepada agen untuk mengambil keputusan (Sanjaya, 2008). Oleh karena itu, menurut hanlon (2005) book tax differences juga dapat memberikan informasi tentang kewenangan manajemen (management discretion) dalam proses akrual. Dengan demikian laba fiskal dapat digunakan untuk mengevaluasi laba akuntansi. Apabila angka laba diduga oleh publik sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba tersebut dinilai mempunyai kualitas laba yang rendah.
Menurut Revsine et al, (1999) dalam Hanlon (2005) bahwa kenaikan beban (manfaat) pajak tangguhan yang mencerminkan large book tax differences mengindikasikan kualitas laba semakin buruk. Oleh karena itu, berkurangnya saldo aktiva (kewajiban) pajak tangguhan harus ditelusuri lebih lanjut. Dengan demikian perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca kemungkinan digunakan sebagai suatu cara untuk menaikkan laba secara semu, karena jumlah pendapatan satu periode selama harus sesuai dengan jumlah aliran kasnya, pada akhirnya, manajer harus membalikkan beberapa kelebihan akibat kenaikan atau penurunan akrual laba yang dibuat di masa lalu.
Perbedaan besar antara laba akuntansi dengan laba fiskal (large book tax difference) merupakan bukti kenaikan maupun penurunan laba karena pilihan akrual, komponen akrual tersebut akan menunjukkan pembalikan (reversal) masa
depan yang besar secara rata-rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah (Sloan, 1996).
Terdapat dua komponen pembentuk laba akuntansi yaitu komponen aliran kas dan komponen akrual. Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba. Persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang yang mewakili sifat transitori (sementara atau peralihan) dan permanen laba (Wijayanti, 2006).
Peraturan perpajakan tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Jika book tax differences menunjukkan subyektivitas dalam proses akrual pada pelaporan keuangan, maka perusahaan dengan large negative or positive book tax differences akan menunjukkan persistensi laba rendah yang disebabkan komponen akrualnya dibanding perusahaan dengan small book tax differences (Wijayanti, 2006), maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2 : Book tax differences berpengaruh terhadap hubungan akrual dan arus kas dengan laba akuntansi satu periode ke depan?
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat survey data sekunder dan merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang dirumuskan.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang akan menjadi pengamatan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel karena perusahaan manufaktur dianggap dapat menggeneralisasi karakteristik perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan rentang waktu selama lima tahun bertujuan agar penelitian hanya berfokus pada rentang waktu tersebut sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal, sedangkan tahun terakhir yang dipilih adalah tahun 2011. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan sampel penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap dari tahun 2007-2011 dan tidak di-delisting selama periode pengamatan penelitian.
2. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Dikarenakan penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan adalah yang dinyatakan dalam rupiah.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal selama tahun pengamatan. Alasannya adalah kerugian dapat dikompensasi ke masa depan (carryforward) menjadi pengurang biaya pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan sehingga dapat mengaburkan arti book tax differences (Hanlon, 2005). 4. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada penelitian ini.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data ini berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Sumber data tersebut berasal dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007-2011, website IDX yaitu www.idx.co.id, dan Pojok BEI Universitas Sebelas Maret.
C. Variabel Penelitian, Definisi Variabel dan Pengukurannya a. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Menurut Kiswara (2010:10) variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama penelitian. Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, variabel terpengaruh. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak masa depan (PTBIt+1) sebagai proksi laba akuntansi adalah laba perusahaan sebelum biaya
pajak kini (current tax expense) dan pos luar biasa (extraordinary item). 2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah: a. Laba Akuntansi Sekarang (PTBIt)
Laba akuntansi sekarang adalah laba sebelum pajak tahun sekarang atau periode sekarang.
Aliran kas operasi (PTCF) sebagai proksi komponen laba permanen merupakan aliran kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak (pretax cash flow) yang dihitung sebagai total aliran kas operasi ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi total aset. (Hanlon, 2005).
c. Laba Akrual (PTACC)
Laba akrual adalah sebagai proksi dari komponen akrual. Laba akrual merupakan transitori item laba sebelum pajak yang tidak mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax accrual). PTACC yang dihitung sebagai laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) dikurangi aliran kas operasi sebelum pajak (PTCF) kemudian dibagi total aset (Hanlon, 2005).
3. Variabel Moderasi a. Book Tax Differences
Book tax differences (BTD) sebagai proksi discretionary accrual merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal yang hanya berupa perbedaan temporer, dan ditunjukkan oleh akun biaya (manfaat) pajak tangguhan (deffered tax expense (benefit). Variabel book tax differences (BTD) merupakan variabel moderasi yang mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar positif, perbedaan besar negatif, dan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal. Ketiga subsampel tersebut berupa variabel indikator yang diukur dengan cara sebagai berikut:
1). Large Positive Book Tax Differences (LPBTD)
Laba akuntansi dan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal (Revsine et al, 2001). LPBTD merupakan variabel indikator yang
diperoleh dengan cara mengurutkan perbedaan temporer (diwakili oleh akun biaya pajak tangguhan yang mencerminkan perbedaan temporer) per tahun, kemudisn seperlima antara tertinggi dari sampel mewakili kelompok LPBTD diberi kode 1, dan yang lainnya diberi kode 0).
2). Large Negative Book Tax Differences (LNBTD)
Large negative book tax differences (LNBTD) merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal. LNBTD merupakan variabel indikator yang diperoleh dengan cara mengurutkan perbedaan temporer per tahun (diwakili oleh akun manfaat pajak tangguhan yang mencerminkan perbedaan temporer) per tahun (Revsine et.al.2001). Menurut Hanlon (2005) LNBTD didapatkan dengan melakukan sistem quantile. Sistem quantile merupakan formula data yang membagi list angka menjadi 5 kelas, sehingga kelas pertama atau seperlima dari data tersebut mempunyai nilai paling tinggi LNBTD dibagi total aset, kemudian seperlima urutan terbawah dari sampel mewakili kelompok LNBTD, dan yang lainnya diberi kode 0 yang merupakan bagian dari kelompok small book tax differences.
3. Small Book Tax Differences
Small Book Tax Differences merupakan subsampel sisa dari urutan setelah penentuan LPBTD dan LNBTD.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dengan mengumpulkan data dan mempelajari
literatur-literatur serta dokumen-dokumen yang relevan baik dari kepustakaan maupun pencarian melalui internet untuk memperoleh informasi-informasi serta data-data yang diperlukan.
E. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk mencari bagaimana variabel-variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) berhubungan pada hubungan fungsional atau sebab akibat.
a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model, variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas ini menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov. Dari pengujian ini dapat diketahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian normalitas menggunakan probabilitas yang diperoleh dengan level signifikansi 5%. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari level signifikansi 5%, maka data telah terdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari level signifikansi 5%, maka data tidak terdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam
bentuk waktu (untuk time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan (cross sectional). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2005). Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian terhadap nilai Durbin-Watson (DW Test). Nilai DW yang didapat dari hasil SPSS akan kita bandingkan dengan nilai DW tabel (batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau dl), dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n), dan jumlah variabel independen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Jika 0<d<dl, maka terjadi autokorelasi positif
2) Jika dl<d<du, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).
3) Jika 4-dl<d<4, maka terjadi autokorelasi negatif
4) Jika 4-du<d<4-dl, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).
5) Jika du<d<4-du, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau negatif. Bila nilai DW, lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du, maka dapat dinyatakan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2005).
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu metode dalam mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED demana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Tidak adanya heteroskedastisitas dilihat dengan dasar analisis tidak ada pola yang jelas dalam grafik serta titik-titik meneybar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2005).
4. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel bebas diantara satu dengan lainnya dalam model regresi. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka varaibel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan value-inflating factor (VIF), Gujarati (2003-362), memberi rule of thumb bahwa bila VIF > 1,0 atau nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinieritas sehingga model tersebut reliabel sebagai dasar analisis (Ghozali, 2005). Akibat adanya multikolinieritas adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar
error setiap koefisien regresi menajdi tidak terhingga. Jika terjadi multikolinieritas maka variabel yang menyebabkan multikolinieritas harus dikeluarkan dari model.
F. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis penelitian ini, uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, selain itu juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan regresi untuk hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PTBIt+1 = β0 + β1LNBTD + β2LPBTD + β3PTBIt + β4PTBIt*LNBTD
+ β5PTBIt*LPBTD + ε+t (1)
Keterangan:
PTBIt+1 : Laba akuntansi sebelum pajak periode satu tahun ke depan
(pretax book income)
LNBTD : Perbedaan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal (Large Negative Book Tax Differences)
LPBTD : Perbedaan positif antara laba akuntansi dan laba fiskal (Large Positive
Book Tax Differences)
PTBIt : Laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang
Pengujian hipotesis kedua menggunakan model persamaan dengan mengatribusikan laba ke dalam komponen akrual dan aliran kas.