• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

58.994,69 62.118,38Laba/Rugi

R at aan L ab a/ R u gi ( R p ) Perlakuan

(pakan basal dengan 7,5% ampas sagu fermentasi dan 22,5% ampas sagu non fermentasi) memberikan keuntungan dengan rataan sebesar Rp.58.994,69 dan perlakuan P4 (pakan basal dengan 30% ampas sagu non fermentasi) memberikan keuntungan dengan rataan Rp. 62.118,38.

Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P0(pakan basal dengan 30% ampas sagu fermentasi), hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan akhir ayam kampung lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah dengan penjualan kotoran ayam kampung memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya bibit ayam kampung, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya peralatan dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumingan (2006) yaitu laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu.

Menurut Hansen dan Mowen (2001)laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam

bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.

Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan P1(pakan basal dengan 22,5% ampas sagu fermentasi dan 7,5% ampas sagu non fermentasi), hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan ayam kampung yang rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Rendahnya pertambahan bobot badan ayam kampung menyebabkan total hasil produksi yang diterima lebih rendah dibanding perlakuan lainnya.

Analisis R/C Ratio

Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak.

R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus:

R/C Ratio = Produksi Biaya Total Produksi Hasil Total

Gambar 4. Diagram R/C ratio

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh menunjukkan bahwaP0 (pakan basal dengan 30% ampas sagu fermentasi), P1 (pakan basal dengan 22,5% ampas sagu fermentasi dan 7,5% ampas sagu non fermentasi), P2 (pakan basal dengan 15% ampas sagu fermentasi dan 15% ampas sagu non fermentasi), perlakuan P3 (pakan basal dengan 7,5% ampas sagu fermentasi dan 22,5% ampas sagu non fermentasi) dan P4 (pakan basal dengan 30% ampas sagu non fermentasi) dianggap memiliki kelayakan usaha/efisien untuk dilanjutkan karena total hasil produksi dibagi total biaya produksi lebih besar dari 1 (>1). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila:

R/C Ratio > 1 = efisien R/C Ratio = 1 = impas R/C Ratio < 1 = tidak efisien

1,30 1,32 1,34 1,36 1,38 1,40 1,42 P0 P1 P2 P3 P4 1,41 1,34 1,36 1,39 1,41 R/C Ratio

R

at

aan

R

/C

R

at

io

Perlakuan

Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin efisiean usaha tersebut dan begitu sebaliknya semakin kecil nilai R/C ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C ratio-nya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. IOFC tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram IOFC

Pada Gambar 5 dapat dilihat rataan IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P0(pakan basal dengan 30% ampas sagu fermentasi) dengan rataan

125000,0 130000,0 135000,0 140000,0 145000,0 P0 P1 P2 P3 P4 144.469,8 131.505,4 134.479,1 138.964 142.087,7 IOFC

IO

FC (

Rp

)

Perlakuan

sebesar Rp. 144.469,8,-. Hal ini disebabkan bobot badan ayam kampung yang tinggi dikalikan harga jual per kilogram ayam kampung sehingga pendapatan dari penjualan ayam kampung lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi ayam kampung dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan yang tinggi diikuti pertambahan bobot badan yang tinggi.

IOFC terendah terdapat pada perlakuan P1(pakan basal dengan 22,5% ampas sagu fermentasi dan 7,5% ampas sagu non fermentasi) dengan rataan sebesar Rp. 131.505,4,- hal ini dikarenakan bobot badan akhir ayam kampung lebih rendah dari perlakuan yang lainnya sehingga menyebabkan harga jual ayam kampung lebih rendah dengan perlakuan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P1 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan IOFC merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Dalam usaha ternak, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya.

Rekapitulasi Hasil Penelitian Analisis Usaha Pemanfaatan Ampas Sagu Fermentasi dan Non Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Ayam Kampung

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Perlakuan Parameter penelitian yang diamati

Total biaya Total hasil Laba/rugi R/C ratio IOFC P0 156.989,5 221.490,00 64.500,45 1,41 144.469,8 P1 152.820,2 204.356,25 51.536,07 1,34 131.505,4 P2 151.624,0 206.133,75 54.509,78 1,36 134.479,1 P3 150.514,1 209.508,75 58.994,69 1,39 138.964,0 P4 152.205,4 214.323,75 62.118,38 1,41 142.087,7 Total 152.830,6 211.162,50 58.331,88 1,38 691.505,9

Berdasarkan Tabel 7 yaitu rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan yang menunjukkan hasil tertinggi yaitu P0(pakan basal dengan 30% ampas sagu fermentasi) dan hasil terendah yaitu P1(pakan basal dengan 22,5% ampas sagu fermentasi dan 7,5% ampas sagu non fermentasi). Hasil-hasil dari tiap perlakuan dapat dilihat mulai dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, R/C Ratio dan IOFC. Dilihat dari biaya produksi perlakuan P0 total biaya produksinya Rp. 156.989,5,-, P1 sebesar Rp. 152.820,2,-, P2 sebesar Rp.151.624,-, P3 sebesar Rp. 150.514,1,- dan P4 sebesar Rp. 152.205,4,-. Dilihat pada hasil produksi bahwa perlakuan P0 total hasil produksinya yaitu Rp. 221.49,-, P1 yaitu Rp. 204.356,25,-, P2 yaitu Rp. 206.133,75,-, P3 yaitu Rp. 209.508,75,- dan P4 yaitu Rp. 214.323,75,-. Maka dapat dilihat dari laba/rugi pada perlakuan P0 memberikan keuntungan sebesar Rp. 64.500,45, P1 sebesar Rp. 51.536,07,-, P2 sebesar Rp. 54.509,78,-, P3 sebesar Rp. 58.994,69,- dan P4 memberikan keuntungan sebesar Rp. 62.118,38,-.

Berdasarkan hasil rekapitulasi R/C Ratio pada penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan P0 yaitu 1,41, pada perlakuan P1 yaitu 1,34, pada perlakuan P2 yaitu 1,36, pada perlakuan P3 yaitu 1,39 dan pada perlakuan P4 yaitu

1,41.Berdasarkan hasil rekapitulasi penelitian juga dapat dilihat IOFC pada perlakuan P0 yaitu Rp. 144.469,8,-, pada perlakuan P1 yaitu Rp. 131.505,4,-, pada perlakuan P2 yaitu Rp. 134.479,1,-, pada perlakuan P3 yaitu Rp. 138.964,- dan pada perlakuan P4 yaitu Rp. 142.087,7,-.

Dokumen terkait