• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

2. Laba

a) Pengertian Laba

Menurut Soemarso. S.R (2002:227) bahwa “Laba adalah sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi”.

Menurut Lumbantoruan dan Magdalena (2003:236) bahwa “Laba adalah selisih antara pendapatan dan beban”.

Menurut Baridwan (2004:29) bahwa:

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang sekali terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.

Menurut Harahap (2002:115) bahwa:

Laba adalah naiknya nilai equitydari transaksi yang bersifat insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.

Menurut Wijaya (2001:11) bahwa “Laba adalah pendapatan penjualan setelah dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha”. Menurut Simamora (2002:25) bahwa “Laba adalah perbedaan pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan

melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih”. Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah selisih total pendapatan dan biaya yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.

b) Jenis-Jenis Laba

Laba yang dicapai oleh perusahaan pada laporan laba rugi berbeda-beda tergantungan pada perhitungan yang dibuat oleh bagian keuangan dengan berdasarkan pada aturan pembuatan laporan laba rugi yang telah ditetapkan. Untuk keperluan analisis keuangan biasanya laba dihitung secara bertingkat, sehingga ada beberapa macam laba.

Sedangkan menurut Hendriksen (2001:307) jenis-jenis laba dalam hubungannya dalam perhitungan laba yaitu:

Tambahan nilai yaitu harga jual produksi barang dan jasa perusahaan dikurangi harga pokok barang dan jasa yang dijual, laba bersih perusahaan yaitu kelebihan hasil dari biaya seluruh pendapatan dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hasil, laba bersih bagi investor yaitu sama dengan laba bersih perusahaan tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan, dan Laba bersih bagi pemegang saham residual yaitu laba bersih kepada pemegang saham dikurangi saham preferen.

Adapun jenis-jenis laba menurut Supriyono (2002:178) yaitu:

Laba Kotor Atas Penjualan; merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi beban operasi lainnya untuk periode tertentu, Laba Bersih Operasi Perusahaan; laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

Laba Bersih Sebelum Potongan Pajak; perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain-lain, dan Laba Kotor Sesudah Potongan Pajak; laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.

Menurut Suwardjono (2011:460) menyatakan bahwa ada dua jenis laba yaitu:

Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perekayasaan akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. meskipun laba operasi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen namun laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung.

Laba ekonomi adalah laba dari kacamata investor karena keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal. Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar aktiva.

Diantara jenis laba di atas yang paling umum digunakan adalah laba akuntansi karena laba akuntansi digunakan oleh setiap perusahaan untuk dapat mengetahui kinerja perusahaannya serta dijadikan sebagai penyajian informasi bagi pihak-pihak yang menggunakan informasi tersebut.

Sedangkan menurut Lumbantoruan (2003:236) yaitu:

1) Laba kotor atau gross profit, yaitu selisih antara pendapatan dan harga pokok penjualan. Tingkat laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai posisi kuat dalam persaingan harga. Dalam keadaan resesi, perusahaan mempunyai

“pengaman” yang kuat. Sebaliknya, tingkat fleksibilitas

perusahaan dalam menghadapi penurunan permintaan atas peningkatan persaingan. Tetapi tinggi rendahnya tingkat laba ini harus juga dinilai dengan perimbangan kebijakan harga yang dianut perusahaan dalam rangka meningkatkan pangsa pasar.

2) Laba operasi atau operating profit, adalah selisih antara laba dan biaya-biaya operasi yang terdiri atas biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi. Tingkat laba operasi merupakan perbandingan antara laba operasi dan penjualan bersih. Dalam laba operasi, belum dihitung biaya bunga dan pajak, karena biaya bunga ditentukan oleh besarnya hutan perusahaan (bukan keputusan operasional melainkan financial), sehingga besarnya pajak ditentukan oleh golongan pajak perusahaan (yang berbeda-beda menurut besarnya laba yang dicapai). Tingkat laba operasi merupakan ukuran yang tepat untuk menilai efisiensi manajemen. Perusahaan yang laba operasinya tinggi dan dapat nilai sebagai perusahaan yang kuat dan menguntungkan.

3) Laba Bersih atau net profit, adalah laba operasi setelah ditambah dengan pendapatan lain-lain serta dikurangi biaya yang lain-lain.

Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari luar operasi normal perusahaan. Laba bersih, setelah dikurang dengan pajak penghasilan disebut dengan laba bersih setelah pajak (net profit after tax). Tingkat laba bersih kurang menggambarkan prestasi manajemen dibandingkan

dengan tingkat laba operasi, karena sudah memasukkan unsur-unsur diluar kekuasaan manajemen, seperti bunga dan pajak.

4) Laba ditahan atau retained earning, merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor karena yang ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan yang tidak dibagikan, maka ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca.

5) Laba per Lembar Saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham bisa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Diantara laba di atas, laba yang paling berpengaruh terhadap penjualan adalah laba kotor karena laba tersebut paling pertama berada dalam laporan laba rugi sehingga tinggi rendahnya tingkat pendapatan laba dapat menunjukkan kuat atau tidaknya posisi perusahaan dalam tingkat persaingan harga.

c) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba

Dalam memperoleh laba yang diharapkan, perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba

yang akan diharapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laba sebagaimana yang dikemukakan Mulyadi (2001:53) adalah sebagai berikut:

Naik turunnya jumlah unit dijual dan harga jual per unit, naik turunnya harga pokok produksi dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli/diproduksi/dijual, dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit, naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahan dalam kebijaksanaan dalam pemberian/penerimaan discount, naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak, dan adanya perubahan dalam periode akuntansi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi laba adalah tingkat penjualan dalam hal ini volume barang yang dijual atau jumlah barang yang dijual. Semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan datang maka semakin tinggi pula laba yang akan diperoleh perusahaan, atau sebaliknya yaitu semakin rendah tingkat penjualan di masa yang akan datang maka semakin rendah pula laba yang akan diperoleh perusahaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laba menurut Harahap (2002:233) yaitu:

Perubahan dalam prinsip akuntansi; perubahan yang diterima umum dengan prinsip lain juga diterima umum yang lebih baik, Perubahan dalam taksiran; merubah taksiran dari yang telah ditetapkan setelah taksiran tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita taksir, perubahan dalam pelaporan entity yang sebelumnya dilaporkan melalui laporan keuangan.

d) Unsur-Unsur Laba

Menurut Hin (2008:60) secara garis besar unsur-unsur yang terdapat dalam laba adalah:

1) Pendapatan adalah semua hasil penjualan baik secara tunai maupun kredit

2) Beban pokok penjualan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi barang/jasa yangbakan dijual 3) Laba kotor adalah selisih antara pendapatan dan beban pokok

penjualan

4) Beban operasional, biasanya dibedakan menjadi dua:

a. Biaya penjualan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penjualan barang/jasa seperti gaji pegawai pemasaran, biaya promosi, sewa atau penyusutan gudang.

b. Biaya umum atau administrasi, yaitu semua biaya yang timbul dalam operasi umum perusahaan seperti gaji pegawai kantor, sewa atau penyusutan gedung kantor, listrik dan telpon.

5) Laba usaha adalah selisih antara laba kotor dan total biaya operasional.

6) Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh diluar kegiatan utama perusahaan, misal pendapatan bunga, keuntungan, penjualan aktiva tetap.

7) Beban lain-lain adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan seperti biaya bunga, kerugian atas penjualan aktiva tetap.

8) Laba bersih adalah nilai akhir yang diperoleh setelah laba operasional ditambah dengan pendapatan lain-lain dan dikurangi dengan biaya lain-lain.

Dari unsur-unsur yang dikemukakan di atas, semua unsur tersebut mempengaruhi perolehan laba pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

3. Keterkaitan Volume Penjualan Terhadap Laba

Volume Penjualan adalah total volume penjualan bersih terhadap produk atau merk yang terjual secara keseluruhan yang ingin dicapai atau berhasil dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Volume penjualan yang tinggi mengindikasikan adanya kemajuan suatu perusahaan, sebab penjualan yang tinggi secara umum menjanjikan keuntungan yang besar.

Laba merupakan selisih total antara pendapatan dengan biaya.

Adapun jenis-jenis laba menurut Lumbantoruan (2003:236) yaitu “laba kotor, laba operasi, laba ditahan, dan laba per saham”. Diantara kelima jenis laba peneliti memfokuskan pada laba untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan)

maupun perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan) selama periode tertentu.

Adapun hubungan antara volume penjualan dengan laba menurut Rahardjo (2000:33) bahwa:

Adanya hubungan yang erat mengenai volume penjualan terhadap peningkatan laba perusahaan dalam hal ini dapat dilihat dari laporan laba perusahaan, karena dalam hal ini laba akan timbul jika penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah pendapatan, pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa volume penjualan berpengaruh terhadap laba.

4. Penelitian Terdahulu

Hermansah, Irwan (UNES) 2008. Pengaruh Volume Penjualan Buku Cetak Terhadap Peningkatan Laba Bersih (Studi Kasus PT. Indo Perkasa Usahatama Semarang). Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah laporan laba rugi PT. Indo Perkasa Usahatama Semarang dan metode yang digunakan adalah verivikatif dan deskriptif dan teknik pengumpulan data yang digunakan berdasarkan wawancara dan observasi. Adapun operasional variabelnya yaitu variabel X (Volume Penjualan buku cetak) dan variabel Y (laba bersih). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan laba rugi 2002 sampai dengan 2003.

Alat uji yang digunakan untuk menguji adalah hipotesis yang telah ditetapkan yaitu uji korelasi Pearson. Dari hasil analisis perkembangan

volume penjualan dan laba bersih PT. Indo Perkasa Usahatama Semarangtahun 2000 sampai dengan 2003 bahwa dengan semakin meningkatnya volume penjualan perusahaan ternyata membawa keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil laba bersih yang setiap tahunnya meningkat seiring dengan perubahan volume penjualan. Sedangkan dari hasil analisis perhitungan statistik bahwa koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,99 yang berarti hubungan antara volume penjualan dengan laba bersih adalah sangat erat dan positif atau bisa dikatakan mempunyai hubungan yang sempurna yaitu apabila volume penjualan naik maka laba bersih terdorong untuk naik juga. Sebaliknya apabila volume penjualan turun maka laba bersih terdorong untuk turun juga. Sedangkan untuk mengetahui besar keeratan pengaruh antara volume penjualan terdapat peningkatan laba bersih serta untuk diketahui besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang mempengaruhi laba bersih, maka dilakukan dengan menghitung koefisien determinasi dengan signifikan 5% yaitu jika F hitung > F tabel, maka Hₒ diterima dan Hₐditolak. Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 53,71>5,59. Dengan demikian, maka Hₒ ditolak dan Hₐ diterima, sehingga volume penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%.

Sumayah (UNIKOM) 2011. Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Metrodata Electronics Tbk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume penjualan dan

Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Metrodata Electronics Tbk. Baik secara parsial maupun simultan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan korelasi dengan menggunakan program SPSS 18.0 for windows. Hasil analisis koefisien korelasi ganda adalah sebesar 0,851 yang berada diantara 0,80-1,00, artinya volume penjualan dan biaya produksi secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan laba bersih. Sedangkan hasil yang diperoleh dimana t hitung = 3,312 > t tabel = 2,571, sehingga Hₒ ditolak Hₐ diterima yang berarti volume penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari perbandingan t hitung = -2,624 < t tabel = -2,571, sehingga Hₒ ditolak Hₐ diterima yang berarti variabel biaya produksi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih.

B. Kerangka Pikir

Volume Penjualan merupakan besar kecilnya penjualan yang dinyatakan dalam satuan uang terhadap produk atau merk yang terjual dalam satuan unit yang ingin dicapai atau berhasil dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Karena tingkat penjualan merupakan jantung perusahaan dimana perusahan itu dapat berkembang dan melanjutkan usahanya melalui produk yang dihasilkan diminati oleh konsumen. Pada saat perusahaan menjual lebih dari satu produk atau jasa akan dihadapkan pada

suatu masalah tentang penentuan volume penjualan. Perubahan volume penjualan memungkinkan terjadinya penurunan dan peningkatan pada laba.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan terkait dengan perubahan volume penjualan kaitannya dengan laba yang dihasilkan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan.

Pada penelitian ini, sasaran pengaruh volume penjualan yang dilakukan peneliti adalah terhadap laba. Sebab, pada penelitian ini laba pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk mengalami fluktuasi.

Berdasarkan beberapa teori dalam tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka perlu dikemukakan apa yang menjadi kerangka pikir.

Kerangka pikir inilah yang akan menjembatani lahirnya kesimpulan sementara. Berikut adalah skema kerangka pikir dalam penelitian ini.

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

Laporan Keuangan

Volume Penjualan Laba

PT. Mayora Indah Tbk PT. Indosari CorpindoTbk

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang kebenarannya harus diuji melalui bukti empiris. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitupun sebaliknya. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Diduga Volume Penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap laba pada perusahaan industri makanan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia bulan Oktober sampai Desember 2016.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan melihat catatan/dokumen yang berhubungan dengan variabel penelitian yakni laporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 serta dokumen-dokumen lain tentang perusahaan yang masih berhubungan langsung dengan masalah yang akan diteliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan yaitu data kuantitatif atau dengan kata lain yaitu laporan keuangan perusahaan dalam beberapa periode serta data yang berupa informasi dari hasil studi kepustakaan dan beberapa sumber yang berguna bagi penulisan ini.

23

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sudjana (2004:84) yang dimaksud dengan “Populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen”. Dari definisi tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah data volume penjualan bersih dan laba yang terdapat pada laporan keuangan khususnya laporan laba-rugi pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

2. Sampel

Menurut Sudjana (2004:85) bahwa “Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat sama dengan populasi”. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non random sampling (non probability sampling) dan jenis sampelnya adalah

“Sampling purposive. Menurut Sugiyono (2007:61) mengemukakan bahwa “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Oleh karena itu, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data penjualan bersih dan laba yang terdapat pada laporan keuangan khususnya laporan laba rugi dalam 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 yang merupakan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

E. Metode Analisis Data

Berdasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka untuk membuktikan hipotesis tersebut diperlukan pengolahan data dengan perhitungan statistika. Mengingat studi ini bermaksud menetapkan hubungan pengaruh suatu variabel dengan variabel yang lain, maka perhitungan statistika yang digunakan adalah analisis regresi, korelasi, dan uji t dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) 2.2. Adapun metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk menguji hipotesis, digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:261), yaitu:

Y = a + bX Dimana:

Y = variabel yang dipengaruhi (dependen) yaitu Laba

X = variabel yang mempengaruhi (independen) yaitu Volume Penjualan

a = Harga Y bila x > 0 (harga konstanta)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel laba yang didasarkan pada variabel volume penjualan

b) Untuk mengetahui hubungan kedua variabel antara volume penjualan terhadap laba, digunakan metode korelasi product moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228), sebagai berikut:

Dimana:

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah atau tahun diteliti

x = Variabel bebas (Volume Penjualan) y = Variabel Terikat (Laba)

Sedangkan untuk melihat hasil dari nilai korelasi yang diperoleh apakah kuat atau lemah melalui tabel berikut:

Tabel 2. Interpretasi Korelasi Menurut Aturan yang Konservatif

Nomor Rentang

Nilai r Interpretasi

1 0,00-0,199 Sangat Rendah

2 0,20-0,399 Rendah

3 0,40-0,599 Sedang

4 0,60-0,799 Kuat

5 0,80-0,100 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2010:231)

c) Untuk menghitung signifikan korelasi, digunakan uji-t dengan rumus yang digunakan oleh Sugiyono (2010:238), adalah sebagai berikut:

Dimana:

t= t Observasi

r= Koefisien Korelasi r²= Koefisien Determinasi n= Tahun Pengamatan

Kriteria pengujian hipotesis, sebagai berikut:

1. Apabila taraf signifikan < 0,05 atau a 5%, maka maka Hₐ diterima dan Hₒ ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara volume penjualan dan laba.

2. Apabila taraf signifikan > 0,05 atau a 5%, maka maka Hₐ ditolak dan Hₒ diterima. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara volume penjualan dan laba.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional

a) Volume Penjualan merupakan besar kecilnya penjualan yang dinyatakan dalam satuan uang terhadap produk atau merk yang terjual dalam satuan unit yang ingin dicapai atau berhasil dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dalam jangka waktu tertentu.

b) Laba adalah selisih antara total pendapatan dan biaya oleh PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT.

Nippon Indosari Corpindo Tbk.

2. Pengukuran Variabel

a) Pengukuran volume penjualan didasarkan pada total penjualan bersih, yaitu jumlah keseluruhan penjualan nyata perusahaan dalam suatu periode tertentu”.

b) Pengukuran laba adalah mengukur selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Mayora Indah Tbk, dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

BAB IV

GAMBARAN PERUSAHAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

29

Desember 1912

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

1914 – 1918

Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

Dokumen terkait