• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi (Kg/Ha) 6.940 100 (x12) = 1200 4.635,798 (x 6) = 27.814,7 Harga (Rp/Kg) 3.125,- 19.498,- 1.156,1 Penerimaan (Rp/Ha) 21.687.500 23.397.600 32.156.621

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3,4,dan 5

Dari Tabel 9. terlihat adanya perbedaan penerimaan yang diperoleh antara petani padi sawah, kakao, dan sawit. Penerimaan tertinggi diperoleh dari komoditi Sawit sebesar Rp. 32.156.621 /Ha. Sedangkan penerimaan dari komoditi kakao sebesar Rp. 23.397.600/Ha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingginya perbedaan penerimaan dari komoditi sawit dan kakao mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan.

2. Luas Lahan dan Kecukupan Air Irigasi

Dari Tabel 8. terlihat sebesar 43% petani sampel menyatakan bahwa faktor luas lahan mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya untuk tanaman padi, kakao, dan sawit. Umumnya luas lahan ≥1 Ha cenderung mengalami alih fungsi

lahan. Pada lampiran 2 diperlihatkan bahwa sekitar 26 (dua puluh enam ) petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya ke beberapa komoditi seperti padi sawah, sawit dan kakao.

xliii

Di daerah penelitian petani sampel juga menanam tanaman hortikultura pada saat pergiliran tanaman. Petani sampel menanam jenis hortikultura hanya pada saat petani tidak menanam padi sawah, sehingga lahan padi sawah tidak mengalami alih fungsi ke tanaman hortikultura. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Tahun L u as L ah an ( H a)

luas lahan padi sawah (Ha)

luas lahan Kakao (Ha) luas lahan sawit (Ha) luas lahan hortikultural (Ha)

xliv

Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara luas lahan kakao dengan padi, luas lahan sawit dengan padi, luas lahan hortikultura dengan padi. Koefisien

korelasi antara luas lahan kakao dengan padi adalah -0,139. Koefisien korelasi -0,139 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,702 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan kakao dengan luas lahan padi.

Koefisien korelasi antara luas lahan sawit dengan padi adalah -0,037. Koefisien korelasi -0,037 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,919 > 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan sawit dengan luas lahan padi, hal ini karena petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahan padi sawah ke komoditi lain.

Nilai korelasi yang tidak kuat antara luas lahan kakao dan luas lahan padi sawah, dan luas lahan sawit dengan luas lahan sawah dikarenakan beberapa petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahannya ke tanaman perkebunan tetapi hanya sebahagian, hal ini dikarenakan air tidak cukup mengairi seluruh lahan persawahan sehingga petani yang memiliki lahan yang luas membagi lahannya. Dan apabila air cukup untuk mengairi lahan sawah, maka petani memilih tetap menanam padi sawah, dengan debit air sebesar 3,5 m3/detik.

xlv

Koefisien korelasi antara luas lahan Hortikultura dengan padi adalah 0,754. Koefisien korelasi 0,754 berarti korelasi kedua variabel kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya apabila luas lahan hortikultura meningkat maka luas lahan padi juga akan meningkat, ini terjadi karena di daerah penelitian petani menanam tanaman hortikultura pada saat petani tidak menanam padi yaitu pada saat masa pergiliran tanaman dari padi sawah ke tanaman hortikultura, sehingga dalam hal ini petani tidak melakukan alih fungsi lahan ke tanaman hortikultura. Tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,012 menyatakan bahwa korelasi nyata antara luas lahan tanaman hortikultura dengan luas lahan tanaman padi.

Berikutnya sebesar 53.33 % petani responden menyatakan bahwa faktor kecukupan air irigasi mempengaruhi petani mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi tanaman kakao dan sawit. Hal ini disebabkan di daerah penelitian air irigasi yang tersedia tidak cukup mengairi lahan padi sawah. Ketersediaan air yang tidak cukup untuk mengairi lahan padi sawah diduga disebabkan karena jarak antara lahan terhadap saluran primer air irigasi. Semakin jauh jarak lahan terhadap saluran irigasi maka lahan tersebut cenderung tidak mendapat air.

xlvi

Secara rinci, pembagian desa berdasarkan debit air dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air

No Desa Kecamatan Banyak Sedang Sedikit

1 Durian Lingga Sei Bingei √

2 Psr 8 Namu Terasi Sei Bingei √

3 Psr IV Namu Terasi Sei Bingei √

4 Psr II. Purwobinangun Sei Bingei √

5 Emplasmen Kwl. Mencirim Sei Bingei √

6 Namu Ukur Utara Sei Bingei √

7 Psr 6 Kwl Mencirim Sei Bingei √

Jumlah 4 2 1

Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009

Tabel 10 memperlihatkan kondisi kecukupan air di Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kecamatan Sei Bingei dimana terdapat 4 dari 7 desa memiliki air dalam debit yang banyak, 2 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedang, dan 1 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedikit. Berdasarkan daftar tersebut maka dapat disimpulkan Desa Namu Ukur Utara dan Psr. II Purwobinangun adalah desa yang memiliki debit air banyak, Desa Psr. VI Kwala Mencirim memiliki debit air sedang, Desa Emplasmen Kwala Mencirim.memiliki debit air sedikit.

Di daerah penelitian petani tidak seluruhnya mengalihfungsikan lahan yang dimilikinya. Beberapa petani bertahan untuk menanam padi sawah, beberapa petani mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawahnya ke tanaman perkebunan, dan beberapa petani hanya mengalihfungsikan sebahagian lahan miliknya ke tanaman perkebunan. Tabel 11 memperlihatkan jumlah petani yang bertahan menanam padi sawah, petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman perkebunan, dan petani yang mengalihfungsikan sebagian lahan padi sawah ke komoditi perkebunan.

xlvii

Tabel 11. Distribusi petani sampel (orang)

Desa

Petani Tidak Alih Fungsi Alih Fungsi

Sebagian

Alih Fungsi Seluruhnya

Namu Ukur Utara - 16 9

Psr. II Purwobinangun 5 3 1

Psr.VI Kwala Mencirim 9 3 8

Emplasmen Kwala Mencirim - 3 3

Total 14 25 21

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Tabel 12. Jarak Desa ke Saluran Primer

Nama Desa Jarak ke Saluran Sekunder (m)

Desa Namu Ukur Utara 11.530,63

Desa Psr. II Purwobinangun 30.840,04

Desa Psr. VI Kwala Mencirim 12.147,23

Desa Emplasmen Kwala Mencirim 18.012,99

Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009

Untuk lahan yang terletak di desa Namu Ukur Utara maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 11.530,63 m. Lahan yang terletak di Desa Psr. II Purwobinangun maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 30.840,04 m. Lahan yang terletak di Desa Psr VI Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 12.147,23 m. Lahan yang terletak di Desa Emplasmen Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 18.012,99 m. Jarak yang jauh antara desa dan saluran primer menyebabkan perbedaan jumlah debit air yang didapat tiap-tiap desa.

Untuk daerah Irigasi Namu Sira- Sira kebutuhan air yang dibutuhkan untuk

tanaman padi sawah sebesar 3,5 m3/dtk, dengan ketersediaan air kurang dari 3,5 m3/dtk sehingga kondisi sawah dalam keadaan kekurangan air. Kurangnya

xlviii

sawah menjadi tanaman sawit dan kakao. Untuk tanaman perkebunan seperti sawit, tingkat konsumsi terhadap air sangat besar, sebatang sawit paling sedikit membutuhkan 2000 liter air setiap harinya (Tribunnews, 2010). Keputusan petani mengganti lahan padi sawah menjadi tanaman sawit berdampak semakin kurang-nya ketersediaan air di daerah Irigasi Namu Sira-Sira. Selain itu kekurangan air disebabkan karena adanya kerusakan pada saluran air baik kerusakan yang diakibatkan oleh alam, seperti adanya hewan-hewan yang melubangi dasar saluran, maupun yang diakibatkan oleh manusia seperti pembuatan sadap liar untuk kepentingan pribadi. Namun dari berbagai wawancara yang dilakukan terhadap petani responden juga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat kerusakan beberapa saluran yang baru dibuat akibat kurang baiknya mutu pekerjaan yang dilakukan.

Dokumen terkait