i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH
MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI
PERKEBUNAN
(Studi Kasus : Daerah Irigasi Namusira-sira, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Oleh :
TYCHA M. MATONDANG
060304022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH
MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI
PERKEBUNAN
(Studi Kasus : Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI OLEH :
TYCHA M. MATONDANG
060304022 AGRIBISNIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
(Ir. Thomson Sebayang, MT) (DR. Ir. Diana Chalil, M.Si) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRAK
TYCHA MARRYANCE MATONDANG (060304022) dengan judul
skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI PERKEBUNAN (Studi Kasus: Daerah Irigasi Namu Sira-Sira,
Kabupaten Langkat)”. Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ibu DR. Ir. Diana Chalil, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu Daerah Irigasi Namu Sira-Sira dengan memilih 4 (empat) desa yaitu Desa Namu Ukur Utara, Desa Psr II Purwobinganun, Desa Psr. VI Kwala Mencirim, Desa Emplasmen Kwala Mencirim, dengan pertimbangan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi akan tetapi di daerah ini mengalami alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan.
Sampel petani dipilih dengan metode Simple Random Sampling yang selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan faktor yang paling mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan adalah perbedaan penerimaan usaha tani (padi, kakao,dan sawit) dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah , kakao, dan sawit. Di samping itu kecukupan air serta luas lahan yang dimiliki petani juga ikut mempengaruhi keputusan petani untuk alih fungsi lahan.
Kata Kunci : Analisis faktor alih fungsi lahan, penerimaan, luas lahan,
iv
RIWAYAT HIDUP
TYCHA MARRYANCE MATONDANG, lahir pada tanggal 24 Agustus 1987 di Mayang, Sumatera Utara, anak ketiga dari empat bersaudara, dari Ayahanda CH. Matondang dan Ibunda T. Sianipar.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : Tahun 1999, menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri No 097349, Mayang. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta PTPN IV, Mayang pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 12, Medan pada tahun 2005. Pada tahun 2006, diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian – Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Tahun 2010, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Simungun, Kecamatan Siempatnempu Hilir, Kabupaten Dairi. Tahun 2010, melakukan penelitian skripsi di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, Kabupaten Langkat.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke
Komoditi Perkebunan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam – dalamnya pada Ayahanda tercinta CH. Matondang dan T. Sianipar, atas seluruh doa, cinta, pengorbanan, nasehat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta abang, kaka, dan adik penulis, antara lain Joseph Bona Tua Erikcson Matondang S.Pd, Chrestie March Monaliza Matondang SP, Byebella Ruth Matondang dan dr. Marganti Nainggolan atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan.
vi
mahasiswa SEP ’06 khususnya ”Friska Pardosi, Ester Silaban, Pasti Lumban Batu, Vicha D. Sianipar, dan Rani Yustika Silalahi, Susanti, Maruli Tumpal Sihite atas segala kebersamaan yang telah kita lewati selama ± 4 tahun ini, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Senior dan sahabat-sahabat penulis lainnya, yaitu ”Bang Dedy Setiawan, Bang Surya, Bang Eko, Bang Samsul atas doa, dukungan, dan semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.
Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Mei 2011
vii
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Kegunaan Penelitian... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 4
2.2 Landasan Teori ... 8
2.3 Kerangka Pemikiran ... 13
2.4 Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.4 Metode Analisis Data ... 17
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 18
Definisi ... 18
Batasan Operasional ... 19
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi daerah penelitian ... 20
viii
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan alih fungsi lahan di Daerah Irigasi Namu
Sira-Sira………...25 5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi petani padi sawah
melakukan alih fungsi lahan ... 29
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... .40
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1. Luas Areal Daerah Irigasi Namu Sira- Sira ... 16
2. Gambaran Tiap Desa Penelitian ... 21
3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 22
4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 23
5. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 24
6. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira (1998-2010) ... .25
7. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009). ... ..28
8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan (n=60) ... 30
9. Perbedaan Penerimaan Yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit (per 3 bulan) ... 31
10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air...35
11. Distribusi Petani Sampel (orang)...36
x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1. Ilustrasi Land Rent Ricardian... 10 2. Diagram Kerangka Pemikiran ... 14 3. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu
Sira-Sira... 26 4. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan
Sei Bingei ... 28 5. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Dan Sawit di Kecamatan
Sei Bingei ... 29 6. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, Sawit dan Hortikultura
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal.
1. Data Alamat, Luas Lahan Petani Responden ... 42 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih
Fungsi Lahan...45 3. Petani Yang Tidak Melakukan Alih Fungsi Lahan ... 47 4. Petani Padi Sawah Yang Mengalihfungsikan Sebagian Lahan Padi
Sawah Ke Tanaman Kakao...48 5. Petani Yang Mengalihkan Sebagian Lahan Padi Sawah ke Tanaman
Sawit ... 49 6. Petani Yang Mengalihfungsikan Seluruh Lahan Padi Sawah Ke
Tanaman Kakao dan Sawit ... 50 7. Data Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, Sawit dan Tanaman Hortikultura
( Ha)... 51 7. Harga Padi Sawah, Kakao, Sawit (Rp/kg) ... 52 8. Produksi Tandan Buah Segar (kg/Ha) di Desa Gunung Rintis per Petani
iii
ABSTRAK
TYCHA MARRYANCE MATONDANG (060304022) dengan judul
skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI PERKEBUNAN (Studi Kasus: Daerah Irigasi Namu Sira-Sira,
Kabupaten Langkat)”. Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ibu DR. Ir. Diana Chalil, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu Daerah Irigasi Namu Sira-Sira dengan memilih 4 (empat) desa yaitu Desa Namu Ukur Utara, Desa Psr II Purwobinganun, Desa Psr. VI Kwala Mencirim, Desa Emplasmen Kwala Mencirim, dengan pertimbangan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi akan tetapi di daerah ini mengalami alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan.
Sampel petani dipilih dengan metode Simple Random Sampling yang selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan faktor yang paling mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan adalah perbedaan penerimaan usaha tani (padi, kakao,dan sawit) dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah , kakao, dan sawit. Di samping itu kecukupan air serta luas lahan yang dimiliki petani juga ikut mempengaruhi keputusan petani untuk alih fungsi lahan.
Kata Kunci : Analisis faktor alih fungsi lahan, penerimaan, luas lahan,
xii
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang
pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
xiii
Daerah Irigasi Namu Sira-sira berada di daerah Kabupaten Langkat yaitu kecamatan Sei Bingei, Kuala, Selesai dan satu kecamatan di Kota Binjai yaitu Binjai Selatan. Petani di daerah irigasi Namusira-Sira sebagian besar mempunyai kegiatan pokok di sektor pertanian tanaman pangan, yaitu padi-padian, palawija. Penggunaan tanah di daerah Irigasi Namu Sira-sira terdiri atas sawah dan nonsawah. Khusus untuk areal sawah, akhir-akhir ini telah mengalami banyak alih fungsi, yakni digunakan untuk tanaman perkebunan seperti sawit dan kakao.
Pembangunan Irigasi Namu Sira-sira sebagai sarana pertanian bertujuan untuk menunjang produksi padi tetapi kenyataannya terdapat kecenderungan alih fungsi lahan ke tanaman perkebunan. Pembangunan irigasi yang mahal tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh petani padi sawah dengan optimal.
Dengan terjadinya kondisi yang terakhir di atas, maka pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah perkembangan alih fungsi lahan padi sawah yang terjadi di daerah Irigasi Namu Sira-sira dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani di daerah penelitian melakukan alih fungsi lahan.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan alih fungsi lahan padi sawah yang terjadi di daerah irigasi Namu Sira-Sira ?
xiv
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani di
daerah penelitian melakukan alih fungsi lahan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap alih fungsi lahan pertanian.
xv
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Pasandaran (2006) menjelaskan paling tidak ada tiga faktor, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan alih fungsi lahan sawah, yaitu: kelangkaan sumberdaya lahan dan air , dinamika pembangunan, peningkatan jumlah penduduk.
xvi
Pakpahan, et.al (1993) dalam Munir (2008) membagi faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dalam kaitannya dengan petani, yakni faktor tidak langsung dan faktor langsung.
A. Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, petumbuhan penduduk, arus urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. B. Faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana
transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai telah membuka wawasan penduduk pedesaan terhadap dunia baru di luar lingkungannnya.
Menurut Witjaksono (1996) ada lima faktor sosial yang mempengaruhi alih fungsi lahan, yaitu: perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya alih fungsi lahan.
xvii
(1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat. Akibat pilihan petani melakukan alih fungsi lahan adalah produksi padi akan menurun.
Dari penelitian – penelitian yang telah disebutkan di atas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan tanaman padi sawah ke tanaman non padi sawah. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang menyebabkan petani melakukan alih fungsi lahan meliputi luas lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian, kecukupan air irigasi lahan padi sawah, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit.
xviii
Sihaloho (2004) membedakan penggunaan tanah ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.
Ada beberapa penyebab tingginya alih fungsi lahan diantaranya rendahnya tingkat keuntungan bertani padi sawah, tidak dipatuhinya peraturan tata ruang (lemahnya penegakkan hukum tentang tata ruang), keinginan mendapatkan keuntungan jangka pendek dari pengalihfungsian lahan sawah, dan rendahnya koordinasi antara lembaga dan departemen terkait dengan perencanaan penggunaan lahan (Agus et al., 2001).
Menurut Ilham, dkk (2003) dampak alih fungsi lahan dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukkan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya alih fungsi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah menjadi pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah,
membangun waduk, dan sistem irigasi. Sementara itu volume produksi yang hilang akibat dari alih fungsi lahan ditentukan oleh pola tanam yang diterapkan
masing-xix
masing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang beralih fungsi.
2.2Landasan Teori
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebih luas. Lahan sawah yang terletak dekat dengan sumber ekonomi akan mengalami pergeseran penggunaan kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena Land Rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah (Prayudho, 2009).
Menurut Prayudho (2009) suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:
1. Ricardian Rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan. 2. Locational Rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan.
xx
Umumnya Land Rent yang mencerminkan mekanisme pasar hanya mencakup
Ricardian Rent dan Locational Rent. Ecological Rent dan Sosiological Rent tidak
sepenuhnya terjangkau mekanisme pasar (Prayudho, 2009).
Hal tersebut sesuai dengan teori lokasi neo klasik yang menyatakan bahwa substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan agar dicapai keuntungan maksimum. Artinya alih fungsi lahan sawah terjadi akibat penggantian faktor produksi sedemikian rupa semata-mata untuk memperoleh keuntungan maksimum (Prayudho, 2009).
xxi
Gambar 1. Land Rent Ricardian
A. Lahan Biaya Rendah Rp MC
P*
Biaya Produksi
Land Rent AC
Q* Jumlah Output B. Lahan Biaya Menengah Rp MC
AC P*
Q* Jumlah Output C. Lahan Marginal
MC
P* AC
xxii D. Pasar
S
P* E
D B
Q* Q per periode
Gambar 1 menjelaskan misalkan ada banyak petak lahan yang dapat ditanami padi. Lahan-lahan tersebut bervariasi dari sangat subur (biaya produksi rendah) sampai sangat jelek dan kering (biaya produksi tinggi). Kurva penawaran jangka panjang untuk padi dibangun sebagai berikut: ketika harga rendah, hanya lahan yang sangat subur digunakan untuk memproduksi padi, dan jumlah yang diproduksi pun sedikit. Ketika output meningkat, lahan kering yang membutuhkan biaya yang lebih tinggi pun digunakan dalam proses produksi. Karena, dengan harga yang sekarang lebih tinggi, menanam padi pada tanah jenis ini akan menguntungkan. Karena peningkatan biaya berhubungan dengan penggunaan tanah yang kurang subur, kurva penawaran jangka panjang untuk padi slopenya positif (Nicholson, 2000)
xxiii
xxiv
2.3. Kerangka Pemikiran
xxv
Diagram Kerangka Pemikiran
Luas Lahan
Mendukung
Kecukupan Air Irigasi Usaha Tani Tidak Padi Sawah Alih
Fungsi
Perbedaan Penerimaan Tidak mendukung Alih Padi Sawah , Kakao, Sawit Usaha tani Padi Fungsi
Sawah
Kecenderungan Perkembangan Harga Padi Sawah, Kakao, dan Sawit
xxvi
2.4. Hipotesis Penelitian
xxvii
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu secara sengaja, dengan memilih Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, yang mencakup Daerah Irigasi Namu Sira Kiri yaitu Kecamatan Kuala dan Selesai dan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan yang mencakup Kecamatan Sei Bingei dan Binjai Selatan, dengan alasan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi padi sawah yang telah mengalami alih fungsi lahan ke komoditi lain. sebagai terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Daerah Irigasi Namu Sira-sira
Daerah Irigasi Kecamatan Luas Areal (Ha)
Namu Sira-sira Kanan Sei Bingei 2.577
Binjai Selatan 649
Namu Sira-sira Kiri Kuala 1.119
Selesai 587
Total 4.932
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini petani sampel dipilih dengan metode simple random
sampling. Petani sampel dalam hal ini adalah petani yang menjalankan usaha
xxviii
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data dari petani mencakup nama, umur, alamat,luas lahan padi, luas lahan kakao, luas lahan sawit, harga jual padi, harga jual kakao, harga jual sawit, produksi padi, produksi kakao, produksi sawit, harga lahan milik petani dan lainnya. Data sekunder yaitu data jumlah petani, luas lahan dan penggunaan lahan, jumlah debit air di daerah penelitian.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yakni petani dengan menggunakan bantuan daftar pertanyaan atau kuesioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait dengan penelitian ini yakni laporan dan buku statistik yang diperoleh dari BPS Kab. Langkat, Dinas Pertanian Kab.Langkat, Dinas PU Kab. Langkat, Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, Balai Penyuluhan Pertanian yang ada di lokasi penelitian serta berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Masalah 1,dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat
perkembangan alih fungsi lahan yang terjadi di Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat
xxix
Untuk mengukur keeratan hubungan antara harga padi sawah (Y1) dengan harga kakao (X1), harga padi sawah (Y1) dengan harga sawit (X2), luas lahan padi sawah (Y2) dengan luas lahan kakao (X3), dan luas lahan padi sawah (Y2) dengan luas lahan sawit (X4) digunakan parameter yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi sampel dinotasikan dengan r.
Koefisien korelasi sampel diperoleh dengan rumus :
∑
∑
∑
=
i i
i i
y x
y x r
2
2 dimana xi = Xi – X dan yi = Yi – Y
Kriteria uji : Jika -tα/2n-k ≤ t ≤ tα/2n-k (dk = n-1), maka Ho : ditolak
Jika t < -tα/2n-katau t > tα/2n-k(dk=n-1), maka H1 : diterima
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional digunakan untuk menjelaskan dan menghindarkan kesalahpahaman dalam melakukan penelitian.
3.5.1. Defenisi
1. Petani adalah orang yang menanam padi sawah pada sebidang lahan dan orang yang melakukan alih fungsi lahan ke tanaman perkebunan.
2. Alih fungsi lahan adalah peralihan dari tanaman padi sawah ke tanaman perkebunan yaitu kakao dan kelapa sawit.
xxx
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah daerah irigasi Namusira-sira, kabupaten Langkat. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
xxxi
IV.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah
Daerah yang ditentukan sebagai lokasi penelitian adalah Daerah Irigasi Namu Sira-sira. Daerah Namu Sira-sira berada pada kisaran 3031’ Lintang Utara dan 98027’ Bujur Timur, mencakup empat bagian wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bengei, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai, dan Kecamatan Binjai Selatan.
Sumber air Daerah Irigasi Namu Sira-sira berasal dari Sungai Bingei, dengan panjang sungai 67 km, lebar sungai 30 m (Sumber: BPS, Kabupaten Langkat Tahun 2008).
xxxii
Tabel 2. Gambaran Tiap Desa Penelitian
Desa Psr II.
30840.04 12147.23 11530.63 18012.99
4.2. Karakteristik Responden Penelitian
xxxiii a. Umur
Petani responden didistribusikan kedalam 3 (tiga) kelompok usia yaitu:
usia kanak-kanak < 15 tahun, usia produktif 15-55 tahun, usia tidak produktif
≥ 55 tahun. Distribusi petani berdasarkan kelompok usia dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 < 15 0 0
2 15 – 55 36 60
4 ≥ 56 24 40
Jumlah 60 100
Sumber : Data diolah dari lampiran1
Tabel 3 menunjukkan bahwa petani responden kelompok usia produktif 15-55 tahun adalah 36 jiwa dengan persentase 60 %,dan petani responden kelompok usia tidak produktif adalah 24 jiwa dengan persentase 40%. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani responden di daerah penelitian umumnya dalam usia produktif.
b. Pendidikan
xxxiv
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Taraf pendidikan redah 11 20
2 Taraf pendidikan menengah 41 70
3 Taraf pendidikan tinggi 8 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pendidikan petani pada umumnya adalah taraf
pendidikan menengah (SMP/SMA/SPMA/STM) yaitu ada 41 jiwa atau 70 %. Petani dengan taraf pendidikan rendah (SD/SR) ada 11 jiwa atau 20% dan
petani berpendidikan tinggi ada 8 jiwa atau 10%. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani responden di daerah irigasi Namu Sira-sira umumnya sudah mencapai taraf pendidikan menengah.
3. Luas Lahan
xxxv
Tabel 5. Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan
No.
Luas Lahan (Ha) Jumlah (org)
1 < 0,5 6
2 0,5-0,99 8
3 ≥1,00 46
Jumlah 46
xxxvi
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Alih Fungsi Lahan Di Daerah Irigasi Namu Sira-sira
Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah dan petani yang mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan di daerah irigasi Namu Sira-sira. Daerah Irigasi Namu Sira-sira mencakup Kecamatan Kuala, Selesai, Sei Bingei dan Binjai Selatan.
Di daerah penelitian luas lahan persawahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena petani mengalihkan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan. Untuk melihat penurunan luas lahan padi sawah yang ada di daerah irigasi Namu Sira-sira dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan luas lahan padi sawah di daerah irigasi Namu Sira-sira (1998-2010)
No Tahun Sei
Bingei Kuala Selesai Binjai Selatan Total
xxxvii
Dari Tabel 6. dapat dilihat dari setiap kecamatan adanya penurunan luas lahan Padi Sawah. Untuk mengetahui tinggi rendahnya penurunan luas lahan padi sawah di 4 (empat) kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
1995 2000 2005 2010
Tahun
xxxviii
Di Kecamatan Selesai penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun (2005- 2006), dengan penurunan sebesar 1217 Ha dimana tahun 2005 luas lahan
padi sawah 4077 Ha menjadi 2860 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2007, dan luas lahan padi sawah terus mengalami penurunan sampai tahun 2009 menjadi 5038 Ha.
Di Kecamatan Binjai Selatan penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun (2002- 2003), dengan penurunan sebesar 1501 Ha dimana tahun 2002 luas lahan
padi sawah 4724 Ha menjadi 3223 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun berikutnya, dan tahun 2006 mengalami penurunan kembali, dan tahun (2008-2009) mengalami peningkatan luas lahan sebesar 250 Ha, sehingga luas lahan padi sawah dari 3551 Ha tahun 2008 menjadi 3801 Ha tahun 2009.
Penurunan luas lahan padi sawah diakibatkan adanya alih fungsi lahan, gambaran ini diperlihatkan oleh meningkatnya luas lahan sawit, kakao di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009), seperti terlihat pada Tabel 7. dan pada gambar 3 dan 4.
xxxix
Tabel 7. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009).
Tahun luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan kakao
(Ha) luas lahan sawit (Ha)
Sumber : Kecamatan Sei Bingei dalam Angka
Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei.
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei
0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan kakao (Ha)
xl
Gambar 4. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei.
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit
0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan sawit (Ha)
Sumber : Diolah dari Tabel 9.
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih
Fungsi Lahan di Daerah Penelitian
xli
Tabel 8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan (n = 60 jiwa)
Faktor-faktor Persentase
1. Perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan
sawit 83,33
2. Luas lahan 43
3. Kecukupan air irigasi 53.33
4. Kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit 83,33
Sumber :Data diolah dari lampiran 2
1. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit
xlii
Tabel 9. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit (per 3 bulan).
Padi Sawah Kakao Sawit
Produksi
(Kg/Ha) 6.940
100 (x12) = 1200 4.635,798 (x 6) = 27.814,7
Harga
(Rp/Kg) 3.125,- 19.498,- 1.156,1
Penerimaan (Rp/Ha)
21.687.500 23.397.600 32.156.621
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3,4,dan 5
Dari Tabel 9. terlihat adanya perbedaan penerimaan yang diperoleh antara petani padi sawah, kakao, dan sawit. Penerimaan tertinggi diperoleh dari komoditi Sawit sebesar Rp. 32.156.621 /Ha. Sedangkan penerimaan dari komoditi kakao sebesar Rp. 23.397.600/Ha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingginya perbedaan penerimaan dari komoditi sawit dan kakao mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan.
2. Luas Lahan dan Kecukupan Air Irigasi
xliii
Di daerah penelitian petani sampel juga menanam tanaman hortikultura pada saat pergiliran tanaman. Petani sampel menanam jenis hortikultura hanya pada saat petani tidak menanam padi sawah, sehingga lahan padi sawah tidak mengalami alih fungsi ke tanaman hortikultura. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
L
u
as L
ah
an
(
H
a)
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan Kakao (Ha)
luas lahan sawit (Ha)
luas lahan hortikultural (Ha)
xliv
Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara luas lahan kakao dengan padi, luas lahan sawit dengan padi, luas lahan hortikultura dengan padi. Koefisien
korelasi antara luas lahan kakao dengan padi adalah -0,139. Koefisien korelasi -0,139 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,702 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan kakao dengan luas lahan padi.
Koefisien korelasi antara luas lahan sawit dengan padi adalah -0,037. Koefisien korelasi -0,037 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,919 > 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan sawit dengan luas lahan padi, hal ini karena petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahan padi sawah ke komoditi lain.
xlv
Koefisien korelasi antara luas lahan Hortikultura dengan padi adalah 0,754. Koefisien korelasi 0,754 berarti korelasi kedua variabel kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya apabila luas lahan hortikultura meningkat maka luas lahan padi juga akan meningkat, ini terjadi karena di daerah penelitian petani menanam tanaman hortikultura pada saat petani tidak menanam padi yaitu pada saat masa pergiliran tanaman dari padi sawah ke tanaman hortikultura, sehingga dalam hal ini petani tidak melakukan alih fungsi lahan ke tanaman hortikultura. Tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,012 menyatakan bahwa korelasi nyata antara luas lahan tanaman hortikultura dengan luas lahan tanaman padi.
xlvi
Secara rinci, pembagian desa berdasarkan debit air dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air
No Desa Kecamatan Banyak Sedang Sedikit
1 Durian Lingga Sei Bingei √
2 Psr 8 Namu Terasi Sei Bingei √
3 Psr IV Namu Terasi Sei Bingei √
4 Psr II. Purwobinangun Sei Bingei √
5 Emplasmen Kwl. Mencirim Sei Bingei √
6 Namu Ukur Utara Sei Bingei √
7 Psr 6 Kwl Mencirim Sei Bingei √
Jumlah 4 2 1
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009
Tabel 10 memperlihatkan kondisi kecukupan air di Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kecamatan Sei Bingei dimana terdapat 4 dari 7 desa memiliki air dalam debit yang banyak, 2 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedang, dan 1 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedikit. Berdasarkan daftar tersebut maka dapat disimpulkan Desa Namu Ukur Utara dan Psr. II Purwobinangun adalah desa yang memiliki debit air banyak, Desa Psr. VI Kwala Mencirim memiliki debit air sedang, Desa Emplasmen Kwala Mencirim.memiliki debit air sedikit.
xlvii
Tabel 11. Distribusi petani sampel (orang)
Desa
Petani Tidak Alih Fungsi Alih Fungsi
Sebagian
Alih Fungsi Seluruhnya
Namu Ukur Utara - 16 9
Psr. II Purwobinangun 5 3 1
Psr.VI Kwala Mencirim 9 3 8
Emplasmen Kwala Mencirim - 3 3
Total 14 25 21
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1
Tabel 12. Jarak Desa ke Saluran Primer
Nama Desa Jarak ke Saluran Sekunder (m)
Desa Namu Ukur Utara 11.530,63
Desa Psr. II Purwobinangun 30.840,04
Desa Psr. VI Kwala Mencirim 12.147,23
Desa Emplasmen Kwala Mencirim 18.012,99
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009
Untuk lahan yang terletak di desa Namu Ukur Utara maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 11.530,63 m. Lahan yang terletak di Desa Psr. II Purwobinangun maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 30.840,04 m. Lahan yang terletak di Desa Psr VI Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 12.147,23 m. Lahan yang terletak di Desa Emplasmen Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 18.012,99 m. Jarak yang jauh antara desa dan saluran primer menyebabkan perbedaan jumlah debit air yang didapat tiap-tiap desa.
Untuk daerah Irigasi Namu Sira- Sira kebutuhan air yang dibutuhkan untuk
tanaman padi sawah sebesar 3,5 m3/dtk, dengan ketersediaan air kurang dari 3,5 m3/dtk sehingga kondisi sawah dalam keadaan kekurangan air. Kurangnya
xlviii
sawah menjadi tanaman sawit dan kakao. Untuk tanaman perkebunan seperti sawit, tingkat konsumsi terhadap air sangat besar, sebatang sawit paling sedikit membutuhkan 2000 liter air setiap harinya (Tribunnews, 2010). Keputusan petani mengganti lahan padi sawah menjadi tanaman sawit berdampak semakin kurang-nya ketersediaan air di daerah Irigasi Namu Sira-Sira. Selain itu kekurangan air disebabkan karena adanya kerusakan pada saluran air baik kerusakan yang diakibatkan oleh alam, seperti adanya hewan-hewan yang melubangi dasar saluran, maupun yang diakibatkan oleh manusia seperti pembuatan sadap liar untuk kepentingan pribadi. Namun dari berbagai wawancara yang dilakukan terhadap petani responden juga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat kerusakan beberapa saluran yang baru dibuat akibat kurang baiknya mutu pekerjaan yang dilakukan.
3. Kecenderungan Perkembangan Harga Padi, Kakao, Sawit
Pada Tabel 8. memperlihatkan bahwa 83,33 % petani sampel menyatakan bahwa kecenderungan perkembangan harga padi, kakao, dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi. Faktor harga padi, kakao dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan.
xlix
Gambar 6. Perkembangan harga padi, kakao, dan sawit (1998-2009).
0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Ta hun
Sumber : Diolah dari Lampiran 8.
Gambar 6. Memperlihatkan kenaikan harga komoditi padi, kakao, dan sawit tiap tahunnya. Kenaikan harga tertinggi adalah tanaman kakao diikuti tanaman padi dan sawit. Kenaikan harga kakao dan sawit mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan..
Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara harga kakao dengan padi, harga sawit dengan padi. Koefisien korelasi antara harga kakao dengan harga padi adalah 0.766 berarti korelasi kedua variabel sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya bahwa apabila harga kakao meningkat maka harga padi tetap meningkat, peningkatan harga padi seiring dengan peningkatan harga kakao diharapkan dapat mengurangi kecenderungan petani padi sawah mengalihkan lahan padi sawah miliknya. Selanjutnya tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,010 menyatakan bahwa adanya korelasi nyata antara harga kakao dengan harga padi.
l
li
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perkembangan penurunan luas lahan padi sawah tertinggi terjadi di Kecamatan Sei Bingei dengan penurunan luas lahan padi sawah pada tahun 1998 adalah 8.802 Ha menurun sepanjang 12 (dua belas ) tahun sebesar 3.764 Ha sehingga tahun 2009 luas lahan padi sawah menjadi 5038 Ha. Dengan laju penurunan luas lahan padi sawah sebesar -42,76 %.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan adalah luas lahan dan kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah, kakao, dan sawit, perkembangan harga padi, kakao, dan sawit.
Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Diharapkan pemerintah membuat peraturan daerah atau kebijakan untuk mengatasi alih fungsi lahan sawah yang dapat mengancam penurunan produksi padi sawah.
lii
3.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti permasalahan yang samaliii
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., U. Kurnia and A.R. Nurmanaf (Eds.). 2001. Proceedings, National
Seminar on The Multifunction of Paddy Fields. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia. 147p.
Akbar, Rizky Ali. 2008. Proses Pembebasan Tanah Pertanian Untuk
Pembangunan Kawasan Perumahan. [Skripsi] Fakultas Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Ilham, dkk, 2003. Perkembangan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya. IPB Press. Bogor.
Anonimus. 2010. Perkebunan Sawit Di Riau. Di akses dari
Iqbal, M dan Sumaryanto, 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 167-182. Bogor.
Munir, Misbahul. 2008. Hubungan Antara Konversi Lahan Pertanian dengan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. [Skripsi] Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pakpahan, dkk. 1993. Kelembagaan Lahan dan Konversi Tanah dan Air. PSE. Bogor.
Pasandaran, Effendi. 2006. Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan
Sawah Beririgasi di Indonesia dalam Jurnal Litbang Pertanian 25(4) 2006.
Prayudho, 2009. Teori Lokasi. Diakses dari prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/
Rusastra, dkk. 1997. Konversi Lahan Pertanian dan Strategi Antisipatif dalam
Penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Volume XVI, No 4: 107-113. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Sihaloho, Martua. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur
Agraria. [Tesis] Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Syafa’at, N., W. Sudana, N. Ilham, H. Supriyadi dan R. Hendayana. 2001. Kajian
liv
terhadap Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih
Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.
Witjaksono, R. 1996. Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Dalam Prosiding Lokakarya “ Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras:
lv
Lampiran 1. Data Alamat, Luas Lahan Petani Responden
No Alamat Umur Pendidikan Luas Lahan
Psr. VIII Namu Terasi Purwobinangun Psr. VIII Namu Terasi Purwobinangun Kuala Mencirim Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Kuala Mencirim Namu Ukur Utara
lvi
lviii
Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Purwobinangun Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara
lix
Lampiran 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan
Sampel Komoditi Luas
Lahan
Kecukupan Air Irigasi
Perbedaan Penerimaan Usaha
lx
38 Padi dan sawit √ √ √ √
39 Sawit - √ √ √
40 Sawit - √ √ √
41 Padi - - - √
42 Sawit - √ √ √
43 Padi dan sawit √ √ √ √
44 Padi dan sawit √ √ √ √
45 Padi dan sawit - √ √ √
46 Padi dan sawit √ √ √ √
47 Padi dan kakao √ √ √ √
48 Padi dan kakao √ √ √ √
49 Padi dan kakao √ √ √ √
50 Padi dan kakao √ √ √ √
51 Padi dan kakao √ √ √ √
52 Padi dan sawit √ √ √ √
53 Padi dan sawit √ √ √ √
54 Sawit - √ √ √
55 Kakao dan sawit √ √ √ √
56 Padi - - √ √
57 Padi - - √ √
58 Padi - - √ √
59 Kakao - √ √ √
60 Padi dan kakao √ √ √ √
Jumlah 26 32 50 50
Persentase 43 53.33 83.33 83.33
Keterangan :
lxi
Lampiran 3. Petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan
Sampel
Luas Lahan Padi (m2)
Produksi Padi (kg)
Harga Jual Padi/kg
Total Penerimaan Padi Rp (0,00)
Rata-rata Penerimaan Padi Rp(0,00)/Luas Lahan
Produktivitas Lahan Padi Sawah (kg/ha)
1 10000 6000 3000 18000000 1800 6000
2 10000 8000 3200 25600000 2560 8000
3 5000 3500 3100 10850000 2170 7000
4 2000 1200 3200 3840000 1920 6000
5 55000 38500 3100 119350000 2170 7000
6 6000 4200 3200 13440000 2240 7000
7 5000 3000 3000 9000000 1800 6000
8 10000 7000 3100 21700000 2170 7000
9 5000 4000 3200 12800000 2560 8000
10 15000 10500 3000 31500000 2100 7000
11 2000 1200 3200 3840000 1920 6000
12 15000 10500 3100 32550000 2170 7000
13 5000 3000 3200 9600000 1920 6000
14 5000 3500 3150 11025000 2205 7000
Total 150000 104100 43750 323095000 29705 95000
lxii
Lmpiran 4. Petani padi sawah yang mengalihfungsikan sebagian lahan padi sawah ke tanaman kakao
No
lxiii
Lampiran 5. Petani Yang Mengalihfungsikan Sebagian Lahan Padi Sawah ke Tanaman Sawit
No
Total 74500 153500 49100 151370000 10777.5 12784945
64
Lampiran 6. Petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman kakao dan sawit
No
65
Lampiran 7. Data luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan tanaman hortikultura (Ha)
Tahun luas lahan padi sawah (Ha)
Sumber : Kabupaten Langkat dalam angka
Lampiran 8. Harga padi sawah, kakao, sawit (Rp/kg)
Tahun Harga Kakao
(Rp/kg)
66
Lampiran 9. Produksi Tandan Buah Segar (kg/Ha) di Desa Gunung Rintis per Petani.
No Usia Tanaman Luas Produksi/Ha
1 5 2 7375
2 5 2 7150
3 11 0.8 10094
4 8 2 10094
5 15 2.5 8360
6 5 1.5 9122
7 12 1 8833
8 10 2.5 12800
9 4 3.5 6811
10 11 1 6514
67
Korelasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
L.padi 7532.4000 1229.57393 10
L.kakao 149.5000 117.53132 10
L.sawit 1956.1000 797.90287 10
L.horti 240.7000 57.49599 10
Correlations
L.padi L.kakao L.sawit L.horti
L.padi Pearson Correlation 1 -.139 -.037 .754(*)
Sig. (2-tailed) .702 .919 .012
Sum of Squares and
Cross-products 13606668.
36319.600 53275.800
N 10 10 10 10
L.kakao Pearson Correlation -.139 1 .980(**) .005
Sig. (2-tailed) .702 .000 .988
Sum of Squares and Cross-products
20076.667 13813.611 91949.167 36.722
N 10 10 10 10
L.sawit Pearson Correlation -.037 .980(**) 1 .002
Sig. (2-tailed) .919 .000 .996
Sum of Squares and Cross-products
36319.600 91949.167
636648.98
9 79.700
N 10 10 10 10
L.horti Pearson Correlation .754(*) .005 .002 1
Sig. (2-tailed) .012 .988 .996
Sum of Squares and
Cross-products 479482.200 330.500 717.300 29752.100
Covariance 53275.800 36.722 79.700 3305.789
N 10 10 10 10
68
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga Padi Sawah 1722.0000 591.39797 10
Harga Kakao 11476.758
3 3847.94157 10
Correlations
Harga Padi
Sawah Harga Kakao
Harga Padi Sawah Pearson Correlation 1 .766(**)
Sig. (2-tailed) .010
Sum of Squares and Cross-products
3147764.00
0 15688325.922
Covariance 349751.556 1743147.325
N 10 10
Harga Kakao Pearson Correlation .766(**) 1
Sig. (2-tailed) .010
Sum of Squares and
Cross-products 15688325.922 133259888.968
Covariance 1743147.32
5 14806654.330
N 10 10
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga padi 1722.0000 591.39797 10
Harga sawit 730.2088 320.41077 10
Correlations
Harga padi Harga sawit
Harga padi Pearson Correlation 1 .827(**)
Sig. (2-tailed) .003
Sum of Squares and
Cross-products 3147764.000 1411164.649
Covariance 349751.556 156796.072
N 10 10
Harga sawit Pearson Correlation .827(**) 1
Sig. (2-tailed) .003
Sum of Squares and
Cross-products 1411164.649 923967.569
Covariance 156796.072 102663.063
N 10 10