lahan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Luas lahan responden
Luas Lahan
>1,00 38%
0,10-0,35 21%
0,42-0,57 0,70-0,90 26%
15%
Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi Variabel Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian merupakan variabel X1 pada penelitian ini yang memiliki lima indikator meliputi peran penyuluh, intensitas penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan dan metode penyuluhan.
Peran Penyuluh
Anwarudin et al. (2020) mengemukakan bahwa penyuluh pertanian memiliki peranan sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan konsultan.
Penyuluh pertanian memiliki tugas melakukan pembinaan terhadap petani. Hasil penelitian peran penyuluh dibagi menjadi 3 kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Penguraian kategori tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11 Kategori peran penyuluh
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 13 19,7
2 Sedang 32 48,5
3 Tinggi 21 31,8
Jumlah 66 100,0
Sumber : Data diolah penulis, 2022
Tabel 11 menunjukkan bahwa peran penyuluh termasuk pada kategori sedang, sebanyak 32 orang atau (48,5%) dari jumlah keseluruhan responden.
Sebanyak 13 orang atau (19,7% ) menilai peran penyuluh dalam kategori rendah dan sebanyak 21 orang atau (38,8%) menilai peran penyuluh dalam kategori tinggi.
Intensitas Penyuluhan
Intensitas penyuluhan petani dalam mengikuti penyuluhan dapat membantu petani dalam upaya meningkatkan teknis dan pengetahuan. Hasil intensitas penyuluhan tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Kategori intensitas penyuluhan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 26 39,4
2 Sedang 22 33,3
3 Tinggi 18 27,3
Jumlah 66 100
Hasil intensitas penyuluhan yang disajikan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa frekuensi petani menilai intensitas penyuluhan tergolong dalam kategori rendah sebanyak 26 orang atau (39,4%), sedangakan sebanyak (33,3%) atau 22 orang petani menilai intensitas penyuluhan termasuk kedalam kategori sedang dan sebanyak 18 orang atau (27,3%) petani menilai pada kategori tinggi.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan dalam penelitian ini merupakan materi yang merujuk pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi. Adapun hasil kategori dari penelitian ini tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Kategori materi penyuluhan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 14 21,2
2 Sedang 31 47,0
3 Tinggi 21 31,8
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa materi penyuluhan termasuk pada kategori sedang. Sebanyak 31 petani menilai pada kategori sedang (47,0%), sebanyak 21 petani menilai pada kategori tinggi (31,8) dan 14 petani menilai pada kategori rendah (21,2%).
Media Penyuluhan
Media penyuluhan dalam penelitian ini yakni media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan merupakan media digital serta kesesuaian media dengan kegiatan penyuluhan. Adapun hasil dari kategori media penyuluhan tersaji pada Tabel 14.
Tabel 14 Media penyuluhan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 14 21,2
2 Sedang 34 51,5
3 Tinggi 18 27,3
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 14 menunjukkan hasil media penyuluhan termasuk pada kategori sedang sebanyak 34 petani (51,5%). 14 petani menilai media penyuluhan pada
kategori rendah (21,2) dan 18 petani menilai media penyuluhan termasuk pada kategori tinggi (27,3%).
Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan dalam penelitian ini merupakan kesesuaian metode yang digunakan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan mengenai pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi. Hasil kategori metode penyuluhan pertanian tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Metode penyuluhan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 14 21,2
2 Sedang 34 51,5
3 Tinggi 18 27,3
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 15 Menunjukkan metode penyuluhan dinilai oleh sabagian besar petani termasuk pada ketegori sedang sebanyak 34 petani (51,5%), 18 petani menilai metode penyuluhan pada kategori tinggi (27,3%) dan 14 petani menilai pada kategori rendah (21,2%).
Deskripsi Variabel Akses Informasi Kepemilikan Handphone
Kepemilikan handphone dalam penelitian ini meliputi kemampuan petani dalam mengakses handphone serta kemudahan yang didapatkan dalam penggunaan handphone. Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Adapun hasil kategori tersebut tersaji pada Tabel 16.
Tabel 16 Kepemilikan handphone
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 5 7,6
2 Sedang 49 74,2
3 Tinggi 12 18,2
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Kategori kepemilikan handphone yang tersaji pada Tabel 16 termasuk pada kategori sedang sebanyak 49 petani (74,2%), 12 petani menilai pada kategori tinggi
Ketersediaan Jaringan
Ketersediaan jaringan dalam penelitian ini meliputi ketersediaan sinyal dan kecepatan jaringan. Hasil dari penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yakni rendah, sedang dan tinggi. Adapun hasil kategori tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17 Ketersediaan jaringan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 6 9,1
2 Sedang 40 60,6
3 Tinggi 20 30,3
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 17 menunjukkan mayoritas responden sebanyak 40 petani (60,6%) menilai ketersediaan jaringan termasuk pada kategori sedang, 20 petani (30,3%) menilai pada kategori tinggi dan 6 petani (9,1%) menilai pada kategori rendah.
Aplikasi Media Sosial
Aplikasi media sosial meliputi intensitas petani dalam mencari dan menerima informasi pertanian dari berbagai aplikasi media sosial, intensitas petani berdiskusi mengenai pertanian melalui media sosial dan kesesuain informasi yang didapatkan dari media sosial. Hasil penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yakni rendah sedang dan tinggi. Hasil penelitian tersaji pada Tabel 18.
Tabel 18 Aplikasi media sosial
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 8 12,1
2 Sedang 48 72,7
3 Tinggi 10 15,2
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 18 menunjukkan sebanyak 48 petani (72,7%) menilai aplikasi media sosial termasuk pada kategori sedang, sebanyak 10 petani (15,2%) menilai pada kategori tinggi dan sebanyak 8 petani (12,1%) termasuk pada kategori rendah.
Deskripsi Variabel Jenis Informasi Informasi Teknologi Produksi
Teknologi informasi pada penelitian ini meliputi informasi teknologi produksi mengenai budidaya tanaman, pengendalian organisme pengganggu tanaman. Hasil penelituan ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hasilnya tersaji pada Tabel 19.
Tabel 19 Teknologi produksi
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 5 7,6
2 Sedang 58 87,9
3 Tinggi 3 4,5
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 19 menunjukkan bahwa informasi teknologi produksi dinilai oleh sebagian besar petani pada kategori sedang sebanyak 58 petani (87,9%), sebanyak 3 petani menilai pada kategori tinggi (4,5%) dan sebanyak 5 petani menilai pada kategori rendah(7,6%).
Informasi Pasar
Informasi pasar pada penelitian ini meliputi informasi harga komoditas, informasi kebutuhan pasar. Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Adapun hasil penelitian ini tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20 Informasi pasar
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 13 19,7
2 Sedang 36 54,5
3 Tinggi 17 25,8
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 20 menunjukkan bahwa mayoritas 36 petani (54%) menilai informasi pasar termasuk pada kategori sedang, sebanyak 17 petani (25,8%) menilai tinggi dan sebagian kecil sebanyak 13 petani (19,7%) menilai informasi pasar pada kategori rendah.
Informasi Modal
Informasi modal dalam kegiatan ini meliputi pengetahuan serta keterampilan petani dalam mencari informasi lembaga permodalan melalui handphone dan mengakses kredit usaha rakyat. Hasil penelitian terbagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian tersaji pada Tabel 21.
Tabel 21 Informasi modal
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 0 0,0
2 Sedang 58 87,9
3 Tinggi 8 12,1
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 21 informasi modal termasuk pada kategori sedang. Sebagian besar petani menilai sedang sebanyak 58 petani (87,9%), sebanyak 8 petani (12,1%) menilai pada kategori tinggi dan tidak ada petani yang menilai pada kategori sedang.
Deskripsi Variabel Perilaku Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan petani terhadap media sosial dan jenisnya. Peneitian ini diukur dalam bentuk pernyataan yang berkaitan dengan media sosial. Hasil penelitian ini terbagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Adapun hasil penelitian tersaji pada Tabel 22.
Tabel 22 Pengetahuan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 12 18,18
2 Sedang 39 59,09
3 Tinggi 15 22,73
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani terhadap media sosial termasuk pada kategori sedang dengan jumlah petani sebanyak 39 petani (59,09%), sebanyak 15 petani (22,73%) termasuk pada kategori tinggi dan 12 petani (18,18%) termasuk pada kategori rendah.
Sikap
Sikap dalam penelitian ini diukur menggunakan pernyataan yang berkaitan dengan kemauan petani dalam memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi. Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Adapun hasil penelitian tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Sikap
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 3 4,5
2 Sedang 61 92,4
3 Tinggi 2 3,0
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Sikap petani dalam pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi berdasarkan Tabel 23 termasuk pada kategori sedang sebanyak 61 petani (92,4%), 2 orang petani termasuk pada kategori tinggi, dan 3 petani termasuk pada kategori rendah.
Keterampilan
Tingkat keterampilan petani dalam penelitian ini diukur dengan pernyataan yang berkaitan dengan keterampilan petani dalam memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi pertanian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga kategori yakni rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian tersaji pada Tabel 24.
Tabel 24 Keterampilan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 8 12,1
2 Sedang 45 68,2
3 Tinggi 13 19,7
Jumlah 66 100
Sumber: Diolah penulis, 2022
Tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat keterampilan petani termasuk pada kategori sedang sebanyak 45 petani (68,2%), 13 petani termasuk pada kategori tinggi dan 8 petani (12,1%) termasuk pada kategori rendah.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah di dalam sebuah model regresi linier OLS (Ordinary Leas Square) terdapat masalah-
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikoliniearitas menurut Sunyoto (2011) merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas melalui besaran koefisien kolerasi (r). Uji multikolinearitas dilakukan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang dilakukan dalam pengujian multikolinearita ini adalah metode Tolerance dan VIF serta dengan Pearson kolerasi.
Hasil output pengujian ini diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai tolerance > 0,10 dan seluruh variabel memiliki nilai VIF < 10, dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas dalam model regresi.
2. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan varian residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain (Sujarweni dan Utami 2019).
Metode yang digunakan dalam uji heterokedastisitas yakni uji glesjer dan melihat grafik Scatterplot.
Hasil output pengujian menunjukan titik pada gambar scatterplot menyebar di atas dan dibawah sekitar angka nol, titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja, penyebaran titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar lagi serta penyebaran titik tidak berpola sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas (x) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berstribusi normal atau berdistribusi tidak normal (Sunyoto 2011). Metode yang digunakan dalam pengujian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov, menggunakan histogram dan grafik normal P-Plot.
Hasil output analisis diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan nilai residual berdistribusi normal.
Diketahui sebaran data mengikuti arah grafik histogram dan sebaran titik-titik dari grafik normal P-Plot terlihat mendekati garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal, sehingga model regresi layak digunakan karena memenuhi syarat asumsi normalitas.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
Hasil analisis regresi diperoleh dengan menggunakan software SPSS 26 dengan memasukan rata-rata nilai untuk setiap variabel dan indikator. Nilai tersebut diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 66 petani hortikultura yang ada di tiga desa yakni Desa Mekargalih, Kersamenak danSukabakti. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penyuluhan pertanian, akses informasi dan jenis informasi terhadap perilaku petani dalam memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi pertanian. Hasil analisis regresi tersaji pada Tabel 25.
Tabel 25 Hasil analisis regresi linier berganda No Indikator
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Keterangan
B Beta
1 R- Square 0,577
2 (Constant) 0,976 3,286 0,002
3 Peran Penyuluh 0,050 0,101 0,234 0,816 Tidak Berpengaruh 4 Intensitas
Penyuluhan 0,147 0,262 0,696 0,489 Tidak Berpengaruh
5 Materi
Penyuluhan 0,202 0,397 0,972 0,336 Tidak Berpengaruh
6 Media
Penyuluhan 0,091 0,175 0,356 0,723 Tidak Berpengaruh
7 Metode
Penyuluhan -0,476 -0,909 -1,285 0,204 Tidak Berpengaruh
8 Kepemilikan
Handphone 0,269 0,352 2,193 0,033 Berpengaruh
9 Ketersediaan
Jaringan 0,184 0,222 1,503 0,139 Tidak Berpengaruh
10 Aplikasi Media
Sosial 0,018 0,019 0,103 0,918 Tidak Berpengaruh
11
Informasi Teknologi Produksi
0,082 0,089 0,614 0,542 Tidak Berpengaruh 12 Informasi Pasar 0,154 0,206 1,438 0,156 Tidak Berpengaruh 13 Informasi Modal -0,180 -0,205 -1,686 0,098 Berpengaruh
Sumber: Diolah penulis, 2022
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai signifikansi
<0,05 artinya terdapat pengaruh secara signifikan pada variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi pada taraf 5 persen (P<0,05) menunjukkan bahwa indikator kepemilikan handphone (X2.1) berpengaruh terhadap perilaku petani dengan nilai koefisien pengaruhnya sebesar 0,269. Pada taraf 10 persen (P<0,1) menunjukan indikator informasi modal (X3.3) berpengaruh dengan nilai koefisien pengaruhnya sebesar -0,180. Sembilan indikator lain tidak berpengaruh secara signifikan karena memiliki nilai signifikansi
>0,1.
Berdasarkan Tabel 25 diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut : Ý = 0,976 + 0,269 X2.1 + (– 0,180) X3.3 + e. Persamaan tersebut menjelaskan perilaku petani (Y) tidak dipengaruhi oleh indikator bebas atau indikator-indikator bebas bernilai nol, maka perilaku petani dalam pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi pertanian bernilai 0,976. Variabel X2.1 kepemilikan handphone memberikan nilai koefisien sebesar 0,269 dan bernilai positif artinya apabila nilai indikator lain sama dengan nol maka setiap peningkatan kepemilikan handphone sebesar satu satuan maka akan meningkatkan perilaku petani sebesar 0,269.
Variabel X3.3 informasi modal memberikan koefisien pengaruh negatif dengan nilai -0,180 yang berbanding terbalik dengan perilaku. Apabila indikator lain bernilai sama dengan nol maka setiap peningkatan satu satuan informasi modal akan menurunkan perilaku sebesar 0,180.
Nilai konstan yang terdapat pada Tabel 25 bernilai positif yakni sebesar 0,976. Artinya menunjukkan pengaruh yang searah antara variabel independen dan variabel dependen. Jika seluruh variabel independen yang terdiri dari beberapa indikator bernilai nol (0) atau tidak mengalami perubahan, maka nilai perilaku atau variabel dependen yakni 0,975.
Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa besarnya indikator bebas dalam mempengaruhi variabel perilaku pada nilai koefisien determinan (R square) sebesar 0,577. Artinya indikator-indikator bebas dalam mempengaruhi variabel tetap memiliki kontribusi sebesar (57,7%) artinya masih terdapat indikator atau variabel lain diluar penelitian yang dapat mempengaruhi variabel tetap sebesar (42,3%).
Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F merupakan besaran kemampuan dari semua variabel/indikator bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tetap. Pengujian secara simultan menggunakan distribusi F, yaitu membandingka antara Fhitung (Frasio) dan Ftabel (Sunyoto 2011). Hasil uji simultan tersaji pada Tabel 26.
Tabel 26 Hasil uji simultan ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 11,865 11 1,079 6,702 ,000b
Residual 8,691 54 ,161
Total 20,557 65
Sumber: Data diolah penulis,2022
Uji F simultan berdasarkan nilai signifikansi yang menggunakan taraf 5 persen, hasil yang ditunjukkan Tabel 26 memiliki nilai sig 0,000 artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh pada variabel dependen (Y).
Berdasarkan hasil yang didapat dari ketujuh indikator independen yaitu peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi penyuluhan (X1.3), media penyuluhan (X1.4), metode penyuluhan (X1.5), Kepemilikan handphone (X2.1), ketersediaan jaringan (X2.2), aplikasi media sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu perilaku petani (Y).
Uji F berdasarkan nilai hitung dan tabel menurut Sujarweni (2014), yaitu jika nilai Fhitung > Ftabel maka artinya variabel independen (X) secara simultan berpengaruh pada variabel dependent (Y) dengan perumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Diduga peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi penyuluhan (X1.3), media penyuluhan (X1.4), metode penyuluhan (X1.5), Kepemilikan handphone (X2.1), ketersediaan jaringan (X2.2), aplikasi media sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap perilaku petani di Kecamatan Tarogong Kidul
H1 : Diduga peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi
sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku petani di Kecamatan Tarogong Kidul
Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 6,702. Nilai Ftabel
pada taraf signifikansi 5 persen dapat diketahui melalui derajat bebas (df) penyebut yaitu sebesar n-k, diaman n = jumlah sampel dan k = variabel, maka 66 – 12 =54 dan df sebesar 11 sebagai derajat pembilang. Maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 1,95. Artinya Fhitung (6,702) > dari Ftabel (1,95) maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi penyuluhan (X1.3), media penyuluhan (X1.4), metode penyuluhan (X1.5), Kepemilikan handphone (X2.1), ketersediaan jaringan (X2.2), aplikasi media sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku petani di Kecamatan Tarogong Kidul.
Uji T Parsial
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat Y (Sunyoto 2011). Pengujian dilakukan dengan perumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Diduga peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi penyuluhan (X1.3), media penyuluhan (X1.4), metode penyuluhan (X1.5), Kepemilikan handphone (X2.1), ketersediaan jaringan (X2.2), aplikasi media sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap perilaku petani di Kecamatan Tarogong Kidul.
H1 : Diduga peran penyuluh (X1.1), intensitas penyuluhan (X1.2), materi penyuluhan (X1.3), media penyuluhan (X1.4), metode penyuluhan (X1.5), Kepemilikan handphone (X2.1), ketersediaan jaringan (X2.2), aplikasi media sosial (X2.3), informasi teknologi produksi (X3.1), informasi pasar (X3.2) dan informasi modal (X3.3) secara parsial berpengaruh terhadap perilaku petani di Kecamatan Tarogong Kidul.
Pengambilan keputusan dalam uji t adalah melalui perbandingan nilai Thitung
dengan Ttabel atau melalui perbandingan nilai signifikan. Jika Thitung ≤ Ttabel maka H0
diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh secara parsial oleh variabel X terhadap variabel Y. Jika Thitung ≥ Ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat pengaruh secara parsial oleh variabel X terhadap variabel Y. Dengan menggunakan rumus Ttabel = (α/2;df (n-2), maka Ttabel = (0,025;64), diperoleh nilai Ttabel sebesar 2,000.
Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan terdapat satu indikator yang berpengaruh secara parsial yaitu kepemilikan handphone (X2.1) dengan nilai Thitung
2,193 > 2,000. Sedangkan indikator yang tidak berpengaruh secara parsial yaitu peran penyuluh (X1.1) dengan nilai Thitung 0,234 < 2,000, intensitas penyuluhan (X1.2) dengan nilai Thitung 0,696 < 2,000, materi penyuluhan (X1.3) dengan nilai Thitung 0,972 < 2,000, media penyuluhan (X1.4) dengan nilai Thitung 0,356<
2,000, metode penyuluhan (X1.5) dengan nilai Thitung -1,285 < 2,000, ketersediaan jaringan (X2.2) dengan nilai Thitung 1,503< 2,000, aplikasi media sosial (X2.3) dengan nilai Thitung 0,103 < 2,000, informasi teknologi produksi (X3.1) dengan nilai Thitung 1,438 < 2,000, informasi pasar (X3.2) dengan nilai Thitung 0,696 <
2,000 dan informasi modal (X3.3) dengan nilai Thitung -1,686 < 2,000.
Pembahasan Pengaruh Kepemilikan handphone
terhadap Perilaku Petani
Kepemilikan handphone memiliki nilai signifikan 0,033 (p<0,05) artinya indikator kepemilikan handphone berpengaruh nyata terhadap perilaku petani.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damanik dan Tahitu (2020) yang mengungkapkan adanya hubungan yang sigifikan antara penggunaan handphone dengan perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengakses informasi pertanian.
Hasil analisis deskripsi menunjukan variabel kepemilikan handphone sebagian besar petani menilai pada kategori sedang yakni (74,2%) artinya sebagian besar petani hortikultura sudah memiliki handphone walaupun tidak secara pribadi
Petani memanfaatkan handphone untuk mencari informasi melalui media sosial dibantu oleh anak ataupun cucu mereka. Berbeda dengan petani yang masih muda mereka memiliki handphone secara pribadi dan melakukan pencarian informasi pertanian secara mandiri. Aplikasi media sosial yang sering mereka gunakan untuk mencari informasi yakni Youtube karena dirasa mudah untuk dipahami. Selain itu, para petani juga menggunakan Whatsapp dan Facebook untuk berdiskusi mengenai pertanian bahkan ada beberapa petani yang sudah tergabung dalam grup/komunitas tani di sosial media Facebook. Selaras dengan Yunandar (2020) yang menyebutkan media sosial yang paling banyak digunakan oleh petani milenial pada kegiatan wirausaha pertanian yakni Whastapp, Instagram, Facebook, Line dan Twitter.
Pemanfaatan media sosial umumnya digunakan untuk promosi produk, tawar menawar produk serta berbagi dan bertukar informasi mengenai wirausaha pertanian. Selain menggunakan media sosial untuk mencari informasi pertanian, para petani di Kecamatan Tarogong Kidul sudah terbiasa dengan aplikasi pendukung pertanian seperti aplikasi nilaiku. Sebagian besar petani hortikultura merasakan manfaat handphone sebagai penunjang usaha tani. Informasi yang didapatkan dari media sosial bukan hanya informasi budidaya tapi juga informasi lainnya seperti informasi pasar. Selaras dengan Mamilianti (2020) yang mengemukakan bahwa petani cenderung memanfaatakan teknologi informasi untuk mencari harga dan pasar baik melalui media sosial ataupun berita pada internet dikarenakan informasi pasar jarang disajikan pada media elektronik seperti televisi dan radio.
Pengaruh Informasi Modal terhadap Perilaku Petani
Informasi modal memiliki nilai signifikansi 0,098 (p<0,1) artinya indikator informasi modal berpengaruh nyata dan berati terhadap perilaku petani dalam pemanfaat media sosial sebagai sumber informasi. Namun indikator informasi modal memiliki nilai koefisien yang negatif dengan nilai -0,180 yang artinya jika indikator lain bernilai sama dengan nol, maka setiap peningkatan satu satuan informasi modal maka akan menurunkan perilaku sebesar 0,180. Penelitian ini sejalan dengan Suratini et al. (2021) yang mengungkapkan informasi modal memiliki hubungan yang nyata dan positif terhadap pemanfaatan media sosial.
Hasil analisis deskripsi menunjukan bahwa indikator informasi modal dinilai oleh sebagian besar petani menilai pada kategori sedang (87,9%). Informasi modal bagi petani merupakan informasi yang jarang dicari oleh petani. Hasil analisis regresi menunjukan nilai koefisien negatif sehingga tidak selaras Menurut Dewi (2011) ketersediaan informasi modal dapat membantu petani dalam mempermudah dan memperlancar proses peningkatan modal usaha taninya. Hasil observasi dan wawancara di lapangan, para petani jarang sekali mencari informasi mengenai permodalan. Adapun modal yang mereka gunakan untuk kegiatan usaha taninya merupakan modal pribadi ataupun meminjam kepada tengkulak. Dengan adanya informasi pasar para petani semakin enggan untuk mengakes lembaga permodalan seperti bank dan lembaga keuangan lainnya dikarenakan persyaratan yang harus diajukan cukup merepotkan petani. Berbeda dengan meminjam kepada tengkulak yang hanya menjaminkan kepercayaan. Selaras dengan yang diungkapkan oleh Kusumadinata (2016) menyebutkan bahwa petani mendapatkan modal lebih banyak meminjam atau berhutang kepada bank keliling ataupun mitra dengan pemilik lahan dan pemberi dana. Para petani juga sudah diberikan penyuluhan mengenai kredit usaha rakyat namun hanya beberapa petani yang berpartisipasi terhadap program tersebut namun tidak bisa dilanjutkan pada periode selanjutnya karena mengalami keterlambatan pembayaran pada periode sebelumnya. Selain itu, proses pencairan dana relatif lama akantetapi lahan sudah harus diolah dan memerlukan modal akhirnya petani mencari pinjamann untuk kegiatan pengolahan lahan. Oleh sebab itu para petani tetap memilih meminjam kepada tengkulak selain tanpa persyaratan yang rumit waktu pencairan dana pun relatif cepat. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Safitri (2019) kredit formal seperti perbankan selalu mensyaratkan berbagai macam hal dan prosedur, sehingga banyak petani yang enggan berhubungan dengan perbankan karena menganggap prosedurnya terlalu rumit. Berbeda dengan lembaga kredit non formal prosedur mereka sangat singkat dan sangat cepat terealisasi sehingga sangat besar akses petani terhadap lembaga kredit ini walaupun tanpa agunan.
Strategi dan Pelaksanaan Penyuluhan Model dan Strategi Peningkatan Perilaku Petani
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 25 diketahui bahwa terdapat dua indikator yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku petani dalam pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi yaitu kepemilikan handphone (X2.1) dan informasi modal (X3.3). Sedangkan sembilan indikator lainnya bukan berarti tidak berpengaruh, hanya saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap perilaku petani. Penentuan model perilaku petani didasarkan pada peningkatan atau pengoptimalan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku.
Model penyuluhan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Model strategi peningkatan perilaku petani dalam pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi pertanian
Perumusan skala prioritas dan model peranangan penyuluhan mengacu pada nilai Unstandarized Coefficients B masing-masing indikator pada hasil analisis regresi dan didukung oleh hasil analisis deskriptif pada variabel perilaku petani tersaji pada Tabel 27.
Tabel 27 Skala prioritas dan deskriptif indikator
No Indikator Unstandarized
Coefficients B
Skala
Prioritas Kategori
1 Kepemilikan handphone 0,269 I Sedang
2 Informasi Modal - 0,180 II Sedang
3 Perilaku Petani Pengetahuan Sikap
Keterampilan
Sedang Sedang Sedang
Sumber : data diolah penulis,2022
Berdasarkan Tabel 27, menunjukkan skala prioritas dalam penentuan model perencanaan penyuluhan berdasarkan nilai Unstandarized Coefficientas B secara berturut turut yakni kepemilikan handphone dengan nilai sebesar 0,269 dan berada pada kategori sedang dan informasi modal dengan nilai sebesar -0,180 yang berada
X2.1 Kepemilikan Handphone (0,269)
X3.3 Informasi Modal (-0,180)
Y1 Perilaku Y1.2 Pengetahuan Y1.3 Sikap
Y1.4 Keterampilan
pada kategori sedang. Adapun strategi peningkatan perilaku petani yang dapat dilakuan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif adalah dengan mengoptimalkan ketersediaan handphone untuk mengakses media sosial dalam pencarian informasi petanian.
Pelaksanaan Penyuluhan
Berdasarkan strategi yang telah dirumuskan, penyuluhan dilakukan secara partisipatif dimana petani menjadi peran utama dan ikut serta dalam kegiatan.
Kemudian dengan mengoptimalkan media yang ada dan dengan metode yang mudah diterapkan.
Materi penyuluhan yang dipilih berdasarkan prioritas hasil pengukuran yaitu materi manfaat handphone dalam bidang pertanian. Materi yang digunakan merupakan materi yang mudah dipahami oleh petani. Media penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan yakni benda asli berupa handphone dan bahan materi dalam bentuk cetak yakni leaflet. Metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan yakni ceramah, diskusi dan demonstrasi cara.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pada kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya tindak lanjut atas kegiatan penelitian dalam rangka meningkatkan perilaku petani dalam pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan tersaji pada Tabel 28.
Tujuan dilakukan penyuluhan supaya petani lebih memahami akan manfaat kepemilikan handphone pada kegiatan usaha tani. Selain itu agar para petani mengikuti perkembangan zaman dimana sudah dihadapkan pada revolusi industri 4.0 yang mau tidak mau berbagai macam urusan sudah berbasis digital. Harapannya setelah kegiatan penyuluhan para petani yang belum menggunakan handphone bisa segera menggunakan handphone sebagai sarana bertukar dan mencari informasi pertanian.
Tabel 28 Pelaksanaan penyuluhan
No Pelaksanaan Sasaran Materi Media Metode 1 31 Mei 2022 Kelompok
Tani Mukti Tani
Manfaat Hp pada
pertanian
Leaflet Pemberian leaflet, ceramah dan diskusi 2 02 Juni 2022 Kelompok
Tani Lingga
Manfaat Hp pada
pertanian
Leaflet Pemberian leaflet, ceramah dan diskusi 3 02 Juni 2022 Kelompok
Tani Mukti Tani
Manfaat Hp pada
pertanian
Leaflet, Hp
Pemberian leaflet, ceramah dan diskusi, praktek (demonstrasi cara)
4 09 Juni 2022 Kelompok tani Empang
Manfaat Hp pada
pertanian
Leaflet Pemberian leaflet, ceramah dan diskusi 5 09 Juni 2022 Kelompok tani
Empang
Akses informasi modal melalui media sosial
Leaflet Hp
Pemberian leaflet, ceramah dan diskusi, demonstrasi cara
6 10 Juni 2022 Desa Sukabakti
Manfaat Hp pada
pertanian, Akses informasi modal melalui media sosial
Leaflet Hp
Pemberian leaflet, ceramah diskusi, Demonstrasi cara
Sumber : Data diolah penulis,2022