• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan vitamin C pada media perlakuan selama waktu pengamatan didapatkan hasil yang cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.1 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

Waktu Pengamatan Media dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3 Hari ke-2 2,383 2,489 2,536 2,597 Hari ke-4 1,332 1,348 1,421 1,416 Hari ke-6 0,897 0,956 0,978 1,057 Hari ke-8 0,706 0,787 0,777 0,866 Hari ke-10 0,567 0,623 0,604 0,650 Hari ke-12 0,434 0,508 0,481 0,544 Hari ke-14 0,375 0,433 0,396 0,452 Hari ke-16 0,322 0,365 0,343 0,396

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa pola laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada semua perlakuan dengan penambahan vitamin C dan kontrol adalah sama yaitu menurun selama waktu pengamatan. Laju pertumbuhan antar perlakuan pada setiap hari pengamatan ternyata tidak berbeda nyata. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-2 perlakuan media M3, yaitu sebesar 2,597 ind. x 2 x 10-3 x hari-1, sedangkan media M0 merupakan media dengan

laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 0,322 ind. x 2 x 10-3 x hari-1.

Dari hasil secara keseluruhan terlihat bahwa selama waktu pengamatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi pada semua media didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-2 dan ke-4, sedangkan pada hari pengamatan ke-6 sampai ke-16 laju pertumbuhan populasinya menurun, keadaan ini menunjukkan bahwa pada hari pengamatan ke-2 dan ke-4 bahan makanan masih tersedia sehingga dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis dengan baik, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo (2001), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya.

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari-1) dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP.

Menurut Mujiman (1998), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis atau bahkan mengalami kematian secara massal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan

susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan beberapa variasi vitamin C selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik (Lampiran H) ternyata selama waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda dan interaksi antara media dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Uji Beda Rata-Rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Media Rata-Rata Laju Pertumbuhan dari Hari ke-2 sampai Hari ke-16

M0 7,016 (a)

M1 7,508 (a)

M2 7,535 (a)

M3 7,976 (a)

Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media M3 berbeda sangat nyata dengan 3 (tiga) media lainnya. Perlakuan media M2 tidak berbeda dengan perlakuan media M1. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media M3 adalah komposisi media terbaik dan secara optimum dapat mendukung kehidupan dan perkembang-biakan Brachionus plicatilis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998), bahwa pemberian pupuk TSP (posfor) yang paling baik adalah lebih rendah dari pemberian pupuk Urea (nitrogen), sehingga proses metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan makanan Brachionus plicatilis dapat berlangsung dengan baik, serta penambahan vitamin C dengan konsentrasi yang diperlakukan yaitu 1,2 mg. Menurut Lingga & Sutejo (1995), pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya

mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor.

Vitamin C merupakan salah satu nutrien mikro yang dibutuhkan oleh hewan akuatik dalam proses reproduksi. Kandungan vitamin C dalam ovarium akan meningkat pada awal perkembangannya dan kemudian menurun pada fase akhir sebelum ovulasi. Hewan akuatik tidak mampu mensintensis vitamin C (Faster dalam Sandnes 1991) sehingga untuk mempertahankan metabolisme sel, vitamin C mutlak harus diperoleh dari luar tubuh karena tidak terdapat enzim L-gulonolakton oksidase yang dibutuhkan untuk biosintesis vitamin C (Dabrowski, 2002).

Sedangkan uji rata-rata Duncan untuk perlakuan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-Rata Duncan Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Waktu Pengamatan Rata-Rata

H2 10.005(a) H4 5,517 (b) H6 3,888 (b) H8 3,136 (b) H10 2,444 (b) H12 1,967 (c) H14 1,656 (c) H16 1,426 (c)

Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Laju pertumbuhan populasi B. plicatilis pada keempat media perlakuan berdasarkan waktu pengamatan didapatkan laju pertumbuhan populasi yang paling tinggi adalah pada H1. Sedangkan pada H2 sampai H8 nilai laju pertumbuhan semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada H1 merupakan hari dimana B. plicatilis mempunyai fekunditas yang paling tinggi sehingga laju pertumbuhan pada H1 merupakan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Dahril (1996) menjelaskan bahwa keberadaan B. plicatilis disuatu perairan sangat ditentukan oleh faktor- faktor: angka kelahiran (fekunditas), lama hidup (life span), dan angka kematian (mortalitas) dimana puncak dari fekunditas B. plicatilis terjadi di hari kedua. Selanjutnya Rusfian (1988) juga mengatakan bahwa jumlah populasi B. plicatilis akan berkembang dengan baik pada hari kedua dan hari keempat setelah inokulasi. Kemudian dari H2 sampai H8 (akhir

pengamatan) angka laju pertumbuhan semakin mengecil, hal ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan fekunditas dari B. plicatilis tersebut juga disebabkan oleh telah berkurang atau habisnya ketersediaan nutrient didalam media, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan B. plicatilis. Keadaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa dalam mengkultur B. plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan, bahkan mengalami kematian secara massal.

BAB 5

Dokumen terkait