Kegiatan pembuatan kuesioner didahului dengan identifikasi kebutuhan informasi yang ingin didapatkan dari responden. Setelah semua kebutuhan teridentifikasi, proses selanjutnya adalah pembuatan kuesioner dengan menggunakan kombinasi antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Menurut Rangkuti (1997) pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang sudah ditentukan. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban yang alternatifnya sudah disiapkan.
Kuesioner ini dibagi menjadi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi mengenai profil responden dan bagian kedua berisi pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku pembelian konsumen rumah makan Ayam Bakar Wong Solo dan data-data lain yang diperlukan.
2. Uji Pendahuluan
Pengujian kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada minimal 30 reponden. Tahap ini bertujuan untuk menyempurnakan kuesioner sebelum kuesioner yang sesungguhnya akan disebarkan. Responden yang dipilih adalah yang mudah untuk dihubungi kembali. Setelah selang waktu 15-30 hari kuesioner kembali disebarkan untuk responden yang sama. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap reabilitas kuesioner. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengkorelasikan hasil pengukuran pertama dan kedua dengan menggunakan rumus product moment.
Penyebaran kuesioner dilakukan langsung kepada konsumen yang sedang melakukan proses pembelian di outlet rumah makan Ayam Bakar Wong Solo cabang Kalimalang, Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 buah. Penarikan sampel mengikuti prosedur penarikan sampel non probabilitas dengan pelaksanaannya didasarkan pada teknik convenience sampling (teknik kemudahan).
4. Pengolahan data
Data yang diperoleh, diolah dan dianalisa. Data dari kuesioner dimasukan ke tabel frekuensi atau tabel silang agar data dapat dengan mudah dibaca. Selanjutnya dilakukan uji-uji statistik untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang telah didapatkan. Metode pengujian yang digunakan antara lain : uji kebebasan (Chi Square) dan koefisien kontingensi untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang berbeda, serta uji K-mean clustering untuk melakukan pengelompokan konsumen. Alat bantu yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan pengujian data adalah perangkat lunak SPSS versi 11.5 dan Microsoft Excel.
5. Analisa diferensiasi
Untuk menyusun positioning, perlu diketahui diferensiasi/perbedaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perbedaan tersebut haruslah sesuatu yang unik dan tidak mudah ditiru oleh pesaing. Diferensiasi yang dikembangkan dapat dibuat berdasarkan keunggulan dan ciri khas produk, pelayanan, personil, saluran penjualan dan citra perusahaan.
6. Penyusunan strategi positioning
Setelah karakteristik konsumen dan perilaku pembelian konsumen dianalisa, proses segmentasi telah dilakukan dan target pasar telah ditentukan serta diferensiasi yang dimiliki oleh perusahaan telah diketahui, disusun alternatif positioning yang dapat dikembangkan untuk rumah makan Ayam Bakar Wong Solo. Selain itu, juga dianalisa hal-hal yang dapat membangun dan menguatkan positioning tersebut dalam benak konsumen terutama yang
Tidak Ya
Pengumpulan data skunder
Pembuatan kuesioner
Uji pendahuluan (Test Retest)
Penyebaran kuesioner dan wawancara
Analisa Data
 Analisa profil dan perilaku pembelian konsumen:
 Hubungan faktor demografi konsumen dengan perilaku pembelian (Uji Chi Square & Koefisien Kontingensi)
 Segmentasi konsumen (Cluster Analysis)
 Penetapan target market
 Analisa diferensiasi
Pengambilan kesimpulan dan penyusunan strategi positioning
Penyusunan Skripsi
Selesai OK Mulai
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH PERUSAHAAN
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo didirikan oleh Puspo Wardoyo pada tahun 1991, dengan membuka Ayam Bakar Kaki Lima pertama kali di Jl SMA 2 Padang Golf Polonia Medan. Dengan keseriusan menjalankan bisnis ini, akhirnya berkembang pada pertengahan 1993. Bank BNI menawarkan bantuan pinjaman tanpa agunan (bantuan pegel kop/pengusaha golongan lemah dan koperasi). Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo menggunakan pinjaman Bank BNI untuk peningkatan efisiensi bagian produksi. Penambahan fasilitas semakin membuat bisnis rumah makan terus berkembang dan akhirnya rumah makan Ayam Bakar Wong Solo menjadi mitra bank BNI. Melihat prospek bisnis yang cukup bagus, pada tahun 1997, lembaga keuangan non Bank, yaitu PT Sarana Sumatera Utara Ventura (PT SSUV), tertarik untuk mengembangkan rumah makan Ayam Bakar Wong Solo Go nasional. Bersama PT SSUV, rumah makan Ayam Bakar Wong Solo mulai mengawali program Go nasional dengan membuka cabangnya di Sumatera (Medan, Pekan Baru), Jawa (Surabaya, Solo, Semarang, Ungaran, Yogyakarta dan Malang), sedangkan di Bali bekerjasama dengan PT Sarana Bali Ventura (PT SBV).
B. PERKEMBANGAN USAHA
Memasuki tahun 2002 rumah makan Ayam Bakar Wong Solo mulai memasuki ibu kota Jakarta dengan program “Kepung Jakarta” artinya rumah makan Ayam Bakar Wong Solo memasuki Jakarta dimulai dari daerah pinggiran Jakarta. Program tersebut menjadi tekad untuk menguasai pasar ibu kota (makanan tradisional). Beberapa investor perorangan mulai bergabung dengan sistem waralaba (franchise). Para investor mengadakan patungan dengan rekannya membuka rumah makan Ayam Bakar Wong Solo di Jakarta (Kalimalang, Cibubur, Bintaro, Bogor, Fatmawati, Semanggi, Pluit dan seterusnya). Melihat perkembangan cabang-cabang di Jakarta yang cukup
Capital, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat tertarik untuk membiayai pengembangan rumah makan Ayam Bakar Wong Solo dalam rangka Go
nasional dan internasional. Saat ini outlet-oulet rumah makan Ayam Bakar Wong Solo telah tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Selain di dalam negeri, rumah makan Ayam Bakar Wong Solo juga sudah berhasil memasuki pasar luar negeri yang ditandai dengan dibangunnya dua buah outlet di negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.
C. KEGIATAN PERUSAHAAN
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo masih tetap memfokuskan usahanya di bidang restoran, belum ada niat untuk diversifikasi usaha yang lain. Pelanggan dapat membuat variasi sendiri menu-menu baik lauk, sayuran maupun minuman yang ada. Variasi tersebut antara lain ayam bakar/goreng, aneka ikan bakar/goreng, sate udang/cumi/ayam/kambing, aneka sayur, balado bahkan chinese food seperti saos tomat, saos tauco dan saos tiram. Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo telah memiliki standarisasi bumbu, hingga kesamaan rasa di antara outlet bisa terjaga mutunya.
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo cabang Kalimalang Jakarta berdiri pada tanggal 6 Maret 2002. Cabang tersebut merupakan salah satu
franchise dari rumah makan Ayam Bakar Wong Solo dan menjadi holding company untuk Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Cibubur, Bekasi, Bandung).
Rumah makan Ayam Bakar Wong Solo minimal menyediakan rata-rata 150 potong daging ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan konsumen ayam bakar dalam sehari. Ayam bakar disediakan secara utuh dan per potong (dada dan paha dengan harga sama). Daging ayam kampung dipasok dari beberapa pemasok dengan sistem kontrak.
Manajemen rumah makan Ayam Bakar Wong Solo memiliki keunikan dan kekhasan yang berbeda dengan manajemen rumah makan pada umumnya. Keunikan dan kekhasan manajeman rumah makan tersebut terletak pada penambahan aturan yang diwajibkan pada penganut agama Islam.
Setiap cabang rumah makan Ayam Bakar Wong Solo mengusahakan memberikan nuansa islami nampak sangat jelas. Semua karyawati memakai jilbab, kuliah agam tujuh menit dilakukan karyawan dan karyawati sebelum memulai pekerjaannya, pengajian dengan metode diskusi bagi staf/pimpinan secara reguler, setiap manajer harus lancar membaca Al-Qur’an dan mampu menjadi khotib shalat Jum’at, rumah makan Ayam Bakar Wong Solo mengeluarkan zakat 10% melalui amil zakat internal. Demikian pula dalam kerjasama dengan membuka outlet baru dengan franchisee, rumah makan Ayam bakar Wong Solo telah membangun mitra usaha restoran dengan sistem bagi hasil yaitu 50% untuk pihak franchisee, 40% untuk pihak franchisor, dan 10% keuntungan dikeluarkan sebagai zakat, sebelumnya memakai sistem perjanjian franchisee konvensional yaitu fee sebesar 6-12% (negotiable) dari penjualan kotor per bulan dengan hak waralaba selama 10 tahun.
Gambar 3. Struktur perusahaan pusat
Pemilik perusahaan
tim pemasaran tim keuangan
Holding company Cabang/ Franchisee Cabang/ Franchisee Holding company Cabang/ Franchisee Cabang/ Franchisee
Gambar 4. Struktur bagian operasi cabang / franchise
Manajer cabang / Franchise
Bendahara Personalia Kepala operasi
Belanja Karyawan Stelling Stock & Gudang Kapten stelling Kapten area Customer service Parkir
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUJIAN KUESIONER
Kuesioner merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Sebuah kuesioner dapat dikatakan layak digunakan sebagai alat ukur setelah sebelumnya diuji terlebih dahulu. Dalam penelitian ini jenis pengujian yang dilakukan adalah uji reabilitas.
Pengujian reabilitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang sama sebanyak dua kali. Penyebaran kuesioner dilakukan hanya kepada responden yang pernah berkunjung ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo. Jumlah responden yang terlibat dalam uji reabilitas ini sebanyak 32 orang dengan jarak waktu antara pengisian kuesioner pertama dan kedua selama 15-20 hari. Hasil pengisian kuesioner ini kemudian diolah dengan menggunakan uji product moment untuk melihat kekonsistenan jawaban responden.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai r sebesar 0.765. Nilai tersebut berada di atas nilai r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0.349 dan pada selang kepercayaan 99 persen yaitu 0.449. Karena r hitung lebih besar daripada r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel dan dapat diandalkan konsistensinya. Hasil perhitungan reabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. PENYEBARAN KUESIONER
Kuesioner yang telah diuji kekonsistenannya kemudian disebarkan kepada responden. Penyebaran kuesioner dilakukan di outlet rumah makan Ayam Bakar Wong Solo cabang Kalimalang, Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling dimana sampel yang diambil merupakan konsumen yang kebetulan sedang membeli atau makan di lokasi penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan antara bulan Mei - Juni 2005.
Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 137 buah. Dari jumlah tersebut, kuesioner yang diolah datanya hanya 120 buah. Hal ini karena ada beberapa kuesioner yang dianggap tidak valid yang kebanyakan disebabkan oleh jawaban responden yang tidak lengkap.
C. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden dijelaskan dengan variabel jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah pengeluaran rata-rata per bulan. Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 120 orang.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase jumlah pengunjung pria (64.17 persen) lebih besar besar dari pengunjung wanita (35.83 persen). Hal ini dipengaruhi oleh lokasi rumah makan Ayam Bakar Wong Solo yang berada di daerah perkantoran, dimana di sekitar rumah makan banyak didirikan kantor perbankan, dealer-dealer kendaraan bermotor, kantor PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan lain-lain. Responden pria lebih banyak ditemui karena umumnya mereka banyak melakukan aktivitasnya di luar rumah, terutama untuk melakukan pekerjaan.
Tabel 1. Jenis kelamin responden
Jenis kelamin Jumlah
( orang ) Persentase ( % ) Pria 77 64.17 Wanita 43 35.83 Total 120 100
Berdasarkan segi rentang usia, 30.83 persen responden berusia antara 24-32 tahun, 26.67 persen berusia antara 33-41 tahun, 21.67 persen berusia antara 42-50 tahun dan 15.00 persen berusia antara 15-23 tahun. Responden dengan usia lebih dari 50 tahun hanya 5.83 persen, karena pada usia tersebut biasanya orang lebih banyak berada di rumah. Tingkat usia responden dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat usia terendah yaitu usia 15 tahun, karena pada usia tersebut dianggap sudah dapat berpikir logis dan dapat memberikan pendapat yang objektif.
Tabel 2. Usia responden Usia Responden ( tahun ) Jumlah Persentase 15 – 23 18 15.00 24 – 32 37 30.83 33 – 41 32 26.67 42 – 50 26 21.67 Lebih dari 50 7 5.83 Total 120 100
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (50.83 persen) memiliki profesi sebagai pegawai swasta. Responden terbanyak kedua adalah pegawai negeri sabanyak 19.17 persen, berikutnya adalah wiraswasta sebanyak 17.50 persen, pelajar/mahasiswa (6.67 persen), ibu rumah tangga (4.17 persen) dan lain-lain (1.67 persen). Pegawai swasta paling banyak dijumpai karena lokasi rumah makan yang berada di daerah perkantoran. Selain itu, responden yang memiliki profesi sebagai pegawai negeri jumlahnya juga cukup banyak. Hal ini karena lokasi rumah makan yang dekat dengan perumahan pemerintah daerah (Pemda) DKI dan kantor pemerintahan.
Tabel 3. Pekerjaan responden
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Pelajar/mahasiswa 8 6.67
Pegawai negeri 23 19.17
Pegawai swasta 61 50.83
Ibu rumah tangga 5 4.17
Wiraswasta 21 17.50
Lain-lain 2 1.67
Total 120 100
Dari segi tingkat pendidikan, 48.33 persen responden memiliki tingkat pendidikan sarjana (S1), 25.83 persen memiliki tingkat pendidikan diploma/akademi, 21.67 persen memiliki tingkat pendidikan SMA, dan sisanya memiki tingkat pendidikan selain di atas yaitu pasca sarjana (4.17%). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat pendidikan responden
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
SD 0 0.00 SMP 0 0.00 SMA 26 21.67 Diploma/akademi 31 25.83 Sarjana ( S1 ) 58 48.33 Lain-lain 5 4.17 Total 120 100
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebanyak 24.17 persenn responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan lebih dari Rp 4.000.000,00, responden terbanyak kedua (23.33 persen) mempunyai tingkat pengeluaran sebesar Rp 1.000.000,00-2.000.000,00 per bulan, responden yang memiliki tingkat pengeluaran Rp 500.000,00-1.000.000,00 dan Rp 2.000.000,00-3.000.000,00 per bulan masing-masing sebanyak 17.50 persen, 12,50 persen responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan sebasar Rp 3.000.0000-4.000.000,00 dan responden yang memiliki tingkat pengeluaran per bulan kurang dari Rp 500.000,00 hanya 5.00 persen.
Tabel 5. Tingkat pengeluaran responden
Tingkat Pengeluaran ( Rp,- ) Jumlah Persentase < 500.000 6 5.00 500.000 – 1.000.000 21 17.50 1.000.000 – 2.000.000 28 23.33 2.000.000 – 3.000.000 21 17.50 3.000.000 – 4.000.000 15 12.50 > 4.000.000 29 24.17 Total 120 100
D. PERILAKU PEMBELIAN RESPONDEN 1. Pengenalan kebutuhan/masalah
Dalam melakukan proses pembelian, tentunya konsumen mempunyai motivasi tersendiri yang mendorongnya. Motivasi tersebut muncul karena konsumen merasakan atau mengenali adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan menyadari adanya kebutuhan tersebut, konsumen akan berusaha mencari produk yang dapat mengatasi masalah yang dirasakan. Dengan mengetahui motivasi konsumen, maka perusahaan dapat menawarkan solusi
Pada Tabel 6 dapat dilihat beberapa hal yang memotivasi konsumen melakukan pembelian di rumah makan Ayam Bakar Wong Solo beserta jumlah dan persentasenya. Persentase tertinggi (31.67 persen) hal yang memotivasi konsumen adalah rasa lapar. Hal ini karena produk yang ditawarkan berupa makanan pokok dan juga karena kebanyakan responden merupakan pegawai perkantoran yang sedang makan siang. 25.00 persen responden menyatakan bahwa motivasinya berkunjung ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo adalah untuk santai bersama keluarga, motivasi berikutnya adalah karena makanan/minuman enak sebanyak 21.67 persen, diajak/ditraktir teman (14.17 persen) dan keperluan bisnis/pekerjaan (7.50 persen). Dari seluruh responden tidak ada yang motivasinya karena gengsi. Tabel 6. Motivasi responden berkunjung ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo
Motivasi Jumlah Persentase
Rasa lapar 38 31.67
Diajak/ditraktir teman 17 14.17
Makanan/minuman enak 26 21.67
Gengsi 0 0.00
Keperluan bisnis/pekerjaan 9 7.50
Santai bersama keluarga 30 25.00
Total 120 100
2. Sumber informasi
Promosi merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran. Selain berguna dalam menyampaikan/mengkomunikasikan suatu produk, promosi juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan pembelian. Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar responden mengenal rumah makan Ayam Bakar Wong Solo dari teman/keluarga yaitu sebanyak 50.00 persen. Oleh karena itu, pihak rumah makan harus bisa memberikan kesan positif kepada para pelanggan. Apabila kesan positif telah tertanam dalam benak pelanggan maka secara tidak langsung perusahaan telah menjadikan pelanggan sebagai media informasi pemasaran kepada konsumen baru. Urutan berikutnya yang menjadi sumber informasi responden adalah papan reklame sebanyak 27.50 persen, televisi/radio (5.00 persen), majalah/koran (4.17 persen) dan brosur
Tabel 7. Sumber informasi responden
Sumber Informasi Jumlah Persentase
Televisi/radio 6 5.00 Majalah/koran 5 4.17 Papan reklame 33 27.50 Brosur 2 1.67 Teman/keluarga 60 50.00 Lain-lain 14 11.67 Total 120 100 3. Evaluasi alternatif
Setelah memiliki informasi yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan dibeli, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif merupakan tahap dimana konsumen menetapkan kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang dirasa paling bermanfaat untuk memecahkan masalahnya.
Kriteria yang digunakan dalam tahap evaluasi alternatif ini meliputi rasa, merek terkenal, lokasi strategis, suasana/kenyamanan dan harga. Kriteria tersebut merupakan atribut-atribut yang berhubungan dengan bauran pemasaran. Rasa dan merek terkenal adalah atribut yang berhubungan dengan produk, lokasi strategis dan suasana/kenyamanan merupakan atribut yang berhubungan dengan tempat/distribusi, sedangkan yang terakhir adalah atribut yang berhubungan dengan harga.
Tabel 8. Pertimbangan responden memilih RM Ayam Bakar Wong Solo
Pertimbangan Skor Rangking
Harga 219 5
Rasa 464 1
Merek terkenal 231 4
Suasana/kenyamanan 361 3
Lokasi strategis 408 2
Faktor rasa menjadi pertimbangan utama responden dalam memutuskan kunjungannya ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo. Hal ini menunjukan bahwa produk makanan/minuman yang ditawarkan sudah dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Faktor berikutnya adalah lokasi strategis. Faktor ini memiliki nilai yang cukup tinggi karena lokasi rumah makan yang berada di daerah perkantoran dan dekat dengan daerah
dipertimbangan oleh responden. Sedangkan faktor keempat dan kelima adalah merek terkenal dan harga.
4. Proses pembelian
Tahapan setelah evaluasi alternatif adalah proses pembelian. Tabel 9 memperlihatkan bahwa mayoritas responden (59.17 persen) melakukan kunjungan ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo pada hari kerja. 22.50 persen responden mengunakan akhir pekan sebagai waktu kunjungan mereka, sedangkan yang memilih hari libur sebanyak 18.33 persen. Mengenai jam kunjungan, 40.00 persen responden memilih jam makan siang yaitu antara pukul 10.00-14.00. Responen yang melakukan kunjungan pada jam 14.00-18.00 dan di atas jam 14.00-18.00 persentasenya hampir sama yaitu 29.17 persen dan 30.83 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Banyaknya responden yang melakukan kunjungan pada hari kerja dengan waktu antara jam 10.00-14.00 menunjukan bahwa kebanyakan pengunjung merupakan pegawai perkantoran yang sedang makan siang. Hal ini juga sesuai dengan hasil pada Tabel 6 dimana motivasi berkunjung yang paling banyak dipilih oleh responden adalah karena rasa lapar. Sedangkan yang melakukan kunjungan pada akhir pekan atau pada malam hari sebagian besar adalah konsumen yang datang bersama keluarga mereka. Motivasi mereka biasanya adalah untuk santai bersama keluarga.
Tabel 9. Waktu pembelian responden
Waktu Berkunjung Jumlah Persentase
Akhir pekan 27 22.50
Hari kerja 71 59.17
Hari libur 22 18.33
Total 120 100
Tabel 10. Jam kunjungan responden
Jam Berkunjung Jumlah Persentase
10.00 – 14.00 48 40.00
14.00 – 18.00 35 29.17
> 18.00 37 30.83
Tabel 11 menunjukan jumlah pembelian responden. 32.50 persen responden pernah berkunjung ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo antara 4-6 kali. Responden dengan jumlah pembelian 1-3 kali sebanyak 28.33 persen, berikutnya adalah jumlah pembelian > 12 kali sebanyak 23.33 persen, jumlah pembelian 7-9 kali sebanyak 10.00 persen dan responden yang pernah berkunjung antara 10-12 hanya 5.83 persen
Tabel 11. Jumlah pembelian responden
Jumlah Pembelian Jumlah Persentase 1 – 3 kali 34 28.33 4 – 6 kali 39 32.50 7 – 9 kali 12 10.00 10 -12 kali 7 5.83 > 12 kali 28 23.33 Total 120 100
Dalam hal frekuensi pembelian, sebagian besar responden (62.50 persen) melakukan kunjungan ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo satu kali dalam sebulan. Urutan terbanyak kedua adalah mereka yang melakukan kunjungan dua kali dalam sebualan yaitu 25.00 persen. Responden yang berkunjung sebanyak tiga kali dan > 4 kali dalam sebulan masing-masing sebesar 5.0 persen dan yang melakukan kunjungan 4 kali dalam sebulan sebayak 2.50 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Frekuensi pembelian per bulan
Frekuensi Pembelian Per bulan Jumlah Persentase 1 kali 75 62.50 2 kali 30 25.00 3 kali 6 5.00 4 kali 3 2.50 > 4 kali 6 5.00 Total 120 100
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa hampir semua responden (95 persen) mempunyai kebiasaan mengunjungi rumah makan Ayam Bakar Wong Solo bersama orang lain, hanya sebagian kecil saja (5 persen) yang datang sendirian. Data pada Tabel 13 juga menunjukan bahwa orang yang biasanya
persen responden menyatakan biasa pergi ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo bersama teman, 40.00 persen responden pergi bersama keluarga dan sisanya 10.83 persen biasa pergi bersama rekan bisnis.
Tabel 13. Kebiasaan responden makan di RM Ayam Bakar Wong Solo
Kebiasaan Responden Jumlah Persentase
Sendirian 5 4.17
Bersama orang lain :
9 Keluarga 9 Teman 9 Rekan bisnis 48 54 13 40.00 45.00 10.83 Total 120 100
Dalam hal siapa yang bertindak sebagai pengambil keputusan, 45.83 persen responden menyatakan bahwa keputusan untuk mengunjungi rumah makan Ayam Bakar Wong Solo dilakukan oleh responden sendiri. Pengambil keputusan terbanyak kedua menurut responden adalah teman yaitu sebesar 34.17 persen. Selanjutnya adalah suami/isteri (14.17 persen), orang tua dan anak masing-masing 2.50 persen dan kakak/adik (0.83 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengambil keputusan untuk makan di RM Ayam Bakar Wong Solo
Pengambil Keputusan Jumlah Persentase
Responden sendiri 55 45.83 Suami/isteri 17 14.17 Orang tua 3 2.50 Kakak/adik 1 0.83 Anak 3 2.50 Teman 41 34.17 Total 120 100
5. Perilaku pasca pembelian
Setelah melakukan pembelian, konsumen akan merasakan kepuasan/ ketidakpuasan dari produk yang dibelinya. Kepuasan akan didapatkan bila konsumen merasakan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan harapannya. Begitu juga sebaliknya, jika konsumen mendapatkan bahwa produk yang dibeli tidak seuai dengan harapannya atau tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan merasakan ketidakpuasan. Sikap dan keyakinan yang terbentuk pada tahap ini akan mempengaruhi niat pembelian berikutnya.
terhadap berbagai atribut yang berhubungan dengan rumah makan Ayam Bakar Wong Solo.
Tabel 15 menunjukan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut yang berhubungan dengan produk yang meliputi rasa, porsi, aroma, variasi dan penyajian makanan/minuman. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana produk tersebut dapat diterima oleh konsumen. Produk unggulan yang ditawarkan rumah makan ayam bakar Wong Solo adalah ayam bakar. Jenis ayam yang digunakan adalah ayam kampung. Selain ayam bakar juga tersedia berbagai jenis makanan alternatif lainnya seperti ayam goreng, aneka ikan bakar/goreng, sate udang/cumi/ayam/kambing, aneka sayur, balado bahkan chinese food seperti saos tomat, saos tauco dan saos tiram
Tabel 15. Penilaian terhadap produk
Atribut Penilaian Jumlah
(orang)
Persentase
Rasa makanan/minuman Sangat buruk
Buruk Sedang Baik Sangat baik 0 1 39 65 15 0.00 0.83 32.50 54.17 12.50
Porsi makanan/minuman Sangat buruk
Buruk Sedang Baik Sangat baik 0 3 51 56 10 0.00 2.50 42.50 46.67 8.33
Aroma makanan/minuman Sangat buruk
Buruk Sedang Baik Sangat baik 0 1 47 60 12 0.00 0.83 39.17 50.00 10.00
Variasi makanan/minuman Sangat buruk
Buruk Sedang Baik Sangat baik 0 3 41 59 17 0.00 2.50 34.17 49.17 14.17 Penyajian makanan/minuman Sangat buruk
Buruk Sedang Baik Sangat baik 0 9 41 57 13 0.00 7.50 34.17 47.50 10.83
Penilaian konsumen terhadap rasa menunjukan bahwa sebagian besar responden (54.17 persen) menyatakan rasa makanan/minuman di rumah makan Ayam Bakar Wong Solo baik, 32.50 persen menjawab sedang, 12.50
buruk. Hasil ini memperlihatkan bahwa dari segi rasa, produk-produk yang