8. Status Responden di Proyek (U8).
Gambar 4.8. Persentase Berdasarkan Status Responden di P royek
STATUS RESPONDEN DI PROYEK
Konsultan Pengaw as 13% Pengelola Teknis (PU) 33% Tenaga Teknis Kontraktor
46% Pemilik ProyekPengaw as 8%
1. Hasil Analisa Realibility Cronbach’s Alpha
Sebelum melakukan analisis RRI, maka dilakukan analisa Reliability Cronbach’s Alpha. Teknik perhitungan koefisien Cronbach's Alpha digunakan untuk menguji reliabilitas. Untuk menguji reliabilitas digunakan bantuan program SPSS versi 15,0.
Tabel 4.2. Realibility Statistics Untuk Tingkat Frekuensi Terjadinya Faktor
Cronbach's
Alpha N of Items
tingkat frekuensi terjadinya faktor, level dampak terhadap keterlambatan proyek, serta nilai indeks kritis, sehingga diperoleh hasil akhir berupa ranking dari faktor-faktor tersebut dengan menggunakan program SPSS, disini peneliti mengunakan SPSS versi 15,0. Kesepuluh faktor tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Dari hasil analisis kusioner dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil rangking faktor-faktor berdasarkan nilai indeks kritis faktor tersebut terhadap masing-masing proyek yang diteliti, Kondisi cuaca yang tak terduga sebelumnya berada pada peringkat pertama untuk nilai Indeks Kritis, tingkat frekuensi dan level dampak. Kondisi cuaca yang tak terduga sebelumnya merupakan faktor yang frekuensinya paling sering terjadi selama pelaksanaan proyek dan juga sangat memberikan dampak terhadap keterlambatan proyek yang diteliti. Berdasarkan
Untuk Faktor Kontraktor menangani proyek di berbagai tempat berada pada peringkat ketiga untuk nilai Indeks Kritis, peringkat kedua untuk tingkat Frekuensi dan peringkat ketujuh untuk level Dampak. Pada proyek bangunan keairan yang kami teliti, kontraktor rata-rata dalam waktu yang bersamaan mengerjakan dua proyek sekaligus bahkan lebih, akibatnya sangat berdampak keterlambatan proyek
yang sedang ditangani, hal tersebut terjadi karena ketidak jujuran pihak penyedia jasa atau panitia tender pada proses pelelangan. Akibat dari kontraktor menangani proyek diberbagai tempat terjadi keterbatasan tenaga kerja, peralatan, keuangan
sehingga mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan. (lihat lampiran hal. 62). Pada peringkat keempat ditempati oleh faktor kekurangan tenaga kerja/personil untuk nilai indeks kritis, sedangkan untuk tingkat Frekuensi berada
Faktor kekurangan peralatan berada pada peringkat keenam untuk nilai Indeks kritis, peringkat kelima untuk tingkat frekuensi sedangkan level dampak berada pada peringkat keenam. Akibat utama kekurangan peralatan dilokasi pekerjaan terjadi akibat terlalu banyak proyek yang ditangani oleh kontraktor sehingga peralatan yang digunakan di lokasi proyek jadi berkurang, akibatnya keterlambatan terjadi karena harus menunggu peralatan selesai dipakai di lokasi proyek yang lain dan terkadang alat menjadi rusak sehingga harus menunggu untuk
diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan faktor kekurangan peralatan masuk
kedalam sepuluh peringkat penyebab keterlambatan proyek bangunan keairan. (lihat lampiran hal. 61).
harga BBM sehingga material yang akan dipasok oleh subkontraktor seperti besi dan semen menjadi terlambat. Penyebab lainnya adalah, karena faktor cuaca yang tidak menentu sehingga proses pengiriman besi ulir melalui ekspedisi menjadi terlambat. Pada faktor material yang digunakan jarang ditemui dipasaran berada pada peringkat kesepuluh untuk nilai indeks kritis, peringkat kesembilan untuk
tingkat frekuensi, sedangkan level dampak berada pada peringkat ke-15 besar. Perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah seperti menaikkan harga BBM pada saat itu berimbas kepada sulitnya material ditemui dipasaran.
a). Hasil Analisa Relative Rank Indeks dan Rangking Secara Umum Berdasarkan SPSS
Tabel. 4.4. RRI dan Rangking Faktor Penyebab Keterlambatan Responden
Secara Umum (Overall). (Lanjutan)
Indeks Kritis Tingkat Frekuensi Level Dampak No Kode
Faktor
Faktor-faktor Penyebab
Keterlambatan RRI Rank RRI Rank RRI Rank
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7 B9 Ketidak patuhan terhadap
kontrak kerja 0,4800 7 0,4300 8 0,5600 8 8 C16
Adanya perubahan kebijakan pemerintah (mis : kenaikan
BBM, nilai tukar mata uang)
0,4600 8 0,3600 17 0,6300 5
9 C18
Keterlambatan yang disebabkan oleh
subkontraktor atau pemasok
0,4500 9 0,4800 6,5 0,4300 19
10 C20 Material yang digunakan
yang digunakan sering mengalami kerusakan, kekurangan peralatan, ketidak patuhan terhadap kontrak kerja, adanya perubahan kebijakan pemerintah,
keterlambatan yang disebabkan oleh subkontrkator/pemasok dan material yang digunakan jarang ditemui dipasaran.
Dari hasil perbandingan diatas, terlihat bahwa ke sembilan faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang berpengaruh untuk menyebabkan keterlambatan pada proyek bangunan keairan.
3. Analisa Korelasi Spearman’s Rank
Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linier dan arah hubungan kedua variabel acak. Jika koefisien positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
Tabel 4.5. Korelasi Spearmans Rank Berdasarkan Faktor-faktor yang Paling Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Bangunan Keairan
B.3 B.6 B.7 B.8 B.9 B.11 C.16 C.18 C.19 C.20 Correlation Coefficient B.3 1 Sig. (2-tailed) . Correlation Coefficient B.6 0,21274 1 Sig. (2-tailed) 0,31825 . Correlation Coefficient B.7 0,28700 0,61395** 1 Sig. (2-tailed) 0,17391 0,00142 . Correlation Coefficient 0,46465* 0,19656 0,25391 1
Keterangan :
B3 = Kekurangan peralatan
B6 = Kekurangan tenaga kerja / personil
B7 = Tenaga kerja yang digunakan tidak terampil
B8 = Peralatan yang digunakan sering mengalami kerusakan B9 = Ketidak patuhan terhadap kontrak kerja
B11 = Kontraktor menangani proyek di berbagai tempat
C16 = Adanya perubahan kebijakan pemerintah (mis : kenaikan BBM) C18 = Keterlambatan yang disebabkan oleh subkontraktor atau pemasok C19 = Kondisi cuaca yang tidak terduga sebelumnya
faktor ketidak patuhan terhadap kontrak kerja dan faktor material yang digunakan jarang ditemui di pasaran, faktor ketidak patuhan terhadap kontrak kerja memiliki
hubungan yang signifikasi dengan faktor material yang digunakan jarang ditemui di pasaran, faktor Adanya perubahan kebijakan pemerintah memiliki hubungan yang
signifikasi dengan faktor Keterlambatan yang disebabkan oleh subkontraktor atau pemasok.
Tabel 4.6. Korelasi Spearmans Rank Berdasarkan Kategori Proyek Yang Dikerjakan (U3)
Proyek Baru Proyek Lanjutan Proyek Baru
Correlation Coefficient 1.000 .620(**)
Sig. (2-tailed) . 0.001
Tabel 4.9. Korelasi Spearmans Rank Berdasarkan Kategori Lama Pengalaman Kerja (U7) 1 - 5 Tahun > 5 Tahun 1 - 5 Tahun Correlation Coefficient 1.000 .783(**) Sig. (2-tailed) . 0.000 N 25 25 > 5 Tahun Correlation Coefficient .783(**) 1.000 Sig. (2-tailed) 0.000 . N 25 25
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 4.10. Korelasi Spearmans Rank Berdasarkan Kategori Status Responden Di Proyek (U8)
Penyedia Jasa Pengguna Jasa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai potensi faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan Proyek Bangunan Keairan di Kota Palu dan Sekitarnya secara keseluruhan (overall ), faktor-faktor yang masuk dalam 10 (sepuluh) besar nilai indeks kritis adalah : Kondisi cuaca yang tidak terduga
sebelumnya(*), Tenaga kerja yang digunakan tidak terampil, kontraktor
korelasi yang kuat / signifkan pada level 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa hasil peringkat dari faktor-faktor penelitian ini sudah mewakili untuk semua kategori
yang telah kami susun sebelumnya.
B. Saran
1. Dari kesepuluh peringkat potensi penyebab keterlambatan proyek bangunan keairan di kota Palu dan sekitarnya yang kami teliti, perlu di tambahkan faktor ketersediaan suku cadang peralatan dikarenakan faktor tersebut juga sangat berpotensi menyebabkan keterlambatan. Peralatan yang digunakan terutama alat berat yang digunakan oleh kontraktor di kota Palu sebagian besar adalah alat yang