• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6. PEMBAHASAN

6.1.6. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningoensefalitis

Lama rawatan rata rata penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 adalah 5,72 hari (6 hari), SD (Standar Deviasi) 5,041 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum adalah 26 hari. Penderita yang lama rawatannya 1 hari ada 27 orang (22,5%). Karakteristik penderita yang lama rawatannya 1 hari adalah umur 0-5 tahun ada 16 orang, umur 6-15 tahun ada 6 orang, umur >15 tahun ada 5 orang, jenis kelamin laki- laki 14 orang, perempuan 13 orang dan pulang meninggal dunia 17 orang, pulang atas permintaan sendiri 7 orang, pindah rumah sakit 3 orang. Sedangkan penderita yang memiliki lama rawatan rata-rata 26 hari yaitu 1 orang, umur 32 tahun, perempuan, luar kota Medan, keadaan sewaktu datang coma, dan pulang sembuh/pulang berobat jalan.

6.1.7. Proporsi Penderita Meningoensefalitis Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang

Proporsi penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan pemeriksaan penunjang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pemeriksaan penunjang yang tertinggi yaitu dengan CT Scan. CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi. CT Scan dapat menunjukkan adanya hidrosefalus, massa tumor, ventrikulitis.27 Tujuan utama penggunaan CT scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak,mengidentikasi infark ,dan atrofi otak. Keuntungan dengan CT Scan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih sedikit

63.3 40.0 29.2 17.5 10.8 0 10 20 30 40 50 60 70

CT Scan Rontgen-Thorax MRI Lumbal pungsi EEG

P ro p o rs i ( %) Pemeriksaan Penunjang

sehingga tepat untuk pasien emergensi, lebih sedikit menghasilkan klaustrofobia (rasa takut akan terkurung pd suatu tempat (ruangan) yg sempit dan tertutup).51

6.1.8. Proporsi Penderita Meningoensefalitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa penderita meningoensefalitis lebih banyak yang pulang sembuh/berobat jalan dengan proporsi 45,0% dan yang paling rendah yaitu pindah rumah sakit 9,2%. Penderita yang sembuh/berobat jalan berarti kondisi kesehatannya sudah membaik dan akan melanjutkan pengobatan setelah keluar dari rumah sakit untuk pemulihan kondisi penderita. Penderita yang meninggal menunjukkan penderita atau keluarga mencari pertolongan pengobatan

45,0%

32,5% 13,3%

9,2%

Keadaan Sewaktu Pulang Pulang Sembuh/ Pulang Berobat Jalan

Pulang Meninggal Dunia

Pulang Atas Permintaan Sendiri

sudah dalam keadaan parah karena gejalanya seperti flu biasa sehingga terlambat didiagnosa dan mendapat pengobatan yang cepat dan tepat. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri, menghentikan pengobatan di rumah sakit dapat disebabkan karena alasan tidak puas dengan pelayanan rumah sakit, mau berobat kampung, dan sudah menganggap bahwa pelayanan apapun tidak akan dapat menolong dan menyembuhkan penderita. Penderita yang pindah rumah sakit dapat dikarenakan penyakit pada penderita tidak dapat teratasi atau ruang ICU penuh sehingga dokter menyarankan untuk dipindahkan ke rumah sakit lain.

Karakteristik penderita yang meninggal dunia yaitu proporsi tertinggi adalah usia 0-5 tahun 56,4% dengan proporsi laki-laki 38,5% dan perempuan 17,9%. Berdasarkan tabel 5.10. proporsi tertinggi berdasarkan sosiodemografi yaitu suku batak 71,8%, agama Kristen Protestan 53,8%, tidak bekerja 59,0%, dari kota Medan 53,8%, somnolen 35,9%, sensitivitas demam dan kejang pada usia <5 tahun 95,0%, yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis berusia <5 tahun yang meninggal terdapat 95 orang yang mengalami demam dan kejang, sensitivitas demam pada usia ≥5 tahun 89,5% yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis berusia ≥5 tahun yang meninggal terdapat 9 0 orang yang mengalami demam, sensitivitas letargi 79,5% yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang meninggal terdapat 80 orang yang mengalami letargi, lama rawatan rata-rata 3,00 hari.

Karakteristik penderita yang pulang sembuh/berobat jalan yaitu paling tinggi pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 28 orang 51,9%, berdasarkan jenis kelamin laki-laki 24,1%, perempuan 27,8%; berdasarkan sosiodemografi yaitu suku batak

81,5%, agama Kristen Protestan 63,0%, tidak bekerja 55,6%, berasal dari luar kota Medan 53,7%, compos mentis 22,2%, sensitivitas demam pada penderita berusia <5 tahun 96,2% yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuh/pulang berobat jalan terdapat 96 orang yang mengalami demam, sensitivitas demam pada penderita berusia ≥5 tahun 85,7% yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuh/pulang berobat jalan terdapat 86 orang yang mengalami demam, sensitivitas tonus otot lemah dan kaku 70,4% yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuh/pulang berobat jalan terdapat 70 orang yang mengalami tonus otot lemah dan kaku. Prognosis meningoensefalitis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat.46,27

Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007- 2011 38.5 10.3 15.4 17.9 7.7 10.2 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0-5 6-15 >15 P ro p o rs i ( %) Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 6.12. dapat dilihat semakin meningkat kelompok umur, proporsi kematian pada laki-laki semakin rendah. Proporsi kematian pada perempuan cendrung menurun dengan meningkatnya kelompok umur. Pada setiap kelompok umur, proporsi penderita laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan. Proporsi tertinggi penderita yang meninggal dunia yaitu pada kelompok umur 0-5 tahun 56,4%, dengan proporsi laki-laki 38,5% dan perempuan 17,9%. Penderita yang meninggal disertai dengan hidrocefalus umur 0-5 tahun ada 4 orang, broncopneumonia ada 2 orang, tuberculosis umur 24 tahun ada 1 orang, riwayat dengan hipertensi umur 90 tahun ada 1 orang.

Gambar 6.13. CFR Penderita Meningoensefalitis Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar 6.13. dapat dilihat bahwa CFR pada laki-laki semakin rendah dengan meningkatnya umur. CFR pada perempuan juga semakin rendah dengan meningkatnya kelompok umur. Pada setiap kelompok umur, CFR laki-laki

12.5 3.3 5.0 5.8 2.5 3.3 0 5 10 15 0-5 6-15 >15 P ro p o rs i ( %) Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin

lebih tinggi dibandingkan perempuan. CFR yang tertinggi yaitu pada laki-laki yaitu kelompok umur 0-5 tahun 12,5% dan CFR pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 5,8%.

Meningoensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering terjadi pada usia <5 tahun.23

Menurut penelitian Mesranti,M., di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik tahun 2005-2008 tercatat 148 kasus meningitis dengan 71 kasus mengalami kematian (CFR=48,0%); penderita meningitis serosa 85 kasus (57,4%) , sedangkan penderita purulenta 63 kasus (42,6%) dan penderita paling banyak yaitu usia 0-<5 tahun sebanyak 56 kasus (37,8%).15

6.2. Analisa Statistik

6.2.1. Umur Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi umur penderita meningoensefalitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007- 2011

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita meningoensefalitis yang keadaan sembuh/pulang berobat jalan tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 51,9%. Dari 16 penderita meningoensefalitis yang pulang atas permintaan sendiri, proporsi umur tertinggi pada kelompok 0-5 tahun 56,2%. Dari 39 penderita meningoensefalitis yang meninggal, proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 56,4% dan dari 11 penderita meningoensefalitis yang pindah rumah sakit, proporsi umur tertinggi pada umur 0-5 tahun 45,4%.

51.9 56.2 56.4 45.4 25.9 18.8 17.9 36.4 22.2 25.0 25.7 18.2 0 10 20 30 40 50 60 70 Pulang sembuh/ PBJ

PAPS Meninggal Pindah RS

P ro p o rs i ( %)

Keadaan sewaktu pulang

0-5 6-15 >15 Umur

Berdasarkan hasil tabulasi silang, analisa dengan uji statisik Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 4 sel (33,3%) yang expected count-nya kurang dari 5. 6.2.2. Keadaan Sewaktu Datang Berdasarkan Tempat Tinggal

Proporsi keadaan sewaktu datang pada penderita meningoensefalitis berdasarkan tempat tinggal yang rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Datang Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007- 2011

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang berasal dari Kota Medan, datang dalam keadaan yang sadar 12,5% sedangkan yang incompos mentis 87,5%. Pada penderita yang berasal dari luar kota Medan datang dalam keadaan sadar 18,8% dan yang incompos mentis 81,2%. Penderita yang datang dalam keadaan tidak sadar lebih sulit untuk diberikan pengobatan yang cepat

12.5 18.8 87.5 81.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kota Medan Luar Kota Medan

Pr o p o rs i ( %) Tempat tinggal Compos mentis Incompos mentis Keadaan Sewaktu Datang

daripada penderita yang datang dalam keadaan sadar. Infeksi memiliki angka mortalitas 15-20% dengan pengobatan dan 70-80% tanpa pengobatan.39

Dari hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p=0,493. Hal ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi keadaan sewaktu datang berdasarkan tempat tinggal.

6.2.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang

Lama rawatan rata-rata penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keadaan sewaktu datang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.16. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

5.31

7.89

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Incompos mentis Compos mentis

Lama Rawatan Rata-rata (Hari)

K e ad aan S e w ak tu D at an g

Berdasarkan gambar 6.16. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita meningoensefalitis terdapat 19 penderita yang keadaan sewaktu datang compos mentis dengan lama rawatan rata-rata 8 hari. Sebanyak 101 penderita meningoensefalitis yang keadaan sewaktu datang incompos mentis memiliki lama rawatan rata-rata 5 hari.

Dari hasil analisa statistik dengan Mann-whitney diperoleh nilai p= 0,021, artinya ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu datang. Prognosis bergantung pada gejala atau sakit sebelum dirawat, penderita yang datang dengan keadaan yang sudah parah akan memperburuk kondisi penderita.27 6.2.4. Keadaan Sewaktu Datang Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi keadaan sewaktu datang penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Datang Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

Berdasarkan Gambar 6.17 di atas, dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang sembuh/pulang berobat jalan lebih tinggi datang dengan keadaan incompos mentis 77,8%, proporsi penderita yang pulang atas permintaan sendiri lebih tinggi datang dengan incompos mentis 68,8%, proporsi penderita yang meninggal dunia lebih tinggi datang dengan incompos mentis 94,9% dan proporsi penderita yang pindah rumah sakit lebih tinggi datang dengan incompos mentis 100%.

Berdasarkan hasil tabulasi silang, analisa dengan uji statisik Chi-square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel (25,0%) yang expected count-nya kurang dari 5. 6.2.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

22.2 31.2 5.1 0 77.8 68.8 94.9 100 0 20 40 60 80 100 120 Pulang Sembuh/PBJ

PAPS Meninggal Pindah Rumah Sakit P ro p o rs i ( %)

Keadaan Sewaktu Pulang

Compos mentis Incompos mentis

Keadaan Sewaktu Datang

Gambar 6.18. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita meningoensefalitis terdapat 54 penderita yang sembuh/berobat jalan dengan lama rawatan rata-rata 9 hari. Terdapat 16 penderita yang pulang atas permintaan sendiri dengan lama rawatan rata-rata 3 hari. Terdapat 39 penderita yang meninggal dunia dengan lama rawatan rata-rata 3 hari dan terdapat 11 penderita yang pindah rumah sakit dengan lama rawatan rata-rata 5 hari.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Kruskal Walis diperoleh p=0,000 berarti secara statistik ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Lama rawatan rata-rata penderita meningoensefalitis yang sembuh/berobat jalan secara bermakna lebih lama daripada pulang atas permintaan sendiri, pulang meninggal, dan pindah rumah sakit.

Penderita yang pulang berobat jalan memerlukan perawatan yang lebih lama untuk pemulihan kondisinya sebelum diijinkan pulang dan akan melanjutkan

3.00 3.38 5.09 8.50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meninggal PAPS Pindah rumah sakit Pulang Sembuh/PBJ

Lama Rawatan rata-rata (Hari)

K e ad aan S e w ak tu P u lan g

pengobatan dengan berobat jalan. Pulang atas permintaan sendiri dapat menunjukkan penderita menghentikan pengobatan di rumah sakit atau keluarga penderita melihat bahwa penderita sudah dalam keadaan lebih baik/sembuh sehingga penderita lebih baik dirawat di rumah, penderita yang meninggal dapat menunjukkan bahwa kondisi penderita sudah parah dan tidak dapat ditangani lagi, penderita yang pindah rumah sakit menunjukkan bahwa penderita disarankan oleh dokter untuk mendapat penanganan di rumah sakit lain misalnya RSUP H.Adam Malik Medan, Rumah Sakit Metodist, penderita atau keluarga penderita ingin berobat ke rumah sakit lain.

Dokumen terkait