• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 Hasil dan Pembahasan

2. Pembahasan

2.2 Pola tidur Ibu pada masa kehamilan

2.2.4 Lamanya tidur siang

Mayoritas responden tidur siang sebanyak kurang dari satu jam yaitu ibu hamil trimester pertama (56,7%) dan trimester kedua (63,3%), hal ini tidak sesuai dengan pendapat Musbikin (2005) bahwa ibu hamil akan mengalami peningkatan jumlah jam tidur di siang hari pada masa trimester awal. Sedangkan pada masa trimester ketiga, ibu hamil tidur siang sekitar 1-2 jam (53,3%), sesuai dengan pendapat ( Amir, 2007) bahwa pada masa trimester akhir kehamilan, ibu hamil tidur siang melebihi batas normal sebagai pengganti tidur malam yang tidak puas. Dilihat dari karakteristik demografi, mayoritas responden adalah ibu rumah tangga (54,4%). Berdasarkan literatur, Ibu hamil yang bekerja tiap harinya selama kehamilan akan jarang tidur di siang hari, namun hal ini dapat membantu memperbaiki pola tidur yang buruk seperti susah tidur di malam hari dan tidur yang tidak dalam. Hal ini membuktikan bahwa pekerjaan mempengaruhi pola tidur, khususnya pada masa kehamilan (The American College of Obgyn, 2010).

2.2. 5 Perasaan segar saat bangun pagi (refreshing on awakenings)

Ibu hamil trimester pertama (80%) dan trimester kedua (86,7%) merasa segar saat bangun di pagi hari dari tidurnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karger (2009) bahwa ibu hamil yang memiliki waktu tidur yang cukup, kepuasan

tidur dan tidur yang nyenyak akan merasa segar saat bangun di pagi hari. Sementara responden ibu hamil trimester ketiga merasa mengantuk (73,3%) saat bangun di pagi hari sesuai pendapat ( Amir, 2007), bahwa ibu hamil yang kurang tidur pada malam hari akan mengantuk saat bangun pagi, disebabkan tidur yang tidak puas dan tidak nyenyak. Jika dilihat dari karakteristik responden, status multigravida kemungkinan besar mempegaruhi perasaan mengantuk saat bangun pagi hari. Menurut Musbikin (2005), ibu multigravida akan mengalami pola tidur yag semakin buruk selama kehamilan apalagi kehamilan yang komplikasi. Kehamilan pada ibu multigravida merupakan kondisi yang kritis, sehingga meningkatkan stres yang dapat mengarah ke kondisi depresi yang menyebabkan ibu hamil sulit tidur dan mengantuk ketika bangun pagi.

2.2.6 Kepuasan tidur (satisfaction of sleep)

Tingkat kepuasan tidur responden trimester pertama adalah cukup puas (56,7%), hal ini sesuai dengan pendapat Amir (2007) bahwa wanita hamil trimester awal masih dapat tidur sebagaimana wanita normal (tidak hamil) karena mayoritas kondisi psikologisnya sangat baik khususnya bagi primigravida, karena kebanyakan wanita mengetahui kehamilannya setelah akhir trimester pertama dan belum mengalami tanda – tanda kehamilan khas yang akan menyebabkan kesulitan tidur dan mempengaruhi kepuasan tidur.

Dilihat dari karakteristik demografi yaitu tingkat pendidikan dan gravida, mayoritas responden adalah lulus SMA (62,2%) dan primigravida sebanyak 26,7%. Menurut Ulfah (2009) pengetahuan tentang kehamilan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dan pengalaman ibu hamil. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.

Kepuasan tidur ibu pada masa kehamilan trimester kedua adalah cukup puas (76,6%) sesuai pendapat Karger (2009) bahwa trimester kedua merupakan masa yang lebih baik dibandingkan trimester awal dan akhir karena ibu hamil dapat tidur dengan nyaman. Berbeda dengan pendapat Sujiono (2004), menyatakan bahwa pembengkakan pada kaki (edema) dan janin yang sudah dapat bergeser selama masa kehamilan trimester kedua akan mengganggu tidur ibu hamil.

Tingkat kepuasan tidur responden trimester tiga yaitu tidak puas (73,3%) sesuai dengan pendapat Hestiantoro (2001), bahwa pada masa kehamilan trimester akhir akan terjadi gangguan tidur seperti rasa kram pada tungkai bawah, ketidaknyamanan tidur karena adanya rasa panas di daerah dada dan keinginan berkemih yang lebih sering, posisi tidur yang tidak nyaman akan mengganggu kualitas dan kuantitas tidur wanita hamil.

2.2.7 Kedalaman Tidur (depth sleep)

Kedalaman tidur pada trimester awal adalah tidur sangat nyenyak (73,3%) sesuai pendapat Louis (2006) bahwa wanita hamil yang belum mengalami tanda – tanda khas kehamilan pada trimester awal akan tidur nyenyak dan nyaman sebagaimana orang dewasa pada umumnya. Wanita hamil trimester satu tidak dapat merasakan tidur yang dalam disebabkan gejala psikologis kehamilan seperti mual muntah, kecemasan dan gejala fisik seperti kelelahan dan keinginan berkemih yang meningkat. Kedalaman tidur ibu hamil trimester kedua adalah tidur sangat nyenyak (73,3%), sesuai pendapat Suririnah (2007) bahwa ibu hamil trimester kedua mengalami kualitas tidur yang lebih baik dan melewati semua siklus tidur. Ibu hamil pada masa ini mayoritas mendengkur saat tidur (Allen, 2005; Karger , 2009).

Kedalaman tidur responden trimester ketiga yaitu tidur dan terbangun beberapa kali (60%) sesuai hasil penelitian Irmayana (2008) bahwa wanita hamil trimester tiga yang mengalami frekuensi terbangun meningkat akan kesulitan untuk tidur kembali karena pikiran tetap aktif dan merasa tidak mampu ’mematikan’ stres yang dialami akibat kelelahan maupun kecemasan akan kehamilan, persalinan dan janinnya. Selain itu ketidaknyamanan secara fisik juga menyebabkan wanita hamil tidak merasakan tidur yang dalam dan tidak dapat melewati semua siklus tidur (Hestiantoro, 2001; Tiran, 2007).

2.2.8 Perasaan mengantuk di siang hari (daytime dysfunction)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengantuk di siang hari pada ibu hamil adalah sedang pada masa trimester pertama (43,3%), dan trimester ketiga (96,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Musbikin (2005) bahwa pada trimester awal dan akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan jumlah jam tidur total yang dibutuhkan oleh ibu hamil. Kelelahan di siang hari dan kurangnya jam tidur malam yang berkualitas karena frekuensi terbangun yang meningkat meyebabkan ibu hamil menambah jam tidur pada siang hari. Sedangkan Ibu hamil trimester kedua merasa sedikit mengantuk di siang hari (70%) sesuai pendapat ( Amir, 2007) sebagaimana orang dewasa normal, ibu hamil pada masa trimester kedua merupakan masa tidur yang nyaman karena perubahan selama kehamilan dan gejala lain yang timbul pada awal kehamilan berkurang bahkan hilang.

Responden trimester ketiga mengantuk di siang hari sebanyak 96,7%, sesuai pendapat Dewitt (2001) bahwa individu yang tidak mendapat jam tidur yang cukup akan sering mengantuk di siang hari, kelelahan, penurunan konsentrasi bahkan beresiko mengalami kecelakaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada ibu hamil trimester ketiga total jam tidur berkurang dan tidur tidak nyaman karena semakin bertambahnya ukuran janin dalam rahim. Tidur yang terganggu dapat memicu rasa mengantuk di siang hari. Berdasarkan data NSF (2000), kekurangan jam tidur selama kehamilan dapat meningkatkan rasa mengantuk khususnya di siang hari, namun ibu hamil sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas karena ketidaknyamana fisik akibat kehamilan.

Dokumen terkait