• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

POLA TIDUR IBU PADA MASA KEHAMILAN

DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ance M. Siallagan 061101013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan

Penulis : Ance M.Siallagan NIM : 061101013

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Tanggal Lulus: 23 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat NIP. 19710312 200003 2 001 NIP. 19750327 200112 2 001

Penguji II

Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS NIP.19750220 200112 2 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 30 Juni 2010 Pembantu Dekan I,

(3)

Prakata

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi dengan judul “Pola Tidur Ibu pada

Masa Kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak – pihak yang

telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian

Skripsi ini, sebagai berikut :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing

5. Ibu Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen penguji I.

6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II.

7. Seluruh staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberi

izin penelitian dan informasi bagi penulis.

9. Kedua orangtua saya, H.Siallagan dan L.T.Silalahi, teristimewa buat adik –

adikku (Hansen, Friani dan Jansen) serta segenap keluarga, atas doa dan

(4)

10. Teman – teman Fakultas Keperawatan stambuk 2006 khususnya Lucia,

Junita, Amel, Valen, Mona, Fida dan Ocy, special thanks to Natanael

Nainggolan yang selalu mendukung dan membantu penulis ,serta semua

kakak kelas yang hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih

karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan praktik keperawatan.

Medan, Juni 2010

(5)
(6)

BAB 4 Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29

7. Pengumpulan Data ... 29

8. Analisa Data ... 30

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 31

1. Hasil Penelitian ... 31

1.1 Karakteristik Demografi ... 31

1.2 Pola tidur Ibu hamil ... 33

2. Pembahasan ... 36

2.1Karakteristik Demografi ... 36

2.2Pola tidur Ibu pada masa kehamilan ... 39

2.2.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur ... 39

2.2.2 Total jam tidur ... 41

1. Lembar Persetujuan Responden ... 54

2. Jadwal tentatif penelitian ... 55

3. Taksasi dana ... 56

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Siklus tidur normal ... 9

Skema 3.1 Kerangka penelitian pola tidur ibu pada masa kehamilan

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 24 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 31 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pola tidur ibu hamil

(9)

Judul : Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik

Medan.

Peneliti : Ance M. Siallagan

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2010

Abstrak

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi hingga saat akan melahirkan (partus), normalnya berlangsung selama 38 - 42 minggu yang menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada tubuh ibu hamil, termasuk pola tidur. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga tanpa tidur yang cukup akan menyebabkan gangguan tidur pada ibu hamil dan mempengaruhi perkembangan janin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain penelitian deskriptif terhadap 90 responden ibu hamil dengan kriteria kehamilan normal tanpa komplikasi melalui metode convenience sampling, mulai tanggal 27 Januari 2010 hingga 25 Februari 2010 dan tanggal 8 April 2010 hingga 30 April 2010 dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner meliputi data demografi dan kuesioner pola tidur.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 20-35 tahun (85,6%), usia kehamilan tersebar merata pada trimester satu, dua dan tiga, multigravida (73,3%), pendidikan terakhir SMA (62,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (54,4%), agama Islam (45,6%) dan suku Batak (54,4%). Secara keseluruhan, pola tidur ibu pada masa kehamilan trimester satu dan trimester kedua tidak bermasalah, gangguan pola tidur terjadi pada masa kehamilan trimester ketiga meliputi waktu yang dibutuhkan untuk tertidur meningkat (30-60 menit) , frekuensi terbangun meningkat (3-4 kali), lama tidur siang (1-2 jam), mengantuk saat bangun pagi dan siang hari, serta tidur tidak puas.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar bagi pelayanan keperawatan agar peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan intervensi melalui penyuluhan tentang adaptasi fisiologis dan psikologis selama kehamilan kepada ibu – ibu hamil.

(10)

Judul : Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik

Medan.

Peneliti : Ance M. Siallagan

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun : 2010

Abstrak

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi hingga saat akan melahirkan (partus), normalnya berlangsung selama 38 - 42 minggu yang menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada tubuh ibu hamil, termasuk pola tidur. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga tanpa tidur yang cukup akan menyebabkan gangguan tidur pada ibu hamil dan mempengaruhi perkembangan janin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain penelitian deskriptif terhadap 90 responden ibu hamil dengan kriteria kehamilan normal tanpa komplikasi melalui metode convenience sampling, mulai tanggal 27 Januari 2010 hingga 25 Februari 2010 dan tanggal 8 April 2010 hingga 30 April 2010 dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner meliputi data demografi dan kuesioner pola tidur.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 20-35 tahun (85,6%), usia kehamilan tersebar merata pada trimester satu, dua dan tiga, multigravida (73,3%), pendidikan terakhir SMA (62,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (54,4%), agama Islam (45,6%) dan suku Batak (54,4%). Secara keseluruhan, pola tidur ibu pada masa kehamilan trimester satu dan trimester kedua tidak bermasalah, gangguan pola tidur terjadi pada masa kehamilan trimester ketiga meliputi waktu yang dibutuhkan untuk tertidur meningkat (30-60 menit) , frekuensi terbangun meningkat (3-4 kali), lama tidur siang (1-2 jam), mengantuk saat bangun pagi dan siang hari, serta tidur tidak puas.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar bagi pelayanan keperawatan agar peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan intervensi melalui penyuluhan tentang adaptasi fisiologis dan psikologis selama kehamilan kepada ibu – ibu hamil.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur

dan istirahat yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan

menurun serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Tidur adalah

status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap

lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas metabolisme

tubuh menurun (Choppra, 2003), tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan

proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal

(Wahid, 2007). Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan oleh manusia

untuk pembentukan sel – sel tubuh yang baru, perbaikan sel- sel tubuh yang rusak

(natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat dan

menjaga keseimbangan metabolisme dan kimiawi tubuh (Prijosaksono, 2002).

Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data

hasil polling tidur di Amerika oleh NSF didapat bahwa ternyata wanita lebih

banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% :

54 % (National Sleep Foundation, 2007).

Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita ialah

perubahan fisik dan emosi selama kehamilan. Perubahan fisik yang terjadi seperti

rasa mual dan muntah di pagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil,

(12)

emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi (Rafknowledge, 2004). Rasa

tidak nyaman selama kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan

menyebabkan gangguan pola tidur pada wanita hamil (Bobak, 2005).

Menurut data hasil survei National Sleep Foundation (2007), 78% wanita

hamil di Amerika mengalami gangguan tidur. Sedangkan hasil penelitian Karger

(2009) di Prancis, menyatakan bahwa 75% wanita hamil mengalami gangguan

tidur. Hasil penelitian Irmayana (2008) tentang pola tidur ibu hamil trimester tiga

di RSU Dr.Pirngadi Medan menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami gangguan

pola tidur karena frekuensi terbangun (50%) dan mengalami kepuasan tidur

kurang (31%).

Hasil penelitian Field et.,al (2007) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari

ibu yang mengalami depresi akibat gangguan tidur selama kehamilan memiliki

sedikit waktu tidur yang dalam. Hal ini bisa menimbulkan depresi dan stres yang

berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stres ringan menyebabkan janin

mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stres yang tergolong berat dan lama

akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005).

Menurut data hasil survei awal di RSUP Haji Adam Malik – Medan,

terdapat 522 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya dari Januari 2009

hingga Oktober 2009.

Berdasarkan penelusuran literatur dan fenomena tersebut, peneliti tertarik

untuk meneliti pola tidur ibu pada masa kehamilan. Penelitian ini penting

dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran Pola Tidur Ibu pada Masa

(13)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil

RSUP Haji Adam Malik – Medan?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum : Mengidentifikasi pola tidur ibu pada masa kehamilan di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik – Medan.

3.2 Tujuan Khusus :

1) Mengidentifikasi waktu yang diperlukan oleh ibu hamil untuk dapat

tertidur di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

2) Mengidentifikasi total jam tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil

RSUP Haji Adam Malik Medan.

3) Mengidetifikasi frekuensi terbangun ibu hamil pada malam hari di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

4) Mengidentifikasi jumlah jam tidur siang ibu hamil di Poliklinik Ibu

Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

5) Mengidentifikasi perasaan ibu hamil saat bangun di pagi hari pada masa

kehamilan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

6) Mengidentifikasi rasa mengantuk di siang hari pada masa kehamilan

pada ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

7) Mengidentifikasi kepuasan tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil

(14)

8) Mengidentifikasi kedalaman tidur ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil

RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan Keperawatan

Dapat memberikan informasi bagi pendidikan keperawatan khususnya

mata kuliah keperawatan maternitas sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif berhubungan dengan pola tidur ibu pada masa

kehamilan.

2. Pelayanan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi

praktek keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkaitan

dengan pola tidur ibu pada masa kehamilan.

3. Penelitian Keperawatan

Dapat memberikan informasi tambahan bagi penelitian berikutnya

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme

untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,

memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik

maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle,

1995). Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang – ulang dan masing – masing

menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis, Taylor &

Lemone, 2001). Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk

berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari – harinya

dapat menurun (Potter & Perry, 2003).

1.1Fisiologi tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan

menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini

diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur

seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan

dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon

(16)

rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima

stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam

keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti

norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum

serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu

bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari

keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan

demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam

tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006)

1.2Tahapan Tidur

Tahapan tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Non Rapid

Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM). Tidur NREM terdiri

dari empat tahapan. Kualitas dari tahap satu sampai tahap empat menjadi semakin

dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap satu dan tahap dua

dan pada tahap ini seseorang lebih mudah terbangun. Tahap tiga dan empat

melibatkan tidur yang dalam disebut tidur gelombang rendah, dan seseorang sulit

terbangun. Tidur REM merupakan fase terakhir siklus tidur dan terjadi pemulihan

psikologis (Potter & Perry, 2003).

Tahapan tidur memiliki karakteristik tertentu yang dianalisis dengan

bantuan Electroencefalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang

(17)

electromyograph (EMG) yang merekam tonus otot (Lilis, Taylor & Lemone,

2001).

1.2.1 Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap :

Tahap satu NREM merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur

dimana seseorang masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk,

frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dan berlangsung selama lima menit.

Kualitas tidur tahap ini sangat ringan, seseorang dapat mudah terbangun karena

stimulasi sensori seperti suara (Potter & Perry, 2003).

Tahap dua merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun

dengan ciri: tanda – tanda vital menurun, metabolisme menurun dan tahap ini

berlangsung 10 – 20 menit (Hidayat, 2006; Tartowo & Wartonah, 2004). Pada

tahap ini seseorang terbangun masih relative mudah, dan berlangsung selama 10 –

20 menit (Potter & Perry, 2003). Hubungan dengan dengan lingkungan terputus

secara aktif dan hampir seluruh menusia yang dibangunkan pada tahap ini

mengatakan bahwa mereka benar – benar tertidur (Maas, 2002). Menurut Potter &

Perry (2003), 50% total waktu tidur manusia dewasa normal dihabiskan pada

tahap dua NREM.

Tahap tiga yaitu menunjukkan medium deep sleep yang merupakan tahap

awal dari tidur yang dalam. Orang yang tidur pada tahap ini sulit untuk

(18)

keadaan relaksasi penuh, adanya dominasi sistem saraf parasimpatis (Hidayat,

2006), tanda – tanda vital menurun namun tetap teratur (Potter & Perry, 2003).

Tahap empat merupakan deep sleep yaitu tahap tidur terdalam yang

biasanya diperlukan rangsangan lebih kuat untuk membangunkan, sehingga ketika

bangun dari tidur yang dalam, seseorang tidak dapat langsung sadar sempurna dan

memerlukan waktu beberapa saat untuk memulihkan dari rasa bingung dan

disorientasi. Tahap ini mempunyai nilai dan fungsi perbaikan yang sangat penting

untuk penyembuhan fisik kebanyakan hormon perkembangan manusia diproduksi

malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini. Tahap ini jumlahnya 25%

dari total jam tidur anak – anak, menurun pada dewasa muda, lebih menurun pada

dewasa pertengahan dan dapat hilang pada lansia (White, 2003).

1.2.2 Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit tertidur ditandai dengan

peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot – otot relaksasi

(Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Potter & Perry, 2003; Hidayat,

2006). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat tertutup

dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat

dan biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006; Tartowo & Wartonah, 2004).

Mimpi terjadi selama tidur baik NREM maupun REM, tetapi mimpi dari

tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi

(19)

1.3Siklus Tidur

Saat tidur, seseorang akan melewati empat sampai enam siklus tidur yang

lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari empat tahap NREM dan satu tahapan

REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat dari tahap satu sampai tahap

empat, ke tahap tiga kemudian ke tahap dua dan diakhiri dengan periode tahapan

tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, tahap tiga dan empat akan

memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang

berbeda karena memiliki total waktu tidur yang berbeda pula (Potter & Perry,

2003).

Pada satu siklus sampai tiga siklus pertama , tahap tiga dan tahap empat

NREM mendominasi, sementara pada akhir siklus, tahap dua NREM serta

tahapan REM mendominasi dan tahap empat NREM dapat tidak muncul (Craven

& Hirnle, 2001). Jika seseorang terbangun atau dibangunkan oleh tidurnya, maka

individu tersebut akan kembali tidur dengan mengulangi siklus tidur dari tahap

satu NREM (Taylor & Lilis, 2001).

Menurut White (2003), lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70 –

90 menit. Durasi untuk masing – masing tahap tidur berbeda, tahap satu NREM

yaitu 5% tidur, tahap dua NREM yaitu 46% tidur, tahap tiga NREM yaitu 12%

tidur, tahap empat NREM yaitu 12% tidur, REM 25% tidur. Selanjutnya, siklus

(20)

Skema 2.1. Siklus tidur normal ( Lilis, Taylor & Lemone, 2001)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkardian yang merupakan

siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkardian ini juga

merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologik

dan psikologik dapat terganggu (Potter & Perry, 2003).

1.4Fungsi Tidur

Salah satu teori menyatakan bahwa tidur adalah saat memulihkan dan

mempersiapkan energi untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi saat tidur

juga menurun yang dapat memelihara jantung (McCante & Hueter, 2002 dalam

Potter & Perry, 2003).

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama

tidur gelombang rendah yang dalam (NREM 4), tubuh melepaskan hormon Mengantuk

NREM tahap I REM

NREM tahap II NREM tahap II NREM tahap II

NREM tahap III NREM tahap III

(21)

pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan

khusus seperti sel otak (Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm,

1988 dalam Potter & Perry, 2003).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM

dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas

kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini

dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2003).

Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang

dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf

dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ

tubuh (Hidayat, 2006).

2. Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur

(Depkes dalam Wahyuni, 2007).

Pola tidur normal berdasarkan usia adalah bayi baru lahir membutuhkan

tidur 14 – 18 jam/ hari, pernafasan teratur dan 50 % tidur REM, infant

membutuhkan tidur 12 – 14 jam/ hari dan 20 – 30% tidur REM, toodler

membutuhkan tidur 11 – 12 jam/ hari dan 25% tidur REM, preschooler

(22)

dan 18,5% tidur REM, adolescent membutuhkan tidur 8,5 jam/ hari dan 20% tidur

REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8 jam/ hari dan 20 – 25% tidur

REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam/ hari dan 20% tidur REM,

usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM (Kozier,

2004; Hidayat, 2006).

Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress

pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia

dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi

tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur (Potter &

Perry, 2003).

Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat

yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan. Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah, mudah

terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak

mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, kurang konsentrasi, sakit kepala

dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan

transport oksigen, gangguan metabolisme, gangguan eliminasi, pegaruh obat,

immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, terganggu oleh teman sekamar dan

(23)

3. Parameter pola tidur

Parameter pola tidur adalah indikator untuk menentukan bagaimana

pola tidur seseorang termasuk ibu hamil. Adapun parameter pola tidur tersebut

menurut Buysse et al.,(1989) adalah:

3.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur ( sleep latency ) adalah

waktu yang dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur

sampai tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement (Buysse et al., 1989). Ibu

hamil dapat beristirahat dengan baik memerlukan waktu lima belas hingga tiga

puluh menit untuk tertidur (Maas, 2002). Tetapi, jika seseorang sering

membutuhkan waktu 30 menit sampai berjam-jam untuk bisa tidur di malam hari,

kemungkinan mengalami masalah tidur (Rafkonowledge, 2004).

3.2 Total Jam Tidur

Total jam tidur (total sleep times) adalah lamanya waktu tidur

dikurang dengan lamanya waktu terbangun saat tidur (Buysse et al., 1989). Total

jam tidur merupakan jumlah waktu individu dalam kehidupannya yang digunakan

untuk tidur (Uliyah, 2006). Pada awal kehamilan, seorang wanita biasanya banyak

menghabiskan waktu untuk tidur, biasanya tidur 6 – 7 jam bisa menjadi 8 – 10

jam seharinya. Mendekati saat melahirkan, gangguan tidur bisa muncul akibat

kekhawatiran akan proses melahirkan, posisi tidur yang serba sulit dan sering

(24)

sangat perlu istirahat dan harus selalu tidur setidaknya delapan jam tiap malam,

tetapi karena kelelahan dan letih, wanita hamil sulit untuk tidur.

3.3 Frekuensi Terbangun

Frekuensi terbangun (number of awakenings) adalah sering atau

tidaknya seseorang terbangun dari tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh

lingkungan atau akibat adanya keinginan untuk buang air kecil. Seorang dewasa

muda normal, selama tidur malam akan terbangun sekitar satu sampai dua kali.

Terbangun di malam hari berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur

(Buysse et al., 1989;Amir, 2007).

Selama kehamilan, ibu hamil sering kali terbangun di malam hari

khususnya pada trimester pertama dan ketiga. Hal ini disebabkan meningkatnya

frekuensi berkemih, rasa mual – muntah, nyeri pada pinggang, meningkatnya

tekanan darah, dan perut ibu yang semakin membesar. Pada kehamilan lanjut,

janin sudah dapat menendang perut ibu dan berputar di malam hari. Oleh sebab

itu, ibu hamil sering terbangun dan jarang bisa tidur nyenyak (Musbikin, 2005).

3.4 Lama waktu tidur siang hari

Individu yang kurang tidur pada malam hari akan menambah jam

tidurnya pada siang/sore hari. Lama waktu tidur pada siang hari (napping )

normalnya kurang dari satu jam pada orang dewasa dan akan meningkat pada

masa kehamilan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi selama

(25)

khususnya pada trimester pertama akibat peningkatan hormon dalam tubuh ibu

hamil yang meyebabkan kelelahan sepanjang hari, dan mengakibatkan tidur yang

lama hingga lebih dari dua jam (Musbikin, 2005).

3.5 Perasaan segar saat bangun pagi

Individu yang tidur sesuai dengan jumlah tidur pada tahap

perkembangannya akan merasa segar saat bangun di pagi hari (refreshing on

awakenings) (Musbikin, 2005). Namun pada masa kehamilan hal ini akan

berbeda, dimana ibu hamil sering merasa tidak segar bahkan masih mengantuk

saat bangun di pagi hari (Stoppard, 2002). Masa kehamilan menyebabkan

perubahan sirkardian tuduh saat tidur, seperti pada trimester ketiga, ibu hamil

masih mengantuk saat bangun pagi karena meningkatnya frekuensi nokturia yang

mengurangi jam tidur yang dalam (depth sleep) dan ketidakpuasan tidur

(Irmayana, 2008).

3.6 Kepuasan tidur

Waktu tidur seorang wanita lebih sedikit dibanding waktu tidur

seorang pria. Hal ini disebabkan oleh faktor fisiologis yang selalu terjadi pada

wanita termasuk kehamilan yang menyebabkan wanita kurang puas dalam

merasakan tidur yang nyenyak. Kepuasan tidur bergantung pada kondisi

lingkungan, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa (Buysse et al., 1989). Kepuasan

tidur pada masa kehamilan sangat jelas berkurang khususnya pada trimester akhir,

(26)

yang dalam sampai melewati satu hingga dua siklus tidur secara bertahap.

Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang tidak melewati seluruh tahapan normal

baik NREM dan REM (Musbikin, 2005).

3.7 Kedalaman tidur

Sulit tidur sering terjadi pada masa kehamilan terjadi karena pikiran

aktif dan merasa tidak mampu ‘mematikan’ stress bahkan depresi yang dialami

berhubungan dengan perubahan fisik (Eisenberg, 1996) terutama pada trimester

ketiga. Punggung yang terasa pegal, perut yang membesar akan menarik otot

punggung lebih kencang yang menyebabkan ibu hamil mengeluh pegal dan nyeri

di bagian tubuh bagian belakang. Keluhan seperti hal ini meyebabkan

ketidaknyamanan bagi ibu hamil dan mempengaruhi pola tidurnya (Buysse et al.,

1989; Louis, 2006).

3.8 Perasaan mengantuk di siang hari

Pada umumnya, perasaan mengantuk di siang hari (daytime

dysfuctions) terjadi karena kelelahan di siang hari baik karena aktivitas ataupun

kondisi fisik seseorang (Uliyah, 2006).

Kehamilan menimbulkan perubahan dalam tubuh wanita khususnya

perubahan hormonal yang menyebabkan kelelahan sepanjang hari. Ibu hamil akan

mengalami gangguan pola tidur akibat respon tubuh terhadap kehamilan seperti

kurangnya waktu tidur yang dibutuhkan, tidur yang tidak nyenyak, dan

(27)

di siang/sore hari. Rasa mengantuk di siang hari dapat terjadi pada tiap individu,

namun pada wanita hamil, rasa mengantuk di siang hari ini dapat berbeda dengan

orang dewasa normal, yaitu ibu hamil merasa mengantuk berat (sangat

mengantuk) yang dapat mempengaruhi kondisi dan kehamilannya (Simkin, 2007).

Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi psikologis ibu hamil, jumlah waktu

kekurangan tidur yang menumpuk, ketidaknyamanan, dan nokturia (Prasadja,

2006).

4. Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan

Secara medis, hamil berarti mengandung ovum yang telah dibuahi atau

mengandung janin. Kehamilan yaitu keadaan hamil mulai periode haid terakhir

hingga saat akan melahirkan (partus) dan normalnya berlangsung selama 40

minggu atau 280 hari (Eisenberg, 1996; Bobak dkk., 2005). Masa kehamilan

dibagi menjadi tiga periode yaitu trimester pertama (0 – 3 bulan), trimester kedua

(4 – 6 bulan) dan trimester ketiga (7 – 9 bulan).

4.1 Trimester Pertama

Kehamilan trimester pertama (0 - 14 minggu) adalah waktu untuk

melakukan penyesuaian fisik dan emosional terhadap kehamilan (Simkin, 2007).

Perubahan fisik yang terjadi seperti seringnya berkemih, keletihan, perubahan

pada payudara, perut kembung, pembuluh darah vena semakin jelas terlihat di

bawah kulit karena aliran darah ke perut dan kaki juga meningkat, mual dengan

(28)

perubahan emosi yang terjadi adalah perasaaan was-was, takut atau gembira,

ketidakstabilan yang mirip dengan sindroma pramenstruasi seperti mudah

tersinggung, suasana hati yang berubah-ubah, tidak rasional (Eisenberg, 1996).

Menurut Suririnah (2007), perubahan yang terjadi pada ibu hamil

trimester pertama disebabkan oleh kadar hormon dalam tubuh ibu sedang

mengalami perubahan drastis yang menyebabkan keluhan mual – muntah.

Sehubungan dengan itu, keluhan sulit tidur biasanya muncul karena stres, dimana

ibu masih kurang siap menerima kehamilan dan perubahan hormon yang

menunjukkan perubahan psikis seperti mudah marah dan sensitif khususnya

terhadap pasangan, dan mual – muntah yang mengakibatkan ibu merasa lelah dan

pusing.

4.2 Trimester Kedua

Trimester kedua dianggap sebagai masa kehamilan yang terbaik sebab

ibu akan merasa lebih sehat secara fisik pada saat ini. Ibu dapat melakukan

aktifitas sehari-hari, karena rasa mual, lemas, dan keluhan lainnya pada trimester

pertama akan hilang (Suririnah, 2007).

Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada kehamilan trimester kedua (15

- 28 minggu) adalah perut semakin membesar, karena rahim membesar dan

melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan bertumbuh sekitar 1 cm setiap

minggu. Pada kehamilan 20 minggu bagian teratas rahim sejajar dengan pusar

(29)

tampak pada kehamilan 16 minggu. Rasa nyeri di ulu hati (heart burn) terjadi

karena hormon progesteron meningkat menyebabkan relaksasi saluran cerna dan

juga karena rahim yang semakin membesar akan mendorong bagian atas perut

sehingga asam lambung naik ke kerongkongan. Namun, relaksasi otot saluran

cerna dapat mengakibatkan gerakan makanan menjadi lebih lambat sehingga

nutrisi terserap lebih banyak. Perubahan hormonal menyebabkan kuku akan

tumbuh lebih kuat dan rambut lebih banyak, terkadang rambut tumbuh ditempat

yang tidak diinginkan seperti diwajah atau perut, namun rambut yang tak

semestinya ini akan hilang setelah bayi lahir. Selain itu terdapat garis kecoklatan

mulai dari umbilicus ke pubis disebut linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut

chloasma atau topeng kehamilan, yang dapat menjadi petunjuk kurang asam folat.

Hal ini mempengaruhi kondisi psikis ibu hamil karena khawatir akan penampilan

dirinya (Sujiono, 2004; Suririnah, 2007; Simkin, 2007).

Pada kehamilan 18-24 minggu ibu akan merasakan nyeri di perut bagian

bawah yang seperti ditusuk atau seperti tertarik di satu atau dua sisi, karena

perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin

membesar. Pusing menjadi keluhan yang sering selama kehamilan trimester kedua

karena pembesaran rahim menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan

tekanan darah menurun, menekan diafrgma sehingga ibu hamil susah bernafas

(Eisenberg, 1996) yang dapat mengganggu pola tidur ibu hamil. Disamping itu,

pembengkakan membran mukosa dapat menyebabkan ibu hamil mendengkur saat

(30)

Menurut Simkin (2007), payudara akan semakin membesar dan

mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut colostrum. Puting dan

sekitarnya akan semakin bewarna gelap dan besar dan bintik-bintik kecil akan

timbul disekitar putting, yaitu kelenjar kulit. Hampir 40 % wanita hamil

mengalami pembengkakan pada kaki. Hal ini karena peningkatan hormon yang

menahan cairan, sering terjadi karena posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

Pada kehamilan minggu ke 15-22, ibu mulai merasakan gerakan janin yang

awalnya akan terasa seperti kibasan, tetapi di akhir trimester ini, ibu akan

benar-benar merasakan pergerakan janin. Ibu primipara sering tidak dapat mengenali

gerakan janinnya sampai minggu ke 19-22. Pembengkakan pada kaki dan gerakan

janin dapat mengganggu pola tidur ibu pada trimester kedua (Sujiono, 2004;

Suririnah, 2007).

4.3 Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga ( 25 – 36 minggu) penyebab sulit tidur bukan

karena perubahan hormon melainkan perubahan fisik, bobot tubuh ibu bertambah

mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur serba salah (Louise, 2006),

namun engagement menyebabkan tekanan pada diafragma berkurang sehingga ibu

lebih mudah bernafas ketika janin sudah masuk ke rongga panggul, menekan

kandung kemih ibu sehingga ibu akan sering berkemih sebagaimana halnya pada

trimester pertama (Simkin, 2007; Eisenberg, 1996).

Menurut Huliana (2008), gangguan psikis seperti kecemasan membuat

(31)

bahkan tidak dapat tidur akibat kejang pada tungkai selama tidur (Eisenberg,

1996), cemas menghadapi persalinan nantinya, dan apakah bayinya lahir normal

atau cacat (Sujiono, 2004; Simkin, 2007). Perubahan pola tidur juga disebabkan

oleh karena ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin yang mengganggu istirahat

ibu, dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises (Bobak

dkk., 2005).

5. Dampak Kurang Tidur

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan

mengakibatkan perubahan pada siklus tidur biologinya, menurunkan daya tahan

tubuh serta menurukan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang

konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri

sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti, gangguan tidur yang

berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil

dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup. Kurang tidur juga mengakibatkan

penurunan kemampun mental. Kemampuan otak untuk menghafal mungkin

masih optimal, tetapi kreativitas untuk menggunakan bahan hapalan tersebut akan

menurun. Selain itu, produktivitas juga ikut menurun dan stabilitas emosional

terganggu (Prasadja, 2006).

Perempuan yang mengalami stress atau depresi di saat hamil akan

menyebabkan terganggunya pola tidur bayi nantinya. Hal ini bisa menimbulkan

depresi dan stres yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stres ringan

(32)

tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin,

2005).

Tubuh ibu hamil yang mengalami stress atau depresi akan mengeluarkan

hormon stress yang akan mengganggu perkembangan otak janin, dan akan

mengakibatkan bayi mengalami gangguan tidur baik. Bayi baru lahir akan

mengalami gangguan tidur jika bayi tersebut lahir dari ibu hamil yang mengalami

gangguan tidur selama kehamilan, seperti menurunnya waktu kedalaman tidur,

lebih sering menangis dan waktu tidur yang tidak teratur (Tiffany et al., 2006).

Beberapa tindakan yang dapat membantu ibu hamil mengatasi gangguan

tidurya antara lain posisi tidur menyamping untuk memperlancar aliran darah

menuju uterus dan ginjal, tidur di siang hari yang dapat mengganti kekurangan

tidur semasa hamil dan postpartum, nutrisi yang baik, tidur dengan teratur,

olahraga untuk melancarkan peredaran darah dan membantu tidur nyenyak, serta

menghindari zat – zat perangsang seperti kafein, nikotin dan alkohol

(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola

tidur ibu pada masa kehamilan. Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur

dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur

dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi

tidur dan kepuasan tidur (Depkes dalam Wahyuni, 2007). Pola tidur meliputi

waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, total jam tidur, frekuensi terbangun,

jumlah tidur siang hari, perasaan segar saat bangun di pagi hari, kepuasan tidur,

kedalaman tidur, dan perasaan mengantuk di siang hari (Buysse et al., 1988).

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pola tidur ibu pada masa kehamilan

ialah faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Masa kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi hingga saat akan

melahirkan (partus), yang normalnya berlangsung 38 - 42 minggu (Hinchliff,

1999) yang dibagi dalam tiga periode (trimester) yaitu trimester pertama (0 – 3

bulan), trimester kedua (4 – 6 bulan) dan trimester ketiga (7 – 9 bulan).

Selanjutnya kerangka penelitian pola tidur ibu pada masa kehamilan dapat

(34)

Keterangan: = Diteliti = Tidak Diteliti

Skema 3.1 Kerangka penelitian pola tidur ibu pada masa kehamilan di Poliklinik

Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

Pola tidur ibu hamil:

1. Waktu yang dibutuhkan untuk

dapat tidur

2. Total jam tidur

3. Frekuensi terbangun

4. Jumlah tidur siang hari

5. Perasaan segar saat bangun di

pagi hari

6. Kepuasan tidur

7. Kedalaman tidur

8. Perasaan mengantuk di siang

hari

Ibu Hamil:

• Trimester Satu

• Trimester Dua

• Trimester Tiga

Faktor – faktor yang

mempengaruhi pola tidur ibu hamil:

• Faktor fisiologis

(35)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil

ukur

Gambaran tidur ibu hamil

(trimester satu, trimester dua

dan trimester tiga) dalam 24

jam yang relatif menetap,

meliputi waktu yang

dibutuhkan untuk dapat tidur,

total jam tidur, frekuensi

terbangun, jumlah jam tidur

di siang hari, perasaan segar

saat bangun pagi, kepuasan

tidur, kedalaman tidur dan

perasaan mengantuk di siang

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

(Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan

kehamilannya di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

Berdasarkan survei awal, jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya

sejak bulan Januari 2009 hingga Oktober 2009 ada sebanyak 522 orang. Jadi

populasi penelitian ini adalah 522/10 X 2 bulan = 106 orang.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan

teknik Convenience Sampling yaitu setiap ibu hamil yang memeriksa

kehamilannya yang dijumpai selama proses pengumpulan data dan memenuhi

(37)

hiperemesis gravidarum, anak yang sangat diharapkan dan mampu berbahasa

Indonesia dengan baik. Karena jumlah populasi lebih dari 100, diambil 20 – 25 %

(Arikunto, 2006) untuk masing – masing trimester kehamilan yaitu 30 orang,

sehingga jumlah sampel yang diteliti adalah 90 orang.

3. Lokasi & Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, Jl.Bunga Lau

No.17 Medan, karena tempatnya terjangkau, jumlah sampel memadai serta

efektifitas waktu dan biaya. Proses pengumpulan data dilaksanakan sejak 27

Januari 2010 sampai dengan 25 Februari 2010 dan 8 April 2010 sampai dengan

30 April 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan mengirimkan surat izin ke RSUP Haji Adam

Malik Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari

pimpinan RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti mulai mengumpulkan data

dengan memberi lembar persetujuan (informed consent) kepada calon responden

yang akan diteliti. Sebelum calon responden mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti

menanyakan kesediaan calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan tersebut atau bersedia secara lisan.

(38)

menghargai keputusannya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama lengkap responden pada lembar pengumpulan data,

melainkan mencantumkan kode pada setiap lembar pengumpulan data.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi

dari responden adalah kuesioner berupa data demografi dan kuesioner data pola

tidur.

Kuesioner data demografi meliputi usia ibu, usia kehamilan, gravida,

pendidikan, pekerjaan, agama dan suku. Sedangkan kuesioner yang digunakan

untuk mendapatkan data pola tidur adalah kuesioner waktu yang dibutuhkan untuk

dapat tertidur, total jam tidur, frekuensi terbangun di malam hari, lama waktu

tidur siang, perasaan segar saat bangun di pagi hari, kepuasan tidur, kedalaman

tidur dan perasaan mengantuk di siang hari (Buysse et al., 1989).

Adapun parameter pola tidur ibu hamil yaitu waktu yang dibutuhkan untuk

dapat tertidur/ sleep latency (kuesioner no.1), total jam tidur (kuesioner no.2),

frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner no.3), lama waktu tidur siang

(kuesioner no.4), perasaan segar saat bangun di pagi hari (kuesioner no.5),

kepuasan tidur (kuesioner no.6), kedalaman tidur (kuesioner no.7) dan perasaan

mengantuk di siang hari (kuesioner no.8). Jadi, kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan

dengan pilihan jawaban masing – masing yang diberi skor dengan range 1 – 4

(39)

tidur ibu hamil sangat baik bila jumlah total skor rendah ( skor 8-14), baik

(15-20), buruk (21-26) dan sangat buruk (27-32).

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian ini adalah instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index

(Buysse et al., 1989) yang dimodifikasi untuk mengkaji pola tidur orang dewasa

termasuk wanita hamil. Kuesioner penelitian ini telah divalidasi oleh dosen

Fakultas Keperawatan yang berkompeten di bidang Pola tidur. Uji reliabilitas

dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap sepuluh ibu hamil, melalui uji

reliabilitas Cronbach Alpha dengan hasil 0,813, sehingga kuesioner penelitian ini

layak digunakan untuk meneliti pola tidur ibu pada masa kehamilan.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin untuk

melaksanakan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU. Kemudian permohonan

izin tersebut dikirim ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin

dari RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data

penelitian. Peneliti menentukan responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat

penelitian. Jika bersedia, calon responden diminta untuk menandatangani surat

persetujuan atau secara lisan menyatakan bersedia menjadi responden. Responden

diberi kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti dalam hal

(40)

lembar kuesioner. Bila ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi,

kemudian seluruh data dikumpul untuk dianalisis.

8. Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah seluruh data terkumpul melalui beberapa

tahap yaitu, editing untuk memeriksa data responden, kemudian diberi kode

(coding) untuk menjaga kerahasiaan identitas responden dan memudahkan

melakukan analisa data, selanjutnya memasukkan data (entry) ke computer dan

dilakukan pengolahan data dengan tehnik komput erisasi. Data yang dikumpulkan

akan diuji dengan uji statistik deskriptif, yaitu uji statistik univariat.

Pengolahan data demografi yang meliputi usia ibu, usia kehamilan,

gravida, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku adalah untuk mendeskripsikan

distribusi frekuensi dan persentase. Pengolahan data pola tidur yang meliputi

waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, total jam tidur, frekuensi terbangun,

lama waktu tidur siang, perasaan segar saat bangun di pagi hari, kepuasan tidur,

kedalaman tidur, dan perasaan mengantuk di siang hari dianalisis dengan

menggunakan tehnik komputerisasi yang juga ditampilkan dalam bentuk distribusi

(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pola tidur ibu

pada masa kehamilan di RSUP Haji Adam Malik melalui pengumpulan data

terhadap 90 responden di ruangan Poliklinik Ibu Hamil (PIH) dari tanggal 27

Januari 2010 sampai tanggal 25 Februari 2010 dan tanggal 8 April 2010 sampai

tanggal 30 April 2010. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi

karakteristik demografi dan deskripsi pola tidur ibu pada masa kehamilan.

1.1 Karakteristik Demografi Ibu Hamil

Karakteristik responden yang dipaparkan meliputi usia ibu hamil, usia

kehamilan, gravida, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya ke RSUP Haji Adam Malik mayoritas berusia 20-35 tahun (85,6%),

usia kehamilan tersebar merata pada trimester satu, dua dan tiga, multigravida

(73,3%). Tingkat pendidikan terakhir responden mayoritas SMA (62,2%),

pekerjaan ibu rumah tangga (54,4%), agama Islam (45,6%) dan suku Batak

(42)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi

responden (n=90) di RSUP Haji Adam Malik Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

(43)

1.2 Pola Tidur Ibu Hamil

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa waktu yang

dibutuhkan ibu hamil untuk tertidur pada masa trimester pertama kehamilan

mayoritas 15-30 menit (40%), total jam tidur 6-7 jam (73,3%), frekuensi

terbangun 1-2 kali (40%). Lama tidur siang kurang dari satu jam (56,7%),

perasaan saat bangun pagi adalah segar (80%). Kepuasan tidur responden yaitu

sangat puas (43,3%) dan cukup puas (56,7%), kedalaman tidur responden yaitu

tidur sangat nyenyak (73,3%), dan perasaan mengantuk di siang hari adalah

sedang (43,3%)sesuai dengan tabel 5.2.

Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh ibu hamil pada masa trimester

kedua kehamilan untuk tertidur mayoritas 15-30 menit (90%), total jam tidur 6-7

jam (53,3%), frekuensi terbangun 1-2 kali (70%). Lama tidur siang kurang dari

satu jam (63,3%), perasaan saat bangun pagi adalah segar (86,7%). Kepuasan

tidur responden yaitu cukup puas (76,6%), kedalaman tidur responden yaitu tidur

sangat nyenyak (73,3%), dan perasaan mengantuk di siang hari adalah sedang

(43,3%), sesuai dengan tabel 5.2.

Selanjutnya, waktu yang dibutuhkan oleh ibu hamil pada masa trimester

ketiga kehamilan untuk tertidur mayoritas 30-60 menit (66,7%), total jam tidur

6-7 jam (53,3%), 5-6 jam (40%), frekuensi terbangun 3-4 kali (6-76,6-7%), lebih dari 5

kali (23,3%). Lama waktu tidur siang adalah 1-2 jam (53,3%), perasaan saat

bangun pagi adalah mengantuk (73,3%). Kepuasan tidur responden yaitu tidak

(44)

(60%), dan perasaan mengantuk di siang hari adalah sedang (96,7%), sesuai

dengan tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuansi dan persentase pola tidur ibu hamil berdasarkan

parameter pola tidur responden (n=90) RSUP Haji Adam Malik Medan

Parameter tidur

Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

(45)

Tabel 5.2 (Lanjutan)

Parameter tidur

Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

(46)

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Demografi

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia

20-35 tahun (85,6%). Secara konsep, usia mempengaruhi pola tidur seperti waktu

yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, semakin bertambah usia seseorang maka

semakin banyak waktu yang dibutuhkannya untuk dapat tertidur sehingga total

jam tidurnya pun menurun (Hidayat, 2006). Ibu hamil yang memiliki umur

beresiko yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai resiko

tiga kali lebih besar untuk terjadi hiperemesis gravidarum yang meningkatkan

sleep latency dan mengurangi total jam tidur ibu hamil (Herawati, 2006).

Responden mayoritas adalah ibu hamil mutigravida (73,3%) dan

primigravida (26,7%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Facco et.al (2010)

menyatakan bahwa gangguan pola tidur meningkat signifikan pada wanita

multigravida. Hal ini dapat disebabkan adanya anak/ balita sebelumnya yang

mengganggu pola tidur ibu hamil, seperti menyusui dan mengganti popok.

Banyak ibu hamil multigravida melaporkan susah tidur karena kehamilannya dan

anak sebelumnya seperti total jam tidur yang berkurang, terbangun terlalu pagi

dan merasa mengantuk saat bangun di pagi hari (The American College of Obgyn,

2010). Berbeda dengan pendapat Kravitz (2008) yang meyatakan bahwa ibu hamil

multigravida sudah memiliki pengalaman hamil sebelumnya sehingga dapat

mengatasi pola tidur, sedangkan primigravida ialah ibu hamil yang masih pertama

(47)

perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang mempegaruhi kondisipsikolodisnya

dan gangguan tidurnya lebih signifikan terjadi seperti meningkatnya sleep latency.

Pendidikan terakhir responden yaitu SMA (62,2%), Diploma (20%),

Sarjana (11,1%) dan SMP (6,7%). Tingkat pendidikan adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Fungsinya adalah memberikan atau

peningkatan pengetahuan dan pengertian, menimbulkan sikap positif serta

memberikan / meningkatkan keterampilan-keterampilan masyarakat atau individu

tentang aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang

berkembang. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu

berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap

informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Pendidikan

yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan

yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi.. Wanita

yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan membangkitkan

partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang

berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan

keluarganya (Ulfah, 2009).

Responden mayoritas sebagai Ibu rumah tangga (54,4%), pegawai

(26,6%), dan wiraswasta (18,9%). Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan

(48)

uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat

akan keterampilan dan pengetahuan, dengan bekerja seseorang dapat lebih

memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan

tentang kesehatan. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan

yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang

pekerjaan yang mengarah kesistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi

tuntutan dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka dari itu orang yang

bekerja akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi

(Ulfah,2009). Ibu hamil yang bekerja tiap harinya selama kehamilan dapat

membantu memperbaiki pola tidur yang buruk seperti susah tidur dan tidur yang

tidak dalam. Namun pekerjaannya harus diperhatikan misalnya tidak berdiri lama

atau posisi yang statis, dan tetap makan teratur ((The American College of Obgyn,

2010).

Agama responden mayoritas Islam (45,6%), Protestan (33,3%), katolik

(16,7%) dan budha (4,4%). Agama dan Spirituality memiliki pengaruh terhadap

pola tidur Ibu hamil. Menurut Muzakki (2008), kebiasaan ibu hamil terbangun di

malam hari dan dan susah untuk tidur kembali dapat diatasi/dikurangi dengan

membaca ayat-ayat suci Al’Quran dan sholat Isya (Islam). Khusus di bulan

Ramadhan, ibu hamil yang berpuasa atau tidak, akan mengalami peningkatan

waktu tidur di siang hari (Napping). Agama Protestan dan Katolik hampir sama

dalam mengatasi gangguan pola tidur selama kehamilan yaitu dengan berdoa,

“saat teduh” di pagi hari bila ibu hamil bangun terlalu dini (Wijaya, 2009) .

(49)

diatur oleh Tuhan. Umat Budha menerima apa adanya sebagai jalan untuk menuju

Nirwana, baik kehamilan, persalinan maupun masa klimakterium/ menopause

(Thera dalam Buddhistonline.com, 2003).

Suku responden yaitu Batak (54,4%), Jawa (31,1%), Melayu (8,9%), Aceh

(2,2%), Pakpak (2,2%) dan Minang (1,1%). Suku bangsa dapat meringankan

gangguan tidur selama kehamilan. Menurut Kravitz (2008), kebiasaan dan

adat-istiadat dalam budaya atau etnik tertentu dapat meningkatkan kualitas dan

kuantitas tidur selama kehamilan, seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

mengandung rempah – rempah dapat memperbaiki kualitas tidur yang buruk

terutama pada masa kehamilan (Kravitz, 2008).

2.2 Pola tidur Ibu pada masa kehamilan

2.2.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (sleep latency)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh ibu

pada masa kehamilan untuk dapat tertidur adalah 15 – 30 menit pada trimester

pertama (40%) dan trimester kedua (90%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa

waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pada trimester pertama dan kedua

kehamilan tidak mengganggu tidur ibu hamil sesuai dengan pendapat Maas (2002)

yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan istirahat yang baik individu

memerlukan waktu sekitar lima belas hingga dua puluh menit agar dapat tertidur.

Dilihat dari karakteristik demografi, mayoritas responden berusia dalam rentang

20-35 tahun. Secara konsep, semakin bertambah usianya akan semakin banyak

(50)

pun menurun (Hidayat, 2006). Ibu hamil yang memiliki umur beresiko yaitu

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar

untuk terjadi hiperemesis gravidarum yang meningkatkan sleep latency. Selain

itu, Ibu hamil primigravida (26,7%) mayoritas kesulitan mengenali perubahan

yang terjadi dalam tubuhnya yang mempegaruhi kondisi psikologisnya dan

gangguan tidurnya berubah signifikan seperti meningkatnya sleep latency

(Kravitz, 2008). Kemampuan mengenal gejala – gejala selama kehamilan

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Mayoritas responden lulus SMA (62,2%),

secara konsep wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan

membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya.

Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri

dan keluarganya (Ulfah, 2009).

Waktu yang di butuhkan ibu hamil trimester tiga untuk dapat tertidur di

malam hari (sleep latency) mayoritas 30-60 menit (66,7%). Hal ini

mengindikasikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pada

trimester akhir kehamilan lebih lama daripada orang dewasa normal dan trimester

sebelumnya yang hanya membutuhkan waktu lima belas hingga dua puluh menit

untuk dapat tertidur, sesuai dengan pendapat Adhim (2006), menyatakan bahwa

gangguan tidur pada bulan – bulan akhir kehamilan disebabkan kecemasan dalam

menghadapi persalinan dan mempersiapkan diri menjadi ibu (primipara), sehingga

tidak ingat waktu dan dapat terjaga hingga dini hari karena sulit untuk dapat

(51)

kelelahan sepanjang hari, akan mempersulit ibu hamil trimester tiga untuk bisa

tertidur.

2.2.2 Total jam tidur (total sleep time)

Total jam tidur pada kehamilan trimester pertama mayoritas 6-7 jam

(73,3%). Hal ini berbeda pendapat Prasadja (2006), bahwa wanita hamil trimester

pertama akan mengalami peningkatan total jam tidur hingga 8 – 10 jam. Total jam

tidur pada ibu hamil trimester kedua adalah 6 – 7 jam (53,3%) sesuai dengan

pendapat Suririnah (2007) bahwa trimester kedua adalah masa kehamilan yang

terbaik sebab gejala kehamilan akan berkurang yang akan meningkatkan kuantitas

dan kualitas tidur. Berbeda dengan pendapat Stoppard (2002) mengatakan bahwa

ibu hamil membutuhkan banyak istirahat dan selalu tidur setidaknya delapan jam

tiap malam.

Sedangkan total jam tidur responden pada masa kehamilan trimester tiga

yaitu 6 – 7 jam (53,3%), sesuai dengan penelitian Karacan et.al (1968) yang

menyatakan bahwa jumlah jam tidur pada trimester akhir kehamilan akan

mengalami penurunan di bawah normal. Selain itu, pendapat dari Stoppard (2002)

mengatakan bahwa ibu hamil membutuhkan banyak istirahat dan selalu tidur

setidaknya delapan jam tiap malam. Akan tetapi karena lelah, frekuensi berkemih

yang meningkat, kecemasan akan kedatangan bayi, banyak ibu hamil (78%) sulit

tidur meskipun mereka mengharapkan tidur nyenyak dan nyaman di malam hari

(Pearlben, 2007). Jika ditinjau dari karakteristik demografi, mayoritas ibu hamil

adalah multigravida (73,3%). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(52)

pada wanita multigravida. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan adanya anak/

balita sebelumnya yang mengganggu pola tidur ibu hamil, seperti menyusui dan

mengganti popok. Banyak ibu hamil multigravida melaporkan kurang tidur karena

kehamilannya dan anak sebelumnya (The American College of Obgyn, 2010).

2. 2. 3 Frekuensi terbangun (number of awakening)

Frekuensi terbangun responden pada kehamilan trimester pertama adalah

sebanyak 1 – 2 kali (40%), hal ini tidak sesuai dengan pendapat Musbikin (2005)

bahwa pada masa trimester awal kehamilan akan terjadi peningkatan frekuensi

berkemih dan gejala kehamilan lainnya yang menyebabkan wanita hamil sering

terbangun. Frekuensi terbangun pada masa trimester kedua adalah 1 -2 kali (70%)

sesuai pendapat Suririnah (2007); Allen (2005);Louis (2006) yang menyatakan

bahwa pada trimester kedua, ibu hamil akan leluasa untuk tidur karena janin

berada di luar rongga panggul sehingga tidak menekan kandung kemih yang akan

meningkatkan frekuensi terbangun untuk berkemih.

Sedangkan responden trimester ketiga mengalami frekuensi terbangun

sebanyak 3-4 kali (76,6%) sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Karacan et. al (1968) terhadap ibu hamil dan postpartum serta kelompok kontrol

yang menunjukkan bahwa frekuensi terbangun dari tidur pada ibu hamil dan

postpartum lebih tinggi dari wanita yang tidak hamil (kelompok kontrol), dengan

hasil frekuensi terbangun ibu hamil rata – rata sebanyak empat kali dan ibu

postpartum rata – rata 6-7 kali. Frekuensi terbangun yang meningkat ini dapat

(53)

kurang nyaman karena ukuran janin semakin menbesar mengakibatkan perut ibu

hamil semakin membuncit dan akan menarik otot punggung lebih kencang

sehingga terasa nyeri dan pegal (Allen, 2005; Louis, 2006).

2. 2. 4 Lamanya tidur siang (napping)

Mayoritas responden tidur siang sebanyak kurang dari satu jam yaitu ibu

hamil trimester pertama (56,7%) dan trimester kedua (63,3%), hal ini tidak sesuai

dengan pendapat Musbikin (2005) bahwa ibu hamil akan mengalami peningkatan

jumlah jam tidur di siang hari pada masa trimester awal. Sedangkan pada masa

trimester ketiga, ibu hamil tidur siang sekitar 1-2 jam (53,3%), sesuai dengan

pendapat ( Amir, 2007) bahwa pada masa trimester akhir kehamilan, ibu hamil

tidur siang melebihi batas normal sebagai pengganti tidur malam yang tidak puas.

Dilihat dari karakteristik demografi, mayoritas responden adalah ibu rumah

tangga (54,4%). Berdasarkan literatur, Ibu hamil yang bekerja tiap harinya selama

kehamilan akan jarang tidur di siang hari, namun hal ini dapat membantu

memperbaiki pola tidur yang buruk seperti susah tidur di malam hari dan tidur

yang tidak dalam. Hal ini membuktikan bahwa pekerjaan mempengaruhi pola

tidur, khususnya pada masa kehamilan (The American College of Obgyn, 2010).

2.2. 5 Perasaan segar saat bangun pagi (refreshing on awakenings)

Ibu hamil trimester pertama (80%) dan trimester kedua (86,7%) merasa

segar saat bangun di pagi hari dari tidurnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(54)

tidur dan tidur yang nyenyak akan merasa segar saat bangun di pagi hari.

Sementara responden ibu hamil trimester ketiga merasa mengantuk (73,3%) saat

bangun di pagi hari sesuai pendapat ( Amir, 2007), bahwa ibu hamil yang kurang

tidur pada malam hari akan mengantuk saat bangun pagi, disebabkan tidur yang

tidak puas dan tidak nyenyak. Jika dilihat dari karakteristik responden, status

multigravida kemungkinan besar mempegaruhi perasaan mengantuk saat bangun

pagi hari. Menurut Musbikin (2005), ibu multigravida akan mengalami pola tidur

yag semakin buruk selama kehamilan apalagi kehamilan yang komplikasi.

Kehamilan pada ibu multigravida merupakan kondisi yang kritis, sehingga

meningkatkan stres yang dapat mengarah ke kondisi depresi yang menyebabkan

ibu hamil sulit tidur dan mengantuk ketika bangun pagi.

2.2.6 Kepuasan tidur (satisfaction of sleep)

Tingkat kepuasan tidur responden trimester pertama adalah cukup puas

(56,7%), hal ini sesuai dengan pendapat Amir (2007) bahwa wanita hamil

trimester awal masih dapat tidur sebagaimana wanita normal (tidak hamil) karena

mayoritas kondisi psikologisnya sangat baik khususnya bagi primigravida, karena

kebanyakan wanita mengetahui kehamilannya setelah akhir trimester pertama dan

belum mengalami tanda – tanda kehamilan khas yang akan menyebabkan

kesulitan tidur dan mempengaruhi kepuasan tidur.

Dilihat dari karakteristik demografi yaitu tingkat pendidikan dan gravida,

mayoritas responden adalah lulus SMA (62,2%) dan primigravida sebanyak

(55)

tingkat pendidikan dan pengalaman ibu hamil. Tingkat pendidikan seseorang

dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap

informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Wanita

yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan membangkitkan

partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang

berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan

keluarganya.

Kepuasan tidur ibu pada masa kehamilan trimester kedua adalah cukup

puas (76,6%) sesuai pendapat Karger (2009) bahwa trimester kedua merupakan

masa yang lebih baik dibandingkan trimester awal dan akhir karena ibu hamil

dapat tidur dengan nyaman. Berbeda dengan pendapat Sujiono (2004),

menyatakan bahwa pembengkakan pada kaki (edema) dan janin yang sudah dapat

bergeser selama masa kehamilan trimester kedua akan mengganggu tidur ibu

hamil.

Tingkat kepuasan tidur responden trimester tiga yaitu tidak puas (73,3%)

sesuai dengan pendapat Hestiantoro (2001), bahwa pada masa kehamilan trimester

akhir akan terjadi gangguan tidur seperti rasa kram pada tungkai bawah,

ketidaknyamanan tidur karena adanya rasa panas di daerah dada dan keinginan

berkemih yang lebih sering, posisi tidur yang tidak nyaman akan mengganggu

(56)

2.2.7 Kedalaman Tidur (depth sleep)

Kedalaman tidur pada trimester awal adalah tidur sangat nyenyak

(73,3%) sesuai pendapat Louis (2006) bahwa wanita hamil yang belum

mengalami tanda – tanda khas kehamilan pada trimester awal akan tidur nyenyak

dan nyaman sebagaimana orang dewasa pada umumnya. Wanita hamil trimester

satu tidak dapat merasakan tidur yang dalam disebabkan gejala psikologis

kehamilan seperti mual muntah, kecemasan dan gejala fisik seperti kelelahan dan

keinginan berkemih yang meningkat. Kedalaman tidur ibu hamil trimester kedua

adalah tidur sangat nyenyak (73,3%), sesuai pendapat Suririnah (2007) bahwa ibu

hamil trimester kedua mengalami kualitas tidur yang lebih baik dan melewati

semua siklus tidur. Ibu hamil pada masa ini mayoritas mendengkur saat tidur

(Allen, 2005; Karger , 2009).

Kedalaman tidur responden trimester ketiga yaitu tidur dan terbangun

beberapa kali (60%) sesuai hasil penelitian Irmayana (2008) bahwa wanita hamil

trimester tiga yang mengalami frekuensi terbangun meningkat akan kesulitan

untuk tidur kembali karena pikiran tetap aktif dan merasa tidak mampu

’mematikan’ stres yang dialami akibat kelelahan maupun kecemasan akan

kehamilan, persalinan dan janinnya. Selain itu ketidaknyamanan secara fisik juga

menyebabkan wanita hamil tidak merasakan tidur yang dalam dan tidak dapat

Gambar

Gambaran tidur ibu hamil
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden (n=90) di RSUP Haji Adam Malik Medan
Tabel 5.2 (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah l) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh wajib pajak terdaftar Pasal 2l secara parsial terhadap penerimaan pajak pasal 2l pada. KPP

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH DAN PANDUAN PRAMUKA DI INDONESIA merupakan hasil penelitian, pemikiran dan

Model Bisnis Keramat Bey Berry saat ini tergolong masih sangat tradisonal dimana kesembilan blok elemen utama dari Business Model Canvas dijalankan dengan cara-cara yang

SPA berasal dari nama desa kecil Spau di Leige, bagian Selatan Belgia, yang sumber-sumber airnya berkhasiat menyembuhkan penyakit dan memulihkan kebugaran serta

Pertumbuhan hutan mangrove Pulau Tunda Serang Banten didominasi oleh tegakan kategori pohon, dimana tegakan mangrove Stasiun 1 lebih muda dibandingkan Stasiun 2,

Dua langkah yang harus dilakukan dalam membuat rencana keuangan yaitu: membuat anggaran pendapatan pengeluaran pribadi/ keluarga. Secara umum anggaran terbagi 2

Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi antara variabel kecerdasan intrapersonal dengan IPK sebesar 0,990 dan signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga

Since writing skill is important in English language teaching, it needs a lot of practice, guidance and feedback to improve the student’s writing ability.. They