• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. PEMBAHASAN

4.3. Pembahasan

4.3.1. Lambatnya Implementasi Kebijakan Daerah

4.3. Pembahasan

4.3.1. Lambatnya Implementasi Kebijakan Daerah

Penulis sudah menyampaikan pada subbab sebelumnya tentang Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang yang menerbitkan sebuah kebijakan mengenai CSR dalam bentuk peraturan bupati. Kebijakan tersebut diterbitkan pada September 2016.

Peraturan Bupati Sintang Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP/CSR) bertujuan sebagai pedoman dan arahan untuk melaksanakan program-program CSR di Kabupaten Sintang. Pada Bab II tertulis tentang maksud dan tujuan.

Bab II Perbup Sintang nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan, disebutkan:

Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan dalam penyelenggaraan TSP dengan mensinergikan dan mengintegrasikan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan program TSP

Dalam Pasal 3 ayat d disebutkan:

TSP bertujuan mewujudkan kepedulian pelaku usaha dengan masyarakat di sekitar lokasi usaha

Peraturan Bupati Sintang Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan ini merupakan turunan dari produk hukum di atasnya, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal ini terlihat dari sejumlah peraturan

42 perundangan yang disebutkan dalam pembukaan dan Bab I. Hal senada juga diungkapkan oleh Bupati Sintang dalam wawancara.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH mengatakan:

CSR itukan dasar hukumnya itu UU no 40 tentang perseroan terbatas. Lalu dibawahnya ada banyak peraturan pemerintah yang menyebutkan masalah CSR. Kemudian juga peraturan pemerintah yang menyebutkan masalah permbangunan berkelanjutan dan sebagainya. payung hukum yang di atas tadi perlu peraturan yang lebih aplikatif. Makanya Pemkab membuat Perbup.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH menegaskan kembali hal tersebut dengan mengatakan:

Satu, untuk meneruskan perintah UU dan perpen dan peraturan-peraturan lain di atasnya. Dua, bisa mneyusun kegiatan yang lebih aplikatif, bisa dikerjakan di tingkat kabupaten, kan kalau dalam Undang-Undangkan bunyinya hanya begitu saja bahwa ada CSR dari perusahaan tapi yang mengaturnya bagaimana-bagaimananya kan ndak ada. Perbup kira-kira begitu.

Peraturan Bupati Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan terdiri dari 19 bab dan 29 pasal serta Bagian lampiran terdiri dari 7 (tujuh) berkas adminsitrasi yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Bab-bab dalam Peraturan Bupati Sintang ini meliputi, Bab-bab I (satu) tentang ketentuan umum terdiri dari 1 pasal yang terdiri dari definisi berbagai isitilah yang terdapat dalam peraturan ini serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

Bab II (dua) dengan judul maksud dan tujuan, terdiri dari 2 pasal. Pasal 2 menjelaskan tentang maksud dibuatnya perbup ini. Pasal 3 memaparkan tentang serangkaian tujuan dibuatnya perbup ini. Dalam pasal 4 disebutkan dengan judul ruang lingkup, mengenai cakupan ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan dalam menurut Peraturan Bupati Sintang nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan ini.

43 Bab III menjabarkan tentang definisi dan klasifikasi perusahaan pelaksana TSP. Penjelasan dimulai dengan subjek pelaku tanggung jawab perusahaan mulai dari ketentuan yang mewajibkan semua perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Sintang harus melaksanakan CSR sampai kategori perusahaan pelaksana.

Bab IV dengan judul bab Kelembagaan memaparkan mengenai tim fasilitasi TSP. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang menetapkan struktur sebuah tim yang terdiri dari berbagai unsur di lingkungan Pemerintahan Daerah untuk memfasilitasi berbagai kegiatan CSR perusahaan yang ada. Pada Bab V dipaparkan tentang bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dan di Bab VI mengenai pelaksanaan TSP, masing-masing terdiri dari 2 pasal. Bab dan pasal-pasal tersebut menjelaskan mengenai proses dan bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Keterangan tersebut dilanjutkan pada Bab VII dengan 1 pasal penjabaran dan Bab VIII dengan 4 pasal mengenai mekanisme dan prosedur serta tata laksana TSP.

Kemudian ada pengaturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para mitra TSP yang dituangkan dalam 1 pada di Bab IX. Selain itu, ada penjabaran peraturan berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, moni-toring, evaluasi dan pelaporan di Bab XI. Bahasan bab ini dipaparkan secara detail dalam 4 bagian dengan 6 pasal. Pengaturan sehubungan dengan TSP ini dilanjutkan dengan keterangan bagian penghargaan di Bab XII.

Bab XII menyebutkan dalam 1 pasal mengenai peran pemerintah. Paparan mengenai TSP berlanjut tentang proses pembinaan, pengawasan dan pemantauan di Bab XIV dalam terurai dalam 1 pasal. Serta pasal tentang pembiayaan dicetuskan dalam 1 pasal juga pada Bab XV. Bab-bab selanjutnya sehubungan tentang hal-hal berkaitan

44 dengan hal-hal lain, seperti tentang sanksi administratif di Bab XVI pasal 26, Bab XVII tentang penyelesaian sengketa dan tentang ketentuan peralihan di Bab XVIII masing-masing tertuang dalam 1 pasal.

Penulis mengamati bahwa meski sudah disebutkan dalam Bab XVI mengenai sanksi administratif yang akan diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang terhadap pelanggaran hak dan kewajiban perusahaan berkaitan dengan TSP namun sejak diterbitkan hingga penelitian ini berlangsung, belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya proses penegakkan pasal ini. Penulis menghubungkan dengan adanya perbedaan bentuk kegiatan CSR yang dihimbau oleh pemerintah dengan praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan tentu akan ada tindak lanjut sebagaimana disebutkan dalam peraturan Bupati tersebut. Namun, penulis menyarankan bahwa penerapan pasal ini belum perlu untuk diberlakukan secara ketat karena pemerintah dan perusahaan masih dalam tahap membangun sinergi melalui program CSR ini.

Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Peraturan Bupati Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan ini untuk menunjukkan standarisasi yang diharapkan oleh Pemerintah Daerah pada pelaksanaan CSR di Kabupaten Sintang.

Kemudian, Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang mengenalkan Peraturan Bupati Sintang Nomor 54 tahun 2016 tentang

45 Tanggungjawab Sosial Perusahaan dalam sebuah acara sosialisasi. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Pancasila Sintang -sebuah gedung serbaguna yang ada di Kabupaten Sintang- pada hari Senin, 2 Oktober 2017. Kegiatan ini berlangsung selama 1 (satu) hari. Kegiatan dibagi dalam 2 (dua) sesi acara. Pada sesi pertama disajikan materi tentang CSR sebagai salah satu komponen pendukung pembangunan daerah. Disesi kedua diulas mengenai daya dukung CSR dalam implementasi perencanaan pembangunan di Kabupaten Sintang.

Peserta yang terlibat pada kegiatan sosialisasi berjumlah 120 orang. Para peserta berasal dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari perwakilan Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang, unsur pimpinan dari berbagai perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Sintang, para camat, para kepala desa, tokoh masyarakat dan sejumlah perwakilan Non Govermance Organization (NGO) yang ada di Kabupaten Sintang. Masing-masing peserta mendapatkan salinan dari naskah Peraturan Bupati Sintang Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan.

Setelah itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang melakukan kegiatan sinkronisasi berkenaan dengan implementasi Peraturan Bupati Nomor 54 tahun 2016 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Senin, 26 Februari 2018. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang hadir di Balai Praja, aula Kantor Bupati Sintang tersebut.

46 Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang melalui kegiatan ini, mengharapkan adanya penyesuaian antara program CSR yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan rencana pembangunan daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang dalam hal ini diwakili oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menyampaikan sejumlah Rencana Kegiatan Pembangunan Daerah (RKPD) milik Kabupaten Sintang. Kepala BAPPEDA juga menyampaikan beberapa contoh yang sudah dan yang diharapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang untuk dilakukan oleh pihak perusahaan melalui program CSR mereka.

Proses sinkronisasi dilakukan dengan metode ceramah. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sintang menyampaikan paparan tentang RKPD dan kemungkinan-kemungkinan kegiatan pembangunan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Penulis menganggap penggunaan metode tersebut kurang sesuai untuk mencapai tujuan dari proses sinkronisasi. Seyogyanya bila pemerintah ingin menyinkronkan standar yang sudah dibuat dalam bentuk Peraturan Bupati dengan pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan, tentu langkahnya tidak bisa hanya dengan menyampaikan RKPD dan contoh-contoh yang diharapkan, pemerintah harus mencocokkan RKPD dengan rencana CSR milik perusahaan-perusahaan. Pemerintah perlu melakukan langkah yang lebih efektif dan efisien seperti diskusi dalam group-group kecil, yang

47 di dalam proses diskusi perlu ada kegiatan analisis tertentu misalnya, SWOT Analysis atau SOAR Analysis sebagai pertimbangan. Pemerintah dan perushaan perlu juga menentukan mengenai indikator dan jadwal kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan CSR yang telah disepakati. Setelah kedua belah pihak mencapai suatu kesepakatan barulah dapat dikatakan telah terjadi sinkronisasi.

Dari sisi lama pelaksanaan kegiatan sinkronisasi, penulis beranggapan bahwa sulit untuk mencapai kesesuaian antara rencana kerja milik pemerintah dan rencana CSR milik perusahaan sebagaimana yang diharapkan apabila hanya dilakukan dalam satu hari, terlebih bila melibatkan lebih dari 50 orang perwakilan dari 50 perusahaan. Para pihak terkait juga perlu memperhatikan bahwa tiap belum lagi perusahaan memiliki jumlah anggaran CSR yang berbeda dan kebijakan CSR perusahaan yang juga berbeda-beda. Penulis, menganggap bahwa dengan durasi yang hanya sehari, kedua belah pihak tidak memiliki cukup waktu berdiskusi secara mendalam.

Kondisi ini dapat berarti bahwa belum dimungkinkan untuk mencapai kesepakatan kegiatan CSR yang akan dikerjakan bersama pemerintah daerah dan perusahaan atau kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dalam arahan dan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten Sintang. Penulis menyimpulkan bahwa langkah ketiga dalam proses implementasi kebijakan daerah oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang masih belum tuntas.

48 Dalam wawancara usai membuka kegiatan tersebut, Bupati Sintang, dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH menyebutkan bahwa kegiatan sinkronisasi ini bertujuan juga untuk memberikan penyadaran kepada para investor bahwa Kabupaten Sintang sangat mendukung dan bersedia memfasilitasi kegiatan CSR perusahaan.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH mengatakan:

Hari ini pertemuan pertama kita dalam rangka mengim-plementasikan Perbup no 54 tahun 2016 tentang CSR yang dalam Bahasa Indonesia jadi TSP. Kita buat Perbup, dalam Perbup ini kita juga buat Tim Fasilitasi TSP. Tujuannya jelas, satu untuk memberi penyadaran kepada seluruh perusahaan yang ada di Kabupaten Sintang bahwa Kabupaten Sintang ini kabupaten yang sangat terbuka. Kemudian lagi juga pro bisnis, mudah mengurus segala sesuatunya. Dan pemkab yang siap membantu semua perusahaan dalam kalau dia menghadapi masalah apapun juga. Dua, memberi penyadaran juga kepada para perusahaan bahwa tujuan kita berusaha di Sintang ini pada dasarnya tetap harus mengacu pada tripple bottom line-nya, ini garis bawah tujuan utamanya ini jadi tujuan ekonomi, mendapatkan laba dan keuntungan itu wajar, namanya orang beramal, beriktiar dan berusaha tetapi ia juga ingatkan dia ada juga tanggung jawab terhadap masyarakat di sekitar dan masyarakat Sintang dan yang ketiga ada tanggung jawab dia untuk menjaga keberlanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan kira-kira demikian.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH menambahkan:

Dengan sadar seperti itu, maka CSR/TSP akan dilihat oleh perusahaan bukan saja ini adalah kawajiban yang memberatkan perusahaan untuk membantu masyarakat di sekitar tetapi memang menjadi juga tujuan meraka jadi untuk memenuhi perundang-undangan, untuk branding mereka dengan demikian dia juga membantu masyarakatlah ya dengan lebih sistematis, nah kemudian juga lagi apa yang mereka kerjakan ini bisa tercatat rapi, terencana rapi dan kita evaluasi

49 Selain itu juga, Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang mengharapkan bahwa dengan adanya proses sinkronisasi akan dapat memberikan gambaran lebih menyeluruh mengenai kegiatan CSR yang ada. Termasuk hal-hal di dalamnya yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah untuk kiranya bisa dikerjakan oleh perusahaan melalui kegiatan CSR.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH mengatakan:

Mudah-mudahan dengan pertemuan ini kedua belah pihak ini ya kan? Ini akan menghasilkan hasil yang baiklah. CSR perusahaan yang memang nyata, tersusun rapi, dan ya bisa mengisi kekurangan-kekurangan pemerintah atau program-program kegiatan yang belum dilakukan oleh pemerintah.

dr. Jarot Winarno, M.Med,.PH menegaskan:

We cannot stand alone! Kita ndak bisa menghadapi masalah Sintang ini sendirian. Jadi diharapkan CSR ini bisa mengisi rongga kosong, ruang-ruang kosong yang tidak bisa didanai dan diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten.

Langkah-langkah ini merupakan bentuk dari peran Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang selaku koordinator dalam proses pembangunan daerah, sebagaimana dimaksud oleh Kuncoro (2014). Paparan berkaitan dengan ketiga langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang dalam upaya mengkoordinasi program CSR di atas terlihat, ada jarak waktu yang cukup jauh pada setiap langkahnya. Antara langkah pertama dan kedua, terentang waktu 13 bulan, lebih dari 1 tahun. Kemudian antara langkah kedua dan ketiga berjarak selama kurang lebih 4 bulan. Lambatnya

50 implementasi kebijakan daerah ini tentu mempengaruhi proses pembangunan di Kabupaten Sintang.

4.3.2. Perbedaan Pemahaman CSR antara Pemerintah Daerah dan

Dokumen terkait