• Tidak ada hasil yang ditemukan

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bahan baku minuman fungsional kunyit asam

Lampiran 1a. Gambar bahan baku minuman fungsional kunyit asam

Lampiran 1b. Komposisi kimia bahan baku minuman fungsional kunyit asam Komposisi kimia rimpang kunyit

Komposisi Jumlah Energi (kal) 1480.0 Air (g) 11.4 Karbohidrat (g) 64.9 Protein (g) 7.8 Lemak (g) 9.9 Serat (g) 6.7 Abu (g) 6.0 Kalsium (mg) 182.0 Fosfor (mg) 268.0 Besi (mg) 41.0 Vitamin B (mg) 5.0 Vitamin C (mg) 26.0 Minyak atsiri (%) 3.0 Kurkumin (%) 3.0

Sumber : Farrel (1990) dalam Susilo (2011) Kayumanis

Kunyit

Pala Jeruk Nipis

54

Komposisi kimia asam jawa

Komposisi Jumlah Energi (kal) 239.00 Air (g) 31.34 Karbohidrat (g) 62.50 Protein (g) 2.80 Lemak (g) 0.60 Serat (g) 3.00 Abu (g) 2.10 Kalsium (mg) 74.00 Fosfor (mg) 113.00 Besi (mg) 0.60 Vitamin A (SI) 30.00 Vitamin B (mg) 0.34 Vitamin C (mg) 2.00

Sumber : Depkes RI (1976) dalam Susilo (2011) Komposisi kimia jeruk nipis

Komposisi Jumlah

Kadar air (g) 88.90

Kadar abu (g) 0.40

Kadar protein (g) 0.50

Kadar lemak (g) 0.20

Hidrat arang total (g) 10.00

Serat (g) 0.40 Energi (kkal) 44.00 Kalsium (mg) 18.00 Fosfor (mg) 22.00 Besi (mg) 0.20 Caroten (mg) 0.004 Thiamin (mg) 0.000 Riboflavin (mg) 0.010 Asam askorbat (mg) 19.70

55

Komposisi kimia biji pala

Komposisi Kimia Jumlah

Air (g) 6.2 Energi (kkal) 525.0 Protein (g) 5.8 Lemak (g) 35.3 Karbohidrat (g) 49.3 Serat (g) 4.0 Abu (g) 2.3 Kalsium (mg) 184.0 Besi (mg) 3.0 Magnesium (mg) 183.0 Pospor (mg) 213.0 Natrium (mg) 16.0 Kalium (mg) 350.0 Niasin (mg) 1.0 Tiamin (mg) - Vitamin A (IU) 260.0

Sumber : Farrel (1990) dalam Wiguna (2011)

Komposisi kimia kayu manis

Komposisi Kimia Jumlah

Air (g) 9.4 Energi (kkal) 347.0 Protein (g) 9.1 Lemak (g) 6.0 Karbohidrat (g) 70.8 Serat (g) 5.9 Abu (g) 4.8 Kalsium (mg) 116.0 Besi (mg) 12.0 Magnesium (mg) 184.0 Pospor (mg) 148.0 Natrium (mg) 1342.0 Kalium (mg) 32.0 Niasin (mg) 5.0 Tiamin (mg) 5.0 Vitamin A (IU) 147.0

56

Lampiran 1c. Jenis rempah, komponen mayor dan khasiat rempah sebagai bahan baku minuman

fungsional kunyit asam

No. Jenis Bahan Komponen Bioaktif Khasiat Sumber Acuan

1 Kunyit Kurkumin

2-5 %

Antiproliferasi Aggarwal et al.(2005)

2 Asam jawa Asam tartarat

12-24 %

Obat pencuci perut Nagy dan Shaw (1980) dalam Susilo (2011)

3 Jeruk nipis Asam askorbat

19-20 %

Antioksidan Depkes RI (1990)

dalam Kordial (2009)

4 Kayu Manis Sinamaldehid

70-75%

Antioksidan King (2000)

5 Biji Pala Trimiristisin

24-30%

Mengobati kejang lambung, susah tidur

57

Lampiran 2. Kurva standar asam askorbat dan asam galat

Lampiran 2.a. Kurva standar asam askorbat

58

Lampiran 3. Hasil analisis uji rating dan ranking hedonik formula citarasa

kayumanis

Lampiran 3.a. Hasil ANOVA parameter rasa formula citarasa kayumanis

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 3.b. Hasil ANOVA parameter aroma formula citarasa kayumanis

Dependent Variable Skor

59

Lampiran 3.c. Hasil ANOVA parameter warna formula citarasa kayumanis

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 3.d. Hasil ANOVA parameter overall formula citarasa kayumanis

Dependent Variable Skor

60

Lampiran 3.e. Hasil uji ranking hedonik dan uji lanjut friedman formula citarasa kayumanis

61

Lampiran 4. Hasil analisis uji rating dan ranking hedonik pada formula

citarasa pala

Lampiran 4.a. Hasil ANOVA parameter rasa formula citarasa pala

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 4.b. Hasil ANOVA parameter aroma formula citarasa pala

Dependent Variable Skor

62

Lampiran 4.c. Hasil ANOVA parameter warna formula citarasa pala

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 4.d. Hasil ANOVA parameter overall formula citarasa pala

Dependent Variable Skor

63

Lampiran 4.e. Hasil uji ranking hedonik dan uji lanjut friedman formula citarasa pala

64

Lampiran 5. Hasil analisis uji rating dan ranking hedonik formula citarasa

jeruk nipis

Lampiran 5.a. Hasil ANOVA parameter rasa formula citarasa jeruk nipis

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 5.b. Hasil ANOVA parameter aroma formula citarasa jeruk nipis

Dependent Variable Skor

Duncan

65

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 5.d. Hasil ANOVA parameter overall formula citarasa jeruk nipis

Dependent Variable Skor

66

Lampiran 5.e. Hasil uji ranking hedonik dan uji lanjut friedman formula citarasa jeruk nipis

67

Lampiran 6. Tabulasi data paired preferences test

Tabel Tabulasi data paired preferences test

Keterangan : 1 = Suka 0 = Kurang suka

Nilai Mean ± SD sampel A yaitu 0.9 ± 0.28 Nilai Mean ± SD sampel A yaitu 0.1 ± 0.28

Panelis A B 1 1 0 2 1 0 3 0 1 4 0 1 5 0 1 6 0 1 7 1 0 8 1 0 9 1 0 10 1 0 11 1 0 12 0 1 13 1 0 14 1 0 15 1 0 16 1 0 17 1 0 18 1 0 19 1 0 20 1 0 21 1 0 22 1 0 23 1 0 24 1 0 25 1 0 26 1 0 27 1 0 28 1 0 29 1 0 30 1 0 31 1 0 32 1 0 33 1 0 34 1 0 35 0 1 Panelis A B 36 1 0 37 1 0 38 1 0 39 1 0 40 1 0 41 1 0 42 1 0 43 1 0 44 1 0 45 1 0 46 1 0 47 1 0 48 1 0 49 1 0 50 1 0 51 1 0 52 1 0 53 1 0 54 1 0 55 1 0 56 1 0 57 1 0 58 1 0 59 1 0 60 1 0 61 1 0 62 1 0 63 1 0 64 1 0 65 1 0 66 1 0 67 1 0 68 1 0 69 1 0 70 1 0

68

Lampiran 7. Hasil percobaan pada tikus betina

Lampiran 7.a. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ jantung tikus betina Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 7.b. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ hati tikus betina Dependent Variable Skor

69

Lampiran 7.c. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ lemak tikus betina

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 7.d. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ limfa tikus betina Dependent Variable Skor

70

Lampiran 7.e. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ ginjal tikus betina

Dependent Variable Skor

Duncan dosis N Subset 1 4 5 .740900 2 5 .757540 1 5 .761440 3 5 .767300 Sig. .607

Lampiran 7.f. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ paru- paru tikus betina Dependent Variable Skor

71

Lampiran 7.g. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan pada organ sekum tikus betina

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 7.h.Hasil Anova dan uji lanjut berat badan tikus betina Dependent Variable Skor

72

Lampiran 7.i. Pengamatan gejala visual toksisitas akut tikus betina selama perlakuan oral

Dosis uji Tikus nomor

Sisa Ransum (gram)

(g/kg BB) hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3 hari ke-4 hari ke-5 hari ke-6 hari ke-7

5 1 0 0 0 0 0 0 0 5 2 2 0 0 0 0 0 0 5 3 2.6 2.8 4.3 0 5.2 2.3 0 5 4 3.3 0 1.9 0 5.5 0 0 5 5 6 0 4 2.8 2.7 0 2.8 2 6 0 3 5.1 2 0 2.8 5.5 2 7 0 5 5.5 2.2 0 2.1 5.2 2 8 0 0 0 0 0 0 0 2 9 0 0 0 0 0 0 0 2 10 0 0 0 0 0 0 0 1 11 0 0 2 3.4 3.6 0 3.9 1 12 0 1.2 4.6 0 7.1 4.7 0 1 13 0 4.1 5.2 5.1 8.3 0 4.6 1 14 0 0 7 0 6.6 0 5.1 1 15 8 0 0 4.3 4.9 0 4.4 kontrol 16 0 0 0 0 0 0 0 kontrol 17 0 0 5 0 0 0 2.2 kontrol 18 0 2 6.7 0 3.5 3.2 4.7 kontrol 19 0 0 0 0 0 0 0 kontrol 20 0 0 0 0 0 0 0

Selama pemberian larutan uji secara oral, tikus betina tidak menunjukkan gejala toksisitas akut. Pengamatan yang dilakukan pada mata, bulu, saliva, tingkah laku, respirasi, tingkat kantuk, kejang, diare, dan kematian hewan uji menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan ataupun gejala visual toksisitas akut pada hewan uji. Selama satu minggu perlakuan oral, ransum tikus jantan selalu habis. Pengamatan yang dilakukan pada mata, bulu, saliva, tingkah laku, respirasi, tingkat kantuk, kejang, diare, dan kematian hewan uji menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan ataupun gejala visual toksisitas akut pada hewan uji. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa tidak terdapat gejala toksisitas akut secara visual baik pada tikus jantan maupun tikus betina.

73

Lampiran 8. Hasil percobaan pada tikus jantan

Lampiran 8.a.Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ jantung tikus jantan Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 8.b. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ hati tikus jantan Dependent Variable Skor

74

Lampiran 8.c.Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ lemak tikus jantan

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 8.d. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ limfa tikus jantan Dependent Variable Skor

75

Lampiran 8.e. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ ginjal tikus jantan

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 8.f. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ paru-paru tikus jantan Dependent Variable Skor

76

Lampiran 8.g. Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan organ sekum tikus jantan

Dependent Variable Skor

Duncan

Lampiran 8.h.Hasil ANOVA dan uji lanjut duncan berat badan tikus jantan Dependent Variable Skor

77

Lampiran 9. Kurva laju reaksi ordo nol terhadap parameter yang diamati

1. Nilai pH

2. Mikroba (TPC)

78

4. Warna (a)

5. Warna (b)

79

7. Kesukaan (aroma)

8. Kesukaan (warna)

80

Lampiran 10. Kurva laju kerusakan ordo satu terhadap parameter yang

diamati

1. Nilai pH

2. Mikroba (TPC)

81

4. Warna (nilai a)

5. Warna (nilai b)

82

7. Kesukaan (aroma)

8. Kesukaan (warna)

83

Lampiran 11. Grafik plot Arrhenius hubungan nilai k dan (1/T) ordo nol dan

86

Lampiran 12. Metode analisis proximat minuman kunyit asam formula terpilih

a. Analisis kadar air metode oven vakum (AOAC 925.45, 1999)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menimbang cawan kosong dan tutupnya yang telah dikeringkan dalam oven selama 15 menit. Lalu cawan didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram contoh dimasukkan pada cawan tersebut untuk kemudian dikeringkan pada oven vakum dengan suhu 700C dan tekanan 25 mmHg selama 2 jam dan didinginkan kembali di dalam desikator. Penimbangan sampel dilakukan pada interval tertentu hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air sampel dihitung dengan rumusan berikut :

Kadar air (g/100 g bb) = W-(W1-W2)100/W

Keterangan: W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)

W1 = bobot contoh +cawan sesudah dikeringkan (g)

W2 = bobot cawan kering kosong (g) b. Analisis kadar abu (AOAC, 1995)

Pengukuran kadar abu dilakukan dengan cara mengeringkan cawan porselin kosong dan tutupnya dalam oven 1050C selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Setelah itu sebanyak 2 -3 gram contoh ditambahkan ke dalam cawan porselin, diuapkan di atas penangas air sampai kering untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur 5500C sampai pengabuan sempurna. Setelah selesai cawan contoh didinginkan dalam desikator dan dilakukan penimbangan sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung dengan rumus berikut :

Kadar abu (g/100 g bb) = (W1-W2) 100 / W

Keterangan: W = bobot contoh sebelum di abukan (g) W1 = bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g) W2 = bobot cawan kosong (g)

c. Analisis kadar protein metode kjeldahl (AOAC, 1995)

Penentuan kadar protein menggunakan metode Kjeldahl dilakukan melalui tahapan digestion, destilasi, dan titrasi.

1. Digestion

Sebanyak 250 mg contoh dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl., dari sebanyak 1 ± 0.1 gam K2SO4 , 40 ± 10 mg HgO dan 2± 0.1 ml H2SO4 serta 2 – 3 butir batu didih ditambahkan ke dalam labu. Contoh tersebut kemudian didihkan selama 1-15 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap sampai cairan menjadi jernih yang kemudian didinginkan.

2. Destilasi

Sejumlah kecil air destilata secara perlahan ditambahkan lewat dinding labu dan digoyang perlahan agar kristal yang terbentuk terlarut kembali. Isi labu kemudian dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air destilata. Air cucian tersebut kemudian dipindahkan ke labu destilasi dan ditambahkan 8-10 ml larutan 60% NaOH - 5% Na2S2O3. Setelah itu Erlenmeyer 250 ml yang telah berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indicator metilen red – metilen blue diletakkan di bawah kondensor dengan bagian ujung kondensor tersebut harus terendam di bawah larutan H3BO3 untuk selanjutnya dilakukan destilasi sampai didapatkan 15 ml destilasi.

87

3. Titrasi

Sebelum dititrasi, destilat diencerkan terlebih dahulu di dalam Erlenmeyer hingga 50 ml. Setelah itu destilat dititrasi dengan HCl 0.02 N yang telah terstandardisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu kemudian dapat diukur volume HCl 0.02 N standar yang digunakan untuk titrasi. Dengan prosedur yang sama dilakukan analisis blanko.

d. Analisis kadar lemak metode soxhlet dengan hidrolisis (AOAC, 1995)

Metode ini dilakukan dengan tahap hidrolisis terlebih dahulu karena sampel yang akan dianalisis mengandung kadar air yang cukup tinggi, kemudian dilanjutkan analisis kadar lemaknya. 1. Hidrolisis sampel

Sebanyak 1-2 gram contoh dimasukkan ke dalam gelas piala ditambahkan 30 ml HCl 25 % dan 20 ml air, lalu ditutup dengan gelas arloji. Sampel dididihkan selama 15 menit di ruangan asam kemudian disaring dengan kertas saring dalam keadaan panas dan dicuci dengan air panas hingga tidak asam lagi (cek dengan pH meter). Kertas saring dan isi tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 1050C dan dilipat untuk digunakan pada analisis selanjutnya.

2. Analisis kadar lemak

Kertas saring kering hasil hidrolisis contoh dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dan disumbat dengan kapas yang selanjutnya dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan ke dalam labu lemak. Sebanyak 150 ml pelarut hexane ditambahkan untuk proses ekstraksi selama ± 6 jam. Hasil tersebut kemudian disuling, dikeringkan dengan oven pada suhu 1050C dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang setelah didapat bobot tetap. Kadar lemak dihitung dengan rumusan perhitungan berikut :

Kadar lemak (g/100g bb) = (W1-W2)100 / W Keterangan : W = bobot contoh (g)

W1 = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g) W2 = bobot labu lemak kosong (g)

e. Analisis Kadar Total Karbohidrat (by Difference)

Total karbohidrat (by difference) dapat dihitung dengan persamaan berikut: Kadar karbohidrat (%bb) = 100% - (a + b + c + d) Keterangan: a = kadar protein (%) b = kadar air (%) c = kadar lemak (%) d = kadar abu (%)

Dokumen terkait