DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Teknik isolasi dan identifikasi spora mikoriza arbuskula …………..… 96 2. Teknik staining akar ……… 97 3. Teknik pengukuran kandungan garam di udara ……….. 98 4. Teknik pengenceran dan tataletakmedium pada uji MPN (Most
Probable Number ) …………..…….………. 99 5. Prosedur penghitungan MPN (Most Probable Number) …….……….. 100 6. Hasil analisis tanah pasir Pantai Samas Kabupaten Bantul DIY
7. Penetapan kadar air tersedia dan bobot basah tanah ... 102 8. Prosedur pengadaan dan perbanyakan propagul mikoriza indigenus ... 103 9. Prosedur analisis protein total ………..….……….….. 104 10. Prosedur pengukuran prolina bebas ………..……….. 105 11. Prosedur analisis kandungan ABA ……….. 106 12. Teknik kuantifikasi koloni mikoriza arbuskula Metode Gridline ……… 107 13. Suhu udara minimum dan maksimum serta kelembaban udara di
Latar Belakang
Kemajuan perluasan industri dan perumahan di Indonesia telah berdampak pada peningkatan kehilangan tanah subur untuk kepentingan pertanian. Oleh karenanya usaha pengembangan pertanian harus mulai diarahkan ke tanah marginal. Saat ini masih ditemui banyak tanah marginal yang belum tersentuh teknologi pertanian, di antaranya adalah hamparan lahan kering, tanah masam dan tanah pasir pantai.
Indonesia memiliki ribuan pulau, sehingga banyak dijumpai tanah pasir pantai. Namun demikian hingga sekarang tanah pasir pantai tersebut belum digarap secara maksimal karena sebagian besar kawasan pantai merupakan tanah kritis. Kekritisan tanah di pantai pada umumnya ditandai oleh rendahnya kesuburan tanah dan bahan organik serta faktor tingginya kandungan pasir. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan butir-butir tanah tidak berikatan satu sama lain dan selalu dalam keadaan berbutir tunggal sehingga tanah mudah melewatkan/meresapkan air. Kondisi tersebut akan menyebabkan persoalan ikutan lainnya di antaranya kurang tersedianya air yang pada gilirannya mengakibatkan cekaman kekeringan bagi tanaman.
Cekaman kekeringan bagi tanaman dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni : (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air yang berlebihan oleh daun yang disebabkan oleh laju evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (Haryadi dan Yahya, 1988; Tardieu, 1996).
Persoalan cekaman kekeringan dan terbatasnya ketersediaan hara bagi tanaman merupakan realitas permasalahan yang dihadapi dalam upaya budidaya tanaman bawang merah di tanah pasir pantai. Oleh karenanya diperlukan usaha untuk mencari varietas-varietas bawang merah yang toleran dan prospektif dibudidayakan di tanah pasir pantai. Solusi lain yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan jasad saprofit bagi tanaman yang mampu membantu peningkatan serapan air dan hara bagi tanaman di antaranya adalah cendawan mikoriza arbuskula (CMA).
Kemampuan tumbuh dan berkembangnya tanaman sangat tergantung pada interaksi antara genotip tanaman dengan lingkungan. Secara alami, sebenarnya tanaman sudah memiliki kemampuan beradaptasi terhadap cekaman kekeringan terutama berkaitan dengan pengendalian transpirasi. Namun demikian informasi mengenai mekanisme adaptasi fisiologi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai belum banyak diungkap. Pengungkapan mekanisme adaptasi fisiologi tersebut dapat menjadi dasar pemuliaan tanaman bawang merah yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Pemanfaatan mikoriza arbuskula dimaksudkan untuk membantu tanaman dalam proses penyerapan air dan hara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan tanaman di tanah pasir pantai. Keterlibatan mikoriza arbuskula dalam peningkatan penyerapan air oleh tanaman diharapkan dapat mengatasi persoalan cekaman kekeringan di tanah pasir pantai. Ditegaskan oleh George et al. (1992) keberadaan mikoriza arbuskula memberikan kontribusi peningkatan serapan air oleh tanama n inang selain peran pokoknya meningkatkan serapan fosfat. Lebih lanjut Al-Karaki (1998) mengungkapkan bahwa mikoriza arbuskula mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman baik dalam kondisi kecukupan air maupun kondisi tercekam kekeringan. Ditambahkan juga oleh Tsang dan Maun (1999) bahwa salah satu faktor penentu kehidupan tanaman di bukit-bukit pasir adalah asosiasinya dengan mikoriza arbuskula.
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) indigenus yang berasal dari tanah pasir pantai dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keberhasilan budidaya tanaman di tanah pasir pantai. Kelebihan CMA indigenus tersebut adalah kemampuan adaptasi dan bertahan hidup di tanah pasir pantai secara alamiah sudah teruji dalam waktu yang cukup panjang. Oleh karenanya upaya pengembangan CMA indigenus asal tanah pasir pantai diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan budidaya tanaman di tanah pasir pantai.
Saat ini tanah pasir pantai mulai dicoba dimanfaatkan untuk usaha budidaya tanaman pangan serta sayuran dan buah di antaranya jagung, sorgum, kacang tanah, bawang merah, cabai, terong, kacang panjang, semangka, melon, dan buah naga. Tanaman
bawang merah dipilih sebagai sasaran penelitian, karena selain tanaman tersebut mampu tumbuh di tanah pasir juga diminati petani untuk dibudidayakan di tanah kawasan pantai. Namun demikian masukan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman tersebut di kawasan pantai belum banyak dilaporkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakter fisologi tanaman bawang merah yang adaptif terhadap cekaman kekeringan yang berguna dalam rangka pemuliaan varietas-varietas bawang merah yang toleran dan prospektif dibudidayakan di tanah pasir pantai. Melalui penelitian ini dapat diperoleh kejelasan peranan cendawan mikoriza arbuskula dalam mekanisme adaptasi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengungkap pengembangan mikoriza arbuskula indigenus di tanah pasir pantai sebagai isolat yang bermanfaat pada budidaya tanaman.
2. Menentukan varietas-varietas bawang merah yang toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai.
3. Mengungkap mekanisme adaptasi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai.
4. Menjelaskan peranan mikoriza arbuskula dalam mekanisme adaptasi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai.
Hipotesis
Hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Potensi propagul mikoriza arbuskula indigenus tanah pasir pantai menurun seiring dengan
semakin dekatnya lokasi dari garis pantai serta meningkatnya intensitas tanaman budidaya.
2. Terdapat perbedaan karakter fisiologi adaptasi tanaman bawang merah yang toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai.
3. Adaptasi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai ditandai oleh perubahan karakter fisiologi yang dipengaruhi oleh ABA dan prolina.
4. Mikoriza arbuskula meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman bawang merah terhadap cekaman kekeringan di tanah pasir pantai, melalui perannya dalam peningkatan serapan air dan hara.
Manfaat Penelitian
Pengungkapan karakter fisiologi dan mekanisme adaptasi tanaman bawang merah pada kondisi tercekam kekeringan diharapkan dapat memberikan informasi dasar pemuliaan varietas-varietas tanaman bawang merah toleran terhadap cekaman kekeringan yang prospektif dibudidayakan di tanah pasir pantai.
Informasi peran cendawan mikoriza arbuskula dalam peningkatan serapan air dan hara bagi tanaman akan bermanfaat untuk memunculkan sistem budidaya tanaman di tanah pasir pantai yang efisien. Studi pengembangan CMA indigenus asal tanah pasir pantai bermanfaat dalam pengadaan isolat CMA yang efektif digunakan untuk kepentingan budidaya tanaman di tanah pasir pantai.