• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1. Denah Lokasi PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

Lampiran 1. Denah Lokasi PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

33

99.05%

Originality

0.95%

Similarity

10

Sources

Doc vs Internet + Library

Web sources: 1 source found

1. http://repository.unika.ac.id/15577/1/13.70.0197%20Raditya%20Arlan%20Iswara.pdf 0.24%

Library sources: 8 sources found

AGUSRIANI-22 JUNI.docx 0.47%

AGUSRIANI-21 JUNI.docx 0.47%

4 Laporan KP Yohana Kristina-15i10060.docx 0.24%

VANIA OCTAVIANI-8 JAN.doc 0.24%

VANIA-4 JAN.doc 0.24%

VANIA OCTAVIANI-20 DES.doc 0.24%

RADITYA-9 NOV.docx 0.24%

Yohana Kristina-15i10060-6 JULI.docx 0.24%

Library omitted sources: 1 source found

16.I1.0003_Christopher Halim.docx.docx 12.85%

Checked: 05/16/2019

Similarity

Similarity from a chosen source Possible character replacement

abc

Citation References

1. PROSES PRODUKSI 1.1. Persiapan slurry

Pada proses persiapan slurry, bahan berupa pati jagung maupun tepung tapioka yang sebelumnya disimpan pada warehouse dimasukkan ke dalam tank untuk kemudian dicampurkan dengan air sehiingga terbentuk slurry dengan baume 15-20. Selanjutnya slurry yang sudah siap dilakukan penyesuaian pH dengan menambahkan soda ash sehingga pH-nya mencapai 5-6 sehingga enzim yang menghidrolisis pati dapat bekerja secara maksimal.

1.2. Likuifikasi

Pada tahap likuifikasi, slurry yang sudah disiapkan sebelumnya akan dicairkan kembali sehingga memperoleh viskositas yang lebih rendah melalui proses hidrolisis pati menjadi molekul yang lebih sederhana dari oligosakarida dengan bantuan enzim α-amilase. Slurry kemudian dipanaskan dengan menggunakan jet cooker supaya mempercepat proses hidrolisis pati serta menginaktivasi enzim. Pada proses ini enzim α-amilase akan menghidrolisis pati dengan ikatan 1,4-α-D-glikosidik dari amilosa dan amilopektin menjadi molekul dengan berat molekul yang lebih kecil seperti glukosa, dekstrin, maltose dan oligosakarida sehingga viskositas larutan akan semakin rendah. Pada proses ini akan menghasilkan DE 10-20.

1.3. Sakarifikasi

Pada tahap sakarifikasi, hasil dari likuifikasi dimasukkan ke dalam tanki sakarifikasi untuk mengalami proses hidrolisis lanjutan. Hidrolisis ini akan menghasilkan larutan glukosa dengan DE yang lebih tinggi dengan menggunakan enzim tunggal seperti β-amilase dan fungal α-β-amilase. Kondisi kerja enzim ini dapat berjalan hingga suhu maksimal 60 C dan dilakukan homogenisasio

enzim. 1.4. Filtrasi

Pada tahap filtrasi, hasil dari proses sakarifikasi masih mengandung berbagai macam pengotor seperti protein, lemak, asam lemak, fiber dan pati yang tidak ikut terhidrolisis oleh enzim α-amilase. Komponen pengotor tersebut kemudian akan dihilangkan supaya tidak memicu terjadinya reaksi maillard antara gula pereduksi dan asam amino dalam sirup glukosa. Pemisahan tersebut dilakukan dengan menggunakan rotary drum filter dengan bantuan filter aids, kemudian dilanjutkan dengan proses Ion Exchange untuk menghilangkan mineral-mineral yang mengandung ion baik ion positif maupun ion negative dengan bantuan resin kation dan anion yang diaktivasi dengan menggunakan HCl (kation) dan NaOH (anion). Selanjutnya dilakukan filtrasi dengan fixed bed yang berisi karbon aktif untuk menyerap bau serta memperbaiki warna. Karbon kemudian dihialngkan menggunakan filter.

1.5. Evaporasi

Pada tahap evaporasi, sirup glukosa yang telah dipisahkan dari pengotor pada proses filtrasi kemudian dilakukan penguapan dengan evaporator. Proses evaporasi ini akan memekatkan glukosa hingga mencapai brix tertentu dengan bantuan uap panas dan tekanan. 1.6. Storage Tank

Sirup glukosa yang telah memiliki kepekatan yang tinggi kemudian disimpan sebelum memasuki blending tank untuk penyesuaian spesifikasi sesuai permintaan dari pelanggan.

1.7. Blending Tank

Sirup glukosa yang sebelumnya disimpan kemudian dimasukkan ke dalam blending tank dan dilakukan agitasi serta penyesuaian pH. Pada tanki ini juga dapat digunakan untuk mencampurkan DE yang berbeda sehingga didapatkan produk sesuai DE yang diinginkan oleh konsumen.

1.8. Load Out

Sirup glukosa yang telah sesuai dengan permintaan konsumen kemudian siap dimasukkan ke dalam truk untuk kemudian

didistribusikan ke konsumen.

16.I1.0114_Yohanes Bos... Uploaded: 05/16/2019 Checked: 05/16/2019

Similarity

Similarity from a chosen source Possible character replacement

abc

Citation References

2. PROSES PRODUKSI GLUCOSE DE 18 SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MALTODEKSTRIN PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO

2.1. Latar Belakang

PT. Sorini Agro Asia Corporindo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pangan yang mengolah dan memproduksi glukosa serta maltodekstrin. Perusahaan ini memproduksi produknya dengan menggunakan bahan baku berupa pati yang terkandung dalam tepung-tepungan maupun pati murni. Bahan sering digunakan oleh PT. Sorini Agro Asia Corporindo untuk memproduksi produknya adalah tepung tapioka dan pati jagung. Tingginya tingkat kebutuhan konsumen akan bahan tambahan pangan berupa pemanis menyebabkan PT. Sorini Agro Asia Corporindo terus berinovasi dalam memproduksi glukosa dan maltodekstrin. Salah satu produk glukosa yang banyak dibutuhkan oleh konsumen PT. Sorini Agro Asia Corporindo adalah produk dengan DE 18 dan DE 25. Hal ini disebabkan oleh rendahnya resiko terhadap penderita diabetes maupun bagi mereka yang mengalami masalah dengan metabolisme tubuh.

Dextrose Equivalent adalah satuan yang menunjukkan banyaknya gula pereduksi hasil hidrolisis pati secara kimia maupun enzimatis yang terdapat dalam bahan berdasarkan berat keringnya (Anwar, 2002). Sehingga semakin rendah dextrose equivalent suatu pemanis, maka akan semakin rendah pula resikonya bagi penderita diabetes. Proses produksi glukosa yang dilakukan oleh PT. Sorini Agro Asia Corporindo meliputi beberapa tahap antara lain adalah starch slurry preparation, liquefaction, saccharification, filtration dan evaporation. Masing-masing dari tahapan tersebut terdiri dari beberapa proses yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang sesuai agar proses produksi glukosa dapat berjalan dengan baik. Sedangkan pada proses pembuatan maltodekstrin merupakan proses

lanjutan dari produksi glukosa cair, yaitu dengan mengeringkan sirup glukosa dengan menggunakan spray dryer sehingga dihasilakan produk berupa bubuk maltodekstrin. Maltodekstrin yang dihasilkan oleh PT. Sorini Agro Asia Corporindo ini bersifat infant-grade dimana produk ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi susu untuk bayi sehingga akan lebih aman untuk dikonsumsi sekaligus mengurangi resiko terkena diabetes.

2.2. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana proses produksi glukosa cair DE 18 sebagai bahan pembuatan maltodekstrin dari PT. Sorini Agro Asia Corporindo, mengetahui apa saja kondisi yang terjadi selama proses produksi, serta mengetahui faktor yang berperan dalam proses produksi glukosa cair tersebut.

2.3. Metode

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan. Peneliti mempelajari dan mengumpulkan data mengenai proses produksi, melakukan wawancara terhadap beberapa pekerja yang berkaitan langsung dengan proses produksi maupun Quality Control. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan teori pustaka yang ada.

2.4. Hasil

Diagram alir proses produksi glukosa DE 18 sebagai bahan pembuatan maltodekstrin dari PT. Sorini Agro Asia Corporindo hingga pengiriman kepada konsumen dapat dilihat sebagai berikut:

Tahapan yang dilakukan dalam proses produksi glukosa PT. Sorini Agro Asia Corporindo meliputi starch slurry preparation yaitu proses pencampuran bahan baku dengan air sehingga dihasilkan slurry dengan karakteristik tertentu sekaligus penyesuaian pH dengan Soda Ash. Selanjutnya adalah proses Liquefaction yaitu proses hidrolisa pati tahap pertama sehingga dihasilkan glukosa cair dengan DE rendah. Saccharification yaitu proses hidrolisa pati tahap kedua sehingga dihasilkan glukosa cair dengan DE yang dituju. Selanjutnya ada proses filtrasi yang meliputi 3 tahap yaitu rotary drum filter untuk memisahkan makromolekul seperti lemak, protein, asam lemak dan serat yang tidak mengalami hidrolisis, lalu filtrasi Ion Exchange untuk memisahkan mineral-mineral atau logam yang mengandung ion yang berpotensi mengganggu proses produksi, selanjutnya adalah Carbon Filter Press yaitu dengan mencampurkan karbon ke dalam bahan untuk menyerap aroma dan memperbaiki warna dan kemudian pemisahan karbon dari campuran. Tahap selanjutnya adalah evaporasi yaitu mengurangi kadar air hingga mencapai brix yang ditentukan perusahaan (±70oBrix). Tahap selanjutnya adalah penyimpanan sementara sirup glukosa yang kemudian akan dilanjutkan menuju Spray Drying dan setelah itu siap dijual ke konsumen.

2.5. Pembahasan

2.5.1. Starch Slurry Preparation

Starch slurry preparation merupakan tahapan dimana bahan baku dicampurkan dengan air sehingga akan dihasilkan slurry dengan karakterisitik tertentu sekaligus penyesuaian pH dengan Soda Ash. Proses pembuatan glukosa di PT. Sorini Agro Asia Corporindo menggunakan bahan baku berupa pati. Pati yang sering digunakan adalah pati jagung (corn starch). Pati merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk dengan berat molekul yang rendah seperti glukosa/dekstrosa, maltosa, maltotriosa dan dekstrin yang banyak digunakan pada industri pemanis, alkohol, tekstil dan juga pembuatan bir. Struktur dari Amilosa dan Amilopektin dapat dilihat pada Gambar 5.

Starch Slurry Preparation Liquefaction Saccharificati on Rotary Drum Filter

Storage Tank Evaporation Carbon Filter

Press

Ion Exchange

Spray Drying Load Out Deliver to

Consumer

Checked: 05/16/2019

Similarity

Similarity from a chosen source Possible character replacement

abc

Citation References

3

Pati dapat terbentuk ketika memiliki dua senyawa polimer glukosa berupa amilosa dan amilopektin. Perbedaan antara kedua polimer tersebut adalah struktur rantainya. Amilosa memiliki rantai polimer yang lurus sedangkan amilopektin memiliki rantai yang bercabang. Menurut Dizedzic & Kearsley (1995) dalam Suarni (2013), Amilosa merupakan polisakarida yang memiliki rantai lurus berbentuk heliks dengan ikatan glikosidik α-1,4 dan amilopektin memiliki percabangan pada ikatan α-1,6.

Menurut Suarni dkk (2013), pati memiliki paling sedikit tiga komponen yaitu amilosa, amilopektin dan bahan antara seperti lipid

serta protein. Pada proses pembuatan glukosa dengan bahan pati memerlukan proses hidrolisis pati untuk memisahkan makromolekul pati berupa amilosa dan amilopektin menjadi monomer glukosa. Pada tahap starch slurry preparation ini, pati jagung akan dicampurkan dengan air dengan tujuan agar terbentuk gel akibat reaksi gelatinisasi pati.

Reaksi gelatinisasi pati adalah reaksi yang terjadi ketika pati dicampurkan dengan air kemudian akan menyerap sebagian air hingga maksimal 30% dari berat tepung. Selain terjadi reaksi gelatinisasi, proses penambahan air juga dapat mengakibatkan hidrolisis pati sehingga komponen makromolekul berupa amilosa, amilopektin, lipid dan protein terpisah. Pada tahap ini pH yang terbentuk cukup asam yaitu sekitar 3-3,5. Menurut Novozyme (2010) dalam Jayanti (2011), enzim α-amilase memiliki rentang pH 5,2-5,6 untuk aktif menghidrolisis pati. Sehingga pada tahap ini juga ditambahkan Soda Ash untuk meningkatkan pH dari 3-3,5 menjadi 5,2-5,6. Menurut Damayanti et al., 2018, sodium karbonat atau disebut juga dengan Soda Ash berperan untuk menaikkan pH slurry sebelum memasuki tahap likuifikasi. Pada tahap ini dilakukan pengecekan pH,

2.5.2. Liquifikasi

Liquifikasi adalah tahap untuk mencairkan kembali slurry yang telah terbentuk dalam tahap sebelumnya sehingga akan memiliki viskositas yang lebih rendah. Pada tahap ini dilakukan hidrolisis secara enzimatis dengan tujuan untuk memperoleh produk spesifik berupa glukosa. Enzim yang digunakan dalam tahap likuifikasi adalah enzim α-amilase. Enzim α-amilase termasuk ke dalam golongan enzim ekstraseluler yang bertugas untuk memotong ikatan 1,4-α-D-glikosidik antara monomer glukosa pada rantai linier dari amilosa (Wahyuni, 2015). Menurut Rahmawati & Aji (2015), enzim α-amilase berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu termostabil (tahan panas) dan termolabil (tidak tahan panas). Enzim α-amilase yang bersifat termostabil dapat diperoleh dari bakteri Bacillus sp. sedangkan yang termasuk termolabil dapat diperoleh dari Aspergillus sp. Enzim α-amilase yang digunakan pada proses ini adalah enzim α-amilase yang termodifikasi yang bersifat termostabil sehingga bekerja optimal pada suhu 105-110oC dengan rentang pH 5,1-5,6. Rahmawati & Aji (2015) mengatakan bahwa suhu yang terlalu tinggi dapat mengganggu dan merusak enzim, sedangkan suhu yang terlampau rendah mengakibatkan gelatinisasi pati tidak sempurna.

Proses kerja enzim α-amilase terdiri atas dua tahapan yaitu penyederhanaan amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa melalui proses degradasi kemudian dilanjutkan dengan membentuk glukosa dan maltosa. Proses degradasi amilosa akan berlangsung sangat cepat diikuti dengan menurunnya viskositas dari slurry yang digunakan. Proses hidrolisis ini juga diikuti dengan proses pemanasan dengan menggunakan jet cooker. Pemanasan dengan jet cooker dilakukan sebanyak 2 kali, pada tahap pertama dengan suhu 108-110oC memiliki tujuan untuk mempercepat proses hidrolisis pati menjadi glukosa lalu tahap kedua adalah untuk menginaktivasi enzim α-amilase dengan suhu 140 C. Setelah dilakukan inaktivasi enzim α-amilase, bahan kemudian akan dimasukkan ke dalamo

flash cooler dengan tujuan untuk menurunkan suhu bahan. Suhu dari bahan diturunkan hingga 110 C. Selanjutnya akan dilakukano

penambahan enzim α-amilase dan kemudian masuk ke dalam plug flow reactor Plug flow reactor merupakan tempat dimana slurry. yang telah mencair dan sudah mengalami hidrolisis namun belum sempurna akan direaksikan kembali dengan enzim α-amilase sehingga proses hidrolisis pati dapat berjalan sempurna menghasilkan molekul-molekul yang glukosa dalam jumlah yang lebih banyak. Pada proses likuifikasi dihasilkan produk dengan Dextrose Equivalent (DE) 10-20.

2.5.3. Sakarifikasi

Sakarifikasi merupakan tahap lanjutan dari tahap likuifikasi. Pada tahap likuifikasi DE 18 akan didapatkan DE 13-14 sehingga perlu dilakukan hidrolisis lanjutan hingga mencapai DE yang lebih tinggi yaitu pada kisaran 16-18. Pada proses sakarifikasi, hidrolisis dilakukan dengan menambahkan enzim β-amilase. Enzim β-amilase memiliki fungsi yang sama dengan enzim α-amilase namun proses pemotongannya sangat lambat dan hanya memotong 2 gugus glukosa setiap potongannya dan proses pemotongan dilakukan satu-persatu dari ujung terluar amilosa atau amilopektin dimulai dari gugus non reduksi (Ni’maturohmah & Yunianta, 2015). Penggunaan enzim ini bertujuan agar saat proses hidrolisisis lanjutan di saccharification tank tidak menghasilkan glukosa dengan DE yang lebih tinggi standar yang telah ditetapkan untuk menghasilkan DE 18. Kondisi kerja enzim ini dapat berjalan hingga suhu maksimal 60 C dan dilakukan homogenisasi enzim. Semakin tinggi DE, maka proses sakarifikasi akan berlangsung lebih lama,o

namun proses ini juga dapat dipercepat dengan penambahan dosis enzim. Bentuk dari Tanki Sakarifikasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Selama proses sakarifikasi dilakukan pengecekan terhadap DE dari larutan glukosa yang dihasilkan. Hal ini bertujuan untuk memantau seberapa jauh perubahan DE sebelum dan sesudah melalui tahap sakarifikasi sekaligus untuk menentukan waktu yang tepat untuk menginaktifasi enzim. Setelah DE yang dituju tercapai, enzim β-amilase akan diinaktivasi dengan menambahkan HCl 5% sehingga proses hidrolisis dapat terhenti dan DE yang diperoleh tidak melampaui batas yang diharapkan.

2.5.4. Filtrasi

Pada tahap filtrasi, hasil dari proses sakarifikasi masih mengandung berbagai macam pengotor seperti protein, lemak, asam lemak, fiber dan pati yang tidak ikut terhidrolisis oleh enzim α-amilase dan β-amilase. Komponen pengotor tersebut kemudian akan dihilangkan supaya tidak memicu terjadinya reaksi maillard antara gula pereduksi dan asam amino dalam sirup glukosa. Proses pemisahan dilakukan melalui 3 tahap yaitu dengan menggunakan Rotary Drum Filter Ion Exchange, dan Carbon Filter Press. 2.5.4.1. Rotary Drum Filter

Rotary Drum Filter (RDF) merupakan sebuah filter yang bekerja secara berkelanjutan yang akan memisahkan bagian solid dari sebuah campuran dengan liquid atau gas. Pada proses ini juga dibantu dengan didalam drum sehingga dapat menyerap liquid atau gas dari luar dan menahan solid yang memiliki ukuran yang besar di luar/permukaan dari drum. Pada proses ini larutan bahan yang mengandung suspense berupa padatan akan dimasukkan ke dalam bak penampung yang telah terpasang drum filter yang dapat berputar. Oleh bantuan tenaga vakum didalam drum, cairan akan masuk melalui filter cloth, sedangkan padatan akan tertinggal di permukaan luar dan membentuk cake. Prinsip kerja dari Rotary Drum Filter dapat dilihat pada Gambar 7.

16.I1.0114_Yohanes Bos... Uploaded: 05/16/2019 Checked: 05/16/2019

Similarity

Similarity from a chosen source Possible character replacement

abc

Citation References

4

Pada proses filtrasi dengan RDF ini dapat dilakukan dengan 2 tahap, tahap pertama adalah pelapisan Filter Aids Filter Aids. adalah mineral anorganik dan material organik berserat yang berwujud solid dan biasanya ada dalam bentuk bubuk dan digunakan untuk meningkatkan performa filtrasi (PT. Lautan Luas Tbk, 2005). Filter aid biasanya akan dibuat dengan bahan diatomit, perlite maupun selulosa yang akan memiliki sifat ringan dan kimia inert. Filter aid yang telah bentuk sebagai filter cloth pada sisi luar RDF akan membentuk kue yang memiliki porositas yang tinggi sehingga cairan dapat dengan cepat mengalir masuk namun tetap mencegah padatan tertinggal diluar. Selanjutnya adalah pemanasan. Cairan glukosa pada bak penampung akan dipanaskan dengan suhu tertentu sehingga cairan tersebut akan tetap dalam bentuk cair sehingga mudah difiltrasi. Adapun tahap tambahan yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses filtrasi yaitu dengan menambahkan elektrolit sebagai koagulan dan flokulan. Senyawa elektrolit ini akan ini akan mengakibatkan partikel koloid akan mengalami destabilisasi akibat adanya penetralan muatan koloid sehingga menjadi bentuk yang lebih besar dan lebih padat dan dapat terbentuk flok (Yuliati, 2006). Solid yang tersaring dalam tahap ini berupa protein dan lemak.

2.5.4.2. Ion Exchange

Ion Exchange adalah metode pemisahan ion-ion dalam larutan yang tidak dikehendaki dan dipindahkan ke dalam media padat yang akan melepaskan ion lain ke dalam larutan. Alat yang digunakan sering disebut sebagai ion exchanger. Pada tahap ini bahan berupa glukosa cair yang telah dipisahkan antara solid (lemak & protein) dengan fase cairnya kemudian akan masuk ke dalam sebuah alat bernama Ion Exchanger. Tujuan dilakukannya proses filtrasi dengan ion exchanger adalah untuk memisahkan mineral-mineral pengotor yang mengandung ion baik ion positif maupun ion negatif yang ada pada bahan dengan memanfaatkan bantuan resin

berupa kation dan anion yang telah diaktivasi dengan menggunakan HCl (kation) dan NaOH (anion). Resin Ion Exchange merupakan bahan yang digunakan untuk deionisasi atau demineralisasi sirup. Resin kation yang digunakan dalam proses Ion Exchange memiliki ion H yang akan menangkap mineral-mineral yang memiliki ion negative sedangkan resin anion memiliki ion+

OH- yang akan menangkap mineral-mineral yang memiliki ion positif (Saroso, 2016). Prinsip kerja dari proses Ion Exchange dapat dilihat pada Gambar 8.

Proses filtrasi ion diawali dengan proses aktivasi resin kation maupun anion dengan HCl (kation) dan NaOH (anion). Resin kation memerlukan ion H yang berasal dari HCl untuk dapat menyerap mineral-mineral yang memiliki ion positif seperti K , Na , Ca+ + + 2+

sedangkan resin anion akan memerlukan ion OH untuk dapat menyerap mineral-mineral yang memiliki ion negatif seperti Cl , PO ,- -4

-dan mineral organik (Saroso, 2016). Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada persamaan berikut:

Resin kation yang awalnya berikatan dengan H akan bertemu dengan mineral MX yang bermuatan positif, kemudian resin akan+

melepaskan H dan menggantinya dengan mineral yang bermuatan positif yang terdapat dalam bahan mengakibatkan ikatan resin+

akan berubah menjadi R-M (ikatan antara resin dengan mineral yang bermuatan positif). Ion H kemudian akan berikatan dengan+

mineral bermuatan negatif menjadi ikatan H-X. Pada hasil ion exchange resin kation akan didapatkan produk dengan kandungan mineral negatif, yang kemudian akan dihilangkan pada ion exchange dengan resin anion dan produk akhir dari ion exchange ini adalah larutan glukosa murni tanpa mineral-mineral yang berpotensi mengganggu hasil akhir dari produk.

2.5.4.3. Carbon Filter Press

Proses filtrasi pada Carbon Filter Press akan melibatkan bubuk karbon aktif yang akan berperan sebagai agen sorpsi aroma serta menjernihkan warna dari larutan glukosa (Dahlan et al., 2013). Pada proses ini larutan glukosa yang telah dihilangkan mineralnya kemudian akan ditambahkan dengan bubuk karbon aktif. Karbon aktif dapat diperoleh dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau arang. Menurut Dahlan et al. (2013), karbon aktif dalam bentuk bubuk banyak digunakan dalam industr i pengolahan air minum, bahan tambahan makanan, pemurnian glukosa serta industri pengolahan zat pewarna kadar tinggi. Karbon aktif dapat bekerja dengan cara mengikat senyawa organik dari suatu cairan ataupun gas dengan cara adsorpsi. Senyawa organik tersebut akan diikat ke permukaan pori dari karbon aktif dan tertahan di permukaan tersebut. Setelah terjadi pengikatan senyawa-senyawa organik tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses filter press.

Tujuannya untuk melakukan pemisahan karbon dengan cairan glukosa dengan bantuan tekanan udara. Prosesnya adalah larutan dilewatkan ke rangkaian pelat yang berpori dengan bantuan tekanan tinggi kemudian filtrat berupa karbon aktif yang telah mengikat senyawa organik akan tertahan di pelat filter tersebut sehingga cairan glukosa akan terpisah dengan karbon.

2.5.5. Evaporasi

Tahapan akhir dari proses produksi glukosa DE 18 sebelum diubah menjadi maltodekstrin melalui proses Spray Drying adalah dengan melakukan proses evaporasi. Proses evaporasi merupakan proses pemekatan larutan yang terdiri atas senyawa pelarut yang bersifat volatil dan senyawa terlarut yang bersifat non volatil (Moeksin & Stevanus, 2009). Proses ini dapat berlangsung dengan bantuan uap panas maupun dengan menggunakan tekanan. Sebelum larutan glukosa cair masuk ke dalam tanki evaporasi, larutan dilewatkan ke Heat Exchanger untuk meningkatkan suhu sehingga memudahkan proses penguapan air kemudian larutan glukosa masuk ke dalam tanki evaporasi kemudian dilakukan juga penyesuaian pH menjadi 4-5. Proses evaporasi ini berlangsung dalam 4 tahap.

Tahap pertama dilakukan di tanki evaporasi 1 dengan tekanan 760mBar, akan terjadi pertemuan antara larutan glukosa dengan steam panas sehingga timbul uap air dan kondensat. Selanjutnya larutan diteruskan menuju ke tanki evap ke 4 dengan tekanan 400mBar sehingga proses penguapan dapat terus berjalan. Kondensat yang terbentuk akan masuk ke dalam tanki separator. Selanjutnya larutan glukosa akan masuk ke dalam tanki evaporasi 3 yang memiliki tekanan 400mBar untuk semakin memisahkan uap air dengan larutan glukosa. Setelah keluar dari tahap 3, larutan glukosa yang masih mengandung sedikit air kemudian diteruskan ke tanki

Dokumen terkait