• Tidak ada hasil yang ditemukan

23Lampiran 2 Simpangan Pada Data CH Harian di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan Penakar

Hujan Tanggal A B C rata$ rata Simpangan 11.3 14 24 11.3 14 24 11.3 14 24 23/04/08 16.0 16.9 15.9 17.0 16.6 15.0 16.2 0.67 28/04/08 14.5 15.6 17.0 14.0 16.2 15.4 15.4 1.03 07/05/08 10.0 13.6 11.1 11.0 12.3 10.8 11.5 1.19 08/05/08 18.5 19.5 19.6 32.4 28.3 29.7 24.7 5.62 14/05/08 4.0 4.5 5.2 6.0 6.2 5.1 5.2 0.76 15/05/08 33.4 33.1 33.4 48.9 44.8 33.4 37.8 6.48 16/05/08 1.0 1.3 1.3 1.0 1.3 1.1 1.2 0.14 19/05/08 18.0 17.9 19.0 18.5 29.2 21.5 20.7 4.02 21/05/08 33.4 33.1 33.6 39.9 48.1 33.6 37.0 5.51 22/05/08 5.0 4.9 4.6 7.5 5.5 4.5 5.3 1.01 23/05/08 5.0 4.9 5.1 6.0 5.5 4.9 5.2 0.41 26/05/08 50.9 33.5 33.2 45.4 23.4 14.6 33.5 12.27 02/06/08 49.4 48.7 49.8 48.9 49.1 49.8 49.3 49.4 49.0 49.3 0.34 04/06/08 3.5 3.6 3.5 3.5 3.6 3.0 3.5 3.2 2.9 3.4 0.25 09/06/08 21.0 22.8 24.3 22.0 21.8 11.1 21.0 36.4 10.6 21.2 7.14 11/06/08 12.0 13.0 12.4 11.5 12.0 11.3 11.5 12.0 10.0 11.7 0.80 13/06/08 20.0 21.4 21.5 21.4 21.1 19.5 20.0 17.5 15.4 19.8 1.96 14/06/08 13.0 13.6 13.3 13.5 13.3 12.2 12.0 13.0 9.1 12.5 1.34 16/06/08 3.5 3.6 3.5 3.5 2.9 3.4 4.0 3.6 3.5 3.5 0.26 20/06/08 9.5 9.7 10.0 9.5 9.7 8.8 9.0 9.1 5.5 9.0 1.27 23/06/08 3.0 2.6 3.1 3.0 2.6 2.7 3.0 2.6 2.7 2.8 0.20 30/06/08 34.9 32.5 32.1 37.9 39.0 33.4 34.9 37.0 25.2 34.1 3.87 07/07/08 71.6 72.1 71.3 71.8 69.6 71.1 71.1 69.6 71.1 71.0 0.84 16/07/08 69.1 68.2 68.9 68.8 68.9 69.4 68.8 68.9 68.1 68.8 0.37 22/07/08 12.0 13.6 13.0 19.0 14.0 12.4 12.0 9.7 12.6 13.1 2.35 28/07/08 12.0 13.6 12.6 12.5 13.6 12.2 12.0 13.3 12.6 12.7 0.63 rata$rata 2.34

!

" # $% & $ ' '

(" # ! "

) * *

+

. Perbandingan Penakar Hujan di Berbagai Ketinggian Posisi Pemasangan dan

Ukuran Diameter Mulut Penampang. Dibimbing oleh .

Saat ini di berbagai wilayah di dunia dalam mengukur curah hujan digunakan alat yang menggunakan standar internasional (WMO) dimana ukuran diameter dan posisi pemasangan ditentukan oleh WMO. Sedangkan dengan menggunakan alat$alat yang memakai standar WMO memerlukan biaya yang mahal. Di Indonesia data curah hujan sangat diperlukan dalam segala bidang. Bila menggunakan alat$alat tersebut kita tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan data curah hujan dikarenakan biaya yang mahal, sedangkan bila digunakan alat$alat sederhana kita dapat menggunakan dimana saja dengan syarat curah hujan yang terukur tidak terganggu. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah membuat alat$alat sederhana dalam mengukur curah hujan dan mendapatkan data yang akurat dengan membandingkan beberapa penakar hujan dengan ukuran diameter mulut penakar dan ketinggian posisi pemasangan dari permukaan. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa percobaan yaitu empat ukuran diameter yang berbeda sebagai kontrolnya yaitu tipe dengan ukuran diameter 11.3 cm dan posisi pemasangan pada ketinggian 1.2 m dan percobaan kedua dengan tiga ketinggian posisi pemasangan sebagai kontrolnya tipe . Dimana tipe merupakan penakar hujan yang sering digunakan oleh berbagai negara yang merupakan standar internasional.

Judul : PERBANDINGAN PENAKAR HUJAN DI BERBAGAI KETINGGIAN POSISI PEMASANGAN DAN UKURAN DIAMETER MULUT PENAMPANG

Nama : FITRI YASMIN

NRP : G24104023

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl NIP. 132 089 516

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA NIP. 131 578 806

1

.

2.2 $ " *!

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi, yang memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan, yang dinyatakan sebagai hujan yaitu butir hujan dengan diameter > 0.5 mm.

WMO (

) mengatur arahan cara pengukuran curah hujan dengan melakukan keragaman teknik beserta alat$alat. Pada umumnya pengukuran curah hujan sendiri sebenarnya sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat$alat yang sederhana kita sudah bisa mendapatkan data curah hujan. Standar pengukuran curah hujan yang telah ada berfungsi untuk mempermudah pengukuran yang dilakukan dan agar terhindar dari berbagai ganguan. Sebenarnya pemasangan penakar hujan hanya dapat dilakukan di daerah yang tidak menghalangi hujan, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas.

Pada umumnya ada 2 jenis alat yang digunakan untuk pengamatan, yakni

jenis dan jenis . Alat ukur

yang sering digunakan yaitu tipe ( ) atau sering disebut merupakan jenis manual.

(WMO) mempunyai standarisasi untuk alat tipe ini dengan diameter mulut penakar sebesar 11.3 cm atau 5 inchi dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1.2 dari permukaan tanah.

pada umumnya juga mengikuti standar dari WMO dengan diameter lebih besar.

Dalam pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan berbagai alat yang berbeda seperti diameter, ketinggian dan luas penakar hujan, hanya saja alat$alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang terbuka dan tidak ada penghalang yang akan mempengaruhinya, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas.

2. %)% * * " $ *

Membandingkan beberapa penakar hujan dengan ukuran diameter mulut penakar dan ketinggian posisi pemasangan dari permukaan.

.

.2 $

Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm) seperti hujan (Sosrodarsono, 2006).

Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata$rata presipitasi pada beberapa bagian permukaan bumi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi presipitasi seperti sirkulasi uap air, arah angin dan kecepatan angin serta ketinggian tempat adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi (Eagleson dalam Seyhan, 1977) :

Untuk intensitas hujan, mengacu pada standar internasional (WMO) adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Hujan Standar Internasional (WMO) $ %) * *$ * $ ' *$ * $ # Sangat Ringan Ringan Sedang / Normal Lebat Sangat Lebat < 0.1 mm 0.1 – 5.0 mm 5.0 – 10 mm 10 – 20 mm > 20 mm < 5.0 mm 5.0 – 20 mm 20 – 50 mm 50 – 100 mm > 100 mm Sumber : WMO . & $ * * %) *

Tujuan utama setiap metode pengukuran presipitasi adalah untuk mendapatkan contoh yang benar$benar mewakili curah hujan di seluruh kawasan

tempat pengukuran WMO (

) 1970. Karena itu di dalam memasang suatu penakar presipitasi haruslah dijamin bahwa :

1. Percikan tetesan hujan ke dalam dan ke luar penampungan harus dicegah 2. Kehilangan air dari reservoir oleh

penguapan haruslah seminimal mungkin Persyaratan dalam menempatkan penakar hujan adalah sangat penting untuk pengukuran yang benar$benar mewakili. Beberapa persyaratan disajikan di bawah ini: 1. Untuk memperkecil pengaruh turbulensi angin (Larson dan Peck dalam Seyhan, 1977), tinggi penakar harus

1

.

2.2 $ " *!

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi, yang memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan, yang dinyatakan sebagai hujan yaitu butir hujan dengan diameter > 0.5 mm.

WMO (

) mengatur arahan cara pengukuran curah hujan dengan melakukan keragaman teknik beserta alat$alat. Pada umumnya pengukuran curah hujan sendiri sebenarnya sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat$alat yang sederhana kita sudah bisa mendapatkan data curah hujan. Standar pengukuran curah hujan yang telah ada berfungsi untuk mempermudah pengukuran yang dilakukan dan agar terhindar dari berbagai ganguan. Sebenarnya pemasangan penakar hujan hanya dapat dilakukan di daerah yang tidak menghalangi hujan, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas.

Pada umumnya ada 2 jenis alat yang digunakan untuk pengamatan, yakni

jenis dan jenis . Alat ukur

yang sering digunakan yaitu tipe ( ) atau sering disebut merupakan jenis manual.

(WMO) mempunyai standarisasi untuk alat tipe ini dengan diameter mulut penakar sebesar 11.3 cm atau 5 inchi dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1.2 dari permukaan tanah.

pada umumnya juga mengikuti standar dari WMO dengan diameter lebih besar.

Dalam pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan berbagai alat yang berbeda seperti diameter, ketinggian dan luas penakar hujan, hanya saja alat$alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang terbuka dan tidak ada penghalang yang akan mempengaruhinya, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas.

2. %)% * * " $ *

Membandingkan beberapa penakar hujan dengan ukuran diameter mulut penakar dan ketinggian posisi pemasangan dari permukaan.

.

.2 $

Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm) seperti hujan (Sosrodarsono, 2006).

Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata$rata presipitasi pada beberapa bagian permukaan bumi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi presipitasi seperti sirkulasi uap air, arah angin dan kecepatan angin serta ketinggian tempat adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi (Eagleson dalam Seyhan, 1977) :

Untuk intensitas hujan, mengacu pada standar internasional (WMO) adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Hujan Standar Internasional (WMO) $ %) * *$ * $ ' *$ * $ # Sangat Ringan Ringan Sedang / Normal Lebat Sangat Lebat < 0.1 mm 0.1 – 5.0 mm 5.0 – 10 mm 10 – 20 mm > 20 mm < 5.0 mm 5.0 – 20 mm 20 – 50 mm 50 – 100 mm > 100 mm Sumber : WMO . & $ * * %) *

Tujuan utama setiap metode pengukuran presipitasi adalah untuk mendapatkan contoh yang benar$benar mewakili curah hujan di seluruh kawasan

tempat pengukuran WMO (

) 1970. Karena itu di dalam memasang suatu penakar presipitasi haruslah dijamin bahwa :

1. Percikan tetesan hujan ke dalam dan ke luar penampungan harus dicegah 2. Kehilangan air dari reservoir oleh

penguapan haruslah seminimal mungkin Persyaratan dalam menempatkan penakar hujan adalah sangat penting untuk pengukuran yang benar$benar mewakili. Beberapa persyaratan disajikan di bawah ini: 1. Untuk memperkecil pengaruh turbulensi angin (Larson dan Peck dalam Seyhan, 1977), tinggi penakar harus

2

dipertahankan seminimal mungkin.

Untuk suatu luas lubang 4 dm2, angka$ angka berikut diukur :

Tabel 2. Tinggi Penakar Hujan

Tinggi Penakar (m) % tangkapan 0 (di atas tanah)

0.4 1.5 100 93 – 97 84 $ 96 Sumber : (Seyhan, 1977)

Sebaliknya, penakar hujan harus diletakkan cukup tinggi. Penakar hujan setinggi tanah harus dilindungi dari ganguan hewan. Untuk perbandingan pengukuran, semua penakar hujan dalam suatu jaringan haruslah ditempatkan pada tinggi yang sama. 2. Untuk mulut penakar haruslah paralel

dengan permukaan tanah. Pada daerah yang berbukit, di mana penakar kerap kali harus ditempatkan di atas bukit, ketelitian tangkapan penakar yang baku

dapat ditingkatkan dengan

memiringkannya tegak lurus permukaan tanah (Storey dan Hamilton dalam Seyhan, 1977). Namun, lokasi pada suatu kemiringan lereng umumnya harus dihindari.

Pemilihan suatu tipe penakar hujan tertentu dan lokasinya di suatu tempat bergantung beberapa faktor. Di antaranya disebutkan di bawah ini (Volker dalam Seyhan, 1977) :

1. Dapat dipercaya (ketelitian pengukuran) 2. Tipe data yang diperlukan (menit,

harian, dan lain$lain)

3. Tipe presipitasi yang akan diukur (adanya salju, tebalnya salju)

4. Dapat diperbandingkan dengan penakar hujan lain yang ada

5. Biaya instalansi dan perawatannya 6. Mudahnya pengamatan

7. Gangguan oleh hewan dan manusia. . .2 " $3 " $ *!% % $

Tipe alat$alat pengukur presipitasi dapat didasarkan atas apakah alat$alat itu merupakan tipe pencatat atau bukan. Penakar hujan pencatat secara otomatis mengumpulkan datanya pada suatu grafik, pita pelubang, pita magnetik atau secara elektronik mengirim data ke penerima (komputer, satelit, dan lain$lain). Penakar hujan bukan pencatat harus dibaca secara berkala (sekali sehari, sekali seminggu, 15 hari, atau sebulan). Penakar ini tidak mencatat data dengan cara apapun.

Klasifikasi menurut Seyhan didasarkan atas suatu kombinasi dua pendekatan, yaitu :

1. Penakar hujan bukan pencatat

Penakar$penakar hujan bukan pencatat yang disebutkan di bawah ini semuanya diletakkan di tanah.

a. Penakar hujan baku (standar) : Diameter lubang (juga tingginya) berbagai di berbagai negara (3.57 inci di Kanada, 5 inci di Inggris, 8 atau 12 inci di AS). Suatu luasan 2 hingga 5 dm2(spesifikasi WMO) ternyata paling sesuai untuk besarnya lubang. Tinggi penakar hujan beragam sekitar 40 cm. Botol$botol penampung harus dikosongkan dan diukur secara berkala (harian, mingguan maupun bulanan).

b. Penakar hujan penyimpan (penjumlah) : Penakar ini merupakan penakar hujan baku dengan kapasitas lebih besar dan digunakan untuk menyimpan presipitasi musiman di kawasan yang jauh. Pengukuran penakar (lebih disukai karena ketelitiannya) maupun dengan mengukur kedalaman (jeluk) air dalam reservoir.

c. Penakar hujan searas tanah : Tipe$tipe penakar hujan searas tanah meskipun lebih mahal dibandingkan dengan penakar hujan yang baku, mempunyai persentase tangkapan curah hujan yang tertinggi.

d. Penakar hujan acuan internasional (

) : karena berbagai negara mempunyai standar stasiun pengamat hujan yang berlainan, maka WMO telah mengembangkan suatu penakar acuan yang disebut IRPG. Penakar ini diusulkan sebagai suatu penakar hujan baku yang dapat digunakan sebagai pembanding bagi penakar hujan lainnya yang digunakan di berbagai negara. Penakar ini diambil dari tipe British Snowdon dengan luas lubang 128 cm2 dan 1 meter di atas tanah serta ditempatkan di dalam perisai angin tipe Alter.

2. Penakar Hujan Otomatik (pencatat) Semua penakar hujan otomatik akan mencatat data (dalam hal ini jumlah hujan) secara kontinu (interval 1 menit, 5 menit, 10 menit, dan lain$lain) maupun secara berkala pada beberapa macam grafik, pita pelubang, pita magnit, film, sinyal$sinyal listrik, dan lain$lain.

a. Pemantauan hujan di tanah

1) Penakar hujan otomatik tipe penimbangan : peralatan ini serupa

3

dengan penakar hujan tipe pelampung.

Secara kontinu, berat panci penampung ditambah hujan yang jatuh sejak pencatatan mulai dicatat. Reservoir di mana presipitasi dikumpulkan, dikosongkan dengan suatu sifon (serupa dengan penakar hujan tipe pelampung) setelah kedalaman curah hujan sebesar 5 mm atau 10 mm, tergantung pada lebar grafik. Jumlah hujan yang terakumulasi diplotkan pada suatu grafik yang diletakkan di sekitar drum yang berputar. Karena itu, hasilnya adalah suatu kurva massa curah hujan.

2) Penakar hujan otomatik tipe pelampung : Alat ini menampung presipitasi ke dalam penerima dan membawanya kepada suatu ruangan pelampung dimana pelampung akan naik bila tinggi muka air juga naik. Gerakan vertikal pelampung ini dipindahkan melalui suatu tongkat pelampung dan pena ke suatu grafik yang diletakkan di sekitar drum yang berputar. Air yang terakumulasi dalam ruangan pelampung disedot ke luar secara manual atau otomatis.

3) Penakar hujan otomatis tipe ember$ tumpah ( ) : Alat ini juga

dikenal sebagai , air

presipitasi mengalir dari penerima ke dalam suatu ember yang terdiri atas dua bagian yang berbentuk segitiga dan dineracakan dalam keseimbangan yang tidak stabil pada suatu ujung pisau. Pembalikkan ember dikalibrasikan agar terjadi setelah jumlah air presipitasi yang terakumulasi dalam suatu bagian adalah sebesar 0.2 mm (spesifikasi WMO minimum). Pencatatan secara bertahap dan tidak kontinu (bukan suatu plot garis pada tipe$tipe timbangan dan pelampung). Kerugian penakar hujan ini adalah : (1) selama pembalikan, air dapat hilang jika curah hujan berintensitas tinggi, (2) kehilangan evaporasi dari bagian ruangan dapat cukup besar di kawasan$kawasan yang panas, (3) berhubung pencatatan yang bertahap maka alat ini tidak berguna untuk curah hujan yang sangat sedikit, (4) saat awal dan akhir tidak dapat diketahui secara tepat. Sebaliknya, tipe penakar ini tahan lama, sederhana dan memungkinkan pencatatan ditampung melalui pulsa listrik pada pita magnetik. 4) Pengindera jauh : Walaupun penakar

hujan tersebut merupakan tahap

percobaan, penelitian sedang dilakukan bagi penggunaan tipe pengideraan jauh yang berbeda di dalam pemantauan presipitasi (Seyhan, 1972).

b. Pemantauan presipitasi dari udara (pengindera jauh)

1) Kamera :Kamera$kamera metrik, pemandangan, gelombang banyak dan ultraviolet sedang digunakan di dalam mengkaji presiptasi.

2) Penyaring gambar ( ) :

Percobaan$percobaan sedang dilakukan dengan penyaring$penyaring gambar multi$spektral dan IRLS ( ! "

– Penyaring Gambar Garis Infra Merah) untuk menentukan esensinya dalam pengkajian$pengkajian presipitasi. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik atau film.

3) Radar : Penggunaan pencaran radar (radar scatterometer) dan SLAR sedang dikaji. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik atau film.

4) Radiometer gelombang mikri yang spektrometer gelombang mikro juga sedang dikaji. Keluaran yang tercatat adalah pita magnetik.

.4 ! (+ " * %) * Di dunia banyak sekali tipe$tipe penakar hujan ( ) dengan berbagai bentuk dan ukurannya. Tipe$tipe penakar hujan dengan berbagai bentuk dan model dibuat sesuai dengan kondisi suatu daerah tersebut. Misal pada daerah tropic biasanya bentuk penakar hujan ( ) di buat besar karena curah hujan yang terjadi pada daerah tersebut lebih besar. Sedangkan untuk daerah subtropic alat yang dibuat lebih kecil karena daerah tersebut mempunyai curah hujan yang lebih kecil.

Di bawah ini akan diperlihatkan beberapa model penakar hujan dengan berbagai ukuran.

4

Tabel 3. Tipe$tipe Penakar Hujan

Tipe Perusahaan Luas

Penampang

Resolusi Bahan Sensor Gambar

Model 52202 Scientific Sales Inc, Amerika 200 cm2 0.1 mm # Model 2500 HydroLynx, Amerika 314 cm2 0.25 mm, 0.5 mm, atau 0.1 mm $ # ! # Tipping Bucket GEOCIS (Geophysica l Consulting and Instrument Services), Indonesia 200 cm2 0.2 mm$ 1 mm Aluminium % & ECRN$ 50 (PLVE M5$50) ICT International , Australia 100 cm2 1 mm ' ! $( ) ! ECRN$ 50 (PLVE M5$ 100) (PLVE M50$ 100) ICT International , Australia 158.3 cm2 0.25 mm ' ! $( ) * ! TB5 ICT International , Australia 154 cm2 0.2 mm, 0.5 mm, atau 0.1 mm # + $( * #

5

Rain O Matic DWC International sales, Denmark 200 cm2 0.2 mm, 0.25 mm, atau 0.5 mm $ TB3 (PLV2) ICT International , Australia 154 cm2 0.2 mm, 0.5 mm, atau 0.1 mm # + * # Model 6506A Unidata Pty 323.5 cm2 0.2 mm + + & # + )) Model 5050P HydroLynx, Amerika 200 cm2 1 mm ' # Model TE525 Texas Electronics, Amerika 471 cm2 0.1 mm # Model HD201 3 Delta Ohm, Amerika 452 cm2 0.1 mm, 0.2 mm atau 0.5mm # Model 2149 American Sigma, Amerika 330 cm2 0.02 mm Epoxy coated aluminum and anodized aluminum #

6

.

4.2 , $% + * ' $ * " $ *

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga, Fakultas Matematika dan IPA, Bogor mulai Februari 2008 hingga Agustus 2008.

4. # * + * " $

Bahan$bahan yang digunakan : 1. Corong dengan ukuran diameter :

a. 25 cm sebanyak 3 buah b. 20 cm sebanyak 1 buah c. 14 cm sebanyak 3 buah d. 12 cm sebnayak 3 buah e. 8 cm sebanyak 1 buah

2. Penampung curah hujan dengan kapasitas 1500 ml 10 buah

3. Penampung curah hujan dengan kapasitas 600 ml 2 buah

4. Pipa

Alat yang digunakan : 1. Gelas ukur

4.4 $(+ * " $ *

4.4.2 * *5 *! * + *

' % $ * * %) *

Dilakukan penipisan terhadap corong ukuran 25 cm, 20 cm, 12 cm, 8 cm menjadi 24 cm, 19 cm, 11.3 cm, 7.8 cm agar air hujan dapat masuk ke dalam penampang tanpa terhalangi. Diameter corong ini digunakan untuk menentukan luas penampang penakar hujan tersebut dan luas penampang digunakan dalam menentukan curah hujan seperti perhitungan diatas. Kemudian penakar hujan tersebut diletakan di lapangan. Dalam pengamatan ulangan yang digunakan merupakan hari kejadian hujan.

Penelitian ini selain menguji berdasarkan diameter penampangnya juga menguji dari pemasangan alat berdasarkan ketinggian. Ketinggian yang dipakai untuk membandingkan dengan standar WMO. Ketinggian yang digunakan yaitu di permukaan, 120 cm, dan 500 cm. Dan penakar hujan yang digunakan dalam pemasangannya juga mempergunakan diameter yang berbeda, yaitu menggunakan tiga penakar hujan untuk setiap ketinggian. Masing$masing diameter tersebut adalah 24 cm, 14 cm, dan 11.3 cm.

4.4. *! ' $ * -% # %) *

Curah hujan dinyatakan dari hasil volume yang tertampung dibagi dengan luas penampang penakar hujan. Oleh karena itu, biasanya banyak curah hujan dinyatakan dengan satuan milimeter (mm). Berikut adalah perhitungan curah hujan :

CH = V/A V = volume hujan (ml)

A = luas penampang penakar hujan (cm)

4.4.4 *!(" # * $

Pengujian statistik untuk data curah hujan yang diperoleh dari hasil pengamatan menggunakan rancangan acak lengkap dan uji beda nyata. Variabel yang di uji yaitu diameter penakar hujan dan ketinggian tempat.

Tahapan pengujian dengan rancangan acak lengkap dan uji beda nyata. Pengujian Hipotesis :

Statistik uji Fhitung mengikuti sebaran F

dengan derajat bebas pembilang sebesar t$1 dan derajat bebas penyebut sebesar t (r$1). Dengan demikian jika nilai Fhitunglebih besar

dari Fα,db1,db2maka hipotesis nol ditolak dan

berlaku sebaliknya. Pengujian ini menggunakan dua hipotesis yaitu :

Hipotesis pertama :

Ho : p = pengukuran CH dengan berbagai

ukuran diameter mulut penakar akan menimbulkan perbedaan.

H1 : p = pengukuran CH dengan berbagai

ukuran diameter mulut penakar tidak akan menimbulkan perbedaan.

Hipotesis Kedua :

Ho : p = pengukuran CH dengan berbagai

ketinggian posisi pemasangan akan menimbulkan perbedaan.

H1 : p = pengukuran CH dengan berbagai

ketinggian posisi pemasangan tidak akan menimbulkan perbedaan

Penolakan hipotesis nol berimplikasi bahwa perlakuan yang diberikan terhadap unit$unit percobaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon percobaan yang diamati.

7

1.

Hujan di setiap wilayah selalu sama jumlah curah hujannya dalam pengukuran. Dalam melakukan pengukuran dan pengamatan curah hujan digunakan alat yang disebut penakar hujan seperti pada kebanyakkan literatur yang menyatakan bahwa untuk mengukur curah hujan haruslah menggunakan alat yang sesuai dengan ketentuan baku dan curah hujan harus dilakukan pada daerah yang masih alamiah. Untuk alat yang sesuai dengan ketentuan baku seperti berapa diameter penakar hujan yang sering digunakan di berbagai negara, diletakkan pada ketinggian berapa agar curah hujan yang diukur dan diamati tidak terganggu.

Metode dalam pengukuran curah hujan dapat digunakan dengan metode yang paling sederhana bahkan yang paling tua sekalipun. Misal dengan hanya memakai corong atau botol susu. Teknik ini masih dapat menghasilkan data curah hujan secara statistik dengan data harian maupun bulanan. Teknik sederhana ini juga harus presisi dan akurat serta keahlian dari pengamat agar mendapatkan data yang diinginkan (Graham, 1988).

6.2 ( * ' $ * " $ * %) *

Lokasi penempatan penakar hujan pada penelitian yaitu di Fakultas MIPA kampus IPB Darmaga, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Lokasi Fakultas MIPA IPB Darmaga

Penakar hujan pada penelitian ini ditempatkan pada daerah yang terbuka disekitar gedung bukan di daerah yang lapang dan dalam pengukuran curah hujan pada kondisi ini tidak mempengaruhi besarnya curah hujan. Karena kondisi

genteng pada bangunan ini dibuat dengan kemiringan 30o, sedangkan peletakkan alat bersudut tidak lebih dari 45odari tajuk pada plot penelitian.

Gambar 2. Lokasi Penempatan Alat Penakar Hujan

Hujan yang jatuh, tidak selalu lurus kemungkinan bisa terjadi kemiringan hingga 45o karena dipengaruhi oleh angin. Di bawah ini adalah gambar ilustrasi penakar hujan.

Gambar 3. Ilustrasi Jatuhnya Hujan

6. " " $ * %) * Alat – alat yang telah dibuat dengan menggunakan peralatan sederhana ternyata dapat dipergunakan dengan baik dan dapat memberikan data yang diinginkan. Pengamatan pertama dilakukan untuk menguji ukuran diameter penampang. Ukuran diameter yang diuji ada empat yaitu sebesar 7.8 cm, 11.3 cm dan sebagai pembandingnya menggunakan standar

WMO ( )

yaitu 19 cm dan 24 cm.

Lokasi

8

Gambar 4. Penakar hujan dengan diameter

(a) 7.8 cm dan (b) 11.3 cm

Gambar 5. Penakar hujan dengan diameter (a) 24 cm dan (b) 19 cm

Berikut adalah ilustrasi gambar berbagai diameter pada mulut penakar hujan .

Gambar 6. Berbagai Ukuran Diameter Pada Mulut Penakar (a) 7.8 cm, (b) 11.3 cm, (c) 19 cm dan (d) 24 cm

Gambar ilustrasi tentang berbagai diameter tersebut digunakan untuk membandingkan ukuran diameter suatu penakar yang dibuat. Jika dilihat dari ukuran semakin kecil ukuran suatu diameter mulut penakar berarti semakin kecil juga jumlah curah hujan yang tertampung, hal itu dikarenakan daerah tangkapan hujan untuk penakar tersebut kecil. Sebaliknya semakin besar diameter mulut penakar jumlah curah hujan yang tertampung maka semakin besar pula jumlah curah hujan yang tertampung ini, di karenakan daerah tangkapan hujan di sekitar area mulut penakar tersebut besar.

Di berbagai negara dapat dijumpai tipe penakar hujan yang berbeda$beda untuk ukuran diameter mulut penakar, hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran tidak mempengaruhi besar jumlah curah hujan. Besarnya jumlah curah hujan yang sesuai di dapatkan dari cara pengukuran yang benar

Dokumen terkait