• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Konsep Supply Chain

Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,

distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa logistik. ( Pujawan, 2005).

Supply chain pada industri jasa pertama kali harus diketahui gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada mulai dari awal sampai akhir. Misalnya jasa perbankan, awal supply chain dari jasa perbankan adalah adanya kepercayaan masyarakat untuk mengelola uang dan asset yang mereka miliki. Kemudian bank akan memutar uang tersebut dengan beberapa usaha, antara lain dengan memberi kredit perorangan, kredit perusahaan, atau kredit permodalan bagi industri manufaktur. Jasa peminjaman uang tersebut harus dibayarkan kembali kepada bank dalam bentuk bunga. Bunga bank inilah yang akan membiayai operasional perbankan, mulai dari membayar tenaga kerja dan membayar jasa orang- orang yang menaruh dan menitipkan uangnya di bank tersebut.

Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing instansi, dan pemecahannya dititikberatkan pada intern di instansi

masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang.

Faktor-faktor kunci yang dikelola dalam supply chain meliputi : 1. Pengelolaan relasi dengan konsumen.

2. Pengelolaan pelayanan kepada konsumen. 3. Sistem pengelolaan permintaan.

4. Sistem pengaturan aliran manufaktur. 5. Sistem pengadaan bahan baku.

6. Pengembangan produk dan proses komersial. 7. Pengembalian produk.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke bagian logistik. Setelah bahan baku selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh instansi. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh

instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi pengapalan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 3.1 memberikan ilustrasi konseptual sebuah supply chain.

supplier manufacturer distributor Ritel/toko consumer

Finansial : invoice, term pembayaran Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran Material : retur, recycle,repair Informasi : order, ramalan

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply chain dan 3 Macam Aliran yang Dikelola

Chain 1 : Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku , bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga

suppliers`supplier atau sub-supplier. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier`supplier biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata ratai yang pertama.

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau

plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengolah, mengkonversikan atau pun menyelesaikan barang (finishing). Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya penghematan ini dapat diperoleh.

Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufacturer → Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus disalurkan kepada para pelanggan/ konsumen. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari instansi melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaller atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang

sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Dalam hal ini terdapat kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan design kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke pengecer. Walaupun ada beberapa instansi yang langsung mendistribusikan barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti diatas.

Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets →

Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau supplier atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut dalam hal ini mungkin bisa disebut departemen. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets ) ke real customers atau real user. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa dimaksud.

BAB IV

Dokumen terkait