• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bullwhip Effect pada Rantai Supply dengan Model Q Menggunakan Pendekatan Hadley-Within di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Bullwhip Effect pada Rantai Supply dengan Model Q Menggunakan Pendekatan Hadley-Within di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BULLWHIP EFFECT PADA RANTAI SUPPLY

DENGAN MODEL Q MENGGUNAKAN

PENDEKATAN HADLEY-WITHIN

DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA MEDAN

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

MARTHA P.S. PANGGABEAN

NIM : 100403074

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler

Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas

sarjana ini adalah “Analisis Bullwhip Effect pada Rantai Supply dengan Model

Q Menggunakan Pendekatan Hadley-Within di PT. Coca Cola Amatil

Indonesia Medan”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas

sarjana ini. Penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, jurusan teknik industri,

perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan penelitian tugas sarjana sampai dengan selesainya

laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, karena itu penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Sarjana yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan yang mendukung

penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Tuti

Sarma Sinaga, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II penulis yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, motivasi,

serta kepercayaan kepada penulis untuk mengerjakan laporan tugas sarjana ini.

4. Seluruh Dosen di Departemen Teknik Industri USU atas segala ilmu dan

bimbingan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan, serta seluruh

Staff Administrasi yang ada di Departemen Teknik Industri USU.

5. Bapak Ahmad Nasoha dan Bapak Suhardani selaku Pembimbing Lapangan

penulis dan seluruh jajaran Staff di lingkungan PT. Coca Cola Amatil

Indonesia Medan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH (LANJUTAN)

6. Teristimewa kedua orang tua Bapak Henry Panggabean dan Ibu Tiorita

Batubara, S. Pd atas doa, nasihat, bimbingan dan dukungan moril dan materil,

yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis untuk tetap semangat

dalam perkuliahan dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

7. Rekan-rekan dan adik-adik asisten di Laboratorium Ergonomi dan

Perancangan Sistem Kerja, Teknik Industri, Fakultas Teknik USU (Nadia,

Saryanta, Gavrilo, Reza, Aziz, Joseph, Adra, Willy, Poppy, Loli, Marina,

Rama, Holongan, Sarmida, Erin, Rian, Andi, Savudan, Tri dan Jennifer).

8. The Seven B, rekan kelas istimewa di Kelas B 2010 Teknik Industri USU

(Theresia, Nadhira, Cici, Tanesia, Saryanta, dan Rahel).

9. Rekan-rekan seperjuangan di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan, Rahel

Agustin serta teman-teman Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU

khususnya stambuk 2010 (Andy, Citra) yang telah memberikan semangat serta

dorongan untuk menyelesaikan laporan ini, dan semua pihak yang telah

banyak membantu.

10.Rekan-rekan Perkantas Otto, Christine, Leo, Maria, Anggreyani, Ariyanto,

Dian, Netty, Hanna, Joshua, Rudi, Pendi, Januari atas dukungan dan doa yang

diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian dan pengerjaan tugas

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah... I-4

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-5

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-6

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaaan ... II-1

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2

2.4. Daerah Pemasaran ... II-2

2.5. Organisasi dan Manajemen ... II-3

2.5.1. Struktur Organisasi ... II-3

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-13

2.5.3.1. Tenaga Kerja ... II-13

2.5.3.2. Jam Kerja ... II-13

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-15

2.6. Proses Produksi ... II-15

2.6.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-16

2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-16

2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-20

2.7. Mesin dan Peralatan ... II-21

2.8. Utilitas ... ... II-23

2.9. Perawatan Mesin dan Peralatan... II-24

2.10.Safety and Fire Protection ... II-24

2.11. Pengolahan Limbah ... II-25

2.12. Aktivitas dan Mekanisme Pada Sistem Supply Chain

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.12.1. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Persediaan

Bahan Baku ... II-28

2.12.2. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Produksi ... II-29

2.12.3. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Pemasaran ... II-30

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Konsep Supply Chain ... III-1

3.1.1. Supply Chain Management ... III-6

3.1.2. Strategi Supply Chain ... III-7

3.2. Bullwhip Effect ... III-7

3.2.1. Pengukuran Bullwhip Effect ... III-8

3.3. Model Probabilistik Q ... III-9

3.3.1. Karakteristik Model Q ... III-10

3.3.2. Mekanisme Pengendalian Model Q Kasus Lost

Sales ... III-12

3.3.3. Komponen Model ... III-13

3.3.4. Formulasi Model Q (G. Handley and T.M Within)

Kasus Lost Sales ... III-15

3.4. Peramalan ... ... III-22

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.2. Peramalan Kuantitatif ... III-23

3.5. Penentuan Ukuran Lot (Lot Sizing) ... III-33

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ... IV-2

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2

4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-3

4.7. Pengolahan Data ... IV-4

4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6

4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

4.10. Block Diagram Metode Penelitian ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Aliran Distribusi Barang ... V-1

5.1.2. Entitas pada Setiap Level Distribusi ... V-2

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.2.2. Manufaktur ... V-2

5.1.2.3. Distributor ... V-2

5.1.2.4. Retailer ... V-3

5.1.3. Lead Time Pemesanan ... V-3

5.1.4. BiayaPemesanan Distributor Medan ... V-4

5.1.5. Rata-rata Biaya Simpan Produk Jadi ... V-4

5.1.6. BiayaKekurangan Persediaan Produk Jadi ... V-4

5.1.7. Data Permintaan Produk ... V-5

5.2. Pengolahan Data ... V-6

5.2.1. Melakukan Peramalan Permintaan Produk ... V-6

5.2.1.1. Peramalan Permintaan Distributor

Indomaret ... V-7

5.2.1.2.Peramalan Permintaan Distributor

Carrefour ... V-17

5.2.2. Perhitungan Bullwhip Effect ... V-29

5.2.3. Perhitungan Pengendalian Persediaan ... V-36

5.2.3.1. Kebijakan Inventori Optimal ... V-36

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1

6.1.1. Analisis Bullwhip Effect ... VI-1

6.2. Pembahasan ... VI-5

6.2.1. Kebijakan Inventori dengan Model Q (Metode

Hadley-Within) ... VI-5

6.2.2. Usulan Mengurangi Bullwhip Effect ... VI-7

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Permintaan dan Penjualaan Produk Pulpy Orange

Indomaret ... I-2

2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ... II-13

2.2. Data Mesin dan Peralatan Produksi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan ... II-22

2.3. Lead Time Pemesanan Bahan Baku ... II-29

3.1. Kegiatan-kegiatan Utama Supply Chain Management ... III-6

5.1. Lead Time Pemesanan ... V-4

5.2. Data Permintaan Distributor Tahun 2013 (kotak) ... V-5

5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (kotak) V-5

5.4. Data Permintaan Distributor Indomaret Tahun 2013 ... V-7

5.5. Hasil Peramalan Dengan Metode Simple Exponential

Smoothing Berdasarkan Tahun 2013 ... V-9

5.6. Parameter Regresi Linier Metode Hold ... V-10

5.7. Hasil Peramalan Dengan Metode Hold ... V-12

5.8. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode SES ... V-13

5.9. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Hold ... V-14

5.10. Rekapitulasi Nilai MSE dan MAPE Setiap Metode PeramalanV-14

5.11. Perhitungan Hasil Verifikasi ... V-15

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.13. Data Permintaan Distributor Carrefour Tahun 2013 ... V-17

5.14. Hasil Peramalan Dengan Metode Simple Exponential

Smoothing Berdasarkan Tahun 2013 ... V-19

5.15. Parameter Regresi Linier Metode Hold ... V-20

5.16. Hasil Peramalan Dengan Metode Hold ... V-22

5.17. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode SES ... V-23

5.18. Perhitungan Kesalahan Peramalan Metode Hold ... V-24

5.19. Rekapitulasi Nilai MSE dan MAPE Setiap Metode PeramalanV-25

5.20. Perhitungan Hasil Verifikasi ... V-25

5.21. Hasil Peramalan Permintaan Carrefour Tahun 2014... V-27

5.22. Hasil Perbandingan Peramalan Permintaan dengan

Permintaan Aktual Distributor Indomaret Tahun 2014... V-27

5.23. Hasil Perbandingan Peramalan Permintaan dengan

Permintaan Aktual Distributor Carrefour Tahun 2104... V-28

5.24. Hasil Perbandingan Total Permintaan dari Hasil Peramalan

dengan Permintaan Aktual Manufaktur Tahun 2014 ... V-29

5.25. Perhitungan Bullwhip Effect DistributorIndomaret ... V-31

5.26. Perhitungan Bullwhip Effect DistributorCarrefour ... V-32

5.27. Perhitungan Bullwhip Effect pada Rantai Manufaktur ... V-34

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.29. Perhitungan Pengendalian Persediaan Distributor Indomaret

Tahun 2014... V-41

5.30. Perhitungan Pengendalian Persediaan Distributor Carrefour

Tahun 2014... V-42

5.31. Perhitungan Pengendalian Persediaan Manufaktur Tahun

2014... V-42

5.32. Distribution Requirement Planning Distributor Indomaret V-44

5.33. Distribution Requirement Planning Distributor Carrefour

Citra Garden... ... V-44

5.34. Distribution Requirement Planning Rantai Manufaktur V-45

5.35. Perbandingan Aktual Permintaan Tahun 2014 dengan

Order Rilis Tahun 2014... ... V-47

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Coca Cola Amatil Indonesia

Medan ... II-4

2.2. Proses Produksi PT.Coca Cola Amatil Indonesia Medan . II-15

2.3. Blok Diagram Pembuatan Carbonated Soft Drink ... II-20

2.4. Diagram Pengolahan Limbah Cair ... II-27

2.5. Mekanisme Perencanaan dan Persediaan Bahan Baku ... II-28

2.6. Diagram Aliran Material di Bagian Produksi ... II-29

2.7. Aktivitas dan Mekanisme di Bagian Pemasaran ... II-30

3.1. Simplifikasi Model Supply Chain dan 3 Macam Aliran yang

Dikelola ... III-3

3.2. Situasi Persediaan dengan Model Q ... III-11

3.3. Mekanisme Pengendalian Inventori Menurut Model Q .... III-13

3.4. Posisi Inventori dalam Keadaan Steady State ... III-17

3.5. Langkah-langkah Peramalan Secara Kuantitatif ... III-24

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2

4.2. Flow chart Pengolahan Data ... IV-6

4.3. Block Diagram Metode Penelitian ... IV-8

5.1. Aliran Distribusi Barang PT Coca-Cola Amatil Indonesia

Medan ... V-1

(17)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.3. Moving Range Chart Peramalan Permintaan Indomaret .. V-16

5.4. Diagram Pencar Permintaan Carrefour Tahun 2013 ... V-18

5.5. Moving Range Chart Peramalan Permintaan Carrefour ... V-26

6.1. Nilai Bullwhip Effect dalam Supply Chain PT. Coca Cola

Amatil Indonesia Medan ... VI-3

6.2. Grafik Perbandingan Aktual Permintaan dengan Order ...

Rilis Tahun 2014 ... VI-6

6.3. Nilai Bullwhip Effect Setelah Dilakukan Kebijakan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Tabel Distribusi Normal ... L-1

2. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-2

3. Tugas Permohonan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-3

4. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Coca

Cola Amatil Indonesia Medan... L-4

5. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.

Coca Cola Amatil Indonesia Medan ... L-5

(19)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pembuatan minuman dalam kemasan. Dalam sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014 dengan persentase rata-rata selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %. Distorsi informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya bullwhip effect pada rantai

supply. Berdasarkan hasil perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 0,5303; 0,2967, dan 0,5114. Nilai bullwhip effect yang lebih kecil dari satu tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas penjualan produk yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pada sistem inventori. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect yaitu dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (qo) dan cadangan pengaman (ss) yang optimal masing-masing untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya sebesar 73,7,75 (kotak), dan 41,4,48 (kotak). Nilai bullwhip effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 1,0721; 1,100; dan 1,0714. Nilai bullwhip effect yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat menghemat inventory cost

pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.

(20)

ABSTRAK

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi pembuatan minuman dalam kemasan. Dalam sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, diperoleh bahwa jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014 dengan persentase rata-rata selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %. Distorsi informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya bullwhip effect pada rantai

supply. Berdasarkan hasil perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 0,5303; 0,2967, dan 0,5114. Nilai bullwhip effect yang lebih kecil dari satu tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas penjualan produk yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pada sistem inventori. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect yaitu dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (qo) dan cadangan pengaman (ss) yang optimal masing-masing untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya sebesar 73,7,75 (kotak), dan 41,4,48 (kotak). Nilai bullwhip effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya masing-masing sebesar 1,0721; 1,100; dan 1,0714. Nilai bullwhip effect yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat menghemat inventory cost

pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri manufaktur yang semakin pesat menyebabkan

persaingan dalam dunia industri menjadi sangat ketat dan kompetitif. Perusahaan

yang dapat bertahan adalah perusahaan yang dapat memenuhi keinginan dan

kebutuhan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan koordinasi dan

kolaborasi antara pihak-pihak dalam rantai supply. Sistem rantai supply yang

baik memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan, karena dapat

meningkatkan kemampuan dalam menyediakan produk yang tepat, pada waktu

yang tepat, dan pada kondisi yang diinginkan. Strategi menjaga rantai supply

merupakan kunci dalam menguasai ataupun mempertahankan pasar.

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan merupakan salah satu anak

perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang

pembotolan dan pendistribusian minuman ringan. Perusahaan ini dipercayakan

untuk memproduksi dan mendistribusikan produk-produknya ke wilayah provinsi

Sumatera Utara, Aceh, dan Batam. Area pemasaran yang demikian luas

menuntut PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan harus mampu merencanakan

dan mengendalikan persediaan produk jadi dengan tepat untuk memenuhi

(22)

Pulpy Orange merupakan produk yang paling banyak dan signifikan

diproduksi oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan dibandingkan jenis

produk minuman lainnya. dan bersifat make to stock sehingga dapat menimbulkan

penumpukan produk (over stock) ataupun kekurangan produk (stock out) apabila

perencanaan tidak akurat. Data produksi produk coca cola tahun 2014 dapat

dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Produksi Jenis Produk Coca Cola Tahun 2014 (kotak)

Bulan Pulpy

Sumber: PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

Data permintaan dan penjualan produk Pulpy Orange dari salah satu

(23)

Tabel 1.2. Data Permintaan dan Penjualan Distributor Indomaret

Tahun 2014 (kotak)

Bulan Permintaan Penjualan Selisih % Selisih

Januari 1715 1893 178 10,3790

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa terdapat selisish yang variatif antara

jumlah permintaan dengan jumlah penjualan yang menimbulkan pembengkakkan

inventori (over stock) pada periode Januari hingga Juli 2014, Nopember dan

Desember 2014 serta kekurangan produk (stock out) pada periode Agustus hingga

Oktober 2014. Overstock dan stock out disebabkan oleh permintaan yang

cenderung mengalami perubahan. Dalam sistem distribusi produk di PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Medan, distributor sering melebih-lebihkan order

permintaan kepada manufaktur sebesar 10 % dan manufaktur juga berproduksi

dalam jumlah yang dilebih-lebihkan untuk menghindari lonjakan permintaan.

Perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan dari pihak-pihak dalam rantai

(24)

terdapat selisih yang variatif antara jumlah permintaan dengan jumlah penjualan.

Fenomena ini disebut sebagai bullwhip effect. Bullwhip effect menyebabkan

inefisiensi pada rantai supply, yaitu bertambahnya inventori yang menimbulkan

inventory cost.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan, perlu dilakukan kebijakan pengendalian persediaan produk.

Pada jumlah permintaan yang berfluktuasi digunakan model probabilistik, berbeda

dengan model deterministik yang selalu diketahui dengan pasti permintaannya.

Dalam menangani fenomena probabilistik ditempuh dengan model Q karena

bersifat responsif bila terjadi kekurangan barang dibandingkan dengan model

lainnya. Selain itu, besarnya cadangan pengaman lebih akurat sebab ditetapkan

secara simultan dengan optimalitas ongkos. Kebijakan inventori model Q dengan

pendekatan Haldey-Within mempunyai kelebihan dalam penentuan ukuran lot

ekonomis dan cadangan pengaman, sebab mudah dipecahkan secara analitik dan

pencarian solusinya dilakukan dengan cara iteratif.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model probabilistik Q dengan

pendekatan Hadley-Wihtin dapat digunakan sebagai solusi pemecahan masalah

untuk mengurangi bullwhip effect . Nurul Novianti (2013) dalam penelitiannya

menggunakan model probabilistik Q dengan metode Hadley-Wihtin untuk

melakukan pengendalian persediaan barang. Model ini dapat membantu untuk

menentukan jumlah safetystock yang harus disiapkan setiap dilakukan pemesanan

kepada distributor secara lebih optimal dengan meminimalkan total biaya

(25)

pendekatan Supply Chain Management guna menganalisis efektivitas sistem

distribusi produk dan untuk memenimalisasi total biaya persediaan digunakan

model Q.

Penelitian tersebut digunakan sebagai alat pendukung bahwa model

probabilistik Q dengan pendekatan Hadley-Wihtin merupakan model yang tepat

digunakan dalam pemecahan masalah untuk mengatasi bullwhip effect. Dengan

menggunakan model Q melalui pendekatan Hadley-Within akan diperoleh

kebijakan pengadaan inventori barang yang meliputi besarnya ukuran lot

pemesanan ekonomis, cadangan pengaman, dan total ekspektasi persediaan

sehingga dapat meminimalisir pertambahan inventori pada rantai supply.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang terdapat pada perusahaan adalah terjadinya bullwhip effect yang diakibatkan

distorsi informasi pada rantai supply, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan

perumusan masalah yaitu bagaimana menganalisis bullwhip effect pada rantai

supply dengan menggunakan model Q melalui pendekatan Hadley-Within agar

tidak mengganggu sistem distribusi produk di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan merupakan pengembangan

dari penemuan Dr. John Styth Pemberton secara industri. Pada tahun 1892,

Pemberton menjual hak cipta Coca-cola pada Assa Candler, yang kemudian

mendirikan perusahaan bernama PT. Coca-Cola Company di Atlanta, Amerika

Serikat yang kini menjadi kantor pusat Coca-Cola seluruh dunia.

Pada tahun 1932, Coca-cola mulai diperdagangkan di Indonesia.

Kemudian, perusahaan ini berganti nama menjadi Indonesia Beverages Limited

(IBL). Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang dan

membentuk Djaya Beverages Bottling Company (DBBC). Pada Tanggal 12

Oktober 1993, sebuah perusahaan publik Australia mengambil alih kepemilikan

DBBC dan berubah nama menjadi Coca-Cola Amatil Indonesia.

Hingga saat ini tercatat 11 pabrik Coca-cola yang beroperasi di berbagai

provinsi di Indonesia. Salah satunya berada di Medan. Pada tanggal 1 Januari

tahun 2000, perusahaan pembotolan dan distribusi Coca-cola yang berada

dibawah manajemen Coca-Cola Amatil berubah nama menjadi PT. Coca-cola

Amatil Indonesia untuk perusahaan pembotolan dan PT. Coca-cola Distribution

(27)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Coca-cola Amatil Indonesia Unit Medan bergerak dalam bidang

pembuatan minuman dalam kemasa. PT. Coca-cola Amatil Indonesia sudah

memiliki lebih dari 18000 retailer produk coca-cola. Hal ini membuat produk

Coca-cola semakin mudah untuk diperoleh dimana saja dengan harga yang dapat

dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan berada di Jalan Medan – Belawan

Km 14, Martubung. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan memiliki luas

sebesar 51353 m2 (5,1 Ha).

2.4. Daerah Pemasaran

Produk yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

adalah minuman berkarbonasi dan non karbonasi seperti coca-cola, sprite, fanta,

frestea, pulpy, ades. Pada umumnya daerah pemasarannya adalah daerah

Provinsi Sumatera Utara, Batam dan D.I.Aceh. Dalam pelaksanaannya, untuk

memperlancar pendistribusian produk PT. Coca-cola Amatil Indonesia Medan

memiliki beberapa subdistributor, yaitu Medan, Kabanjahe, Tebing Tinggi,

P.Siantar, Rantau Parapat, Kisaran, P.Sidempuan, Langsa, Lhoksemawe, Banda

Aceh, Meulaboh, Sibolga, Balige, dan Indrapura. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Medan memiliki beberapa distributor center, yaitu:

1. Medan

(28)

3. Langsa

4. Lhokseumawe

5. Kisaran

6. Pematangsiantar

7. Rantau Prapat

8. Sigli

9. Batam

Dari antara daerah pemasaran yang menjadi sasaran pendistribusian

produk, Medan adalah daerah yang cukup strategis dan potensial, karena tingginya permintaan dibandingkan dengan daerah lain.

2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan perwujudan dari fungsi-fungsi, wewenang,

dan tanggung jawab yang saling berhubungan. Struktur organiasi PT. Coca

Cola Amatil Indonesia Medan merupakan lini atau garis. Segala ketentuan,

keputusan atau segala kebijaksanaan ada di tangan satu orang, yaitu pucuk

pimpinan. Struktur organiasi lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pucuk

pimpinan (manager atau chief excecutive) dipandang sebagai sumber

kekuasaan tunggal. Dari pucuk pimipinan sampai kepada bawahan berlangsung

menurut garis komando. Gambar 2.1 merupakan struktur organiasi PT. Cola

(29)

General Manager FA Manager IS&T Officer

(30)

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan secara garis besar dapat dilihat sebagai

berikut:

1. General Manager

a. Menentukan dan merumuskan kegiatan utama dalam perusahaan untuk

pencapaian tujuan umum perusahaan

b. Mengakoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang di delegasikan kepada

manager-manager dan menjalin hubungan baik dengannya

c. Membuat peraturan-peraturan intern perusahaan yang tidak bertentangan

dengan undang-undang yang ditetapkan

2. Secretary

a. Mengatur hubungan dengan pihak luar dan para tamu

b.Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan perusahaan

c. Menyusun dokumentasi

d.Bertanggung jawab kepada general manager

3. Cold Drink Equipment Manager

a. Melakukan pembelian Cold Drink Equipment

b. Mengatur Pendistribusian Cold Drink Equipment

(31)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Supply Chain

Supply chain adalah jaringan instansi-instansi yang secara bersama-sama

bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai

akhir (end user). Instansi-instansi tersebut biasanya termasuk supplier, instansi,

distributor, toko atau ritel, serta instansi-instansi pendukung seperti instansi jasa

logistik. ( Pujawan, 2005).

Supply chain pada industri jasa pertama kali harus diketahui gambaran

sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada mulai dari

awal sampai akhir. Misalnya jasa perbankan, awal supply chain dari jasa

perbankan adalah adanya kepercayaan masyarakat untuk mengelola uang dan

asset yang mereka miliki. Kemudian bank akan memutar uang tersebut dengan

beberapa usaha, antara lain dengan memberi kredit perorangan, kredit perusahaan,

atau kredit permodalan bagi industri manufaktur. Jasa peminjaman uang tersebut

harus dibayarkan kembali kepada bank dalam bentuk bunga. Bunga bank inilah

yang akan membiayai operasional perbankan, mulai dari membayar tenaga kerja

dan membayar jasa orang- orang yang menaruh dan menitipkan uangnya di bank

tersebut.

Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan

logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern

(32)

masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang

lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang

jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan

barang.

Faktor-faktor kunci yang dikelola dalam supply chain meliputi :

1. Pengelolaan relasi dengan konsumen.

2. Pengelolaan pelayanan kepada konsumen.

3. Sistem pengelolaan permintaan.

4. Sistem pengaturan aliran manufaktur.

5. Sistem pengadaan bahan baku.

6. Pengembangan produk dan proses komersial.

7. Pengembalian produk.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke bagian

logistik. Setelah bahan baku selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor,

lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran

uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran

informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi

tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing divisi sering

dibutuhkan oleh distributor maupun oleh instansi. Informasi tentang ketersediaan

kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh

(33)

instansi yang mengirim maupun yang menerima. Instansi pengapalan harus

membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak berkepentingan bisa memonitor

untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 3.1 memberikan

ilustrasi konseptual sebuah supply chain.

supplier manufacturer distributor Ritel/toko consumer

Finansial : invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi

Informasi : kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : pembayaran

Material : retur, recycle,repair

Informasi : order, ramalan

Gambar 3.1. Simplifikasi Model Supply chain dan 3 Macam Aliran yang

Dikelola Chain 1 : Suppliers

Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan

bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan

pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku , bahan mentah, bahan penolong, bahan

dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini

dinamakan suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga

suppliers`supplier atau sub-supplier. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit,

tetapi supplier`supplier biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata ratai yang

pertama.

(34)

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau

plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan

membuat, memfabrikasi, mengasembling, merakit, mengolah, mengkonversikan

atau pun menyelesaikan barang (finishing). Untuk keperluan tulisan ini, sebut saja

bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan dengan

mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.

Misalnya, persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang

berada di pihak suppliers, manufacturer, dan tempat transit merupakan target

untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan

lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan

menggunakan konsep supplier partnering misalnya penghematan ini dapat

diperoleh.

Chain 1-2-3 : Suppliers → Manufacturer → Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus

disalurkan kepada para pelanggan/ konsumen. Walaupun tersedia banyak cara

untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan

ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari instansi

melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaller atau

pedagang besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar

menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.

Chain 1-2-3-4 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat

(35)

sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Dalam hal ini terdapat kesempatan untuk

memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan dan biaya gudang,

dengan cara melakukan design kembali pola-pola pengiriman barang baik dari

gudang manufacturer maupun ke pengecer. Walaupun ada beberapa instansi yang

langsung mendistribusikan barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun

secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti

diatas.

Chain 1-2-3-4-5 : Suppliers → Manufacturer → Distribution → Retail Outlets →

Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau supplier atau retailers ini

menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau

pengguna barang tersebut dalam hal ini mungkin bisa disebut departemen. Yang

termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko

koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir

melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini

merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi,

yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets ) ke real customers atau real

user. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang

bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau

(36)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Coca Cola Amatil Indonesia yang bergerak dalam

bidang produksi minuman . Perusahaan ini berlokasi di Jl. Medan Belawan Km. 14,

Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

September hingga bulan Desember 2014.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Action Research. Action Research

merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis

untuk keperluan pengambilan operasional. Tujuan penelitian ini untuk pengambilan

keputusan operasional guna mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru.

(Sinulingga, 2011).

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah distributor Indomaret, dan distributor

Carrefour dengan data yang diamati yaitu data permintaan produk Pulpy Orange.

(37)

itu distributor tersebut juga mempunyai retailer-retailer yang besar sehingga jumlah

permintaan yang diterima oleh perusahaan juga sangat besar.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Jumlah penjualan, yaitu jumlah penjualan dari rantai manufaktur yang

dikirimkan kepada distributor

b. Jumlah permintaan, yaitu jumlah permintaan yang diterima dari distributor

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah inventory cost sebagai fokus

investigasi penelitian

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah perancangan

kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih

(38)

Bullwhip effect

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

1. Data primer berupa entitas pada setiap level distribusi dan aliran distribusi

barang yang meliputi prosedur pemesanan dan pengiriman produk jadi.

2. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan

karyawan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan yaitu:

a. Data penjualan produk

b. Data permintaan produk

c. Biaya pesan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan produk

d. Leadtime pemesanan produk

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan tanya jawab dengan pihak manajemen distributor yang

bekerja di perusahaan tersebut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem

(39)

dipilih dalam wawancara tersebut adalah seorang manager distribution PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner terbuka yang mencakup informasi distribusi aliran barang di PT. Coca

Cola Amatil Indonesia Medan. Teknik pemilihan responden adalah purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Manager distribution diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi sistem distribusi produk yang diperlukan dalam

penelitian.

2. Teknik kepustakaan

Teknik kepustakaan diperoleh melalui mempelajari buku-buku dan jurnal

internet yang berkaitan rantai supply dengan pendekatan dari metode yang

digunakan yaituModel Q dengan pendekatan Hadley-Within.

4.7. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan peramalan permintaan terhadap permintaan tahun 2013 dengan

metode Simple Exponential Smoothing dan metode Hold. Hasil peramalan

permintaan tahun 2013 akan menjadi permintaan produk untuk tahun 2014.

2. Membandingkan hasil peramalan permintaan tahun 2013 atau permintaan

produk tahun 2014 dengan permintaan aktual tahun 2014.

3. Perhitungan bullwhip effect dilakukan dengan membandingkan koefisien

(40)

variansi diperoleh terlebih dahulu mencari rata-rata maupun standar deviasi

untuk permintaan maupun penjualan produk.

4. Kebijakan pengendalian persediaan dilakukan dengan perhitungan

optimalisasi persediaan dengan model Q menggunakan pendekatan

Hadley-Within sehingga diperoleh ukuran lot pemesanan ekonomis (q) dan cadangan

pengaman (ss) yang optimum. Ukuran lot pemesanan ekonomis (q) dan

cadangan pengaman (ss) yang optimum yang telah diperoleh kemudian akan

diinput ke dalam bentuk Distribution Requirement Planning, dan didapatkan

order rilis yang optimal.

(41)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Dalam penyelesaian masalah pada penelitian ini, dibutuhkan sejumlah data

yang relevan, yakni lead time pemesanan produk jadi oleh distributor, biaya

pemesanan produk, biaya simpan, biaya kekurangan persediaan (stockout

cost),dan data jumlah permintaan produk jadi.

5.1.1. Lead Time Pemesanan

Lead time pemesanan adalah jangka waktu yang dibutuhkan dari pelepasan

order PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan sampai diterima oleh gudang

distributor di wilayah pemasaran. Komponen-komponen yang termasuk dalam

lead time pemesanan adalah:

a. Waktu pelepasan order

b. Waktu pemuatan Barang (Loading)

c. Waktu Perjalanan (In transit)

d. Waktu Bongkar (Unloading)

Lead time pemesanan bahan baku maupun produk jadi dapat dilihat pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Lead Time Pemesanan

No. Keterangan Lead Time (Hari)

1 Produk Jadi (Manufaktur-Distributor) 1

2 Produk Jadi (Distributor-Retailer) 1

(42)

5.1.2. Biaya Pemesanan Distributor Medan

Biaya pemesanan terdiri atas biaya untuk sekali pesan satu kotak produk

Pulpy Orange PET X24 yaitu sebesar Rp 2.000.

5.1.3. Rata-rata Biaya Simpan Produk Jadi

Biaya simpan bahan dan produk jadi terdiri dari beberapa elemen biaya

yaitu biaya yang diperkirakan akibat adanya modal yang tertanam dalam

persediaan (capital cost), Biaya yang diperhitungkan akibat adanya penurunan

nilai produk yang disimpan (deterioration cost), biaya pengawasan, pemindahan

produk, pencatatan dan biaya pemeliharaan produk. Besarnya biaya simpan untuk

distributor ditetapkan sebesar 85% dari harga pembelian produk. Dengan

demikian biaya simpan untuk produk produk Pulpy Orange PET X24 sebesar Rp

98.600 per kotak di level distributor.

5.1.4. Biaya Kekurangan Persediaan Produk Jadi

Ketidaktersediaan produk jadi di gudang distributor pada jumlah yang

dibutuhkan diakibatkan perusahaan tidak mampu melakukan kegiatan produksi

dan memenuhi permintaan produk jadi. Berdasarkan pengalaman dan dikarenakan

perusahaan tidak menginginkan sampai kehilangan penjualan maka ditetapkan

besarnya biaya ketidaktersediaan produk jadi oleh pihak manajemen sebesar 10%

(43)

5.1.5. Data Permintaan Produk

Data permintaan produk untuk periode Januari 2013 – Desember 2013

untuk distributor Indomaret dan Carrefour dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Permintaan Distributor Tahun 2013 (kotak)

Bulan Indomaret Carrefour

Pada Tabel 5.3. disajikan data aktual permintaan untuk distributor

Indomaret dan Carrefour tahun 2014.

Tabel 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (kotak)

Bulan Indomaret Carrefour

Januari 1715 152

Februari 1832 175

(44)

Tabel 5.3. Data Aktual Permintaan Distributor Tahun 2014 (Lanjutan)

Sumber: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Melakukan Peramalan Permintaan Produk

Peramalan permintaan pada level distributor Indomaret dilakukan

berdasarkan permintaan retailer Indomaret secara total. Peramalan permintaan

tidak dapat dilakukan pada level retailer karena PT. Coca Cola Amatil Indonesia

Medan hanya menerima permintaan produk pulpy orange dari distributor

Indomaret, sementara Indomaret melayani setiap retailer Indomaret dibawahnya.

(45)

5.2.1.1. Peramalan Permintaan Distributor Indomaret

Langkah-langkah peramalan permintaan untuk distributor Indomaret

tahun 2014 adalah:

1. Tujuan Peramalan

Tujuan peramalan adalah untuk menentukan jumlah permintaan Pulpy Orange

PET 24 Indomaret untuk tahun 2014 .

2. Pembuatan Diagram Pencar (Scater Diagram)

Data permintaan Pulpy Orange PET 24 selama horison permintaan pada tahun

2013 dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Permintaan Distributor Indomaret Tahun 2013

Bulan Indomaret

(46)

BAB VI

ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1.Analisis

6.1.1. Analisa Bullwhip Effect

Berdasarkan hasil perbandingan peramalan permintaan periode Januari-

Desember tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 untuk distributor

Indomaret, Carrefour, dan rantai manufakturnya diperoleh bahwa jumlah

permintaan berdasarkan peramalan lebih rendah dibandingkan aktual permintaan

nya. Rata-rata persentase selisih permintaan untuk distributor Indomaret,

Carrefour, dan manufaktur masing-masing adalah 14,71%, 35,11%, dan 33 %.

Pada jumlah permintaan produk yang selalu berubah-ubah, serta

keengganan dalam melakukan komunikasi yang transparan dan akurat, telah

menimbulkan fenomena yang sering terjadi pada sistem rantai supply, yaitu

adanya simpangan yang jauh antara permintaan yang ada dengan penjualan.

Fenomena ini dinamakan bullwhip effect.

Dalam pelaksanaan sistem supply chain di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Medan, telah terjadi bullwhip effect akibat distorsi informasi

permintaan dari rantai distributor ke rantai manufakturnya. Perbandingan hasil

peramalan permintaan tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014

menunjukkan adanya variabilitas permintaan yang menimbulkan inventori cukup

besar pada rantai supply dan telah menyebabkan inefisiensi pada supply chain,

(47)

disebabkan kesalahan interpertasi data permintaan dan sistem informasi yang

kurang terintegrasi pada rantai distribusinya.

Besarnya nilai bullwhip effect diperoleh dari hasil bagi dari koefisien

variansi permintaan dengan koefisien variansi penjualan. Berdasarkan hasil

identifikasi perhitungan bullwhip effect, diperoleh nilai bullwhip effect lebih kecil

dari satu pada distributor Indomaret (0,5303), Carrefour (0,2969), begitu juga

pada manufakturnya (0,5114). Nilai bullwhip effect tersebut menunjukkan bahwa

tidak terjadi peningkatan variabilitas permintaan dalam supply chain. Semakin

besar nilai dari koefiesien variansi permintaan, semakin besar pula nilai bullwhip

effect. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari koefiesien variansi permintaan,

semakin kecil pula nilai bullwhip effect. Bullwhip effect dalam rantai supply dapat

dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Nilai Bullwhip Effect dalam Rantai Supply

PT. Coca Cola Amatil Indonesia Medan

Rantai Supply Indomaret Carrefour

Distributor 0,5303 0,29697

Manufaktur 0,51136

Nilai bullwhip effect lebih kecil dari satu, berarti tidak terjadi variabilitas

permintaan pada rantai supply distributor Indomaret,dan distributor Carrefour,

begitu juga dengan rantai supply manufakturnya. Namun nilai bullwhip effect

yang lebih kecil dari satu menunjukkan terjadinya peningkatan variabilitas

(48)

Berdasarkan hasil identifikasi nilai bullwhip effect diketahui bahwa

penyebab terjadinya bullwhip effect adalah:

1. Demand Forecasting Updating

Peramalan yang dilakukan tidak menggunakan permintaan dari konsumen

langsung atau retailer melainkan menggunakan peramalan permintaan yang

diperoleh dari distribusi resmi. Tidak akuratnya permintaan yang dilakukan

pihak manufaktur mengakibatkan terjadinya variabilitas permintaan dalam

rantai supply.

2. Lot Sizing

Lot sizing ini memicu terjadinya bullwhip effect pada supply chain. Retailer

yang menjual rata-rata 2 kotak produk pulpy orange PET X 24 MM tidak

akan memesan tiap hari dengan rata-rata 2 kotak produk ke pusat distribusi.

Mereka mungkin akan memesan tiap 2 minggu dengan rata-rata ukuran

pesanan sekitar 28 kotak produk. Lot Sizing diperlukan karena proses

produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis jika dilakukan dalam

ukuran kecil. Permintaan pelanggan akhir yang relatif stabil dari hari ke hari

akan berubah menjadi order mingguan atau dua mingguan dari retailer

sehingga pusat distribusi akan menerima order yang lebih fluktuatif

dibandingkan permintaan yang dihadapi oleh retailer.

3. Rationing and Shortage Gaming

Pihak distributor maupun retailer sering melakukan rationing, yakni ketika

mengetahui bahwa permintaan sering tidak terpenuhi seluruhnya, distributor

(49)

dilakukan rationing, mereka masih memperoleh jumlah yang cukup.

Akibatnya, seringkali pada saat persediaan sebenarnya cukup, distributor dan

retailer mengubah atau membatalkan pesanan mereka. Cara seperti ini

merusak informasi pasar pada supply chain. Pihak manufaktur tidak akan

pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat motif

gaming dan spekulatif yang dilakukan oleh distributor maupun retailer.

Pabrik atau pemain hulu tidak akan dengan mudah membedakan antara

kenaikan pesanan yang bermotif spekulatif dan peningkatan pesanan yang

murni merefleksikan peningkatan permintaan dari pelanggan akhir.

4. Fluktuasi harga

Kebijakan promosi berupa pemberian diskon menyebabkan perubahan

permintaan. Permintaan melonjak pada saat pemberian diskon dan mengalami

penurunan saat diskon dihentikan. Produksi dapat saja kekurangan saat ada

harga khusus yang diberikan kepada konsumen. Pada saat harga normal, stok

pada distributorpun menumpuk.

6.2. Pembahasan

6.2.1. Kebijakan Inventori dengan Model Q (Metode Hadley-Within)

Setelah melakukan pengendalian persediaan produk menggunakan model

probabilistik Q dengan metode Hadley-Within maka pemesanan produk dapat

terencana dengan baik sehingga jumlah persediaan produk yang ada di gudang

dapat dikontrol dan tidak akan mengalami kekurangan permintaan produk saat

(50)

0

Medan terhadap pelanggan dapat terpenuhi meskipun adanya fluktuasi permintaan

produk dari pelanggan terhadap perusahaan.

Penyelesaian kebijakan inventori yang optimal sebagai jalan meminimasi

beban inventori meliputi ukuran lot pemesanan, saat pemesanan dan cadangan

pengaman (safety stock). Gambar 6.1 merupakan hasil perbandingan aktual

permintaan untuk tahun 2014 dengan order yang seharusnya dirilis berdasarkan

kebijakan penentuan inventori yang optimal menggunakan DRP (Distribution

Requirement Planning).

Gambar 6.1. Grafik Perbandingan Aktual Permintaan dengan Order

(51)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan, pengolahan dan

analisis data adalah sebagai berikut:

1. Jumlah permintaan berdasarkan hasil peramalan tahun 2013 lebih rendah

dibandingkan aktual permintaan pada distributor dan manufaktur tahun 2014

dengan rata-rata persentase selisih untuk distributor Indomaret, Carrefour,

dan manufaktur masing-masing sebesar 14,71%, 35,11%, dan 33 %.Distorsi

informasi terhadap permintaan produk ini dapat mengevaluasi adanya

bullwhip effect pada rantai supply

2. Nilai bullwhip effect berdasarkan hasil perbandingan peramalan permintaan

tahun 2013 dengan aktual permintaan tahun 2014 untuk distributor

Indomaret, Carrefour, dan pada rantai manufakturnya masing-masing adalah

0,5303; 0,2967, dan 0,5114.

3. Usulan perbaikan untuk mengatasi bullwhip effect pada rantai supply adalah

dengan melakukan kebijakan pengendalian persediaan menggunakan model

Q dengan pendekatan Hadley-Within, sehingga diperoleh ukuran lot

pemesanan ekonomis dan cadangan pengaman yang optimal. Nilai bullwhip

effect setelah dilakukan kebijakan pengendalian persediaan untuk distributor

Indomaret, distributor Carrefour, dan pada rantai manufakturnya

(52)

mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa variansi antara jumlah

permintaan dan jumlah penjualan hampir seimbang sehingga dapat

menghemat inventory cost pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Medan.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian ini adalah:

1. Seluruh pemain supply chain menjalin komunikasi yang kontinyu guna

menghindari terjadinya bullwhip effect terutama menyangkut pembagian

informasi (Information Sharing) terhadap permintaan produk.

2. Sebaiknya dilakukan manajemen permintaan (Demand

Management/forecasting) pada bagian manufaktur dengan memperbaiki

teknik-teknik peramalan yang ada agar diperoleh hasil peramalan permintaan

yang lebih akurat.

3. Jika terdapat promosi atau penurunan harga (diskon), semua pihak pada

supply chain harus mengetahui program tersebut dengan baik sehingga tidak

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bahagia, S. N., 2003, Sistem Inventory, Lab ITB, Bandung.

Chopra, Sunil. 2004. Supply chain Mangement:Strategy, Planning and Operation.

Pearson Prentice Hall.

Eko, Richardus Indrajait. 2002. Supply Chain: Strategi Mengelola Manajemen

Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern Indonesia. Jakarta: PT.

Grasindo.

Makridakis, Spyros. 1998. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Pujawan. I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Penerbit Guna

Widya.

Parwati, Indri. 2009. Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis

Bullwhip Effect Guna Meningkatkan Sistem Distribusi Produk. Jurusan

Teknik Industri. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Sinulingga, Sukaria. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sinulingga, Sukaria. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Novianti, Nurul . 2013. Program Pengendalian Persediaan Barang Menggunakan

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Gambar

TABEL
GAMBAR
Tabel 1.1. Data Produksi  Jenis Produk Coca Cola Tahun 2014 (kotak)
Tabel 1.2. Data Permintaan dan Penjualan Distributor Indomaret
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktikan memperoleh gambaran langsung pembelajaran di dalam kelas, cara mengelola kelas dan cara menyampaikan mata pelajaran menerapkan dasar dasar elektronika. Dan

Manajer Investasi dapat melakukan investasi pada Efek derivatif tanpa harus terlebih dahulu memiliki Efek yang menjadi aset dasar ( underlying ) dari derivatif tersebut

del final del alargue (para darle una coloración trágica al resultado que cuadra bien con el sentimiento argentino) estuvo organizado por Fuerza Bruta, o bien esta selección es

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh efikasi dari pada stres akademik guna mengurangi stres akademik

Sedangkan data khusus yang disajikan adalah tingkat nyeri hiperuresemia pada lansia sebelum diberikan kompres dan sesudah diberikan kompres, menganalisis pengaruh

Hal ini menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 ( p < 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, dari pernyataan tersebut berarti ada pengaruh perbedaan

Gambar 10 menunjukkan grafik kuesioner yang menyatakan bahwa aplikasi mudah untuk digunakan, gambar 11 menunjukkan grafik kuesioner yang menyatakan bahwa tampilan

Adapaun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitiaan Historis yang terdiri dari lima tahapan penulisan yang meliput: (1) Penentuaan Tema/ Topik, (2)