• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM ISLAM DAN HUKUM NASIONAL

B. Landasan Dasar Perkawianan Secara Hukum Islam

1. Dalil Al-Qur’an

Yang menjadi Landasan dasar dalam Pernikahan yang merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam ajaran Islam.7 Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam Qs ar-Ruum/21

7Siska Lis Sulistiani, Kedudukan Hukum Anak Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam

مُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُن ُكْسَتِّل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفنَأ ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو

َنوُرَّكَفَ تَ ي ٍمْوَقِّل ٍتاَي َلَ َكِلَذ ِفِ َّنِإ ًةَْحَْرَو ًةَّدَوَّم

Terjemahnya:

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadiakn-Nya diantaramu rasa kasih dan saying. Sesuangguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ar-Ruum/30: 21).8

Kemudian Fiman allah diatas dipertegas dalam (QS An-Nur 24:32). antara lain :

اوُنوُكَي نِإ ْمُكِِاَم ِإَو ْمُكِداَبِع ْنِم َينِِلِاَّصلاَو ْمُكنِم ىَماَيَْلْا اوُحِكنَأَو

يِلَع ٌعِساَو ُهَّللاَو ِهِلْضَف نِم ُهَّللا ُمِهِنْغُ ي ءاَرَقُ ف

ٌم

Artinya:

“Dan kawinkanlah orang-perorang yang sendirian di antara kamu dan mereka yang berpekerti baik, termasuk hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS An-Nur 24: 32).9

َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ٍرِماَع ِنْب َةَبْقُع ْنَع

ْنَأ ِطْرَّشلا َّقَحَأ َّنِإ َمَّلَس

َجوُرُفْلا ِهِب ْمُتْلَلْحَتْسا اَم ِهِب ىَفوُي

Artinya:

Dari Uqbah bin Amir RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda,

'Sesungguhnya syarat yang lebih utama untuk dipenuhi adalah apa yang dapat menghalalkan bagimu untuk bersenggama."" {Muslim 4/140}

8Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya , h. 388. 9Kementrian RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 384.

Dari firman tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perkawinan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah, dengan memenuhi syarat dan rukun nikah yang telah ditentukan dalam al-Qur’an dan Hadits. Maka pernikahan dinyatakan syah dalam ajaran islam hal ini tentu berbeda dengan ketentuan yang dinyatakan syah dalam Hukum Positif Indonesia.

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin yang dalam kuat dan kekal antara dua insan. Suatu ikatan yang mencakup hubungan kekal antara keduanya, maka harus terdapat didalamnya kesatuan hati yang dipertemukan dalam suatu ikatan yang tidak mudah lepas. Untuk itu harus ada kesamaan dasar dan tujuan antara kedua mempelai. Dalam konteks ini, Kepercayaan agama merupakan suatu landasan yang mengisi setiap jiwa, mempengaruhinya, menggambarkan perasaanya, membatasi semua pengaruh jiwa dan kehendaknya serta menentukan jalan kehidupan yang bakal ditempuhnya.10

2. Landasan Yuridis

Ada pun yang menjadi landasan yuridis perkawinan di Indonesia telah ditentaukan, bahwa sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan hukum nasional, perlu adanya Undang-undang tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua warga negara.11 Selanjutnya dalam pelaksanaannya ditentukan dalam Peraturan Pemerintah, KUHPerdata dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. ada kemungkinan untuk menikah dengan melanggar hukum agamanya.

10Muhammad Mutaal Abdul Al-jabry, Perkawinan Campuran menurut pandangan Islam

(Jakarta PT Bulan Bintang,1995), h .14

11R. Soetojo Prawirohamidjojo Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga

Dalam KHI telah dinyatakan dengan jelas bahwa perkawinan di bawah tangan jelas tidak dapat dilaksanakan selain kedua calon suami isteri beragama Islam. Sehingga tidak ada peluang bagi orang-orang yang memeluk agama Islam untuk melaksanakan perkawinan di bawah tangan. Kenyataan yang terjadi dalam sistem hukum Indonesia, perkawinan di bawah tangan dapat terjadi. Hal ini disebabkan peraturan perundang-undangan tentang perkawinan memberikan peluang tersebut terjadi, karena dalam peraturan tersebut dapat memberikan beberapa penafsiran bila terjadi perkawinan di bawah tangan.

Berdasarkan UU No. 1/1974 pasal 66, maka semua peraturan yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam UU No. 1/1974, dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu perkawinan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata / BW, Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen dan peraturan perkawinan campuran. Secara a contrario, dapat diartikan bahwa beberapa ketentuan tersebut masih berlaku sepanjang tidak diatur dalam UU No. 1/1974.

Perubahan merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini. Perubahan kebudayaan adalah ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda, sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya, perubahan kebudayaan ini misalnya karena tingkat pendidikan dari anggota masyarakat dan pengaruh media massa sehingga terjadi perubahan, apakah nanti perubahan yang mengarah kepada kebaikan atau akan melahirkan budaya baru yang sesuai dengan kondisi sosial.

C. Syarat-Syarat Perkawianan secara Islam dan Undang-Undang. 1. Syarat-syarat dan Rukun sah perkawinan secara Islam

Setiap ibadah Didalam ajaran Islam mempunyai rukun dan syarat, agar ibadah tersebut sah dan sesuai dengan ajaran islam. Dalam hal konteksnya dengan perkawinan, rukun dari sebuah pernikahan dalam isalam antara lain sebagai berikut:12

a. Adanya calon mempelai pria dan wanita b. Adanya wali dari calon mempelai wanita c. Dua orang saksi dari kedua belah pihak

d. Adanya ijab; yaitu ucapan penyerahan mempelai wanita oleh wali kepada mempelai pria untuk dinikahi

e. Qabul; yaitu ucapan penerimaan pernikahan oleh mempelai pria (jawaban dari ijab)

Rukun merupakan ketentuan yang mutlak atau wajib dipenuhi oleh ummat Islam dalam menjalankan suatu ibadah dalam ajaran. Memang ketentuan yang diwajibkan dalam ajaran Islam sangat berbeda dengan ketentuan yang diwajibkan didalam undang-undang. Ada pun syarat-syarat perkawinan yang ditentukan dalam ajaran islam untuk memenuhi ketetuan rukun atau kewajiban mutlak dalam pernikahan. Setiap rukun yang ada harus memiliki syarat-syarat tertentu. Hal ini demi sahnya sebuah pernikahan. Adapun syarat-syarat pernikahan tersebut dalam islam ditentukan secara individu yang menjadi subyek pernikahan itu sendiri. Adapun syarat-syarat perkawinan dalam Islam antara lain :

a. Mempelai pria: Beragama Islam, Tidak ada paksaan, Tidak beristri empat orang, Bukan mahram mempelai wanita, Tidak memiliki istri yang haram

dimadu dengan calon mempelai wanita, calon istri tidak haram dinikahi, Tidak sedang ihram haji atau umrah, Cakap melakukan hukum rumah tangga dan tidak ada halangan pernikahan

b. Mempelai wanita : Wanita (bukan banci), Beragama Islam, Memberi ijin kepada wali untuk dinikahkan, Tidak bersuami atau dalam masa iddah, Bukan mahram mempelai pria, Belum pernah dilian oleh calon suami, Jelas orangnya, Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah dan Tidak ada halangan pernikahan.

c. Seseorang dinyatakan tidak terhalang pernikahannya karena: Hubungan darah terdekat (nasab), Hubungan persusuan (radla’ah), Hubungan

persemendaan (mushaharah), Talak ba’in kubra, Permaduan, Beristri 4

orang, Li’an, Masih bersuami atau dalam masa iddah, Mempelai pria yang

non-muslim dan Ihram haji atau umrah.

d. Wali mempelai wanita : Pria, Beragama Islam, Mempunyai hak atas perwalian, dan tidak ada halangan untuk menjadi wali

e. Saksi : Dua orang pria, Beragama Islam, Baligh, Hadir dalam acara akad nikah dan mengerti arti dan maksud pernikahan.

Ada pun syarat-syarat sah yang mesti dilakukan dalam pelaksanaan nikah dalam Islam antara lain :13

a. Adanya ijab dari mempelai wanita b. Adanya qabul oleh mempelai pria

c. Ijab menggunakan kata-kata nikah atau yang searti dengannya d. Ijab dan qabul harus jelas dan saling berkaitan

e. Ijab dan qabul dalam satu majlis

f. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.

Selain rukun dan syarat penikahan, ada juga hal yang harus diperhatikan dalam sebuah pernikahan. Pernikahan dianggap batal apabila ada larangan dalam pernikahan. Larangan dalam pernikahan yang dimaksud adalah:

a. Adanya hubungan mahram antara kedua mempelai b. Tidak terpenuhinya rukun pernikahan

c. Terjadi pemurtadan

Dokumen terkait