• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIRAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga terdapat berbagai aliran :

1. Filsafat pendidikan Idealisme a. Realitas

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”.

Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.

Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.

- 10 -

Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensinya. Apabila anak mempelajari dunia alamiah, maka ia akan melibatkan atau menganggapnya sebagai mesin yang hebat dan besar, yang berfungsi tanpa isi dan tujuan.

b. Pengetahuan

Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.

c. Nilai

Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

d. Pendidikan

Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang-orang akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan kritik bahkan pemikiran.

Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa

- 11 -

pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.

Power (dalam uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial 2) Kedudukan siswa

Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.

3) Peranan guru

Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn manusia, terutama bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.

4) Kurikulum

Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan

5) Metode

Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

2. Filsafat pendidikan Realisme

Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

Power (dalam uyoh,2011:112) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Realisme sebagai berikut:

- 12 - 1) Tujuan pendidikan

Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial 2) Kedudukan siswa

Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik

3) Peranan guru

Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa.

4) Kurikulum

Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.

5) Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

3. Filsafat pendidikan Pragmatisme

Istilah pragmatism berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.

Power (dalam uyoh,2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Pragmatisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosila dan pribadi.

2) Kedudukan siswa

Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh

- 13 - 3) Peranan guru

Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

4) Kurikulum

Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum.Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.

5) Metode

Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)

4. Filsafat pendidikan Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.

Power (dalam uyoh,2011:140) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Eksistensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan

2) Status siswa

Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya.Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

3) Peranan guru

Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.

4) Kurikulum

Yang diutamakan adalah kurikulum liberal.Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia.Kebebasan memiliki

- 14 -

aturan-aturan.Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial.

Kebebasan dapat menimbulkan konflik.

5) Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.Metode penyampaian harus logis dan psikologis.Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

5. Filsafat pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.

Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan himbauannya kepada guru-guru: “ kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk digelarkan. Kritik terhadap Progresivisme:

1) Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh orang terdidik.

2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah

3) Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri

- 15 -

4) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

6. Filsafat pendidikan Perenialisme

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan itu.

Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:

1) Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan.

Pendidikan harus sama bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.

2) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar untuk memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.

3) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganusasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.

4) Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.

- 16 -

5) Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social, terutama politik dan ekonomi.

7. Filsafat pendidikan Esensialisme

Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.

Esensialisme, yang memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.

Power (dalam uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Esensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum

2) Kedudukan siswa

Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.

Siswa belajar ke sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.

3) Peranan guru

Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya, dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.

4) Kurikulum

Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.

- 17 - 5) Metode

Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

8. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.

Power (dalam uyoh,2011:171) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme sebagai berikut:

1) Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial.Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

2) Tujuan pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal.Transmisi budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut

3) Kedudukan siswa

Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya

4) Peranan guru

Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

5) Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai.Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

- 18 - 6) Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing)

2.4 PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

Dokumen terkait