• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN KEPENDIDIKAN Tema Landasan Filosofis Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LANDASAN KEPENDIDIKAN Tema Landasan Filosofis Pendidikan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KEPENDIDIKAN Tema “Landasan Filosofis Pendidikan”

MAKALAH

Dosen Pengampuh:Dr. Tri Suminar, M.Pd

Disusun Oleh:

Intan Permana (0701515008) Hendra Purwanto (0701515005)

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

(2)

- 2 -

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... - 2 -

BAB I ... - 3 -

PENDAHULUAN ... - 3 -

1.1 LATAR BELAKANG ... - 3 -

1.2 RUMUSAN MASALAH. ... - 4 -

BAB II ... - 5 -

PEMBAHASAN ... - 5 -

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT ... - 5 -

2.1.1 Pengertian Pendidikan ... - 5 -

2.1.2 Pengertian Filsafat ... - 5 -

2.2 LANDASAN FILOSOFI DAN PENDIDIKAN ... - 6 -

2.2.1 Struktur Landasan Filosofis Pendidikan ... - 8 -

2.3 ALIRAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ... - 9 -

2.4 PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL ... - 18 -

2.4.1 Implikasi Terhadap Pendidikan... - 18 -

BAB III ... - 21 -

KESIMPULAN ... - 21 -

DAFTAR PUSTAKA ... - 22 -

(3)

- 3 - BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya didalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.

Di dalam khasanah teori pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan, antaralain Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila.

Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita pelajari, namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Disamping itu, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan filosofis pendidikan kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek pendidikan.

(4)

- 4 - 1.2 RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan 2. Pengertian Filsafat

3. Landasan Filosofis Pendidikan

4. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Pendidikan Nasional.

(5)

- 5 - BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT 2.1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.Secara etimologi atau asal usul kata. Kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari bahasa latin yaitu “educatum” Kata Education sering juga dihubungkan dengan ‘Edurece’ (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan.Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik.Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan untuk sesuatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik.

Diartikan juga, pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga Negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar. Pendidikan juga diartikan bahwa pendidikan tidak hanya menyediakan ilmu pengetahuan dan kemampuan, akan tetapi nilai, pelatihan insting, akan membina tingkah laku dan sikap yang benar.

Pendidikan yang sejati (true education), akan memiliki kecenderungan terbesar dalam membentuk manusia yang beradab dan memanusiakan manusia dalam hubungan mereka bermasyarakat dan mereka yang berada dalam perlindungannya.

2.1.2 Pengertian Filsafat

Istilah dari filsafat berasal dari bahasa Yunani: “philosophia” yang terdiri dari dua kata yaitu philein (cinta) dan Sophia (Kebijaksanaan). Jadi secara etimologis filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan (Dagobert D.

(6)

- 6 -

Runes, 1981).Menurut Cicero mengatakan “ibu dari semua seni” (the mother of all the arts” juga didefinisikan bahwa filsafat sebagai art vitae (seni kehidupan). Adapun secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (system teori dan pemikiran).di pihak lain jika ditinjau secara leksikal filsafat berarti sikap hidup atau pandangan hidup. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Kamus Besar Berbahasa Inodensia (Balai Pustaka, 1995).

2.1.2.1 Sistematika/ Cabang-Cabang Filsafat Secara garis besar cabang filsafat terdiri dar:

1) Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segal asesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).

2) Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Persoalan yang dibahas dalam epistemology antara lain mengenai sumber-sumber pengetahuan, cara-cara memperoleh pengetahuan, kriteria kebenaran pengetahuan, dsb.

3) Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas tentang bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-kesimpulannya benar.

4) Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Aksiologi terdiri dari Etika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia; dan Estetika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni(art) dan keindahan (beauty).

2.2 LANDASAN FILOSOFI DAN PENDIDIKAN

Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau

(7)

- 7 -

seperangkat asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut: (Ateng Sutisna, 1990)

1. Apakah pendidikan itu?

2. Apa yang hendak dicapai?

3. Bagaimana cara yang terbaik merealisasikan tujuan-tujuan itu?

Zanti Arbi (1988) menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut:

1. Menginspirasi

Memberi inspirasi kepada pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimnan pendidikan itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik

2. Menganalisis

Memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demikian ide- ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alatalatnya juga dapat ditentukan yang tepat.

3. Mempreskiptifkan

Upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang dijelaskan adalah cara-cara mengaplikasikan pendidikan yang mencakup: proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidk, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.

4. Menginvestigasi

Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan.

(8)

- 8 -

Pendidik tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan di lapangan atau melalui penelitian- penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja, selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasi atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi agar konsep pendidikan itu menjadi lebih mantap.

2.2.1 Struktur Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum (Metafisika, Epistemologi, Aksiologi) yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Hal ini dapat dipahami sebagaimana disajikan oleh Callahan and Clark (1983) dalam karyanya

“Foundations of Education”, dan sebagaimana disajikan Edward J.Power (1982) dalam karyanya Philosophy of Education, Studies in Philosophies, Schooling and Educational Policies.

Berdasarkan kedua sumber diatas dapat anda pahami bahwa terdapat hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang- cabang filsafat umum terhadap gagasan-gagasan pendidikan. Hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terdapat gagasan pendidikan tersebut dapat divisualisasikan seperti berikut ini:

(9)

- 9 -

2.3 ALIRAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga terdapat berbagai aliran :

1. Filsafat pendidikan Idealisme a. Realitas

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”.

Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.

Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.

(10)

- 10 -

Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensinya. Apabila anak mempelajari dunia alamiah, maka ia akan melibatkan atau menganggapnya sebagai mesin yang hebat dan besar, yang berfungsi tanpa isi dan tujuan.

b. Pengetahuan

Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.

c. Nilai

Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

d. Pendidikan

Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang- orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan kritik bahkan pemikiran.

Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa

(11)

- 11 -

pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.

Power (dalam uyoh,2011:102) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial 2) Kedudukan siswa

Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.

3) Peranan guru

Bekerjasama dengan alam dlam proses pengembanagn manusia, terutama bertangguing jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.

4) Kurikulum

Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan

5) Metode

Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

2. Filsafat pendidikan Realisme

Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

Power (dalam uyoh,2011:112) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Realisme sebagai berikut:

(12)

- 12 - 1) Tujuan pendidikan

Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial 2) Kedudukan siswa

Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik dalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik

3) Peranan guru

Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa.

4) Kurikulum

Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.

5) Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

3. Filsafat pendidikan Pragmatisme

Istilah pragmatism berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.

Power (dalam uyoh,2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Pragmatisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosila dan pribadi.

2) Kedudukan siswa

Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh

(13)

- 13 - 3) Peranan guru

Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

4) Kurikulum

Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum.Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.

5) Metode

Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)

4. Filsafat pendidikan Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.

Power (dalam uyoh,2011:140) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Eksistensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan

2) Status siswa

Makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya.Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

3) Peranan guru

Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.

4) Kurikulum

Yang diutamakan adalah kurikulum liberal.Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia.Kebebasan memiliki

(14)

- 14 -

aturan-aturan.Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidika sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial.

Kebebasan dapat menimbulkan konflik.

5) Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.Metode penyampaian harus logis dan psikologis.Metode Conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

5. Filsafat pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.

Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan himbauannya kepada guru-guru: “ kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk digelarkan. Kritik terhadap Progresivisme:

1) Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh orang terdidik.

2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah

3) Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri

(15)

- 15 -

4) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

6. Filsafat pendidikan Perenialisme

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio- kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan itu.

Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:

1) Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan.

Pendidikan harus sama bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.

2) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar untuk memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.

3) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganusasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.

4) Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.

(16)

- 16 -

5) Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social, terutama politik dan ekonomi.

7. Filsafat pendidikan Esensialisme

Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.

Esensialisme, yang memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.

Power (dalam uyoh,2011:165) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Esensialisme sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan

Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum

2) Kedudukan siswa

Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.

Siswa belajar ke sekolah untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.

3) Peranan guru

Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya, dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.

4) Kurikulum

Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.

(17)

- 17 - 5) Metode

Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

8. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.

Power (dalam uyoh,2011:171) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme sebagai berikut:

1) Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial.Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

2) Tujuan pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal.Transmisi budaya adalah budaya esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut

3) Kedudukan siswa

Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya

4) Peranan guru

Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

5) Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai.Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

(18)

- 18 - 6) Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing)

2.4 PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila yang dimaksud adalah pancasila yang rumusannya termaktub dalam “Pembukaan UUD 1945”. Karena Pancasila adalah dasar negara Indonesia, implikasinya maka Pancasila juga adalah dasar pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

a. Epistimologi

Hakikat Pengetahuan : Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari sumber pertama yaitu Tuhan YME. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan/kepercayaan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.

b. Aksiologis

Hakikat Nilai : Sumber pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk Tuhan, Pribadi/individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai diturunkan dari Tuhan YME, masyarakat dan individu.

2.4.1 Implikasi Terhadap Pendidikan

Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

(19)

- 19 -

negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Tujuan Pendidikan. Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahun dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini ditergaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003.

Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan meperhatikan:

a. Peningkatan iman dan takwa b. Peningkatan akhlak mulia

c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dna minat peserta didik d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan

e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni h. Agama

i. Dinamika perkembangan global

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebnagsaan.

Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut denga Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Metode Pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang tersedia. Pengunaan metode pendidikan diharapkan memperhatikan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.

(20)

- 20 -

Peranan Pendidikan dan Peserta Didik. Peran pendidik dan peserta didik tersurat dan tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya,

“ing madya mangun kurso” artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya, dan “tut wuri handayani” artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus mampu memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

Orientasi Pendidikan. Pendidikan memilki dua fungsi utama yaitu, fungsi konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi diandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan, norma, kebiasaan-kebiasaan yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap dipertahankan.

Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat (given) dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern, melainkan semua anggota semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Dalam konteks ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan ada upaya-upaya untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereak tidak saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas.

(21)

- 21 - BAB III KESIMPULAN

Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di bidang pendidikan untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau seperangkat asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Filsafat pendidikan akan menjawab tiga pertanyaan pokok yaitu, Apakah pendidikan itu? Apa yang hendak dicapai? Dan Bagaimana cara yang terbaik merealisasikan tujuan-tujuan itu?.

Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Matrealisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.

Landasan filsafat pendidikan tercermin di dalam semua keputusanserta perbuatan pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instrksional maupun non instruksional atau dengan pendekatan lain. Semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud bersifat pendidikan.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia, maka Pancasila juga merupakan dasar pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 2 UU RI No. 20 tahun 2003 bahwa: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(22)

- 22 -

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Rasyidin, Waini dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: UPI.

Pidarta, Made. (2013). Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Undang-Undang:

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber Lain:

Purwandari, Elce. (2015). Aliran-aliran Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://purwandarielce.blogspot.co.id [Agustus 2015]

Referensi

Dokumen terkait

3.3-4.3(9) Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu menggunakan anggota badan untuk melakukan gerakkan halus yang terkontrol (FISIK MOTORIK HALUS)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplemen ekstrak lerak (Sapindus rarak) ke dalam ransum yang mengandung pakan blok terhadap populasi protozoa, bakteri

Rumusan dapatan kajian menunjukkan bahawa terdapat hubungan yang signifikan antara 'burnout' dengan tahap kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru sekolah rendah di daerah

yang dibangun dari blok-blok training data , dan melakukan klasifikasi dengan cara voting terhadap hasil prediksi yang dibuat oleh masing-masing base classifier ,..

Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad alam mayapada, dunia akhirat, surga neraka, arsy kursi,

Alhamdulillah, puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-nya, sehingga dapat terselesaikannya

Varians adalah ukuran disperse yang menggunakan selisih antara semua nilai data dengan rata-rata hitung. 1998) nilai autokorelasi pada data konstan akan turun sampai

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu stress kerja yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan