• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Dasar Teori II.1 Data Mining II.1.1 Pengantar Data Mining

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Dasar Teori II.1 Data Mining II.1.1 Pengantar Data Mining"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Dasar Teori

Bab ini membahas teori-teori yang mendukung penulisan tesis. Teori ini mencakup teori tentang data mining secara umum, concept drift, data streams, ensemble classifier, streaming ensemble algorithm, dan paradigma pengembangan perangkat

lunak menggunakan unified process.

II.1 Data Mining

II.1.1 Pengantar Data Mining

Menurut [HAN01], data mining dapat diartikan sebagai proses pengekstraksian atau

mining” (menambang) pengetahuan dari data berskala besar. Pengertian yang lain

lagi menurut [TAN06], yaitu data mining adalah proses dari mengotomatisasikan

penemuan informasi yang berguna pada basis data berskala besar (basis data dengan

volume isi data yang sangat besar).

Tidak semua penemuan informasi yang berguna dikategorikan sebagai data mining.

Sebagai contoh, melakukan query suatu data individu menggunakan database management system atau mencari suatu web page berdasarkan kriteria suatu query

tertentu dengan memanfaatkan search engine merupakan tugas yang berhubungan

dengan information retrieval. [TAN06]

Proses data mining dapat diterapkan pada berbagai jenis repositori. Jenis tersebut

adalah basis data relasional, gudang data (data warehouse), basis data transaksional, flat files, basis data berorientasi object, basis data spasial, dan basis data multimedia

dan text. Penerapan dan teknik mining untuk tiap jenis wadah penampung data dapat

berbeda. [HAN01]

Sebelum dilakukannya proses data mining, terlebih dahulu harus ditentukan tugas data mining. Penentuan ini didasarkan atas jenis pola yang ingin didapatkan dari data

yang ada. Tugas data mining menurut [TAN06] secara umum dibagi menjadi dua

(2)

1. Tugas predictive

Tujuan dari tugas ini adalah untuk memprediksi nilai suatu atribut berdasarkan nilai-nilai dari atribut yang lainnnya. Atribut yang diprediksi dikenal dengan istilah target atau dependent variable, sedangkan atribut yang digunakan

untuk membuat prediksi dikenal sebagai explanatory atau independent variables.

2. Tugas descriptive

Tujuan dari tugas ini adalah untuk memperoleh pola (correlations, trends, clusters, trajectories,dan anomalies) yang merangkum relasi pokok pada data.

Tugas descriptive data mining biasanya exploratory dan secara sering

membutuhkan teknik postprocessing untuk memvalidasi dan menjelaskan

hasilnya.

Banyak orang memperlakukan data mining sebagai sinonim dari Knowledge Discovery in Databases (KDD). Namun ada juga yang melihat data mining sebagai

bagian yang inti dari proses sebuah KDD. Knowledge discovery sebagai sebuah

proses digambarkan pada Gambar II.1 dan terdiri dari beberapa rangkaian iterasi sebagai berikut: [HAN01]

1. Data cleaning (menghilangkan noise dan data yang tidak konsisten)

2. Data integration (sumber data yang berbeda-beda dikombinasikan)

3. Data selection (data yang sesuai dengan tugas analisis diambil dari basis data)

4. Data transformation (data ditransformasikan atau dikonsolidasi ke bentuk

yang sesuai untuk mining)

5. Data mining (proses inti dimana teknik-teknik diaplikasikan sebagai upaya

untuk mengekstraksi pola)

6. Pattern evaluation (mengidentifikasi pola penting yang merepresentasikan

dasar pengetahuan dari sebuah ukuran kepentingan)

7. Knowledge presentation (teknik visualisasi dan representasi pengetahuan

(3)

Gambar II.1. Proses KDD

II.1.2 Penjelasan Konsep, Instans, dan Atribut

Masukan yang diterima pada proses data mining merupakan dalam bentuk konsep,

instans dan atribut. Konsep merupakan hal yang ingin dipelajari. Hasil keluaran yang didapatkan dari sebuah skema pembelajaran disebut sebagai concept description

(deskripsi dari konsep). Instans atau disebut juga sebagai contoh adalah hal-hal yang

ingin diklasifikasi, diasosiasikan, atau dikelompokkan. Setiap instans merupakan

contoh individu dan independen dari konsep yang ingin dipelajari. Setiap instans

dikarakteristikkan dengan nilai-nilai dari sekumpulan atribut atau disebut juga sebagai fitur, yang telah ditentukan. Atribut dapat berupa numerik (disebut juga atribut kontinu) maupun nominal (disebut juga atribut kategori). [WIT05]

Pada Tabel II.1 merupakan contoh data mengenai apakah seseorang akan melakukan suatu permainan olah raga atau tidak sesuai dengan keadaan cuaca. Pada tabel tersebut, konsepnya adalah apakah seseorang akan melakukan suatu permainan olah raga atau tidak (ditandakan dengan kolom Play). Instans dalam tabel tersebut merupakan tiap baris data. Atribut pada tabel tersebut adalah Outlook (bertipe nominal), Temperature (bertipe numerik), Humidity (bertipe numerik), dan Windy (bertipe nominal).

(4)

Tabel II.1. Data Bermain Olah Raga Sesuai dengan Cuaca

Outlook Temperature Humidity Windy Play

Sunny 85 85 False No

Sunny 80 90 True No

Overcast 83 86 False Yes

Rainy 70 96 False Yes

Rainy 68 80 False Yes

Rainy 65 70 True No

Overcast 64 65 True Yes

Sunny 72 95 False No

Sunny 69 70 False Yes

Rainy 75 80 False Yes

Sunny 75 70 True Yes

Overcast 72 90 True Yes

Overcast 81 75 False Yes

Rainy 71 91 True No

II.1.3 Klasifikasi sebagai Salah Satu Tugas Data Mining

Klasifikasi adalah proses dari mencari suatu himpunan models (atau fungsi) yang

dapat mendeskripsikan dan membedakan kelas-kelas data atau konsep-konsep, dengan tujuan dapat menggunakan model tersebut untuk memprediksi kelas dari suatu objek dimana kelasnya belum diketahui. [HAN01]

Dalam studi literatur yang lain dijelaskan bahwa klasifikasi merupakan data mining

dengan tugas predictive yang bertujuan untuk membangun sebuah model untuk

variabel target sebagai sebuah fungsi yang terdiri atas variabel-varabel explanatory.

Variabel target atau disebut juga sebagai variabel bergantung adalah atribut yang

ingin diprediksi, sedangkan variabel explanatory atau disebut juga sebagai variabel

bebas adalah atribut-atribut yang digunakan untuk melakukan prediksi. Teknik klasifikasi yang digunakan untuk klasifikasi dapat berupa decision tree classifier, bayesian classifier, ensemble classifier, nearest neighbour classifier, dan lain

sebagainya. Masing-masing classifier memiliki algoritma pembelajarannya

masing-masing. [TAN06]

Klasifikasi merupakan proses dua tahap, Gambar II.2 mengilustrasikan tahapan pada klasifikasi. Pada tahap pertama, sebuah model dibangun berdasarkan training data

(data pelatihan), yang mendeskripsikan definisi yang telah ditetapkan mengenai himpunan kelas data atau konsep. Model tersebut dibangun dengan cara menganalisis

(5)

tuples pada database yang terdeskripsikan berdasarkan atributnya. Tiap tuple

diasumsikan dimiliki oleh kelas yang telah didefinisikan sebelumnya. Data tuples

tersebut dianalisis untuk membangun model secara kolektif membentuk training data set. Tiap tuples yang digunakan pada training set dikenal juga sebagai training samples,dipilih secara acak dari populasi sample. Dikarenakan tiap label kelas (class label) pada training sample telah disediakan maka tahapan ini dikenal juga dengan supervised learning. Hasil pada tahap ini direpresentasikan sebagai aturan klasifikasi, decision tree, atau formula matematika. [HAN01]

Pada tahap kedua, model digunakan untuk mengklasifikasikan data tuples yang baru

atau objek dimana label kelasnya belum diketahui. Pada tahap ini akurasi model diukur. Akurasi dari sebuah model dihitung dari presentase sampel pengujian yang diklasifikasi secara benar oleh model. Pengujian ini dilakukan dengan data yang berbeda dari training data (data pelatihan) yaitu data pengujian, hal ini disebabkan

karena model yang dipelajari cenderung untuk overfit pada data (memasukkan

anomali yang terdapat pada data kedalam model), yang dapat disebabkan oleh noise

ataupun kurangnya training data. Jika akurasi dari model dapat diterima, maka model

tersebut dapat digunakan untuk mengklasifikasi data tuples maupun objek-objek yang

(6)

Gambar II.2. Proses Pembangunan Model Klasifikasi

II.2 Data Streams

Dengan meningkatnya kemajuan dalam bidang hardware dan software dalam

beberapa tahun ini telah memungkinkan untuk memperoleh hasil pengukuran data yang berbeda-beda pada bidang-bidang ilmu yang ada. Pengukuran ini dihasilkan secara terus-menerus dan laju pertambahan data yang semakin cepat. Contohnya adalah sensor pada networks, web logs, dan computer network traffic. [GAB05]

Mining data streams merupakan evolusi dari data mining dimana proses mining pada

awalnya pada data yang bersifat tetap (tidak bertambah) menjadi yang bersifat stream

(terus menerus bertambah). Hal ini mengakibatkan perlunya penyesuaian pada metode-metode yang ada sehingga miningdata streams ini dapat diatasi.

Secara singkat mining data streams menyangkut pengekstraksian struktur

pengetahuan yang direpresentasikan dalam model dan pola-pola pada data streams.

Penelitian akan mining data streams telah menarik banyak perhatian karena tingkat

kepentingannya yang tinggi akan pengaplikasiannya dan meningkatnya generation

(7)

bervariasi dari aplikasi yang ilmiah sampai dengan aplikasi finansial atau bisnis. [GAB05]

II.3 Concept Drift

Pada dunia nyata konsep umumnya tidak stabil dan dapat berubah terhadap waktu. Sering kali perubahan ini membuat model yang telah kita bangun diatasnya tidak konsisten dengan perubahan yang ada. Masalah ini dikenal sebagai concept drift,

dimana akan memperumit tugas dalam learning sebuah model dari data dan

membutuhkan pendekatan yang khusus. [TSY04]

Konsep yang ingin dipelajari sering kali bergantung pada hidden context. Contohnya

pada peramalan cuaca, aturan peramalan cuaca yang digunakan dapat berbeda secara radikal sesuai dengan musimnya. Contoh lainnya yaitu konsep mild weather (angin

dan hujan) dapat berbeda di Siberia dan di Central Afrika. [WID96]

Perubahan pada concept drift dapat terjadi secara mendadak (dikenal juga dengan revolutionary drift), maupun secara gradual (dikenal juga dengan evolutionary drift).

Perubahan gradual dapat dibagi menurut laju perubahannya, yaitu perubahan lambat

atau perubahan sedang. [TSY04]

Terdapat sebuah pendekatan yang dapat diambil untuk menangani permasalahan

concept drift ini yaitu dengan cara hanya menyimpan “jendela” yang berisi

instans-instans dan hipotesis-hipotesis yang dipercaya saja. Diilustrasikan pada Gambar II.3. Untuk memperluas pendekatan ini, asumsikan concept descriptions disimpan dan

digunakannya ketika timbul konteks yang sebelumnya pernah ada di masa lampau [WID96]

Gambar II.3. Concept descriptions yang baru dan lama dan sebuah “jendela” yang bergerak berdasarkan stream dari data examples

(8)

II.4 Ensemble Classifier

II.4.1 Pengantar Ensemble Classifier

Metode ensemble atau dikenal juga dengan metode classifier combination, merupakan

teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi dari klasifikasi pada data mining. Sebuah metode ensemble mengkonstruksi suatu himpunan base classifiers

yang dibangun dari blok-blok training data, dan melakukan klasifikasi dengan cara voting terhadap hasil prediksi yang dibuat oleh masing-masing base classifier,

kemudian mengagregasikan hasil prediksi tersebut untuk menghasilkan klasifikasi secara keseluruhan, ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar II.4. [TAN06]

Gambar II.4. Gambaran Umum Ensemble

II.4.2 Metode untuk Mengkonstruksi Sebuah Ensemble Classifier

Ide dasar dari metode ensemble adalah untuk mengkonstruksi beberapa classifier dari

data asal dan kemudian mengagregasi hasil prediksinya saat akan mengklasifikasi contoh yang belum diketahui hasilnya. Ensemble classifiers dapat dikonstruksi

melalui beberapa cara yaitu: [TAN06]

1. Mengkonstruksi sebuah ensemble classifier dengan memanipulasi training data

Pada pendekatan ini, beberapa training data dibuat dengan resampling data

asli menurut suatu distribusi sampling tertentu. Distribusi sampling

(9)

dilakukan berulang kali maka hasilnya selalu bervariasi. Sebuah classifier

kemudian dibangun dari tiap training data menggunakan suatu algoritma learning (pembelajaran) tertentu. Bagging dan boosting merupakan dua contoh

metode ensemble yang memanipulasi training data.

2. Mengkonstruksi sebuah ensemble classifier dengan memanipulasi fitur input

Pada pendekatan ini, suatu himpunan bagian dari fitur input (atribut dari suatu

tabel beserta datanya) dipilih untuk membentuk tiap training data. Himpunan

bagian tersebut dapat dipilih secara acak atau berdasarkan rekomendasi dari

domain experts. Dari beberapa penelitian telah ditunjukkan bahwa pendekatan

ini bekerja sangat baik pada data sets yang memiliki fitur redudansi yang

tinggi. Random forest merupakan metode ensemble yang memanipulasi fitur input dan menggunakan decision tree sebagai base classifier-nya.

3. Mengkonstruksi sebuah ensemble classifier dengan memanipulasi label kelas

Metode ini dapat digunakan jika jumlah dari kelas cukup banyak. Training data ditransformasikan menjadi suatu permasalahan kelas biner, cara yang

dilakukan adalah dengan secara acak melakukan partisi terhadap label kelas sehingga menjadi dua himpunan terpisah A0 dan A1. Training data dimana

label kelasnya dimiliki oleh himpunan A0 ditugaskan kepada kelas 0, dan

sisanya yang dimiliki oleh himpunan A1 ditugaskan kepada kelas 1. Training

data yang telah dilabel ulang kelasnya tersebut kemudian digunakan untuk

melatih sebuah base classifier. Dengan mengulang-ulang proses label ulang

kelas tersebut dan tahapan pembangunan model berkali-kali, maka diharapkan akan diperoleh suatu ensemble dari base classifier. Jika test data (data

pengujian) dihadirkan, tiap base classifier Ci digunakan untuk

memprediksikan kelas labelnya. Jika test data diprediksikan sebagai kelas 0

maka semua kelas yang dimiliki oleh kelas A0 akan menerima vote (suara).

Sebaliknya juga, jika diprediksikan sebagai kelas 1 maka semua kelas yang dimiliki oleh kelas A1 akan menerima vote. Seluruh vote dicatat dan kelas

yang menerima vote terbanyak menjadi hasil dari test data tersebut. Contoh

metode yang menggunakan pendekatan ini adalah error-correcting output coding

(10)

4. Mengkonstruksi sebuah ensemble classifier dengan memanipulasi algoritma learning

Banyak algoritma learning dapat dimanipulasi dengan suatu cara dimana jika

algoritma tersebut diterapkan berkali-kali pada suatu training data maka akan

menghasilkan model yang berbeda-beda. Sebagai contoh, suatu artificial neural network dapat menghasilkan model yang berbeda-beda dengan

mengubah topologi network-nya atau inisialisasi weight-nya dari

keterhubungan antar neuron.

Ketiga cara pertama diatas merupakan metode umum yang dapat diaplikasikan pada

classifier apapun, dan untuk cara yang keempat bergantung pada tipe classifier yang

digunakan.

II.5 Streaming Ensemble Algorithm (SEA) II.5.1 Pendahuluan SEA

SEA merupakan suatu algoritma yang dibuat untuk menangani masalah concept drift

dan data streams pada klasifikasi di data mining. Teknik SEA ini berdasar pada

metode ensemble dan dikembangkan untuk menangani kedua permasalahan yang

telah disebutkan. [STR01]

Pembangunan SEA didasarkan atas empat kriteria pemikiran pembangunan algoritma untuk metode predictive dalam skala besar dari [FAY96] :

1. Iterative

Algoritma harus beroperasi dengan model iteratif, membaca blok-blok data pada suatu waktu tertentu dibandingkan dengan membaca seluruh data tersebut pada awal algoritma.

2. Single pass

Algoritma hanya boleh melakukan satu kali pass pada data.

3. Limited memory

Dibutuhkan suatu jumlah memory yang konstan untuk struktur data yang

digunakan pada algoritma, dan sebaiknya tidak membesar sesuai dengan ukuran data.

(11)

4. Any-time learning

Algoritma harus menyediakan solusi yang baik bila algoritma diberhentikan ditengah jalan sebelum ditemukannya suatu kesimpulan.

II.5.2 Metode SEA

Pseudocode dari SEA yang telah dibangun adalah sebagai berikut: [STR01]

01: while more data points are available

02: ··read d points, creating training set D

03: ··build classifier Ci using D

04: ··evaluate classifier Ci-1 on D

05: ··evaluate all classifier in ensemble E on D

06: ··if E not full

07: ····insert Ci-1

08: ··else if Quality(Ci-1) > Quality(Ej) for some j

09: ····replace Ej with Ci-1

10: ··end

11: end

Dalam pseudocode tersebut yang dikerjakan adalah sebagai berikut. Classifier

individu dibangun dari suatu himpunan bagian dari data, dibaca secara berurutan dalam blok-blok. Komponen dari classifier dikombinasikan menjadi sebuah ensemble

dengan suatu ukuran yang tetap. Saat ensemble telah penuh, maka classifier baru akan

ditambahkan jika memenuhi suatu kriteria kualitas tertentu, berdasar pada kemampuan estimasi untuk meningkatkan performansi dari ensemble. [STR01]

Base classifier yang digunakan pada SEA oleh W. Nick Street dan YongSeog Kim

adalah Quinlan C4.5. Parameter operasional dari C4.5 ini adalah apakah suatu tree

akan di-prune atau tidak. Kunci performansi dari algoritma ini adalah metode yang

digunakan untuk menentukan apakah suatu base classifier baru dapat ditambahkan

pada ensemble, dan apakah suatu baseclassifier dapat dihilangkan. [STR01]

Kriteria kualitas yang digunakan pada SEA adalah sebagai berikut:

1. Jika kedua ensemble E dan baseclassifier baru T adalah benar, maka kualitas

dari T ditingkatkan menjadi 1 - | P1 – P2 |. Maksud dari ini adalah jika vote

ditutup, base classifier baru tersebut mendapatkan nilai kualitas yang tinggi,

dikarenakan dapat secara langsung mempengaruhi votes pada masa

(12)

2. Jika T adalah benar namun E tidak benar maka kualitas ditingkatkan menjadi 1

- | P1 – PC |.

3. Jika prediksi T tidak benar (tidak perlu lagi memperdulikan hasil dari E), maka

kualitas diturunkan menjadi 1 - | PC – PT |.

Dimana:

P1 = Persentase dari top vote-getter

P2 = Persentase dari second-highest vote-getter

PC = Persentase dari kelas yang benar

PT = Persentase dari prediksi dari baseclassifier baru T

Beberapa hal yang diperoleh dari penelitian SEA oleh W. Nick Street dan YongSeog Kim adalah: [STR01]

1. Memperbesar ukuran dari ensemble menghasilkan hasil dengan generalisasi

yang lebih baik, yaitu sekitar 20 atau 25 base classifier.

2. Pruning tree individu menghasilkan akurasi ensemble yang menurun,

walaupun akurasi dari tiap tree individu meningkat.

3. Variasi sederhana dari metode “voting terbesar” memiliki efek yang kecil atau

tidak memiliki efek dalam masalah akurasi ensemble. Memberikan bobot pada votes berdasarkan akurasi base classifier atau memberikan bobot pada nilai confidence dari tiap base classifier, dapat menghasilkan peningkatan yang

tidak konsisten dan kecil efeknya untuk masalah akurasi ensemble.

4. Penelitian dengan metode “gated voting”, dimana anggota ensemble

melakukan vote hanya pada kasus dimana mereka dapat memprediksikannya

dengan benar. Metode ini juga menghasilkan peningkatan yang tidak konsisten terhadap metode “voting terbesar”.

II.6 Backpropagation sebagai Base Classifier

Sebuah base classifier merupakan suatu teknik klasifikasi yang dapat digunakan

sebagai dasar terbentuknya ensemble. SEA yang diajukan oleh W. Nick Street dan

YongSeog Kim menggunakan C4.5 sebagai base classifier-nya. Pada tesis ini backpropagation akan digunakan sebagai base classifier-nya.

(13)

Backpropagation merupakan suatu jenis jaringan saraf tiruan yang dapat digunakan

untuk mengklasifikasi data. Backpropagation menerapkan metode gradient descent,

yaitu dimana penyesuaian-penyesuaian dilakukan pada jaringan sehingga memperkecil error dalam mengklasifikasi data. Untuk informasi yang lebih lengkap

mengenai backpropagation beserta algoritmanya dapat dilihat pada [DHA04].

Beberapa penjelasan istilah dalam backpropagation yaitu [DHA04]:

1. Neuron merupakan sel terkecil dari jaringan otak saraf manusia, ditunjukkan

pada Gambar II.5.

2. Bobot merupakan synaptic gap dan berfungsi sebagai bobot untuk

memperkuat sinyal atau memperlemah.

3. Masukan neuron merupakan dendrite dan berfungsi memberikan sinyal

masukan

4. Fungsi aktivasi merupakan soma dan berfungsi mengolah sinyal yang masuk

5. Keluaran neuron merupakan axon dan berfungsi mengeluarkan sinyal keluaran

Gambar II.5. Neuron pada Manusia

Backpropagation memiliki arsitektur dengan minimal satu layer untuk hidden layer,

dapat dilihat pada Gambar II.6 yaitu pada layer Z. Untuk layer masukan ditunjukkan

dengan X pada Gambar 3.1, layer keluaran ditunjukkan dengan layer Y pada Gambar

3.1. Hidden layer dapat memiliki bias, dimana bias menyerupai bobot pada koneksi

antar neuron namun dengan nilai keluaran neuron-nya selalu 1. Untuk bobot dari layer masukan ke hidden layer ditunjukkan dengan v, dan untuk bobot dari hidden layer ke layer keluaran ditunjukkan dengan w. [DHA04]

(14)

Gambar II.6. Arsitektur Backpropagation

II.7 Paradigma Pengembangan PL Menggunakan Unified Process

Unified process merupakan paradigma pengembangan yang menggunakan pendekatan

iteratif (pengulangan). Dalam tiap iterasi terdiri dari langkah-langkah pengembangan suatu perangkat lunak, ditunjukkan pada Gambar II.7. Dalam tiap iterasi dilakukan sedikit requirements, analysis, design, implementation, dan testing. Pada tiap iterasi

masukannya adalah berdasarkan iterasi sebelumnya, hal ini terus dilakukan sampai mendekati produk final. [KRO03]

(15)

Pada awal iterasi umumnya titik beratnya lebih pada requirements, analysis, dan design. Kemudian pada iterasi akhir titik beratnya lebih pada implementation dan testing. Keterangan mengenai apa yang dikerjakan pada tiap iterasi ditunjukkan pada

Gambar II.8. Dalam unified process terdapat 4 tahapan yaitu Inception, Elaboration, Construction, dan Transition. Masing-masing tahapan tersebut memiliki fokus-fokus

bagian yang berbeda-beda. [KRO03]

Gambar II.8. Keterangan Tahapan Pengembangan pada Unified Process

Dalam memodelkan pengembangan perangkat lunak, unified process menggunakan

bahasa pemodelan Unified Modeling Language (UML). Langkah pertama yang

dikerjakan dalam unified process ini adalah pembuatan use-case. Use-case ini

menggambarkan tingkah laku fungsionalitas dari sistem dilihat dari sisi user, sehingga

apa yang dikembangkan ini dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh user.

Hubungan use-case ke model rekayasa perangkat lunak ditunjukkan pada Gambar

II.9. Use-case akan digunakan pada analysis dan design, implementation, dan test.

(16)

Gambar II.9. Keterhubungan Use-Case ke Model Rekayasa Perangkat Lunak

Dalam UML terdapat beberapa diagram yang dapat digunakan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel II.2. Diagram structural menggambarkan fitur-fitur yang

tidak berubah dari waktu ke waktu. Diagram behavioral menggambarkan bagaimana

sistem menanggapi permintaan. Diagram interaction merupakan sebuah tipe diagram behavioral, namun penekanannya pada pertukaran message antar objects dan

bagaimana mencapai tujuannya. [CHO03]

Tabel II.2. Diagram pada UML

Kategori Tipe dari Diagram Deskripsi

Diagram Behavioral Diagram Use-Case Menggambarkan servis apa saja yang

dapat diminta seorang aktor pada sebuah sistem

Diagram Behavioral Diagram Activity Menggambarkan data flow dan control flow dari tingkah laku antar objects

Diagram Behavioral Diagram State Machine

Menggambarkan life cycle dari sebuah object, atau sequences dari sebuah object kemana saja, atau yang harus

didukung oleh sebuah interface

Diagram Interaction Diagram Overview Menggambarkan skenario interaksi

yang berbeda-beda untuk sebuah

collaboration (suatu kumpulan object

yang bekerja sama untuk mencapai tujuan) yang sama

Diagram Interaction Diagram Sequence Berfokus pada pertukaran message

antar sebuah kelompok objects,

beserta urutannya Diagram Interaction Diagram

Communication

Berfokus pada message antar sebuah

kelompok objects dan relasi yang

pokok dari objects

Diagram Interaction Diagram Timing Menggambarkan perubahan dan relasi

pada waktu nyata atau sistem

embedded

Diagram Structural Diagram Object Menggambarkan objects beserta

(17)

Kategori Tipe dari Diagram Deskripsi

Diagram Structural Diagram Class Menggambarkan entitas dunia nyata,

elemen dari analisis dan perancangan, atau implementasi dari kelas dan keterhubungannya

Diagram Structural Diagram Composite Structure

Menggambarkan bagaimana sesuatu dibuat

Diagram Structural Diagram Deployment

Menggambarkan arstektur run-time

dari sistem, landasan hardware, software artifacts, dan lingkungan software

Diagram Structural Diagram Component

Menggambarkan organisasi dan keterhubungan antar deliverables

sistem

Diagram Structural Diagram Package Digunakan untuk menata

elemen-elemen model dan menggambarkan keterhubungan antar elemen-elemen tersebut

Gambar

Gambar II.1. Proses KDD
Tabel II.1. Data Bermain Olah Raga Sesuai dengan Cuaca
Gambar II.2. Proses Pembangunan Model Klasifikasi
Gambar II.3. Concept descriptions yang baru dan lama dan sebuah “jendela” yang bergerak  berdasarkan stream dari data examples
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian teknik perawatan dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu peralatan atau mesin dalam kondisi

Aspek psikologis yang perlu diperhatikan adalah bagaimana tingkah laku yang diharapkan ketika melakukan aktifitas di dalam ruangan pada perpustakaan anak

Cilegon merupakan daerah yang telah disiapkan untuk sebuah kawasan industri, sehingga sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah. 

Halaman 2 digunakan untuk entri data Blok 3.Disini, terdapat daftar komoditas yang diusahakan selama setahun kalender pada rumah tangga tersebut.Untuk memasukkan data

Kelompok dukungan sebaya dan LSM lain yang ingin memperoleh buku ini dengan jumlah yang lebih besar dapat memintanya langsung dari Yayasan Spiritia. Pada halaman akhir buku ini

Melihat dari semakin meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan PAM Jaya setiap tahun akibat meningkatnya nilai tukar dan inflasi serta tarif listrik dan BBM semakin tinggi

Rencana Strategis (Renstra) sebagai pedoman dan arahan dalam melaksanakan program dan kegiatan Kecamatan Rantau Badauh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Berdasarkan kepada hasil penyelidikan Dedy Amarulah tahun2001 Bitumen padat di daerah Petai ditemukan terutama pada Satuan Serpih Anggota Bawah Formasi Telisa, tebal yang terukur