• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stress Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Stress Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Stress Kerja Terhadap

Prestasi Kerja Karyawan

Endang Suswati1 Ibnu Azizi Al Ayyubi2

1 Dosen Tetap Prodi Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Gajayana

2 Alumnus Prodi Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Gajayana

Abstract

The aims of research were to analyze the significance level of influence of job stress, which included the physiological stress, psychological stress and behavioral stress, on the employees performance, and to identify the stress variable dominantly influence the performance. Moreover, it was focused on the stress problems of the production division ‘employee on PT. Indohamafish Bali. The respondents were selected using the simple random sampling. The result showed the significance influence of the job stress’ variable toward the employee performance, both simultaneously and partially. Based on the regression coeffients, the psychological stress variable was influence more on the performance of employees than the physiological stress and behavioral variables.

Keywords

Job stress, employee performance

anusia sebagai sumber daya diharapkan dapat lebih aktif dalam mengoptimalkan pekerjaan dalam suatu perusahaan, sehingga perusahaan selalu berupaya untuk mendapatkan sumber daya manusia yang dapat melakukan pekerjaannya karena hal tersebut merupakan kunci bagi perkembangan perusahaan mendatang. Situasi tekanan perusahaan tersebut secara

(2)

langsung berpengaruh terhadap keberadaan stress karyawan. Menurut Gibson (1996), stress merupakan suatu tanggapan penyesuaian yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi atau peristiwa di lingkungan luarnya yang menetapkan tuntutan berlebih pada seseorang. Dalam hal ini stress dipandang sebagai satu kondisi atau keadaan emosional seseorang.

Dampak dari stress akan nampak dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku atau semuanya sehingga secara langsung stress berpengaruh terhadap seluruh individu. Secara individu, reaksi karyawan terhadap stress selain berdampak negatif, ternyata juga bisa berdampak yang positif yakni membuat kebalikan dari gejala-gejala stress kerja ynag bersifat negatif. Hal ini terjadi tergantung tingkat stress dan ketahanan individu terhadap stress. Secra umum, bagi karyawan yang sulit melakukan penyesuaian diri terhadap stress akan menggangu keseimbangan kejiwaan dan fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan berdampak pada penurunan prestasi kerja karyawan dan jika sudah demikian stress yang dialami karyawan tergolong tinggi, sedangkan bagi karyawan lain justru menjadi daya dorong prestasi kerjanya.

Secara nyata stres fisiologis seorang karyawan dengan seringnya karyawan merasakan sakit kepala, mengkatnya detak jantung dan pernapasan serta perubahan dalam sistem metabolisme. Mengenai stres psikologis karyawan sering merasakan kebosanan dalam bekerja, mudah marah, tersinggung, mengalami kecemasan, dan lain-lain. Sedangkan stres perilaku dapat diketahui dari adanya perubahan produktivitas, mengkatnya absensi kerja, adanya perubahan dalam

kebiasaan makan dan lain-lain. Adanya tanda-tanda tersebut maka dapat diindikasikan bahwa karyawan mengalami tingkat stre yang tinggi sehingga mempengaruhi prestasi kerja yang dihasilkan seorang karyawan.

Stres yang terlalu besar bisa mengancam kemampuan seseorang untuk menghadap lingkungan. Stres sering muncul dan terjadi pada perusahaan khusunya pada karyawan. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu penyebab, namun biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi dari penyebab stres tersebut. Ada dua kategori penyebab stres, yaitu on the job dan off the job. Penyebab stres on the job merupakan penyebab stres yang terjadi dari dalam perusahaan , sedangkan penyebab stres off the job adalah penyebab stres yang terjadi dari luar perusahaan. Masalah-masalah yang terjadi diperusahaan yang berkaitan dengan pekerjaan secara otomatis akan menyebabkan karyawan mengalami stres dalam bekerja dan secara otomatis akan berpengaruh atas prestasi kerjanya.

Kondisi seseorang yang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu akan memacu individu tersebut mengalami stres. Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu tinggi berakibat negatif bagi perusahaan dan juga prestasi kerja individu. Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka perusahaan dituntut untuk menjaga agar karyawan tidak sampai mengalami stres yang terlalu berlebihan sehingga karyawan akan dapat bekerja lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi kerja dengan tujuan agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.

(3)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara stres kerja yang meliputi stres fisiologis, stres psikologis dan stres perilaku terhadap prestasi kerja karyawan, serta untuk mengetahui variabel stres kerja yang paling berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. Lebih jauh, ruang lingkup pembahasan dititikberatkan pada masalah stres kerja karyawan bagian produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali.

Hasil Penelitian Terdahulu

Puspitasari (2005) meneliti pengaruh stres kerja terhadap prestasi kerja perawat Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel stres mampu menjelaskan perubahan prestasi kerja perawat sebesar 70,4%. Hasil uji secara parsial dan simultan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel stres kerja yang meliputi stres fisiologis, stress psikologis dan stres perilaku terhadap prestasi kerja perawat diinstansi tersebut. Variabel stres kerja psikologis diidentifikasi mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja perawat.

Stres Kerja

Menurut Gibson (1996), stres kerja adalah suatu tanggapan seseorang atas kondisi yang terjadi biasanya berupa kelebihan tuntutan atau kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan terutama aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan.

Stres kerja dapat dilihat dari tiga kategori umum yang bisa dijadikan variabel stres kerja, yaitu meliputi stres fisiologis,

stres psikologis dan stres perilaku. Stres fisiologis adalah stres yang dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung; stres psikologis adalah stres yang dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja; dan stres perilaku adalah stres yang berpengaruh terhadap perubahan produktifitas, absensi juga perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah serta gangguan tidur (Robbins, 2002).

Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Hampir setiap kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stres tergantung pada reaksi karyawan. Menurut Handoko (2001), faktor-faktor penyebab stres diantara kondisi-kondisi kerja adalah beban kerja yang berlebih, tekanan atau desakan waktu, kualitas supervisi yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan peranan, frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan nilai-nilai perusahaan dan karyawan, serta berbagai bentuk perubahan.

Stres karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi diluar perusahaan. Penyebab stres “off the job”, antara lain kekuatiran finansial, masalah yang bersangkutan dengan anak, masalah phisik, masalah perkawinan (misal perceraian), perubahan perubahan yang terjadi ditempat tinggal, serta masalah

(4)

pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara (Robbins, 2002).

Mendeteksi stres kerja dan bentuk reaksinya mmaka terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan persahaan dalam rangka mengatasi stres kerja yang dihadapi karyawan. Langkah-langkah yang dilakukan perusahaan dalam mengatsi stres kerja meliputi merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan dalam menghadapi bebagai stre, menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dlam bentuk apa jika mereka menghadapi stres, melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala stres dikalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu sebelum stres berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya, melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres, membuka jalur komunikasi dengan para karyawan, memantau terus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi dan dihilangkan secara dini, menyempurnakan rancang bangun tugas dan ruang kerja sedemikian rupa sehingga berbagai bumber stres yang berasal dari kondisi kerja yang dapat dielakkan, serta menyediakan jasa bantuan bagi karyawan bila mereka sempat menghadapi stres (Siagian, 2002).

Prestasi kerja

Prestasi kerja merupakan perwujudan hasil karya seseorang yang pada nantinya akan menentukan keseluruhan dari keberhasilan dari faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan apakah seseorang akan bekerja

atau berprestasi lebih baik. Menurut Sinungan (2000), prestasi kerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanaya (Dharma, 1991).

Mangkunegara (2000) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor individual, faktor sumber daya dan faktor situasi. Prestasi kerja dicapai antara karyawan karena adanya faktor individu yang berbeda, misalnya adanya perbedaan kemampuan. Seorang karyawan mungkin sangat berkeinginan untuk mencapai prestai yang tinggi dengan cara yang sangat sempurna mungkin karena kemampuannya kurang memadai tetapi prestasinya tetap saja berada dalam rentang rata-rata. Maka karyawan tersebut akan termotivasi dan berusaha untuk mengatasi, memindahkan dan mengurangi ketidakmampuan itu. Namun apabila upaya terjadi konflik tentang pekerjaan dalam diri individu akan terganggu dan prestasi kerja karyawan menjadi menurun.

Prestasi kerja juga akan terbatas seandainya sumber daya yang tersedia tidak memadai. Jika dalam suatu perusahaan terdapat kelangsungan sumber daya maka konflikpun akan terjadi yaitu adanya persaingan antar sumber daya. Semakin penting sumber daya tersebut bagi mereka, semakin besar kemungkinan konflik akan berkembang serta akan semakin tajam. Sumber daya ini mungkin dalam bentuk

(5)

perlengkapan, akses teknologi, informasi dan anggaran, ruang dan sebagainya.

Faktor situasi juga berpengaruh pada tingkat prestasi kerja yang dicapai seorang karyawan. Dalam situasi yang mendukung misalnya kondisi yang terang iklim, dan suasana kerja yang sehat, gaya kepemimpinan yang positif, pengakuan atas pendapat bawahan serta sistem kerja yang mendukung tentunya akan mendorong prestasi kerja yang tinggi.

Hubungan Antara Stres dengan Prestasi Kerja

Stres dapat sangan membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres. Bila tidak ada stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada dan prestasi kerja juga cenderung rendah. Sejalan dengan meningkatnya stresmaka prestasi kerja cenderung naik karena stres membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila stres sudah mencapai puncak yang dicerminkan dengan kemampuan pelaksanaan kerja harian karyawan, maka stres tambahan akan cenderung tidak menghasilkan perbaikan prestasi kerja. Akhirnya bila stres menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya dan menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur. Akibatnya prestasi kerja semakin menurun karena karyawan sakit atau tidak

kuat bekerja lagi, putus asa, keluar atau melarikan diri dari pekerjaan dan mungkin bisa diberhentikan.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan diperusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali yang merupakan perusahaan yang terbesar dalam usaha pengalengan ikan dengan mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang banyak. Kondisi tersebut ditengarai rentan terjadinya stres kerja para karyawan.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh karyawan bagian produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali yang secara keseluruhan sebanyak 523 karyawan.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dikarenakan jumlah populasi pada penelitian ini telah diketahui jumlahnya dan sampel yang diperoleh merupakan sampel kesempatan sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif (Singgih dan Tjiptono, 2001), dimana diperoleh jumlah sampel yang diambil sebanyak 84 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dikumpulkan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang utama digunakan adalah kuesioner atau set pertanyaan yang secara logis berhubungan pada masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna. Pertanyaan dalam penelitian ini berisi tentang fakta yang berupa tingkat stress

(6)

kerja dan prestasi kerja yang telah diberikan karyawan bagian produksi kepada perusahaan, serta pertanyaan lain (opnion) mengenai penelitian yang dilakukan oleh perusahaan disertai penanganan stress kerja.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama adalah Stres Fisiologis (X1), yaitu

stress yang dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala. Variabel bebas kedua adalah Stres Psikologis (X2), yaitu stress yang

dapat menyebabkan karyawan tidak pernah mengalami ketidakpuasan di dalam bekerja. Variabel bebas ketiga adalah Stres Perilaku (X3), yaitu stress yang ditunjukkan oleh

perilaku seorang karyawan. Prestasi kerja karyawan merupakan variabel terikat, yaitu suatu hasil karya yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kelangsungan waktu serta ukuran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam usaha pencapaian target produksi yang telah ditetapkan yang pada gilirannya akan menentukan keseluruhan dari keberhasilan.

Metode pengukuran data menggunakan skala likert, yang menghadapkan responden dengan menggunakan alat-alat yang mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai yang paling negative. Setiap item akan diberi lima pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan.

Metode Analisis Data

Pertama, untuk mencari pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model analisa regresi linier berganda. Berikutnya, untuk menguji tingkat signifikansi dari pengaruh secara simultan antara variabel independent yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku terhadap prestasi kerja karyawan digunakan uji F. Terakhir, untuk menguji tingkat signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent secara parsial digunakan uji t.

Tabel 1 Hasil Uji Validitas atas Variabel Penelitian

Item Pertanyaan Pearson correlation Sig.

X1.1 0,433 0,000 X1.2 0,292 0,007 X1.3 0,528 0,000 X1.4 0,365 0,001 X1.5 0,474 0,000 X2.1 0,562 0,000 X2.2 0,547 0,000 X2.3 0,454 0,000 X2.4 0,548 0,000 X2.5 0,443 0,000 X3.1 0,422 0,000 X3.2 0,442 0,000 X3.3 0,414 0,000

(7)

X3.4 0,505 0,000 X3.5 0,309 0,000 X3.6 0,398 0,000 X3.7 0,532 0,000 X3.8 0,479 0,000 Y1.1 0,580 0,000 Y1.2 0,487 0,000 Y1.3 0,589 0,000

Sumber: Data primer diolah, 2008.

Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas atas Variabel Penelitian

Variabel Alpha

X1(Stres Fisiologis) 0,6600

X2(Stres Psikologis) 0,6689

X3(Stres Perilaku) 0,6620

Y (Prestasi Kerja Karyawan) 0,6354 Sumber: Data primer diolah, 2008.

HASIL PENELITIAN Hasil Uji Instrumen

Hasil uji validitas menunjukkan instrumen terbukti valid, dimana nilai signifikansi (Sig.) masing-masing dari veriabel penelitian (yaitu: stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku, serta prestasi kerja karyawan) lebih besar dari α

(5%). Dengan demikian, semua pertanyaan dapat digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji reliabilitas untuk seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliable, yang mana didasarkan pada nilai koefisien Cronbach’s Alpha yang berada diatas 0,6. Hasil uji validitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan yang terangkum dalam Tabel 3, diperoleh bahwa variabel stress fisiologis (X1)

mempengaruhi prestasi kerja karyawan (Y) sebesar 0,249 dengan tanda positif, yang berarti apabila perusahaan mampu

mengendalikan stress fisiologis yang terjadi maka prestasi kerja karyawan bagian produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali akan naik sebesar 0,249; variabel stress psikologis (X2) mempengaruhi Y sebesar 0,327

dengan tanda positif, yang berarti apabila perusahaan mampu mengendalikan stress psikologis yang terjadi makan prestasi kerja karyawan perusahaan akan naik sebesar 0,327; dan variabel stress perilaku (X3)

mempengeruhi prestasi kerja karyawan (Y) sebesar 0,236 dengan tanda positif, yang berarti apabila perusahaan mampu mengendalikan atas stress perilaku yang terjadi maka prestasi kerja karyawan bagian produksi pada perusahaan pengalengan ikan PT. Indohamafish Bali akan naik sebesar 0,236. Hasil-hasil dengan asumsi apabila variabel-variabel lainnya mempunyai nilai sama dengan nol.

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,727 menunjukkan bahwa pengaruh stress kerja terhadap prestasi kerja karyawan dijelaskan sekitar 72,7% oleh variabel stress fisiologis, sedangkan

(8)

stress psikologis dan stress perilaku sedangkan sisanya 27,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,853 memberi gambaran hubungan yang erat antara variabel stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku terhadap variabel prestasi kerja karyawan, karena nilai R tersebut mendekati 1.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh variabel independent secara simultan terhadap variabel dependent digunakan uji F (F-test) yaitu dengan cara membandingkan nilai signifikansinya dengan α (5%). Berdasarkan hasil analisis regresi di dalam Tabel 3 diperoleh nilai Fhitung sebesar

71,189 dengan signifikansi 0,000, sehingga disimpulkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari α. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang signifikan secara

simultan dari stress kerja yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu stress kerja yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan stress perilaku, secara parsial terhadap prestasi kerja karyawan maka digunakan uji T yaitu dengan cara membandingkan nilai signifikansi T dengan

α, (5%). Berdasarkan hasil analisis regresi di dalam Tabel 3 diperoleh nilai signifikansi untuk variabel stress fisiologis (X1), variabel stress psikologis (X2) serta

variabel stress perilaku (X3),

masing-masing sebesar 0,000 < α, (5%). Berarti adanya pengaruh parsial yang signifikan dari setiap variabel stress kerja tersebut atas prestasi kerja karyawan bagian produksi Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali (Y).

Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Beta Standar Error t Sig.

X1 0,249 0,055 4,518 0,000 X2 0,327 0,048 6,862 0,000 X3 0,236 0,036 6,560 0,000 Constanta : - 0,005 R2 : 0,727 R : 0,853 F :71,189 Sig. : 0,000

Sumber: Data primer diolah, 2008.

Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan uji F terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan variabel stress kerja yang meliputi stres fisiologis, stres psikologis dan stres perilaku terhadap prestasi kerja yang pada karyawan bagian

produksi pada perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali. Berdasarkan hasil uji t dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial atau individual variabel stres kerja yang meliputi stres fisiologis, stres psikologis

(9)

dan stres perilaku terhadap kerja karyawan bagian produksi.

Lebih lanjut, berdasarkan koefiensi regresi masing-masing variabel, diketahuii bahwa variabel stres psikologi (X2) mempunyai pengaruh yang lebih besar

terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali dibandingkan variabel stres fisiologis dan stres perilaku.

Secra teoritis, hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Gibson (1996) yang menyatakan bahwa stress kerja yang terlalu tinggi akan mengakibatkan prestasi kerja mengalami penurunan, karyawan berprestasi rendah, sukar tidur, lekas marah, kesalahan meningkat, keraguan dalam bekerja yang akhirnya berakiba kinerja karyawan menurun. Sebaliknya, stress kerja yang rendah berakibat menimbulkan kebosanan, motivasi menurun, prestasi rendah, sikap acuh, sehingga kinerja karyawan rendah.

KESIMPULAN

Pihak manajemen perusahaan melakukan pendekatan secra baik kepada para karyawan agar segala bentuk permasalahan yang menyangkut keberadaan karyawan di perusahaan dapat terselesaikan denga baik sehingga tidak menghambat atas aktivitas yang dilakukan di perusahaan.

Langkah nyata yaitu memberikan jaminan bahwa pekerjaaan yang dibebankan perusahaan dapat terselesaikan baik sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, selalu mengendalikan stress kerja yang terjadi pada karyawan agar stress kerja tersebut tidak menurunkan prestasi kerja yang dicapai para karyawan, serta

perusahaan dapat menerima segala masukan yang diberikan karyawan untuk peningkatan prestasi kerja dan selalu melibatkan karyawan dalam berbagai kebijakan terkait keberadaan karyawan di perusahaan.

Pihak pimpinan perusahaan seharusnya tetap menjaga tingkat keharmonisan hubungan kerja yang terjalin selama ini serta dalam memberikan tugas atau pekerjaan dilakukan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan, selain juga diharapkan untuk tetap melakukan evaluasi atas prestsi kerja yang telah dicapai oleh karyawan, hal tersebut dalam rangka untuk proses pengendalian atas stress kerja yang terjadi pada karyawan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A. 1991. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gibson, I.D. 1996. Organisasi. Jilid Pertama. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Handoko, T.H. 2001. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Mangkunegara, A.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusi Perusahaan. Cetakan Kedua. Bandung: PT. Rosdakarya Offset.

Puspitasari. 2005. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja perawat Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Jurnal

Studi Manajemen Swagata. Velume 2, Nomor 2. Hlm.: 34-46.

Robbins, S. 2002. Perilaku Organisasi. Jilid etiga. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Siagian, S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Singgih, S. dan Tjiptono, F. 2000. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia.

Sinungan, M. 2000. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1 Hasil Uji Validitas atas Variabel Penelitian
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas atas Variabel Penelitian
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Berganda

Referensi

Dokumen terkait

Era digital telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih seperti saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh

Penelitian ini dilakukan di Pelantar KUD pada bulan Februari sampai Maret 2013 dengan interval waktu 6 hari, yang bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang,

Patar Raja, Wijanto Heroe, Wahyu Yuyu, ”Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Rectangular Bercelah Untuk Triple Band (900.. MHz, 1800 MHz, 2400

[r]

(2) Dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilik dan/atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib dan segera memberitahukan kepada pejabat yang

Bahagian kedua temu bual menjurus kepada maklumat pengajaran bahasa Arab secara terperinci, berdasarkan beberapa item yang telah ditetapkan. Melalui temu bual yang dijalankan

penyetoran kas ke bank, prosedur pencatatan penerimaan kas, prosedur harga pokok penjualan. Bagan alir dokumen sistem akuntansi penjualan tunai PD. Panca Motor

Rencana ini menjabarkan skenario pengembangan kota dan pengembangan sektor bidang Cipta Karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand atau target