• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini, penulis mengutip teori sebagai acuan dalam menganalisis data yang diperoleh. Adapun teori yang dipaparkan dalam penelitian ini untuk membahas fungsi Hanyu pinyin (cara baca) adalah teori pembelajaran bahasa.

Teori Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, 1979: 3).

Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001: 3).

Dalam pembelajaran bahasa, kita ditekankan pada pendekatan komunikatif yang mengarah untuk mahir berkomunikasi dengan baik. Pendekatan ini berasumsi bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan penekanan kearah keterampilan berbahasa.

Sesuai Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 merumuskan standar kompetensi pelajaran bahasa Mandarin meliputi empat aspek, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus pada keterampilan berbahasa Mandarin siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dengan menggunakan hanyu pinyin yang benar sesuai dengan aturan- aturan ejaan. Penggunaan hanyu pinyin ini akan menunjukkan tingkat kemahiran siswa dalam berbahasa Mandarin, sehingga dapat mengetahui bagaimana fungsi hanyu pinyin tersebut pada setiap keterampilan berbahasa.

Penggunaan hanyu pinyin dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dapat diketahui melalui keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

a. Keterampilan Mendengar

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran mendengar adalah memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana, dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi bunyi Hanyu Pinyin (ejaan Bahasa Han modern) atau

ujaran (kata, frasa atau kalimat) dalam suatu konteks, dengan cara mencocokkan dan membedakan secara tepat.

2. Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana secara tepat.

Kemahiran mendengar sama dengan mahir dalam menyimak. Dalam menjelaskan tes menyimak, Weir (1990) menggunakan istilah menyimak pemahaman. Istilah ini digunakan dengan meminjam istilah Vallete (1967) dengan alasan bahwa tujuan pokok tes menyimak adalah mengukur pemahaman siswa dalam menyimak. Selanjutnya, dia memilah tes menyimak itu menjadi dua, yaitu tes menyimak intensif dan tes menyimak ekstensif.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan tes menyimak intensif. Menyimak intensif adalah jenis menyimak dengan tujuan memahami informasi yang disampaikan secara tersurat dalam teks yang disimak. Dalam menyimak jenis ini,penyimak tidak perlu melakukan penafsiran dan penerkaan lebih jauh terhadap isi teks yang disimak. Tes menyimak intensif yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik dikte.

b. Keterampilan Berbicara

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran berbicara adalah mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana, dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut :

1. Menyampaikan berbagai informasi secara lisan dalam kalimat sederhana sesuai konteks dengan lafal Hanyu Pinyin yang tepat, yang

mencerminkan kecakapan berbahasa yang santun dan tepat.

2. Melakukan dialog sederhana dengan lancar dan benar, yang mencerminkan kecakapan berkomunikasi yang santun dan tepat.

Berbicara pada hakikatnya adalah kemahiran berkomunikasi lisan yang bersifat aktif produktif dan spontan. Oleh karena itu, teknik dan prosedur penilaian kemahiran berbicara harus mengacu pada hakikat kemahiran berbicara tersebut. Weir (1990) menyatakan ada delapan teknik yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai kemahiran berbicara ini, yaitu verbal essay, oral presentation, the free interview, the control interview, information transfer: description of a picture sequence, information transfer: questions on a single picture, interactiontasks, dan role play.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan teknik interaction tasks. Penilaian kemahiran berbicara dengan tugas berinteraksi digunakan untuk menilai kemahiran berbicara siswa tingkat menengah, yaitu siswa yang sudah mempunyai keberanian cukup untuk berinteraksi. Ketepatan lafal Mandarin dalam berbicara menunjukkan kemahiran siswa tersebut dalam berbicara menggunakan hanyu pinyin.

c. Keterampilan Membaca

Kemahiran membaca dapat dibagi menjadi membaca indah, membaca pemahaman, dan membaca cepat. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen

Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran membaca adalah memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana, dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut : 1. Membaca nyaring ujaran (kata, frasa atau kalimat) baik yang

bertuliskan Hanyu Pinyin maupun Hanzi (aksara Han), dalam wacana tertulis sederhana secara tepat.

2. Mengidentifikasi bentuk dan tema wacana sederhana secara tepat.

3. Memperoleh berbagai informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana sederhana secara tepat.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan teknik membaca indah. Pembaca dikategorikan mahir apabila dapat membaca bersuara dengan pelafalan, jeda, nada, dan intonasi yang tepat. Agar dapat membaca indah dengan benar sudah barang tentu pembaca harus dapat memahami isi teks yang dibacanya. Penilaian kemahiran membaca jenis ini mudah.

d. Keterampilan Menulis

Kemahiran menulis adalah kemahiran menuangkan atau menyampaikan ide, gagasan, perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Kemahiran menulis adalah kemahiran berbahasa yang bersifat aktif produktif tulis. Berbeda dengan kemahiran berbahasa yang bersifat aktif produktif lisan, dalam kemahiran menulis tersedia waktu yang cukup untuk memperbaiki kesalahan berbahasa

dengan cara mengoreksi kesalahan yang ada dalam teks tulis yang baru dibuatnya.

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran menulis adalah menguasai kosakata dari aksara Han ( Hanzi ), dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut : 1. Menulis secara tepat.

2. Menulis Hanzi sesuai ketentuan penulisan.

Berkaitan dengan ini, Weir (1990) menyatakan bahwa penilaian kemahiran menulis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dengan tugas menulis tidak langsung; dan (2) dengan tugas menulis langsung. Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan teknik menulis langsung. Teknik ini disebut teknik menulis langsung karena teks yang dihasilkan benar-benar ditulis langsung oleh siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait