• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Hanyu Pinyin Dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin (Studi Kasus Siswa Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan) 汉语拼音对棉兰BUDI MURNI 1 高中学生学习汉语的作用分析 (Hanyu Pinyin Dui Mian Lan Budi Murni 1 Gao Zhong Xue Sheng Xue Xi Hanyu De Zuo Yong Fen Xi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fungsi Hanyu Pinyin Dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin (Studi Kasus Siswa Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan) 汉语拼音对棉兰BUDI MURNI 1 高中学生学习汉语的作用分析 (Hanyu Pinyin Dui Mian Lan Budi Murni 1 Gao Zhong Xue Sheng Xue Xi Hanyu De Zuo Yong Fen Xi)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI HANYU PINYIN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN (Studi Kasus Siswa DI SMA KATOLIK

BUDI MURNI 1 MEDAN)

฀฀拼音฀棉฀BUDI MURNI 1 高中学生学฀฀฀的作用分析

( hanyu pinyin dui mian lan BUDI MURNI 1 gao zhong xue sheng xue xi hanyu de zuo yong fen xi )

SKRIPSI DISUSUN OLEH :

NOVIA HORMA MONALISA TONDANG 090710007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Novia, 2013. Fungsi Hanyu Pinyin dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin : studi kasus SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan mendengar bahasa Mandarin, untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara bahasa Mandarin, untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan membaca bahasa Mandarin, dan untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan menulis bahasa Mandarin. Lokasi penelitian ini di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan jalan Timor No. 34 Medan, Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan unit analisis adalah siswa SMA Katolik Budi Murni 1 kelas X 1,2,3 dengan populasi sebanyak 122, dan dengan menggunakan rumus Slovin menentukan besaran sample yaitu sebanyak

93 siswa. Teknik yang digunakan dalam penentuan sample setiap kelas adalah menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, tes dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan memiliki fungsi. Hal ini dibuktikan dengan hasil penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Hasil keterampilan mendengar menunjukkan persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 93,33% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”.

Hasil keterampilan berbicara menunjukkan persentase kemahiran siswa sebesar 71% berada pada kategori “Baik”. Hasil keterampilan membaca menunjukkan

persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 60% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”. Hasil keterampilan menulis menunjukkan persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 86,66% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa hanyu pinyin adalah suatu komponen dasar yang penting dalam mempelajari bahasa Mandarin di sekolah dikarenakan mempermudah siswa dalam mempelajari bahasa Mandarin untuk meningkatkan keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis siswa.

(3)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Function Hanyu Pinyin (汉语拼音hànyǔ pīnyīn)

in Mandarin Language Learning by Students of SMA Katolik Budi Murni 1

Medan”. Hanyu Pinyin (汉语拼音hànyǔ pīnyīn) is one of the important

elements to learn Mandarin language and the students who have just learn

Mandarins always make mistake in writing the scripts component (汉字部件

hànzì bùjiàn). This thesis is focused on function hanyu pinyin (汉语拼音hànyǔ

pīnyīn) in Mandarin language learning by students of SMA Katolik Budi Murni

1 Medan especially at X 1st, 2nd and 3rd grade in order to know the function of

hanyu pinyin in Mandarin language listening skills, to know the function of hanyu pinyin in Mandarin language speaking skills, to know the function of hanyu pinyin in Mandarin language reading skills, and to know the function of hanyu pinyin in Mandarin language writing skills.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan, karena berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, akhirnya buah dari perjuangan dengan penuh kesabaran selesai sudah. Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ FUNGSI HANYU PINYIN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN : STUDI KASUS DI SMA KATOLIK BUDI MURNI 1 MEDAN ” ini untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kesalahan, kekeliruan dan kelemahan yang disebabkan oleh karena kurangnya pengalaman penulis dalam memahami dan memaparkan tulisan ini. Berkat doa, kesungguhan hati, kerja keras dan bantuan berbagai pihak, baik dorongan, bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak, penulis akan merasa kesulitan dalam menyelesaikan kerja praktek maupun dalam penyusunan laporan ini. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya penulis memberikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dengan tulus kepada :

(5)

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Irawati A.Kahar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I penulis dan Shen Mi, M.A Laoshi selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah meluangkan waktu, menyumbangkan tenaga dan pemikiran dalam membimbing dan membantu penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

khususnya dosen Program Studi Sastra Cina yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Dosen-dosen Jinan University yang selama ini telah sabar mendidik dan mengajarkan ilmu yang berkaitan dengan bahasa Mandarin maupun budaya bangsa Tionghoa.

7. Pimpinan dan karyawan perpustakaan USU Medan yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi kepustakaan.

8. Kedua orang tua saya Moraidup Tondang dan Renti Napitupulu yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kesabaran, dan dengan segala bentuk kasih sayang, baik berbentuk moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi ini. Semoga Tuhan selalu memberkati.

(6)

10. Sahabat-sahabat penulis dari Pemuda GKPS Krakatau khusunya Dedi Sumbayak, Emma Tobing, Rio Purba, dan Richard Sinaga yang memberikan dukungan, semangat dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis. Selalu menemani penulis dalam suka dan duka.

11. Buat teman-teman penulis mahasiswa Sastra Cina stambuk 2009 yang telah belajar bersama, menemani dan berjuang dengan penulis selama masa perkuliahan.

12. Ibu Isty, selaku Kepala Sekolah SMA Katolik Budi Murni 1 Medan yang memberikan kesempatan bagi penulis melakukan penelitian dan juga adik-adik SMA Katolik Budi Murni 1 Medan khususnya kelas X 1, 2 dan 3 yang telah bersedia membantu penulis dalam pengisian kuesioner.

13. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam bentuk apapun.

Atas seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis, sekali lagi terima kasih, kiranya Tuhan selalu memberkati semuanya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita dan penulis juga senantiasa menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

1.4.1 Manfaat Praktis 8

1.4.2 Manfaat Teoritis 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 10

2.1 Tinjauan Pustaka 10

2.2 Konsep 12

2.2.1 Bahasa Mandarin 13

2.2.2 Hanyu Pinyin (汉语拼音) 15

2.2.3 Fungsi Hanyu Pinyin) 22

2.2.4 Pembelajaran Bahasa Mandarin 23

2.3 Landasan Teori 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31

3.1 Metode Penelitian 31

3.2 Lokasi Penelitian 31

3.3 Populasi dan Sample 32

3.3.1 Populasi 32

3.3.2 Sample 32

3.4 Instrumen Penelitian 33

3.5 Data dan Sumber Data 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data 35

3.6.1 Observasi 35

(8)

3.6.3 Tes 37 3.6.4 Studi Kepustakaan (Library Research) 38 3.7 Teknik Penilaian Pembelajaran bahasa Mandarin 38

3.8 Teknik Analisis Data 43

BAB IV PEMBAHASAN 45

4.1 Keterampilan Mendengar 45

4.2 Keterampilan Berbicara 48

4.3 Keterampilan Membaca 49

4.4 Keterampilan Menulis 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56

5.1 Kesimpulan 56

5.2 Saran 57

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bagian dari Initial 17

Tabel 2.2 Bagian dari Final 19

Tabel 3.1 Penentuan Sample Penelitian Berdasarkan Kelas 33 Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemahiran Berbicara 41 Tabel 3.3 Kategori Ukuran Tingkat Kesalahan 43 Tabel 4.1 Persentase Kesalahan Mendengar yang dilakukan oleh siswa SMA

Katolik Budi Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 46 Tabel 4.1.1 Tingkat Kesalahan Mendengar pada siswa SMA Katolik Budi

Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 47

Tabel 4.2 Persentase Tingkat Kemahiran Berbicara SMA siswa Katolik Budi

Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 48

Tabel 4.3 Persentase Kesalahan Membaca yang dilakukan oleh siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 50 Tabel 4.3.1 Tingkat Kesalahan Membaca pada siswa SMA Katolik Budi

Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 51

Tabel 4.4 Persentase Kesalahan Menulis yang dilakukan oleh siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan Kelas 1,2, dan 3 53 Tabel 4.4.1 Tingkat Kesalahan Menulis pada siswa SMA Katolik Budi Murni

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Bahan Dikte 61

Lampiran II Bahan Interaksi (Percakapan) 62

Lampiran III Bahan Membaca Indah 63

(11)

ABSTRAK

Novia, 2013. Fungsi Hanyu Pinyin dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin : studi kasus SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan mendengar bahasa Mandarin, untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara bahasa Mandarin, untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan membaca bahasa Mandarin, dan untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan menulis bahasa Mandarin. Lokasi penelitian ini di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan jalan Timor No. 34 Medan, Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan unit analisis adalah siswa SMA Katolik Budi Murni 1 kelas X 1,2,3 dengan populasi sebanyak 122, dan dengan menggunakan rumus Slovin menentukan besaran sample yaitu sebanyak

93 siswa. Teknik yang digunakan dalam penentuan sample setiap kelas adalah menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, tes dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan memiliki fungsi. Hal ini dibuktikan dengan hasil penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Hasil keterampilan mendengar menunjukkan persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 93,33% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”.

Hasil keterampilan berbicara menunjukkan persentase kemahiran siswa sebesar 71% berada pada kategori “Baik”. Hasil keterampilan membaca menunjukkan

persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 60% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”. Hasil keterampilan menulis menunjukkan persentase tingkat kesalahan siswa sebesar 86,66% berada pada kategori tingkat kesalahan “Rendah”. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa hanyu pinyin adalah suatu komponen dasar yang penting dalam mempelajari bahasa Mandarin di sekolah dikarenakan mempermudah siswa dalam mempelajari bahasa Mandarin untuk meningkatkan keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis siswa.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak kita dilahirkan, orangtua sudah mengajarkan kita tentang bahasa supaya kita dapat saling berkomunikasi. Mungkin bahasa yang diajari oleh orangtua kita merupakan bahasa sederhana, namun demikian ini menandakan bahwa bahasa sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Pemerolehan bahasa yang terjadi pada manusia tanpa disadari itu merupakan proses yang rumit tetapi mampu dilalui hanya dalam hitungan waktu. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapa pun seorang bayi akan tumbuh bersama dengan pertumbuhan bahasanya. Pemerolehan bahasa yang terjadi berawal dari mengujarkan satu bentuk bunyi yang akan berkembang menjadi ujaran kata, dua kata bahkan menjadi kalimat yang kompleks akan diperoleh anak hanya dalam waktu kurang lebih lima tahun. Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001: 3).

(13)

mengungkapkan unsur-unsur yang ekspresif dalam suatu bahasa. Dari pengertian tersebut, untuk mengungkapkan simbol bunyi dan menyederhanakan simbol visual maka dibutuhkan cara baca atau cara pengucapkan.

Bahasa Mandarin sebagai salah satu bahasa dunia yang hampir mempengaruhi kemajuan dunia, menjadikannya penting untuk dikuasai ataupun dipelajari oleh setiap warga-warga negara lainnya,termasuk warga Indonesia. Bahasa Mandarin merupakan bahasa yang cukup unik karena dari segi cara pengucapan atau cara baca, tulisan dan tata bahasa memiliki perbedaan dengan bahasa lain. Bahasa mandarin disebut Putonghua,

Guoyu, Huayu dan Zhongwen. Putonghua dan Guoyu adalah bahasa kenegaraan (bahasa Nasional). Di Tiongkok menyebutnya Putonghua, di Taiwan disebut Guoyu. Aksara Cina berbentuk seperti lukisan, hal ini menyebabkan sangat susah untuk dilafalkan oleh orang yang baru pertama kali mengenal bahasa Mandarin. Dalam bahasa Mandarin harus ada cara baca bantu (Hanyu Pinyin) untuk menyederhanakan simbol Mandarin. Hanyu Pinyin adalah cara baca bahasa Mandarin dalam huruf Latin dan diciptakan untuk mempermudah orang asing mempelajari bahasa Mandarin, sehingga untuk orang yang pertama kali belajar bahasa Mandarin akan merasa lebih mudah.

(14)

Hanyu pinyin terdiri atas tiga bagian penting, yaitu (1) initial (shengmu),

merupakan bagian terdepan dari suatu suku kata. Jumlah initial dalam hanyu pinyin adalah 21 buah ; (2) final (yunmu), merupakan bagian belakangnya. Jumlah final dalam hanyu pinyin adalah 35 buah dan (3)

nada (sheng diao), merupakan tinggi rendahnya pengucapan dari sebuah suku kata. Dalam pelafalan bahasa Mandarin terdapat 5 nada dasar, nada tersebut berfungsi untuk menentukan makna kata. Sebuah suku kata bisa terbentuk tanpa initial, tetapi tidak bisa terbentuk tanpa final.

Baik initial, final dan nada semuanya adalah bagian yang sangat penting dalam hanyu pinyin. Berikut contoh dan bagian dari hanyu

pinyin :

Hànzì (Aksara Cina)

: 八 国

฀ 是

Hànyǔ pīnyīn (CaraBaca )

:

bā guó mǎ shì Dari contoh hanyu pinyin diatas, terlihat bagian-bagian hanyu pinyinnya adalah sebagai berikut :

Shēngmǔ( Konsonan ) : b g m sh Yùnmǔ ( Vokal ) : a uo a i Shēngdiào ( Nada ) : ˉ ˊ ˇ ˋ

(15)

Mandarin sama seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk menguasai bahasa tersebut kita terlebih dahulu harus mampu memahami permasalahan pembelajaran bahasa.

Pembelajaran bahasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan penekanan kearah keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (1986: 1) bahwa :

“Pembelajaran bahasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan penekanan kearah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang disajikan meliputi empat keterampilan, yaitu, 1) keterampilan menyimak ; 2) keterampilan berbicara; 3) keterampilan membaca; 4) dan keterampilan menulis.”

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, artinya keterampilan yang satu bergantung kepada keterampilan lainnya. Misalnya seseorang dapat berbicara, karena ia mampu menyimak, membaca dan menulis, demikian pula seseorang terampil menulis, ia juga pasti terampil berbicara dan membaca. Seseorang tidak dapat dikatakan mampu berbahasa yang baik dan benar, bila hanya terampil menyimak, berbicara, dan membaca, tetapi tidak terampil menulis.

(16)

masalah tersendiri dalam mempelajari bahasa Mandarin dikarenakan mereka merasa sulit untuk mempelajarinya. Kedua yaitu bahasa Mandarin memiliki aksara yang sangat sulit dipelajari. Siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 sulit membaca secara langsung tulisan aksara cina tersebut, hal ini ditunjukan dari kegiatan belajar mereka disekolah. Sebagian besar siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan baru mempelajari bahasa Mandarin, sehingga mereka sama sekali tidak mengetahui bahasa Mandarin. Dalam kegiatan belajar mereka, mereka terlihat tidak mengenal bahasa Mandarin tersebut. Mereka belum mengenal bentuk aksara Cina, sehingga mereka sulit untuk membaca secara langsung tulisan aksara Cina.

Untuk mencapai proses pembelajaran yang baik memerlukan

(17)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti bagaimana fungsi hanyu pinyin tersebut dalam pembelajaran bahasa Mandarin di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. Ini dikarenakan hanyu pinyin mempengaruhi kegiatan belajar bahasa Mandarin siswa-siswi sekolah tersebut.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian “Fungsi Hanyu Pinyin dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin, studi kasus di SMA Katolik Budi Murni-1 Medan” untuk meneliti fungsi hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka ditemukan beberapa masalah, yaitu :

1. Bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan mendengar bahasa Mandarin?

2. Bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara bahasa Mandarin?

3. Bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan membaca bahasa Mandarin?

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan mendengar bahasa Mandarin.

2. Untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara bahasa Mandarin.

3. Untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan membaca bahasa Mandarin.

4. Untuk mengetahui fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan menulis bahasa Mandarin.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan dan tujuan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Bagi siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, penelitian ini

dapat menambah pengetahuan mereka tentang bahasa Mandarin. 2. Bagi Program Studi Sastra Cina, hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran bagi kajian/tinjauan tentang cara baca bahasa Mandarin dalam mengembangkan pembelajaran mengenai Hanyu Pinyin (cara baca), sehingga dengan cepat dan

(19)

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran bahasa Mandarin, khususnya dalam mempelajari cara baca bahasa Mandarin sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki atau menghindari kesalahan-kesalahan yang serupa bagi siswa/siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dan pihak-pihak lain.

4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai cara baca (Hanyu Pinyin) dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Beberapa manfaat secara teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Mengetahui dan menambah wawasan tentang fungsi hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari hanyu pinyin tersebut.

2. Penambahan khasanah di bidang ilmu bahasa Mandarin khususnya hanyu pinyin.

3. Bagi Peneliti lanjutan, hasil penelitian ini menjadi bahan referensi untuk mengkaji topik yang sama dengan aspek yang berbeda.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Uraian yang terdapat pada BAB II terdiri dari tinjauan pustaka, konsep dan landasan teori tentang Fungsi Hanyu Pinyin dalam Pembelajaran bahasa Mandarin.

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diartikan sebagai hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti . Kajian pustaka merupakan hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari ( KBBI,1990: 951).

Penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang meneliti tentang cara baca (hanyu pinyin), yaitu ditulis oleh Mayliana

dalam skripsiya dengan judul: “Penggunaan Hanyu Pinyin sebagai dasar

pembelajaran bahasa Mandarin di SMK Negeri 1 Surakarta” (2010),

(21)

yang positif dari nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes atau latihan. Penelitian ini sangat mendukung peneliti untuk mengkaji penggunaan hanyu pinyin sebagai dasar pembelajaran bahasa Mandarin. Penelitian ini berbeda dengan yang dikaji oleh peneliti sendiri, karena peneliti meneliti tentang fungsi hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

刘焱、汪如฀、周฀ (2009)dalam bukunya yang berjudul

Xian Dai Hanyu Gai Lun ( ฀代฀฀概฀) menyatakan bahwa Hanyu

Pinyin adalah skema Romanisasi Cina modern dan berfungsi untuk menguasai aturan-aturan ejaan untuk menghindari kesalahan ejaan. Selain itu juga menjelaskan bagian dari hanyu pinyin. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa pengertian dan bagian dari hanyu pinyin.

Erna Widyawa dalam skripsiya dengan judul: “Penggunaan Hanyu

Pinyin sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam

Pembelajaran Bahasa Mandarin di SMA NEGERI 6 SURAKARTA”

(22)

tentang fungsi hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 menerbitkan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA. Dengan penerbitan dokumen tersebut, maka diharapkan sekolah dapat menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan pembelajaran di sekolah masing-masing. Area pelajaran utama dari pembelajaran bahasa Mandarin meliputi empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berhubungan. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin ini memberikan kontribusi terhadap penelitian ini berupa teori pembelajaran bahasa Mandarin untuk SMA.

Maka akhirnya, penelitian ini berfokus pada Fungsi Hanyu Pinyin dalam Pembelajaran Bahasa Mandarin di SMA Katolik Budi Murni-1 Medan kelas X 1, 2 dan 3. Oleh sebab itu, penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan fungsi hanyu pinyin dan pembelajaran bahasa Mandarin.

2.2 Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 588) makna konsep yaitu gambaran mental dari suatu objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.

(23)

mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan di teliti serta menghindari pengertian yang dapat mengaburkan penelitian.

Pada penelitian ini penulis akan menguraikan konsep-konsep yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

2.2.1 Bahasa Mandarin

Menurut刘焱 Liu Yan dalam buku yang berjudul ฀代฀฀概฀

(2009: 5), bahasa Mandarin adalah bahasa yang paling tua di dunia dan bahasa yang paling maju, selain itu dari dulu sampai sekarang, baik dalam maupun luar negeri memiliki peran yang sangat besar.

Menurut

Mandarin adalah utara dan barat daya salah satu bahasa yang utama di dunia. Termasuk tata cara bahasa Tibet dinasti Han, dalam sistem bahasa ini adalah bahasa yang paling utama.

Selain di daratan Tiongkok dan provinsi Taiwan, bahasa Mandarin juga tersebar di Singapura dan Malaysia . Sebagian besar orang banyak yang menganggap bahwa bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu. Bahasa Mandarin juga merupakan salah satu bahasa kerja kesatuan. Standar bahasa Mandarin menganggap logat yang digunakan para petinggi di sebelah utara selama hampir ratusan tahun sebagai dasar pembentuknya. Lafal standarnya adalah lafal Beijing .

Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti普通

话) dan國語) yang merupakan dua bahasa standar yang hampir

(24)

Utara).

resmi

salah satu dari empat bahasa resmi

Kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris dan juga Indonesia, digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori sebenarnya, kata "Mandarin" ini diserap bahasa Inggris

darimandarim, yang berasal dari

Menurut汪如฀Wang Ru Dong dalam buku yang berjudul ฀代฀ ฀概฀ (2009: 1), menyatakan bahwa bahasa Mandarin modern adalah

bahasa yang digunakan di Negara Cina modern, bahasa mandarin modern sebagai alat komunikasi antara etnis Han, antara etnis Han dan etnis lainnya, bahkan antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat luar negeri.

Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa bahasa Mandarin merupakan alat komunikasi antara etnis Han, antara etnis Han dengan etnis lain maupun antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat luar negeri sehingga menjadikannya sebagai salah satu bahasa kerja kesatuan. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa yang tertua di dunia yang memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan dunia.

2.2.2 Hanyu Pinyin

(25)

modern dalam menguasai aturan-aturan ejaan untuk menghindari kesalahan ejaan.

Menurut ǔ

Pīnyīn (฀ ฀ 拼 音, arti

disingkat Pīnyīn (拼 音, arti harafiah: "bunyi bersama") dalam

sistem

di

Menurut Yonatan dalam bukunya yang berjudul Belajar Bertutur

& Menulis Pinyin (2005: 2), Hanyu Pinyin disetujui penggunaannya pada

1958 dan diadopsi pada 1979 oleh pihak pemerintah Tiongkok. Ia menggantikan sistem alih aksara lama seperti sistem Wade-Giles (1859; dimodifkasi pada 1912) atau Bopomofo. Sejak saat itu, Hanyu Pinyin telah diterima sebagai sistem alih aksara utama untuk bahasa Mandarin di dunia. Pada 1979 Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) mengadopsi hanyu pinyin sebagai standar romanisasi untuk bahasa Tionghoa Modern.

Hanyu pinyin terdiri atas tiga bagian penting, yaitu initial

(shengmu), final (yunmu) dan nada (sheng diao). Initial adalah bagian

terdepan dari suatu suku kata, sedangkan final adalah bagian belakangnya. Jumlah initial dalam hanyu pinyin adalah 21buah, final berjumlah 35 buah.

Nada adalah tinggi rendahnya pengucapan dari sebuah suku kata. Dalam pelafalan bahasa Mandarin terdapat 5 nada dasar. Lafal awal adalah initial, bagian yang lain adalah final,nada adalah seluruh tinggi rendahnya suara.

(26)

nada berfungsi untuk membedakan makna dalam bahasa Mandarin.. contoh “tāng, táng, tăng, tàng” 4 huruf ini initial semuanya [tang], finalnya semuanya [ang] hanya karena nada berbeda, makna tentu tidak sama, masing-masing mewakili 4 sifat yang berbeda dalam bahasa Mandarin.

Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa hanyu pinyin merupakan suatu ejaan dalam bahasa mandarin dengan menguasai aturan-aturan ejaan yang ada untuk menghindari kesalahan ejaan. Aturan-aturan hanyu pinyin tersebut antara lain sebuah suku kata bisa terbentuk tanpa initial, tetapi tidak bisa terbentuk tanpa final; peletakan nada sangat menentukan makna setiap suku kata, apabila salah dalam peletakan nada maka akan mengakibatkan salah arti/makna. Baik initial, final dan nada semuanya adalah bagian yang sangat penting dalam hanyu pinyin.

a. Initial ( 声母 Shengmu )

Initial ( shengmu) disebut juga dengan konsonan. Initial merupakan bagian terdepan dari suatu suku kata bahasa Mandarin. Jumlah initialdalam hanyu pinyinadalah 21 buah.

Beberapa konsonan Mandarin :

1. Suara Bibir : b p m f

2. Suara Ujung lidah : d t n l

3. Suara Akar Lidah : g k h

(27)

5. Suara lidah menuju gigi depan : z c s 6. Suara lidah melingkar : zh ch sh r

Berikut ini merupakan tabel untuk mempermudah membaca inisial / konsonan :

Tabel 2.1 Bagian dari Initial

Khusus untuk “ j q x” disebut kelompok “ i ” karena tidak bisa disambung lang

Untuk “ z c s zh ch sh r ” disebut kelompok “ e ” karena akan selalu berbunyi “ e ” meskipun diikuti vokal i.

Initial Dibaca Dibaca seperti dalam kata

b p paman

p ph graphic

m m makan

f f fantasi

d t tukar

t th thamrin

n n nama

l l landai

g k kucing

k kh khawatir

h h hujan

j c cina

q ch chicken

x s susu

zh c cabut

ch ch charger

sh sh shalom

r r rumput

z c celana

c ch chocolate

(28)

b. Final ( Yunmu )

Final ( yunmu) disebut juga dengan vokal. Final merupakan bagian belakang dari suatu suku kata bahasa Mandarin. Jumlah initial dalam hanyu pinyinadalah 35 buah. Final terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Vokal dasar dalam Mandarin ada 6 jenis : a, o, e, i, u, ü 2. Vokal ganda terdiri dari 13 jenis : ai ei ao ou

ia ie iao iou(-iu)

ua uo uai uei(-ui) üe

3. Vokal nasal merupakan vokal yang suaranya keluar dari hidung, yang komposisinya terdiri dari vokal yang disertai dengan akhiran ” n ” dan ”ng”. Vokal ini terdiri dari 16 jenis :

an en ang eng ong

ian in iang ing iong uan uen(-un) uang ueng

üan ün

Berikut ini merupakan tabel untuk mempermudah membaca Final / vokal :

Tabel 2.2 Bagian dari Final

Final Dilafalkan Dibaca seperti dalam kata

a a aku

o o bacok

e eu euleuh

i yi bayi

u wu wushu

ü yu kayu

ai ai belai

ei ei hei

(29)

ou ou lontar

ia ya buaya

ua ua uang

uo uo balon

üe yüe yiue

iao yao yiao

iou iu serius

uai wai pantai

uei ui/uei gulei

ie ye yen

an an anak

en eun entar

ian yen konyen

in yin kain

uan wan hartawan

uen wen kawen

üan yüan yuian

ün yün yuin

ang ang bilang

eng eung kaleng

ong ung gaung

iang yang kayang

ing ying maling

iong yung gayung

uang wang gawang

ueng weng wengdis

Berikut ini merupakan syarat-syarat dari penulisan vokal hanyu pinyin dalam bahasa Mandarin :

(30)

disuarakan seperti huruf e pada kata ” enak” jika disertai huruf i di depan

atau dibelakangnya. Contohnya pada kata “jie (姐)”.

2. Untuk vokal ü disuarakan seperti i tetapi mulut dibulatkan seperti akan

mengucapkan huruf u .

3. Jika huruf i berdiri sendiri maka harus disertai huruf y di depannya.

Contohnya pada kata “ yi (以).

4. Jika huruf u berdiri sendiri maka harus disertai huruf w di depannya. 5. Jika vokal ü berpasangang dengan konsonan j , q, x, y maka penulisannya mengalami perubahan dengan menghilangkan titik dua diatasnya.

c. Nada ( Shengdiao )

Dalam pelafalan bahasa Mandarin, nada berfungsi untuk menentukan makna kata. Nada (shengdiao) berperan penting sebagai salah satu pembeda kata-kata bahasa Mandarin. Dalam penerapannya perbedaan nada dapat menjadikan salah arti. Apabila kita salah mengucapkan nada, orang yang mendengar akan salah menangkap makna kata yang kita maksud. Nada dalam bahasa Mandarin terdapat 5 nada dasar, yaitu :

1. Nada pertama ( nada datar ) dilambangkan dengan tanda “ ˉ ”. Cara membaca nada ini dengan suara datar dan panjang.

Contoh : lǎoshī(老师)

2. Nada kedua ( nada naik ) dilambangkan dengan tanda “ ́”.

Cara membaca nada ini dengan suara naik dan lebih tinggi dibanding

(31)

3. Nada ketiga ( nada melengkung ) dilambangkan dengan tanda “ ˇ”. Cara membaca nada ini dengan suara naik kemudian menurun

(mendayu). Contoh : ān (午安)

4. Nada keempat ( nada menurun ) dilambangkan dengan tanda “ ̀ ”. Cara membaca nada ini dengan suara menurun dan tegas, seperti

marah. Contoh : xièxie (谢谢)

5. Nada kelima ( nada ringan ) tidak memiliki lambang atau simbol. Cara membaca nada ini dengan suara ringan saja. Biasanya nada

ringan ini berada pada kata yang berulang, contoh : xièxie (谢谢), tetapi ada juga pada kata yang tidak berulang, contoh : xǐhuan ( 喜欢)

Tanda selalu diletakkan diatas huruf vokal. Sedangkan untuk vokal rangkap, diletakkan diatas vokal sesuai urutan vokal yang lebih dulu:

A O E I U Ü

Khusus “iu” dan “ui” letaknya pada vokal yang terakhir. Dalam membaca lafal Mandarin, jika nada tiga bertemu dengan nada tiga , maka nada tiga yang pertama berubah menjadi nada kedua. Nada tiga yang kedua tidak

berubah. Misalnya terlihat dari contoh kalimat 你 好 (nǐ hǎo), ketika dibaca nadanya menjadi ní hǎo.

2.2.3 Fungsi Hanyu Pinyin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 323) fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat.

(32)

pembelajaran bahasa adalah suatu pandangan bahwa bahasa merupakan sarana pengungkapan makna fungsional. Teori ini lebih menekankan dimensi semantic (makna tuturan) dan komuniktif (fungsi bahasa) daripada karakteristik gramatikal bahasanya (Richards & Rodgers, 2001: 20-22).

Fungsi utama hanyu pinyin tersebut adalah untuk menyederhanakan simbol/aksara Mandarin kedalam huruf alphabet, sehinnga mudah dibaca dan dipelajari. Hanyu pinyin diciptakan untuk mempermudah warga asing mempelajari bahasa Mandarin, sehingga yang baru pertama kali mempelajari bahasa Mandarin akan merasa lebih mudah.

Dari uraian diatas, dapat diartikan bahwa fungsi hanyu pinyin itu sendiri adalah sebagai cara baca bantu menguasai aturan-aturan ejaan untuk menghindari kesalahan ejaan. Fungsi hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin adalah sebagai alat ataupun sarana untuk membantu mempermudah mempelajari bahasa Mandarin.

2.2.4 Pembelajaran Bahasa Mandarin Menurut Tarigan (1986: 1) bahwa :

“Pembelajaran bahasa merupakan suatu kegiatan yang memberikan penekanan kearah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang disajikan meliputi empat keterampilan, yaitu, 1) keterampilan menyimak ; 2) keterampilan berbicara; 3) keterampilan membaca; 4) dan keterampilan menulis.”

(33)

pembelajaran di sekolah masing-masing. Dalam kelas bahasa Mandarin, siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam kegiatan membaca, menulis, mengungkapkan pendapat, membandingkan dan mendiskusikan suatu teks. Area pelajaran utama dari pembelajaran bahasa Mandarin meliputi empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat aspek tersebut saling berhubungan. Misalnya, keterampilan mendengarkan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemampuan berbicara dan sebaliknya yang pada gilirannya kedua kemampuan tersebut akan diperkuat oleh kemampuan membaca siswa dan sebaliknya. Keterampilan menulis memberikan kontribusi pada keterampilan membaca dalam bentuk teks atau dokumentasi.

Menurut 刘珣 Liu Xun ( 2002: 58) bahwa :

“Tujuan pembelajaran bahasa mandarin sebagai bahasa kedua adalah untuk menguasai pengetahuan dasar cina dan untuk menguasai keterampilan dasar mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Cina; untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa cina dalam berkomunikasi; memperkuat minat dan motivasi pelajar untuk mempelajari bahasa Cina; mengembangkan intelektual; mengembangkan kemampuan mempelajari bahasa Cina secara mandiri; menguasai unsur kebudayaan bahasa Cina, serta mengenal pengetahuan budaya dan kondisi dasar Negara Cina…”

(34)

Pada penelitian ini, penulis hanya berfokus pada keterampilan berbahasa dengan menggunakan hanyu pinyin yang benar sesuai dengan aturan-aturan ejaan.

2.3 Landasan Teori

Untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini, penulis mengutip teori sebagai acuan dalam menganalisis data yang diperoleh. Adapun teori yang dipaparkan dalam penelitian ini untuk membahas fungsi Hanyu pinyin (cara baca) adalah teori pembelajaran bahasa.

Teori Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, 1979: 3).

Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001: 3).

Dalam pembelajaran bahasa, kita ditekankan pada pendekatan komunikatif yang mengarah untuk mahir berkomunikasi dengan baik. Pendekatan ini berasumsi bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

(35)

Sesuai Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 merumuskan standar kompetensi pelajaran bahasa Mandarin meliputi empat aspek, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam penelitian ini, penulis hanya berfokus pada keterampilan berbahasa Mandarin siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dengan menggunakan hanyu pinyin yang benar sesuai dengan aturan-aturan ejaan. Penggunaan hanyu pinyin ini akan menunjukkan tingkat kemahiran siswa dalam berbahasa Mandarin, sehingga dapat mengetahui bagaimana fungsi hanyu pinyin tersebut pada setiap keterampilan berbahasa.

Penggunaan hanyu pinyin dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dapat diketahui melalui keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

a. Keterampilan Mendengar

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran mendengar adalah memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana, dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi bunyi Hanyu Pinyin (ejaan Bahasa Han modern) atau

(36)

2. Memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana secara tepat.

Kemahiran mendengar sama dengan mahir dalam menyimak. Dalam menjelaskan tes menyimak, Weir (1990) menggunakan istilah menyimak pemahaman. Istilah ini digunakan dengan meminjam istilah Vallete (1967) dengan alasan bahwa tujuan pokok tes menyimak adalah mengukur pemahaman siswa dalam menyimak. Selanjutnya, dia memilah tes menyimak itu menjadi dua, yaitu tes menyimak intensif dan tes menyimak ekstensif.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan tes menyimak intensif. Menyimak intensif adalah jenis menyimak dengan tujuan memahami informasi yang disampaikan secara tersurat dalam teks yang disimak. Dalam menyimak jenis ini,penyimak tidak perlu melakukan penafsiran dan penerkaan lebih jauh terhadap isi teks yang disimak. Tes menyimak intensif yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan teknik dikte.

b. Keterampilan Berbicara

(37)

1. Menyampaikan berbagai informasi secara lisan dalam kalimat sederhana sesuai konteks dengan lafal Hanyu Pinyin yang tepat, yang

mencerminkan kecakapan berbahasa yang santun dan tepat.

2. Melakukan dialog sederhana dengan lancar dan benar, yang mencerminkan kecakapan berkomunikasi yang santun dan tepat.

Berbicara pada hakikatnya adalah kemahiran berkomunikasi lisan yang bersifat aktif produktif dan spontan. Oleh karena itu, teknik dan prosedur penilaian kemahiran berbicara harus mengacu pada hakikat kemahiran berbicara tersebut. Weir (1990) menyatakan ada delapan teknik yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai kemahiran berbicara ini, yaitu verbal essay, oral presentation, the free interview, the control

interview, information transfer: description of a picture sequence,

information transfer: questions on a single picture, interactiontasks, dan

role play.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan teknik interaction tasks. Penilaian kemahiran berbicara dengan tugas berinteraksi digunakan untuk menilai kemahiran berbicara siswa tingkat menengah, yaitu siswa yang sudah mempunyai keberanian cukup untuk berinteraksi. Ketepatan lafal Mandarin dalam berbicara menunjukkan kemahiran siswa tersebut dalam berbicara menggunakan hanyu pinyin.

c. Keterampilan Membaca

(38)

Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran membaca adalah memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana, dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut :

1. Membaca nyaring ujaran (kata, frasa atau kalimat) baik yang bertuliskan Hanyu Pinyin maupun Hanzi (aksara Han), dalam wacana tertulis sederhana secara tepat.

2. Mengidentifikasi bentuk dan tema wacana sederhana secara tepat.

3. Memperoleh berbagai informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana sederhana secara tepat.

Dalam penelitian ini, penulis menilai siswa dengan teknik membaca indah. Pembaca dikategorikan mahir apabila dapat membaca bersuara dengan pelafalan, jeda, nada, dan intonasi yang tepat. Agar dapat membaca indah dengan benar sudah barang tentu pembaca harus dapat memahami isi teks yang dibacanya. Penilaian kemahiran membaca jenis ini mudah.

d. Keterampilan Menulis

(39)

dengan cara mengoreksi kesalahan yang ada dalam teks tulis yang baru dibuatnya.

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk satuan SMA & MA, Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003 mendefenisikan kemahiran menulis adalah menguasai kosakata dari aksara Han ( Hanzi ), dengan kompetensi dasarnya untuk kelas X sebagai berikut :

1. Menulis secara tepat.

2. Menulis Hanzi sesuai ketentuan penulisan.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Sukmadinata (2006: 72), “ Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena-fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya”. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai bagaimana fungsi dari penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

3.2 Lokasi Penelitian

(41)

menetapkan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran sekolah mereka dan sebagian besar siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 baru mempelajari bahasa Mandarin.

3.3 Populasi dan Sample 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh obyek yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010: 118).

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi ialah seluruh siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1, antara lain siswa-siswa-siswi kelas X (satu) sehingga seluruh populasinya berjumlah 122 orang. Seluruh populasi penelitian yang berjumlah 122 orang, terdiri atas kelas X-1 40 orang, X-2 41 orang, dan X-3 41 orang.

3.3.2 Sample

Sample adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2005: 79).

Dalam penelitian ini, penulis akan menghitung besaran sampel dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :

�=�/(�+���)

n = number of sample (jumlah sampel)

N = total population (jumlah seluruh anggota populasi)

e = error tolerance (toleransi terjadi kesalahan kegagalan, pada lazimnya ditetapkan 0.05)

(42)

n = 122/(1+122 x 0.05 x 0.05) n = 93 sampel

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 siswa dari jumlah populasi. Selanjutnya teknik yang digunakan dalam penentuan sample adalah menggunakan teknik Proportionate Stratified Random

Sampling. Adapun alasan penggunaan teknik ini adalah dikarenakan

[image:42.595.144.512.390.531.2]

siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan memiliki peluang sama untuk menjadi sampel bukan siswa secara individual, melainkan sekolah (murid secara kelompok). Dengan menggunakan teknik ini, maka jumlah sample untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Kelas

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi Arikunto,2000: 134). Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 93 orang siswa-siswi SMA

KELAS Sub Populasi Sample Jumlah

X-1 40 40

122 x 93

31

X-2 41 41

122 x 93

31

X-3 41 41

122 x 93

31

(43)

Katolik Budi Murni 1 Medan, terdiri dari 31 orang siswa kelas X-1, 31 orang siswa kelas X-2, dan 31 orang siswa kelas X-3.

3.5 Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata, yang dapat dijadikan dasar kajian ( KBBI 1990: 187 ). Data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer

Penulis memperoleh data primer melalui observasi, kuesioner, dan tes sesuai dengan buku cetak bahasa Mandarin SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. Kuesioner berbentuk essay (mengisi) dengan jumlah 15 soal, yaitu mengisi kosakata bahasa Mandarin berupa aksara Cina (Hanzi) dengan mengubah kedalam bahasa Mandarin menggunakan cara baca (Hanyu pinyin). Tes berbentuk dikte, interaksi, dan membaca indah. Peneliti menggunakan buku Paket Mandarin Conversational

Chinese Elementary 1 ฀฀会(初฀)siswa/siswi SMA Katolik Budi

Murni 1 untuk melakukan penelitian ini. 2. Data Sekunder

Penulis memperoleh data sekunder melalui buku Paket Mandarin

Conversational Chinese Elementary 1 ฀฀会(初฀)siswa/siswi SMA

Katolik Budi Murni 1, buku yang berjudul Xian Dai Hanyu Gai Lun (

(44)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah keterangan berdasarkan fakta yang ada disimpan atau dicari untuk mendapatkan kebenaran. Data-data dikumpulkan melalui keterangan lengkap yang tersaji dalam buku-buku, jurnal dan artikel , yang ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Mandarin yang secara umum maupun spesifik mengupas tentang penggunaan hanyu pinyin dalam pembelajaran bahasa mandarin di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu melalui observasi langsung ke SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, tes dan kuesioner mengenai cara baca (hanyu pinyin) yang terdapat di Bab I dan Bab II, dan juga melakukan studi kepustakaan untuk memperoleh teori, data dan referensi yang mendukung penelitian.

3.6.1 Observasi

Observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2005: 158). Pengamatan terhadap objek yang diteliti tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif atau observasi secara langsung. Peneliti berusaha dapat diterima sebagai guru atau orang yang sedang mengumpulkan data para responden. Teknik ini berfungsi untuk menghilangkan rasa kecurigaan para subjek terhadap kehadiran peneliti.

(45)

keadaan fisik kelas dan proses pembelajaran. Secara fisik, kondisi kelas di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan cukup bersih dan nyaman untuk pelaksanaan proses belajar mengajar. Situasi belajar mengajar pun sangat kondusif. Pelajaran bahasa Mandarin disampaikan kepada siswa kelas X dan XI. Setiap kelas mendapat jadwal pelajaran bahasa China dua jam pelajaran dalam 1 pekan. Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi / pengamatan terhadap pembelajaran bahasa Mandarin siswa-siswi kelas X-1,X-2, dan X-3. Berdasarkan observasi awal, penulis mengamati bahwa sebagian besar siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan baru mempelajari bahasa Mandarin, sehingga mereka sama sekali tidak mengetahui bahasa Mandarin. Dalam kegiatan belajar mereka, mereka terlihat tidak mengenal bahasa Mandarin tersebut. Mereka belum mengenal bentuk aksara Cina, sehingga mereka sulit untuk membaca secara langsung tulisan aksara Cina.

Teknik ini akan menjadi langkah awal penulis untuk meneliti di SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, dikarenkan melalui observasi penulis mengetahui keadaan awal objek yang diteliti.

3.6.2 Kuesioner

(46)

pada kosakata berupa aksara Cina (Hanzi). Bahan kuesioner yang akan disebarkan kepada siswa-siswi SMA KATOLIK Budi Murni 1 Medan kelas X 1,2,3 sebagai data primer dapat dilihat pada Lampiran IV.

3.6.3 Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan (Wayan, 1993).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan 3 teknik atau cara untuk mengetes siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, yaitu : 1. Teknik Dikte, untuk menilai keterampilan mendengar siswa SMA

Katolik Budi Murni 1 Medan. Bahan dikte yang akan diberikan kepada siswa-siswi SMA KATOLIK Budi Murni 1 Medan kelas X 1,2,3 dapat dilihat pada Lampiran I.

2. Teknik Interaksi (Interaction Tasks), untuk menilai keterampilan berbicara siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan. Bahan interaksi yang akan diberikan kepada siswa-siswi SMA KATOLIK Budi Murni 1 Medan kelas X 1,2,3 dapat dilihat pada Lampiran II.

(47)

diberikan kepada siswa-siswi SMA KATOLIK Budi Murni 1 Medan kelas X 1,2,3 dapat dilihat pada Lampiran III.

3.6.4 Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan teori-teori yang berasal dari buku Paket Mandarin Conversational Chinese

Elementary 1 ฀฀会฀(初฀), buku xian dai hanyu gai lun฀代฀฀

概฀ (2009), buku Mudah dan Lancar Belajar Tata Bahasa Mandarin (2010), Metode Penelitian Kualitatif (2010), jurnal internet dan berbagai buku mengenai tata bahasa Mandarin. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam penelitian.

3.7 Teknik Penilaian Pembelajaran Bahasa Mandarin a. Keterampilan Mendengar

(48)

lisan yang disimaknya. Dalam penelitian ini, teknik dan prosedur penilaian mendengar adalah sebagai berikut :

1. menyuruh siswa untuk mendengarkan kata yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa ditugaskan untuk menuliskan teks lisan yang didengar tersebut;

2. mengoreksi teks yang ditulis siswa;

3. guru mengadakan penilaian.

Untuk menganalisis kemahiran mendengar siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dengan menggunaan hanyu pinyin, penulis melihat dari persentase kesalahan siswa dalam mendengar. Tinggi rendahnya persentase yang diperoleh siswa menunjukkan bagaimana fungsi hanyu pinyin tersebut dalam keterampilan mendengar.

b. Keterampilan Berbicara

Dalam penelitian ini, penulis menilai kemahiran berbicara siswa dengan teknik interaction tasks. Penilaian kemahiran berbicara dengan tugas berinteraksi digunakan untuk menilai kemahiran berbicara siswa tingkat menengah, yaitu siswa yang sudah mempunyai keberanian cukup untuk berinteraksi. Ketepatan lafal Mandarin dalam berbicara menunjukkan kemahiran siswa tersebut dalam berbicara menggunakan hanyu pinyin.

(49)

1. menyediakan teks percakapan berupa cara baca bantu (hanyu pinyin) yang sesuai dengan tingkat siswa;

2. menyuruh siswa berpasangan untuk menghafal teks percakapan tersebut;

3. guru mengadakan penilaian.

Untuk menganalisis kemahiran berbicara siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, penulis melihat kemahiran berbicara siswa dari perolehan nilai siswa yang kemudian akan dikonversikan untuk menentukan kategori tingkat kemahiran berbicara mereka. Tinggi rendahnya tingkat kemahiran berbicara siswa menunjukkan bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara. Nilai yang diperoleh siswa akan dikonversikan kedalam skala tiga.

[image:49.595.190.483.498.616.2]

Berikut ini merupakan tabel kategori penilaian tingkat kemahiran berbicara :

Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemahiran Berbicara No. Nilai Perolehan Kategori

1. 40 – 55 Tidak Baik

2. 56 – 70 Kurang Baik

3. 71 – 85 Baik

c. Keterampilan Membaca

(50)

tepat. Agar dapat membaca indah dengan benar sudah barang tentu pembaca harus dapat memahami isi teks yang dibacanya. Penilaian kemahiran membaca jenis ini mudah. Dalam penelitian ini, teknik dan prosedur penilaian membaca adalah sebagai berikut :

1. menyediakan kata berupa cara baca bantu (Hanyu pinyin) yang sesuai dengan tingkat siswa;

2. menyuruh siswa untuk membaca kata yang telah disediakan; 3. guru mengadakan penilaian.

Untuk menganalisis kemahiran membaca siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dengan menggunaan hanyu pinyin, penulis melihat dari persentase kesalahan siswa dalam membaca. Tinggi rendahnya persentase yang diperoleh siswa menunjukkan bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan membaca.

d. Keterampilan Menulis

Dalam penelitian ini, penulis menilai kemahiran menulis siswa melalui kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas X 1,2,3. Untuk menganalisis kemahiran menulis siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan dengan menggunaan hanyu pinyin, penulis melihat kemahiran menulis siswa dari persentase kesalahan siswa dalam menulis. Tinggi rendahnya persentase yang diperoleh siswa menunjukkan bagaimana fungsi hanyu pinyin dalam keterampilan menulis.

(51)

(Penilaian Acuan Patokan) orientasinya adalah tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh materi yang diteskan, sehingga nilai yang diperoleh mencerminkan persentase tingkat penguasaannya. Maka untuk menentukan tingkat penguasaan siswa pada setiap kata dapat diukur melalui tingkat kesalahan siswa. Hasil persentase kesalahan akan dikonversikan kedalam skala tiga. Skala tiga adalah suatu pembagian tingkatan yang terbagi atas tiga kategori, yaitu: tingkat kesalahan 21% - 30% dikategorikan "tinggi", 11% - 20% dikategorikan "sedang", dan 0% - 10% dikategorikan "rendah".

[image:51.595.146.443.433.552.2]

Berdasarkan pedoman tersebut, maka untuk menentukan kategori ukuran tingkat kesalahan siswa pada setiap kata, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kategori Ukuran Tingkat Kesalahan

No. Persentase

Kesalahan (%) Tingkat Kesalahan

1. 0 – 10 Rendah

2. 11 – 20 Sedang

3. 21 – 30 Tinggi

3.8 Teknik Analisis Data

(52)

hanyu pinyin siswa/siswi SMA Katolik Budi Murni 1 terhadap kosakata ataupun teks bahasa Mandarin.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penulis memeriksa kuesioner dan tes yang diberikan kepada siswa-siswi kelas X 1,2,3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

2. Setelah selesai memeriksa kuesioner dan tes, selanjutnya membuat daftar penilaian keterampilan berbahasa siswa/siswi kelas X 1, 2, dan 3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

3. Menghitung jumlah persentasenya.

4. Menganalisis penggunaan hanyu pinyin dalam keterampilan mendengar siswa/siswi X 1, 2, dan 3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

5. Menganalisis penggunaan hanyu pinyin dalam keterampilan berbicara siswa/siswi X 1, 2, dan 3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

6. Menganalisis penggunaan hanyu pinyin dalam keterampilan membaca siswa/siswi X 1, 2, dan 3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

7. Menganalisis penggunaan hanyu pinyin dalam keterampilan menulis siswa/siswi X 1, 2, dan 3 SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

(53)

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan menilai penggunaan hanyu pinyin yang benar sesuai dengan aturan-aturan hanyu pinyin dan menganalisis bagaimana fungsi hanyu pinyin tersebut dalam keterampilan berbahasa Mandarin siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan.

4.1 Keterampilan Mendengar

(54)

Tabel 4.1 Persentase Kesalahan Mendengar yang Dilakukan oleh Siswa SMA Budi Murni 1 Medan Kelas X 1, 2 dan 3 No. Kosa Kata Persentase

Kesalahan

Jumlah Persentase

1. nǐ 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

2. nǐ hǎo 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

3. lǎoshī 5 ���������

93 ��������� x 100%

5,38%

4. wǔ ān 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

5. xièxie 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

6. qǐngwèn 7 ���������

93 ��������� x 100%

7,53 %

7. shénme 5 ���������

93 ��������� x 100%

5,38 %

8. míngzì 7 ���������

93 ��������� x 100%

7,53 %

9. jiào 17 ���������

93 ��������� x 100%

18,28 %

10 niánjí 9 ���������

93 ��������� x 100%

9,68 %

11. suì 6 ���������

93 ��������� x 100%

6,45 %

12. xǐhuan 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

13. sì 7 ���������

93 ��������� x 100%

7,53 %

14. wǔ 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

15. shí 5 ���������

93 ��������� x 100%

5,38 %

Keterangan :

 Tingkat Kesalahan “Rendah” berwarna Hijau ( )

 Tingkat Kesalahan “Sedang” berwarna Biru ( )

 Tingkat Kesalahan “Tinggi” berwarna Merah ( )

Berdasarkan pedoman Tabel 3.3, dapat ditentukan tingkat

[image:54.595.149.511.129.522.2]
(55)
[image:55.595.153.522.137.302.2]

Tabel 4.1.1 Tingkat Kesalahan Mendengar pada Siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan

No.

Penilaian Kesalahan (%)

Jumlah Kata (%)

Tingkat Kesalahan

1. 0 – 10 14

15 x 100% = 93,33%

Rendah

2. 11 – 20 1

15 x 100% = 6,67%

Sedang

3. 21 – 30 0

15 x 100% = 0 %

Tinggi

(56)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanyu pinyin sangat membantu pembelajaran bahasa Mandarin siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan karena sebagian besar dari mereka dapat mendengar dengan baik kata berupa hanyu pinyin yang disampaikan. Dengan hasil penelitian ini, terlihat bahwa hanyu pinyin ini berfungsi yaitu untuk membantu siswa mengenal kosakata bahasa Mandarin. Ini dikarenakan pada saat siswa mendengar suatu kosakata dan dapat menuliskan kembali kata yang mereka dengar, maka ini menunjukkan bahwa siswa pasti mengenal kosakata tersebut sehingga mereka dapat menuliskannya kembali.

4.2 Keterampilan Berbicara

[image:56.595.145.549.492.643.2]

Penilaian terhadap keterampilan berbicara pada penelitian ini yaitu dengan teknik interaksi (interaction tasks). Berikut adalah tabel persentase penilaian berbicara siswa SMA Budi Murni 1 Medan Kelas X 1, 2 dan 3.

Tabel 4.2 Kategori Tingkat Kemahiran Berbicara No. Nilai

Perolehan

Jumlah Responden

Persentase Kategori

1. 40 – 55 5 5 ���������

93 ��������� x 100% = 5,38%

Tidak Baik 2. 56 – 70 22 22 ���������

93 ��������� x 100% = 23,62%

Kurang Baik 3. 71 – 85 66 66 ���������

93 ��������� x 100% = 71%

Baik

TOTAL 93

Berdasarkan Tabel 4.2, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar

(57)

mereka dalam berbicara bahasa Mandarin. Hal ini terlihat dari hasil persentase belajar mereka, siswa-siswi yang berkategori “Baik” dalam berbicara bahasa Mandarin sebanyak 66 siswa (71%), yang termasuk kategori “Kurang Baik” dalam berbicara bahasa Mandarin sebanyak 22 siswa (23,62%), dan yang berkategori “Tidak Baik” sebanyak 5 orang (5,38%). Kesalahan yang dilakukan siswa pada saat berbicara adalah pengucapan nada yang kurang jelas ataupun salah. Hasil ini menunjukkan bahwa hanyu pinyin sangat membantu pembelajaran bahasa Mandarin siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan karena 71% dari mereka dapat berbicara bahasa Mandarin. Dengan hasil penelitian ini, terlihat bahwa hanyu pinyin ini berfungsi yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal berbicara dengan baik dan juga membantu menambah kosakata siswa. Ini tampak pada saat mereka berbicara, mereka merasa lebih mudah dan terbantu dalam berinteraksi menggunakan hanyu pinyin.

4. 3 Keterampilan Membaca

(58)
[image:58.595.166.529.127.515.2]

Tabel 4.3 Persentase Kesalahan Membaca yang Dilakukan oleh Siswa SMA Budi Murni 1 Medan Kelas X 1, 2 dan 3

No. Kosa Kata Persentase Kesalahan

Jumlah Persentase

1. nǐ 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

2. nǐ hǎo 5 ���������

93 ��������� x 100%

5,34%

3. lǎoshī 17 ���������

93 ��������� x 100%

18,23%

4. wǔ ān 26 ���������

93 ��������� x 100%

27,95%

5. xièxie 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

6. qǐngwèn 16 ���������

93 ��������� x 100%

17,2 %

7. shénme 8 ���������

93 ��������� x 100%

8,6 %

8. míngzì 7 ���������

93 ��������� x 100%

7,53 %

9. jiào 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

10 niánjí 19 ���������

93 ��������� x 100%

20,43 %

11. suì 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

12. xǐhuan 11 ���������

93 ��������� x 100%

11,83%

13. sì 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

14. wǔ 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

15. shí 18 ���������

93 ��������� x 100%

19,35 %

Keterangan :

 Tingkat Kesalahan “Rendah” berwarna Hijau ( )

 Tingkat Kesalahan “Sedang” berwarna Biru ( )

 Tingkat Kesalahan “Tinggi” berwarna Merah ( )

Berdasarkan pedoman Tabel 3.3, dapat ditentukan tingkat

(59)
[image:59.595.158.511.137.283.2]

Tabel 4.3.1 Tingkat Kesalahan Membaca pada Siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan

No.

Penilaian Kesalahan (%)

Jumlah Kata (%)

Tingkat Kesalahan

1. 0 – 10 9

15 x 100% = 60%

Rendah

2. 11 – 20 4

15 x 100% = 26,67%

Sedang

3. 21 – 30 2

15 x 100% = 13,33 %

Tinggi

Berdasarkan Tabel 4.3.1 dapat diketahui bahwa siswa-siswi SMA Katolik Budi Murni 1 Medan menunjukkan kemahiran mereka dalam membaca hanyu pinyin. Hal ini terlihat dari hasil persentase kesalahan membaca mereka. Hasil persentase tersebut menunjukkan dari 15 kata yang diberikan, tingkat kesalahan “Rendah” yang dilakukan siswa terdapat 9 kata dengan persentase keseluruhan 60% , tingkat kesalahan “Sedang” yang dilakukan siswa terdapat 4 kata dengan persentase keseluruhan 26,67%, dan tingkat kesalahan “Tinggi” yang dilakukan siswa 2 kata dengan persentase 13,33%. Kesalahan yang dilakukan siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan terdapat pada lafal, nada, dan intonasi pada saat membaca. Kesalahan yang dilakukakan siswa-siswi tersebut ialah lafal mereka yang kurang tepat, nada juga kurang tepat dimana mereka salah dalam membaca nada pada kata yang diberikan, dan juga intonasi mereka yang kurang tepat dan jelas.

(60)

dikarenakan siswa lebih banyak berada pada tingkat kesalahan rendah, dimana mereka dapat membaca dengan baik dan tepat kata berupa hanyu pinyin yang diberikan. Dengan hasil penelitian ini, terlihat bahwa hanyu pinyin ini berfungsi yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal membaca dengan baik dan juga akan mempermudah siswa dalam mengenal aksara cina (Hanzi).

4. 4 Keterampilan Menulis

(61)

Tabel 4.4 Persentase Kesalahan Menulis yang Dilakukan oleh Siswa SMA Budi Murni 1 Medan Kelas X 1, 2 dan 3

No. Kosa Kata Persentase Kesalahan

Jumlah Persentase

1. 你 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

2. 你 好 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

3. 老 ฀ 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3%

4. 午 安 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

5. ฀ ฀ 3 ���������

93 ��������� x 100%

3,2 %

6. ฀ ฀ 5 ���������

93 ��������� x 100%

5,38 %

7. 什 么 0 ���������

93 ��������� x 100%

0 %

8. 名 字 7 ���������

93 ��������� x 100%

7,53 %

9. 叫 23 ���������

93 ��������� x 100%

24,73 %

10 年 ฀ 11 ���������

93 ��������� x 100%

11,8 %

11. ฀ 6 ���������

93 ��������� x 100%

6,45 %

12. 喜 ฀ 0 ���������

93 ��������� x 100%

0

13. 四 9 ���������

93 ��������� x 100%

9,68 %

14. 五 4 ���������

93 ��������� x 100%

4,3 %

15. 十 7 ���������

93 ��������� x

Gambar

Tabel 2.1 Bagian dari Initial
Tabel 2.2 Bagian dari Final
Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Kelas
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kemahiran Berbicara
+7

Referensi

Dokumen terkait